Kualitas Sumber Daya Manusia Jadi Kendala Pendidikan Indonesia.

Pikiran Rakyat
o Se/asa
4

5
20

o Mar

0
6

21
OApr

Rabu

7
22
OMei


0
8
23

Kamis

9

OJun

24

.

Jumat

10
11
25
26


OJui

0 Ags

o Sabtu 0 Minggu

!3>

27

OSep

13

28

14

OOkt


29

15

30

ONov

16

ODes

Kualitas Sumber Daya
Manusia Jadi I(endala
Pendidili.an Indonesia
BANDUNG, (PR).Kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan
utama dalam bidang pendidikan
di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah.
Dari sekitar 160.000 dosen

yang ada di Indonesia, hampir
54 persennya masih belum S-2
dan S-3. Sementara guru, dari
2,7 juta guru, 1,5 juta di antaranya belum S-l.
Hal tersebut diungkapkan
Sekretaris Jenderal Dewan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Prof. Nizam yang ditemui seusai
seminar pendidikan dalam rangka Education Festival yang digelar Badan EksekutifMahasiswa
Universitas Padjadjaran di Aula
Unpad, JIn. Dipati Ukur Bandung, Kamis (11/2).
Menurut Nizam, pembenahan
kualitas SDM ini memang
bukan pekeIjaan mudah. Waktu
yang dibutuhkan juga tidak akan
sebentar. "Banyak yang harus
dibenahi, tetapi kita harns optimistis karena SDM adalah kunci
utama. Kalau sistemnya"bagus
tetapi SDM-nyajelek percuma.
Tetapi kalau SDM-nya bagus
walaupun sistemnya kurang

bagus bisa lebih baik," katanya.
Nizam menuturkan, harus diakui bahwa daya saing Indo-

nesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya
di dunia bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari
Global Competitiveness Report
di taboo 2008, Indonesia berada
di peringkat 55 sementara di
taboo 2005 di peringkat 69.
"Jauh di bawah Singapura,
Malaysia, Cina, dan Thailand.
Singapura berada di peringkat
ke-5 sementara Malaysia di peringkat 21 di tahun 2008,"
ujarnya.
Lebih Ianjut Nizam menuturkan, pekeIjaan rumah yang
dihadapi pendidikan di Indonesia masih cukup besar. Dikti,
menurut dia, tidak mungkin
mengatur seluruh sistem dengan
permasalahan yang kompleks
dan besar tersebut.

"Perguruan tinggi juga harus
sprint untuk mengejar ketinggalan secara terus-menerus serta fokus dalam pengembangan
penelitian untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan membangun reputasi intemasional,"
oogkapnya.
Tak dorong mandiri
Sementara itu, dalam kesempatan yang sarna, praktisi pendidikan yang juga pengajar di
Fakultas Psikologi Unpad, Hatta
Albanik mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan beberapa kali terhadap anak didik, diperoleh kes-

Kliping Humas Unpad 2010
--

31

impulan,pendidikandi Indonesia tidak memberikan tempat
untuk kemandirian serta kreativitas siswa. Metode yang digu-

n~
selama ini hanya mengandalkan memori atau claya ingat siswa semata.

"Matematika hanya menghafalkan rumus, seharnsnya
memecahkan rumus. Bahasa
hanya menghafalkan grammer,
semestinya conversation. Akibatnya hampir tidak terlihat
kegunaan dari pendidikan ini,"
katanya.
Oleh karena itu, menurut dia,
orientasi pendidikan
harns
segera diubah. Sebab pendidikan selama ini hanya mementingkan produk, bukan
proses yang sebenarnya jauh
lebih penting.
"Kita sudah coba ubah salah
satunya dengan Sistem Kredit
Semester di perguruan tinggi,
tetapi tetap kalah dengan kekuatan kolektivitasyang sudah ada.
Apalagi dasar di pendidikan sebelumnya sudah tertanam pola
itu. Itulah sebabnya sejak awal
saya tidak setuju dengan penjurusan di SMA Karena siswa
yang seharusnya tidak naik kelas

justru diarahkan ke sosial budaya. Mereka kemudian masuk
di jurusan sosial perguruan tinggi. Jadilah mereka hakim,jaksa,
clanpengacara sekarang ini," tuturnya. (A-157)***