Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi AEC 2015
Dipandang dari Sektor Pertanian
Indonesia adalah negara yang strategis dan memiliki banyak kekayaan
alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui. Indonesia
memiliki wilayah laut yang sangat luas dan tanah yang subur. Segala jenis ikan
dan tumbuhan sangat mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia. Sumber daya
minyak, batu bara, dan emas merupakan sumber pendapatan yang sangat besar di
Indonesia. Banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani dan
nelayan melatarbelakangi bahwa Indonesia adalah negara agraris dan maritim.
Tentu kita dapat membayangkan betapa makmurnya rakyat Indonesia.
Pertanian merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan. Sektor
pertanian merupakan penopang kehidupan yang sangat berperan dalam
penyediaan pangan masyarakat. Selain itu, sektor pertanian merupakan
penyumbang nilai tambah terbesar dalam perekonomian nasional. Dalam Asean
Economic Community (AEC) 2015, Indonesia mempunyai peluang yang sangat
besar untuk meningkatkan stabilitas perekonomian yang berasal dari sektor
pertanian. Pasar menjadi lebih luas dan distribusi menjadi lebih mudah. Teknologi
tepat guna akan semakin berkembang dalam bidang pertanian. Bahkan
kesejahteraan petani akan meningkat.
Dengan adanya potensi yang begitu besarnya, harusnya Indonesia sudah
menjadi pusat agribisnis dunia dan siap menghadapi Asean Economic Community

(AEC) 2015. Namun, dalam menghadapi AEC tersebut tidaklah tanpa hambatan
dan tantangan. Kondisi pertanian di Indonesia saat ini memprihatinkan.
Kemiskinan petani dan pengangguran terus bertambah. Penduduk yang kaya akan
semakin kaya, dan penduduk yang miskin tidak kunjung sejahtera. Kerja keras
petani Indonesia tidak sebanding dengan apa yang mereka hasilkan. Semakin hari,
semakin banyak pula penduduk yang tak terdidik sehingga pengangguran tak
terelakkan. Tenaga kerja di sektor pertanian pun mulai menghilang.
Memang beberapa dekade yang lalu, pertanian Indonesia telah mencapai
hasil yang baik dan memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia,

termasuk

menciptakan

lapangan

pekerjaan

dan


pengurangan

kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada
bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula dan kacang kedelai. Akan tetapi,

adanya penurunan tajam dalam hasil produktivitas panen hampir seluruh jenis
bahan pokok, ditambah mayoritas petani bekerja di sawah kurang dari setengah
hektar, aktivitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan
lapangan pekerjaan dan penghasilan.
Penetapan AEC 2015 tentunya akan menimbulkan persaingan ketat tenaga
kerja dalam hal mendapat pekerjaan. Apabila tenaga kerja Indonesia tidak
mempunyai kualifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan pencari kerja,
maka dapat dipastikan perusahaan akan mengganti orang tersebut dengan tenaga
kerja yang lebih ahli dari negara lain. Dari berbagai permasalahan yang dihadapi,
Asean Economic Community (AEC) 2015 merupakan tantangan besar bagi
kemajuan Indonesia.
Kepala Bulog pada Seminar Nasional 18 Oktober 2014 di UGM
mengatakan bahwa Bulog telah siap menghadapi Asean Economic Community
(AEC) 2015. Namun pada faktanya, segelintir orang bahkan tidak mengetahui

program AEC 2015 ini. Tentu kondisi seperti ini menunjukkan bahwa rakyat
Indonesia tidak memiliki kesiapan dalam bersaing di AEC 2015 yang semakin
dekat. Perlu adanya sosialisasi yang efektif agar masyarakat kecil pun menyadari
pentingnya peran mereka dalam AEC 2015 ini. Hal ini ditujukan untuk
memberdayakan mereka dan menampung segala ide serta aspirasi mereka.
Penyuluh pun sangat berperan dalam menyampaikan kegiatan AEC 2015 ini pada
kelompok tani.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan Asean Economic
Community (AEC) 2015 pada sektor pertanian adalah Sumber Daya Manusia di
Indonesia ini, baik lembaga pemerintah maupun pelaku pertanian. Kemampuan
komparatif Sumber Daya Manusia dalam sektor pertanian harus mulai digalakkan.
Keberhasilan program ini untuk Indonesia ditentukan oleh kualitas petani dan
pemerintah itu sendiri. Permasalahan yang dihadapi tidak dapat dibatasi oleh batas
administrasi dan negara saja. Masalah pertanian tidak dapat dilihat dan
diselesaikan hanya dari aspek ilmu dan teknologi yang diterapkan pada Sumber
Daya Manusia, tetapi harus dilihat secara menyeluruh atau komprehensif. Cara
penyelesaian permasalahan pertanian dilakukan secara hilistik melibatkan semua
pihak terkait, lintas sektor, dan harus terpadu. Perlu perencanaan yang matang dan
solutif dalam mengatasi berbagai permasalahan pertanian. Sumber Daya Manusia


kita yang begitu melimpah seharusnya selaras dengan kemajuan teknologi tetapi
hal ini tidak dapat terlepas dari kebijakan pemerintah yang mengatur sistem
pertanian Indonesia.
Menilik lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai transfer teknologi
kepada petani, peningkatan kualitas petani akan terhambat. Selain itu, lemahnya
lembaga penelitian menyebabkan temuan atau inovasi benih/bibit unggul sangat
terbatas. Ketika karya anak bangsa melejit, tiada hak paten yang diberikan.
Bahkan petani yang punya inovasi cemerlang terus-menerus merasakan kerugian.
Kebijakan-kebijakan yang tidak memihak seringkali menekan ide gila yang
inovatif dari pemuda dan para petani. Bagaimana bisa bersaing jika memajukan
negeri sendiri saja belum mampu. Segala teknologi sudah tersedia, namun tanpa
Sumber Daya Manusia yang memadai tidak akan bisa menyusul ketertinggalan
Indonesia.
Kualitas dan kuantitas hasil pertanian ditentukan oleh kualitas petani
dalam mengelola sistem pertanamannya. Dengan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian yang baik, swasembada akan terwujud. Kualitas dan kuantitas hasil
pertanian akan mengalami degradasi ketika petani tidak mengikuti pola-pola
pemeliharaan yang berkelanjutan. Akibatnya, stok pangan terbatas, terjadi
ketergantungan terhadap impor, dan petani terus-menerus mengalami kerugian.
Pastilah timbul pertanyaan bagaimana upaya dalam meningkatkan kualitas petani

itu sendiri mengingat usaha pertanian di Indoneisa didominasi oleh skala kecil,
modal yang terbatas, teknologi masih sederhana, sistem pertanaman sangat
dipengaruhi oleh musim, akses kredit sangat rendah dan parahnya para usaha tani
menangguk keuntungan dari petani miskin.
Memandang kemampuan petani yang masih menggunakan sistem
tradisional, tampaknya Indonesia belum mampu berkiprah dengan baik di
program AEC 2015 ini. Namun, hal yang menjadi acuan adalah siap atau tidak
siap AEC 2015 akan segera berlangsung. Oleh karena itu, perlu adanya
pemberdayaan potensi-potensi yang ada di masyarakat. Dalam pelaksanaannya,
hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Kebijakan yang baik, akan
mendorong terbentuknya pelaksanaan yang nyata dalam memberdayakan
masyarakat. Pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia khususnya petani,

perlu ditekankan kebijakan mengenai pelayanan kesehatan, pendidikan,
kewirausahaan dan lingkungan.
Kebijakan mengenai pelayanan kesehatan seringkali memberatkan
masyarakat. Tidak sedikit penduduk yang menderita penyakit tanpa uang untuk
membeli obat. Perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan mulai dari anakanak hingga orang dewasa. Raga yang sakit tidak dapat memberikan kontribusi
dalam berkarya untuk bangsa. Para petani pun seharusnya memiliki pelayanan
khusus. Memandang pertanian Indonesia yang masih menggunakan sistem

pertanian tradisional, tenaga petani sangat dihargai. Tanpa pelayanan kesehatan
yang memadai, petani tidak akan dapat bekerja sebagai penyedia pangan bagi
masyarakat Indonesia.
Indonesia memiliki penduduk dengan ide yang kreatif dan inovatif. Pelajar
mulai bersemangat untuk menciptakan suatu teknologi atau penemuan dalam
bidang pertanian yang berpotensi tinggi untuk memajukan Indonesia. Namun,
masih banyak anak-anak yang belum mampu merasakan nikmatnya mendapat
pendidikan di sekolah dan di perkuliahan. Para petani pun mempunyai hak untuk
menyalurkan ide-idenya dalam mengembangkan teknologi sehingga kemandirian
petani tercapai. Oleh karena itu, perlu peningkatan peran lembaga pendidikan dan
penelitian untuk memotivasi anak negri dan petani dalam menciptakan teknologi
berkelanjutan. Lembaga penyuluhan sangat berperan dalam menyalurkan infoinfo penting terkait teknologi tepat guna sehingga mendorong petani menjadi
inovatif.
Persaingan ekonomi di dalam Asean Economic Community (AEC) 2015
tidak dapat terlepas dari bidang kewirausahaan. Peluang dalam berwirausaha di
Indonesia sangat besar, terutama di bidang pertanian. Namun, jumlah
wirausahawan di Indonesia masih sangat minim terutama di bidang pertanian.
Penduduk Indonesia sebaiknya diberdayaan untuk meningkatkan jiwa wirausaha
sehingga muncul ide-ide kreatif dan inovatif. Dengan ide tersebut, muncullah
suatu karya terbaik yang dapat bersaing di kancah Internasional. Hasil-hasil

pertanian dapat diolah menjadi barang jadi yang berkualitas, menyehatkan dan
menguntungkan. Selera konsumen terhadap barang-barang konsumsi pangan
diramalkan akan berubah menjadi cepat saji, sehingga agroindustri akan menjadi
kegiatan bisnis yang paling attraktif.

Kekayaan Indonesia sangatlah melimpah. Pada prinsipnya, Sumber Daya
Alam dimanfaatkan tanpa mengurangi kelestariannya. Namun, rupanya alam
Indonesia semakin tidak lestari. Penduduk Indonesia menggunakan sumber daya
alam dengan tidak bijaksana. Kegiatan yang marak terjadi adalah konversi lahan
pertanian menjadi lahan industri yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan
ekosistem lingkungan sebelumnya. Masyarakat berorientasi hanya pada
keuntungan sehingga kelestarian alam diabaikan. Padahal, alam dan lingkungan
sekitar kita terdapat banyak organisme berklorofil yang mensuplai udara dan
energi bagi kehidupan manusia. Alam yang rusak akan menurunkan
keseimbangan ekosistem termasuk manusia didalamnya. Hal itulah menjadi acuan
pentingnya kelestarian lingkungan. Selain berfungsi sebagai penyedia unsur
kehidupan, lingkungan juga berpotensi menghasilkan bahan yang dapat diolah
menjadi barang yang menguntungkan.
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang paling tinggi di antara negaranegara ASEAN. Indonesia akan menjadi target pasar besar bagi negara ASEAN.
Dengan didukung Sumber Daya Alam yang melimpah, tidak menutup

kemungkinan bahwa Indonesia akan menjadi negara maju dan mampu bersaing
dalam Asean Economic Community (AEC) 2015 terutama dalam sektor pertanian.
Kuatnya kebijakan pemerintah mengenai pelayanan kesehatan, pendidikan,
kewirausahaan dan lingkungan dapat memotivasi anak negri dan pelaku pertanian
untuk menciptakan teknologi pertanian baru yang mampu bersaing dalam AEC
2015.