FM Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Setil Alkohol-Asam Stearat Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

(1)

F

M

FORMUL

MAWAR (

ALKOH

UNIV

LASI LOT

(

Rosa dam

HOL-ASA

D

VERSITA

TION REP

mascena

M

AM STEAR

DAN UJI A

NASKAH

TITIS M K1

FAKULT

AS MUHA

SUR

PELAN M

Mill.) DENG

RAT TER

AKTIVITA

H PUBLIK

Oleh : MUTALIKA 100110089

TAS FARM

AMMADIY

RAKARTA

2015 

MINYAK A

GAN KOM

RHADAP

ASNYA

KASI

AH

MASI

YAH SUR

A

ATSIRI BU

MBINASI

SIFAT FI

RAKARTA

UNGA

SETIL

ISIK


(2)

(3)

FORMULASI LOTION REPELAN MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill.) DENGAN KOMBINASI SETIL ALKOHOL-ASAM STEARAT

TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI AKTIVITASNYA

FORMULATION LOTION REPELLENT OF ESSENTIAL FLOWER ROSE OIL (Rosa damascena Mill.) COMBINED WITH CETYL ALCOHOL–STEARIC ACID

PHYSICAL PROPERTIES AND ACTIVITIES

Titis Mutalikah*, TN. Saifullah S.**, Suprapto*

*Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ** Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Nyamuk merupakan vektor penyebaran berbagai penyakit melalui gigitannya. Salah satu cara pencegahannya yaitu dengan menggunakan lotion repelan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap sifat fisik lotion, aktivitas repelan lotion minyak atsiri bunga mawar, dan untuk mengetahui proporsi formula optimum dari kombinasi setil alkohol dan asam stearat dalam sediaan lotion repelan. Formula lotion dibuat lima formula dengan konsentrasi setil alkohol 1, 2, 3, 4, dan 5% dan asam stearat 9, 8, 7, 6, dan 5%. Lotion yang dihasilkan diuji sifat fisik dan aktivitas repelan. Hasil uji dianalisis menggunakan pendekatan simplex lattice design sehingga diperoleh persamaan simplex lattice design dan countor plot, selanjutnya semua respon digabungkan untuk memperoleh contour plot superimposed sehingga diperoleh prediksi formula optimum yang selanjutnya diverifikasi. Perbedaan antara hasil formula optimum dengan prediksi ditetapkan dengan uji t, taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setil alkohol mampu meningkatkan viskositas, daya lekat, pH, dan daya repelan, sedangkan asam stearat mampu meningkatkan daya sebar. Proporsi formula optimum lotion repelan yakni setil alkohol 2,71% dan asam stearat 7,29%.

Kata kunci: asam stearat, lotion repelan, setil alkohol, simplex lattice design

ABSTRACT

Mosquito is a vector of the spread of disease through its bite. One way to prevent this by using repellent lotion. This research aimed to know effect of the combination of cetyl alcohol and stearic acid to the physical properties of lotions, lotions repellent activity of essential oil of roses, and a formula to determine the optimum proportion of the combination of cetyl alcohol and stearic acid in the preparation repellent lotion. This formula lotion made with five formulation with cetyl alcohol concentration 1, 2, 3, 4, and 5% and stearic acid 9, 8, 7, 6, and 5%. The yielded of lotions physical properties test and repellent activity. Analysis of the result used approach of simplex lattice design until gained equality of simplex lattice design and countour plot result, and then all of respons concuct for contour plot superimposed result until gained prediction optimum proportion and than the lotion was verified. The difference of the resulf of between optimum formula with prediction was analyzed by one sample t-test, confidence interval 95%. The result of this research showed that a cetyl alcohol and can increase viscocity, adhision, pH, and repellent activity, while stearic acid can increase a spreadibility. Prediction formula optimum of repellent lotion is cetyl alcohol 2,71% and stearic acid 7,29%.

Key words: stearic acid, lotion repellent, cetyl alcohol, simplex lattice design

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk daerah yang beriklim tropis dan merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Banyaknya penyebaran nyamuk tersebut mengakibatkan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk pun mulai marak terjadi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari penularan penyakit tersebut, Soedarto (1989) mengatakan bahwa gigitan nyamuk tersebut dapat dicegah dengan menggunakan pembasmi nyamuk,


(4)

salah satunya menggunakan sediaan repelan yang langsung dapat diaplikasikan pada permukaan kulit.

Repelan yang sudah ada di pasaran biasanya mengandung bahan sintetis seperti DEET (N,N-diethyl-m-toluamide) dan ethyl hexanediol (Soedarto, 1989). Ditinjau dari segi keamanannya, bahan tersebut berbahaya jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, sebab penggunaan bahan sintetis tersebut dapat menimbulkan resistensi terhadap nyamuk serta menyebabkan iritasi dan hipersensitivitas pada kulit (Shinta, 2010; Depkes RI, 1985). Maka dari itu, perlu adanya peralihan dari bahan sintetis ke bahan alami sebagai bahan pembuat repelan. Bahan alami yang memiliki daya repelan misalnya minyak mawar (Baskoro et al., 2008). Penggunaan minyak atsiri mawar secara langsung untuk repelan dirasa kurang efektif dikarenakan sifat dari minyak atsiri yang mudah menguap. Maka dari itu, perlu dibuat dalam bentuk sediaan lotion agar mudah dan praktis digunakan

Lotion merupakan sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat luar (Depkes RI, 1979). Dalam formulasi lotion, digunakan kombinasi setil alkohol sebagai stiffening agent dengan konsentrasi 2-10% (Unvala, 2009) dan asam stearat sebagai emulsifying agent dengan konsentrasi 1-20% (Allen, 2009). Berdasarkan uraian, perlu dilakukan optimasi formula dengan metode optimasi menggunakan simplex lattice design untuk mengetahui pengaruh kombinasi setil alkohol dan asam stearat terhadap sifat fisik dan aktivitas repelan, serta untuk memprediksi berapa proporsi asam stearat dan setil alkohol untuk mendapatkan formula yang optimum pada lotion repelan minyak atsiri bunga mawar.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah viskometer RION, stemper, mortir, stopwatch, alat gelas (pyrex), cawan petri, object glass, kandang nyamuk, timbangan (neraca Ohaus), pH meter, dan alat uji daya lekat.

Bahan yang digunakan adalah minyak atsiri bunga mawar (Rosa damascena Mill.) (PT. Eteris Nusantara), setil alkohol, asam stearat, PEG 400, gliserin, metil paraben, trietanolamin, akuades (Farmasi UMS), nyamuk Culex sp betina umur 3-5 hari (B2P2VRP Salatiga).

Jalannya Penelitian

1. Identifikasi minyak atsiri bunga mawar

Bahan yang digunakan adalah minyak atsiri bunga mawar yang diperoleh dari PT. Eteris Nusantara di Yogyakarta. Minyak atsiri disuling menggunakan metode penyulingan uap.


(5)

2. Penentuan bobot jenis

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan serta dikaliberasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air, pada suhu 25 oC. Suhu diturunkkan sampai 20oC, dan ditambahkan air. Suhu dinaikkan menjadi 25oC dan ditimbang. Bobot piknometer yang diisi dikurangi bobot pikno kosong. Ulangi prosedur tersebut dengan mengganti air dengan zat yang akan diukur. Bobot jenis zat diperoleh dengan membandingkan bobot jenis zat terhadap air dengan volume sama pada suhu yang sama (DepKes RI, 1995).

3. Penetapan indeks bias

Penetapan indeks bias menggunakan alat prisma refraktometer. Pertama, alat diletakkan pada tempat yang terang, lalu dialiri air pada suhu 30oC. Alat dibersihkan dengan alkohol dan eter, selanjutnya buka sedikit prisma dan menuangkan sampel sampai memenuhi prisma. Tutup dengan rapat dan biarkan alat dalam beberapa menit. Gerakkan alidade maju sampai bayangan bidang berubah menjadi gelap. Warna dieliminasi dengan memutar sekrup kompensator, sehingga diperoleh garis tidak berwarna. Atur garis pembatas sehingga diperoleh garis pemisah. Nilai indeks bias dapat dibaca langsung dan pembacaan kedua dilakukan beberapa menit kemudian supaya tercapai suhu yang setimbang (Guenther, 1987).

4. Formula dan pembuatan lotion repelan

Lotion repelan dibuat lima formula yang masing-masing formula memiliki proporsi setil alkohol dan asam stearat yang berbeda sesuai dengan perbandingan proporsi pada

simplex lattice design. Lotion repelan dibuat dengan mengacu pada formula dari Mustanir

et al., (2011) ditunjukkan pada tabel 1. Lotion ini dibuat dengan cara menimbang semua bahan dan menyiapkan mortir hangat. Bahan (setil alkohol, asam stearat, PEG 400, dan metil paraben) dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dilebur diatas penangas air. Setelah bahan larut, dituang kedalam mortir hangat dan dicampur dengan bahan yang lain seperti trietanolamin, gliserin, dan minyak atsiri. Selanjutnya, ditambah akuades sedikit demi sedikit ad 100 gram sambil diaduk hingga homogen. Setelah tercampur semua bahan dan suhu telah turun, masukkan kedalam wadah yang sesuai.

Tabel 1. Formula Lotion Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar

Formula

Bahan (g) I II III IV V

Minyak mawar Setil alkohol Asam stearat PEG 400 5 1 9 3 5 2 8 3 5 3 7 3 5 4 6 3 5 5 5 3 Gliserin Metil paraben Trietanolamin Aquadest 15 0,5 1 ad 100 15 0,5 1 ad 100 15 0,5 1 ad 100 15 0,5 1 ad 100 15 0,5 1 ad 100


(6)

5. Evaluasi sifat fisik dan aktivitas repelan sediaan lotion

Evaluasi sifat fisik lotion meliputi uji organoeptis, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji stabilitas. Lotion juga diuji aktivitas repelannya menggunakan nyamuk Culex sp betina.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membuat lima formula sediaan lotion dengan kombinasi setil alkohol-asam stearat. Sediaan lotion diuji sifat fisik lotion yang meliputi: organoleptis, viskositas, daya sebar, daya lekat, pH, dan uji repelan. Data hasil uji sifat fisik dan daya repelan dimasukkan kedalam software Design Expert versi 9.0.3.1 (Trial)

dan diolah menggunakan metode optimasi menggunakan simplex lattice design sehingga diperoleh persamaan simplex lattice design dan contour plotnya. Setelah itu, masing-masing respon digabungankan dan diperoleh contour plot superimposed sehingga diperoleh prediksi formula optimum yang selanjutnya diverifikasi (Bolton, 2004). Perbedaan hasil formula optimum dengan prediksi ditetapkan dengan uji t, taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Minyak Mawar

Pengujian kemurnian minyak atsiri dilakukan untuk mengetahui baik atau tidak, murni atau tidaknya minyak atsiri. Hasil pengujian disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Uji Kemurnian Minyak Atsiri Bunga Mawar

Uji Hasil Range

Bobot jenis 0,89 g/cm3

0,948-0,992 Indeks bias 1,467 1,5046-1,5190

(Ketaren, 1985)

Berdasarkan tabel 2, minyak atsiri bunga mawar yang kami peroleh hasil uji bobot jenis dan indeks biasnya tidak masuk dalam range nilai standar. Perbedaan hasil uji dengan nilai referensi tidak berbeda jauh, hal ini bisa dipengaruhi oleh perbedaan metode destilasi minyak atsiri. Minyak atsiri bunga mawar yang kami peroleh didestilasi menggunakan metode destilasi uap, sedangkan pada umumnya minyak atsiri bunga mawar didestilasi menggunakan metode destilasi air (Ketaren, 1985).

Sifat Fisik dan Aktivitas Lotion Repelan

Lotion repelan yang telah dibuat selanjutnya dilakukan pengujian organoleptis, sifat fisik, dan daya repelan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya sediaan lotion repelan yang telah dibuat. Hasil uji organoleptis lotion repelan yakni lotion repelan memiliki bau khas bunga mawar, warna putih bersih, dan berbentuk lotion pada umumnya


(7)

serta homogen. Homogen disini karena lotion yang diperoleh terlihat bahwa partikel yang ada didalamnya telah merata sempurna sehingga tidak terdapat adanya butiran-butiran kasar pada lotion.

Data yang diperoleh dari pengujian sifat fisik lotion serta daya repelan lotion diolah dengan metode optimasi menggunakan simplex lattice design, sehingga diperoleh persamaan simplex lattice pada tabel 3 dan diperoleh contour plot pada gambar 1.

Tabel 3. Persamaan Simplex Lattice Design Lotion Repelan

Respon Persamaan Uji F

Viskositas Y = 55 XA + 23 XB 0,0030

Daya sebar Y= 24,23 XA + 32,67 XB + 58,99 XAB 0,4962

Daya lekat Y= 0,86 XA + 0,40 XB + 1,79 XAB 0,3282

pH Y= 7,1 XA + 6,5 XB 0,0577

Daya repelan Y= 77,92 XA + 44,97 XB + 26,9 XAB 0,6666

Keterangan:

Y = Respon

XA = Komponen setil alkohol

XB = Komponen asam stearat

XAB = Interaksi kedua komponen setil alkohol dan asam stearat

1. Uji viskositas

Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari lotion repelan dan pengaruh dari peningkatan konsentrasi setil alkohol-asam stearat terhadap viskositas lotion. Lotion yang baik diharapkan tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer, sehingga lotion mudah dituang.

Dari persamaan (Tabel 3) pada respon viskositas menunjukkan bahwa nilai koefisien setil alkohol sebesar +55 dan asam stearat sebesar +23. Nilai positif dari penambahan setil alkohol dan asam stearat ini menunjukkan bahwa keduanya berpengaruh terhadap peningkatan viskositas lotion, peningkatan ini lebih dominan dipengaruhi oleh setil alkohol dibanding penambahan asam stearat. Peningkatan ini dipengaruhi oleh setil alkohol yang memiliki fungsi sebagai stiffening agent atau agen pengental (Unvala, 2009), sehingga semakin meningkatnya konsentrasi setil alkohol maka mampu meningkatkan viskositas. Hasil ini didukung oleh penelitian dari Elfiyani et al., (2013) yang mengatakan bahwa penambahan pengental dalam sediaan lotion akan meningkatkan viskositas dari sediaan, sedangkan penambahan asam stearat sebagai agen pengemulsi (Allen, 2009) mampu meningkatkan viskositas lotion namun pengaruhnya tidak begitu besar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1A.

Pada uji viskositas (Gambar 1A) dengan peningkatan konsentrasi setil alkohol dan penurunan asam stearat mampu meningkatkan viskositas lotion. Kombinasi antara keduanya diperoleh koefisien nol, sehingga didapatkan grafik yang linier. Uji ANOVA pada uji viskositas diperoleh nilai p<0,05 yang artinya signifikan. Signifikan berarti terdapat kedekatan antara hasil percobaan dengan prediksi simplex lattice sehingga model persamaan dapat diakui kebenarannya dan dapat dijadikan acuan uji viskositas.


(8)

A B

C D

E

Gambar 1. Contour Plot Sifat Fisik dan Aktivitas Repelan Lotion Repelan Minyak Atsiri Bunga

Mawar

Keterangan: A: Viskositas (dPa.s), B: Daya Sebar (cm2), C: Daya Lekat (detik), D: pH, E : Daya Repelan (%)

2. Uji daya sebar

Uji daya sebar dalam lotion dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa mudah sediaan untuk menyebar pada kulit. Pengujian ini berkaitan dengan daya distribusi bahan aktif dalam sediaan. Sediaan akan lebih disukai apabila mudah menyebar sehingga penggunaan pada kulit akan semakin mudah. Pada persamaan uji daya sebar (Tabel 3) menunjukkan bahwa penambahan setil alkohol mampu mempengaruhi peningkatan daya sebar sebesar 24,23, sedangkan asam stearat sebesar 32,67, sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan asam stearat lebih dominan terhadap peningkatan daya sebar pada lotion dibandingkan penambahan setil alkohol. Hal ini karena asam stearat berpengaruh kecil terhadap peningkatan viskositas, sehingga makin kecil viskositas lotion maka tahanan

1 9 2 8 3 7 4 6 5 5 A: setil alkohol (g)

B: asam stearat (g)

v isk os it as ( d P a S ) 10 20 30 40 50 60 70 p 1 9 2 8 3 7 4 6 5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

daya se ba r (c m 2 ) -20 0 20 40 60 80 1 9 2 8 3 7 4 6 5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

da ya l e k a t (det ik ) -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 p 1 9 2 8 3 7 4 6 5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

d a ya r epel an j a m3 ( % ) -100 -50 0 50 100 150 200 p 1 9 2 8 3 7 4 6 5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

pH 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2 7.4 7.6 p


(9)

lotion untuk mengalir kecil dan membuat daya sebar lotion besar. Kombinasi dari kedua bahan ini juga mampu mempengaruhi peningkatan daya sebar sebesar 58,99.

Terlihat pada gambar 1 grafik B, peningkatan konsentrasi setil alkohol dan penurunan asam stearat mampu meningkatkan daya sebar. Pada grafik tersebut juga terlihat adanya interaksi yang positif yang artinya dengan mengkombinasikan setil alkohol dengan asam stearat mampu meningkatkan daya sebar. Analisis ANOVA pada respon daya sebar diperoleh nilai p>0,05 yaitu tidak signifikan.

3. Uji daya lekat

Uji daya lekat dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan lotion melekat pada kulit. Uji ini berkaitan dengan pengaplikasian lotion pada kulit ketika digunakan. Persamaan uji daya lekat (Tabel 3) menunjukkan nilai koefisien setil alkohol sebesar +0,86 dan asam stearat +0,40 yang berati bahwa keduanya mampu meningkatkan daya lekat lotion. Kombinasi dari setil alkohol dan asam stearat juga mampu meningkatkan daya lekat sebesar 1,79. Penambahan setil alkohol lebih berpengaruh besar terhadap peningkatan daya lekat lotion dibanding penambahan asam stearat, namun apabila kedua bahan ini dikombinasikan maka pengaruh terhadap peningkatan daya lekat menjadi lebih besar. Peningkatan ini disebabkan karena setil alkohol mampu meningkatkan viskositas lotion, sehingga semakin meningkatnya viskositas, maka daya lekat lotion juga semakin meningkat.

Dari grafik (Gambar 1C) uji daya lekat terbentuk grafik yang berbentuk quadratic.

Dari kombinasi peningkatan setil alkohol dan penurunan asan stearat ini terjadi interaksi positif, yang berarti dengan mengkombinasikan setil alkohol dan asam stearat mampu meningkatkan daya lekat. Analisis ANOVA pada respon daya lekat diperoleh nilai p>0,05 yaitu tidak signifikan yang berarti bahwa penambahan jumlah setil alkohol dan asam stearat tidak mempengaruhi signifikan pada sediaan.

4. Uji pH

Uji pH dimaksudkan untuk mengetahui pH pada sediaan lotion. Hasil pH yang diharapkan adalah nilai pH yang sama atau mendekati pH kulit untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit. Berdasarkan persamaan (Tabel 3), penambahan setil alkohol mampu mempengaruhi peningkatan pH sebesar 7,1 sedangkan asam stearat mampu meningkatkan pH sebesar 6,5. Kenaikan pH tersebut lebih dipengaruhi penambahan setil alkohol dibandingkan dengan penambahan asam stearat. Kenaikan ini karena setil alkohol memiliki kebasaan yang positif, sehingga mampu mempengaruhi meningkatnya pH pada sediaan lotion. Menurut Japanese Pharmacopeia XV, kebasaan dari setil alkohol itu menunjukkan hasil yang positif. Terlihat pada grafik uji pH (Gambar 1D), bahwa koefisien


(10)

dari kombinasi setil alkohol-asam stearat adalah nol, sehingga didapatkan grafik berbentuk linier. Analisis ANOVA respon pH memperoleh nilai p>0,05 yaitu tidak signifikan.

5. Uji repelan

Pengujian aktivitas repelan untuk mengetahui daya tolak nyamuk pada lotion repelan. Pengujian dilakukan selama tiga jam dengan menggunakan nyamuk Culex sp

betina berumur 3-5 hari. Nyamuk jenis ini beraktivitas pada malam hari, jadi ruangan pengujian didesain seolah malam hari dengan cara menutup gorden pada ruang uji.

Berdasarkan persamaan daya repelan (Tabel 3), penambahan setil alkohol mampu mempengaruhi peningkatan daya repelan sebesar 77,92, sedangkan asam stearat mampu meningkatkan daya repelan sebesar 44,97. Kombinasi dari setil alkohol dengan asam stearat juga mampu berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas repelan sebesar 26,9. Penambahan setil alkohol lebih dominan mempengaruhi peningkatan daya repelan dibanding dengan penambahan asam stearat maupun kombinasi. Hal ini disebabkan karena setil alkohol mampu meningkatkan viskositas dari lotion. Semakin kental lotion maka sedikit demi sedikit minyak atsiri bunga mawar akan terlepas, sehingga mampu memberikan proteksi yang lebih lama.

Gambar 1E menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi setil alkohol maka daya repelan yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hubungan antara peningkatan konsentrasi setil alkohol dan penurunan konsentrasi asam stearat terjadi interaksi positif yang berarti bahwa kombinasi dari keduanya mampu meningkatkan daya repelan. Analisis ANOVA pada respon daya repelan nilai p>0,05 yang berarti tidak signifikan.

Lotion repelan diuji aktivitasnya selama 3 jam dengan durasi pemaparan selama 5 menit. Dari uji ini, dibuat grafik yang dapat dilihat pada gambar 4. Berdasarkan grafik gambar 2, dapat dipahami bahwa dari lima formula yang diuji aktivitas repelannya terlihat pada FI, FIII, FIV, dan FV cenderung mengalami penurunan daya repelannya dari jam ke-1 ke jam ke-2, kecuali pada FII yang cenderung mengalami kenaikan dari jam ke-1 ke jam ke-2. Dari masing-masing formula jam ke-1 memiliki daya repelan paling tinggi, hal ini disebabkan karena jam tersebut penguapan minyak atsirinya paling banyak. Pada jam ke-2 cenderung memiliki daya repelan paling rendah, hal ini bisa diperkirakan kandungan minyak atsiri pada kulit tinggal sedikit sehingga proteksinya menurun. Namun pada jam ke-3, karena masih ada sisa minyak atsiri pada kulit dan dipengaruhi suhu tubuh serta suhu lingkungan maka terjadi kenaikan penguapan minyak atsiri yang mengakibatkan naiknya daya repelan pada lotion.


(11)

Gambar 2. Grafik Waktu vs Daya Repelan

Keterangan: F I (Formula 1), FII (Formula 2), FIII (Formula 3), FIV (Formula 4), FV (Formula 5)

Contour Plot Superimposed

Hasil analisis berbagai respon sifat fisik dan daya repelan diatas selanjutnya digabungkan menjadi satu menggunakan software Design Expert versi 9.0.3.1 (Trial)

dengan metode optimasi menggunakan simplex lattice design dan dari pengolahan tersebut diperoleh contour plot superimposed. Penggabungan ini bertujuan untuk mendapat proporsi atau untuk mengetahui pada kombinasi setil alkohol dan asam stearat berapa untuk mendapatkan formula yang optimum. Pada penelitian ini, optimasi dilakukan dengan menentuan batasan (goal) pada tiap komponen yakni setil akohol dengan range

1%-5% dan asam stearat dengan range 5%-9%. Dari kombinasi dibuat beberapa kriteria, seperti: viskositas dalam range 35-50 dPa.s agar viskositas lotion tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental, daya sebar dan daya lekat dalam maksimum yaitu 53,86 cm2 dan 0,9 detik agar lotion dapat menyebar dengan mudah dan melekat lebih lama, pH dalam kreteria dalam range 6,5-7 agar masih masuk dalam pH kulit sehingga tidak mengiritasi kulit, dan daya repelan dalam range 65%-90,3% agar lotion mampu memberikan daya tolak yang besar.

Dari penggabungan beberapa respon tersebut didapatkan contour plot superimposed

(Gambar 3). Dari contour plot superimposed tersebut, diperoleh nilai desirability sebesar 0,784 yang artinya semakin tinggi perkiraan untuk mendapatkan respon yang diinginkan karena nilainya mendekati 1. Nilai desirability merupakan nilai target optimasi yang dicapai yang digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 3). Dari nilai desirability tersebut diperoleh prediksi formula optimum, diantaranya: setil alkohol 2,71%, asam stearat 7,29%, viskositas 36,71 dPa.s, daya sebar 43,5 cm2, daya lekat 1,03 detik, pH 6,5, daya repelan 65,68%.

‐20

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3

Daya

 

Rep

e

lan

(%)

Waktu (jam ke‐)

FI FII FIII FIV FV


(12)

Gambar 3. Contour Plot Superimposed Lotion Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar Kombinasi Setil Alkohol dan Asam Stearat

Nilai prediksi yang diperoleh selanjutnya diverifikasi menggunakan one sample t-test

dengan taraf kepercayaan 95%. Verifikasi dilakukan untuk melihat perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai percobaan pada formula optimum. Hasil verifikasi ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Verifikasi Formula Optimum

Respon Prediksi Percobaan Signifikasi Keterangan Viskositas (dPa.s) 36,71 39,33±1,15 0,059 Tidak signifikan

Daya sebar (cm2

) 43,50 14,29±1,02 0,000 Signifikan

Daya lekat (detik) 1,03 0,67±0,17 0,068 Tidak signifikan

pH 6,50 7,66±0,04 0,000 Signifikan

Hasil verifikasi sifat fisik lotion repelan (Tabel 4), respon viskositas dan daya lekat memiliki hasil yang tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikasi pada uji t menunjukkan nilai t>0,05, tidak signifikan disini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai percobaan pada formula optimum. Pada respon daya sebar dan pH, hasilnya signifikan karena nilai t<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai formula optimum. Perbedaan respon pH yang signifikan ini bukan berarti lotion repelan yang dibuat tidak aman digunakan, karena menurut SNI 16-4399-1996 rentang pH lotion yang aman digunakan pada kulit yakni bekisar 4,5-8 sehingga nilai pH yang diperoleh dari formula optimum masih dikatakan aman. Selain sifat fisik, verifikasi juga dilakukan pada daya repelan lotion yang ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5. Verifikasi Daya Repelan Lotion Minyak Atsiri Bunga Mawar

Daya Repelan (%) Prediksi Lotion Optimum Signifikansi Kontrol Positif Jam ke-1 72,09 94,70±9,19 0,051 74,99±22,21 Jam ke-2 68,95 66,22±29,80 0,889 75,77±10,10 Jam ke-3 65,68 81,54±2,66 0,009 85,09±15,23

Pada tabel 5, daya repelan jam ke-1 dan jam ke-2 hasilnya tidak signifikan. Hal ini karena nilai t menghasilkan t>0,05 sehingga dapat diartikan bahwa nilai prediksi dengan nilai percobaan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau hampir sama, sedangkan pada jam jam ke-3 hasilnya signifikan yaitu nilai t<0,05 yang artinya bahwa ada perbedaan antara prediksi dengan hasil percobaan. Selanjutnya hasil dibandingkan dengan kontrol positif yaitu produk X yang ada dipasaran yang mengandung DEET 15%.

1 9

2 8

3 7

4 6

5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

De

s

ir

a

bi

lit

y

0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000

Prediction 0.784 p


(13)

Hasil uji daya repelan pada kontrol positif (Tabel 5) dibandingkan dengan hasil uji daya repelan pada formula optimum diolah menggunakan independent samples t-test

dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan nilai (t=0,795) t>0,05 yaitu tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara produk lotion X dengan lotion repelan minyak atsiri mawar. Jadi, dapat dikatakan bahwa lotion repelan minyak atsiri bunga mawar tidak kalah baiknya dengan produk X yang ada dipasaran.

Hubungan sifat fisik dan daya repelan sediaan lotion secara teori yakni semakin meningkatnya nilai viskositas, maka daya sebar dari sediaan akan menurun, sedangkan daya lekat akan meningkat (Trilestari, 2002; Zulkarnain, 2013). Begitupula dengan meningkatnya viskositas, maka pelepasan minyak atsiri dalam sediaan akan sedikit demi sedikit, sehingga menghasilkan daya repelan yang lebih lama. Namun, berdasarkan hasil verifikasi formula optimum diperoleh hasil yang tidak sesuai antara prediksi dengan percobaan yakni respon daya sebar, pH, dan daya repelan, sedangkan respon viskositas dan daya lekat sesuai prediksi. Hal ini bisa diperkirakan karena nilai taraf kepercayaannya saat uji t terlalu tinggi, yakni 95% sehingga hasilnya terlihat berbeda. Apabila dilihat hasil percobaan formula optimum tanpa membandingkan dengan prediksi, maka hasil respon daya sebar, pH, dan daya repelan dapat dikatakan baik. Melihat dari dua sudut pandang ini, dapat dikatakan bahwa lotion belum bisa dikatakan sebagai lotion yang optimum, namun bisa dikatakan bahwa lotion repelan ini baik dari segi fisik maupun daya repelan.

Uji Stabilitas

Uji stabilitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada lotion yang meliputi: organoleptis, daya sebar, daya lekat, pH, viskositas, dan homogenitas. Uji ini dilakukan pada lotion percobaan awal menggunakan 5 formula dan lotion dengan formula optimum. Pada lotion percobaan diperoleh hasil seperti pada gambar 4.

Pada gambar 4, grafik A dapat dipahami bahwa pada formula lima terjadi kenaikan viskositas dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, namun dari minggu ke-2 ke minggu ke-3 terjadi penurunan viskositas. Naik turunnya hasil uji viskositas ini juga terjadi pada keempat formula lainnya. Grafik B, C, dan D daya sebar dari tiap formula juga terlihat fluktuatif


(14)

Gambar 4. Grafik Uji Sifat Fisik Percobaan Awal

Keterangan: A: Waktu vs Viskositas, B: Waktu vs Daya Sebar, C: Waktu vs Daya Lekat, D: Waktu vs pH, FI: Formula I, FII: Formula II, FIII: Formula III, FIV: Formula IV, FV: Formula V

Selanjutnya, uji stabilitas dilakukan pada sifat fisik lotion dengan formula optimum, hasilnya disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Formula Optimum

Respon Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Daya sebar 35,16±17,55 14,29±1,02 14,74±0,19 12,05±0,64 13,62±0,49 Daya lekat 0,61±0,04 0,67±0,17 0,59±0,07 0,61±0,09 0,54±0,06

pH 7, 61±0,12 7,65±0,04 7,64±0,21 7,65±0,03 7,61±0,05 Viskositas 38,33±2,89 39,33±1,15 41,67±2,89 45±5 45±5 Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

Hasil uji stabilitas terhadap lotion diketahui lotion repelan yang disimpan pada suhu ruang selama lima minggu masih memiliki bau khas minyak mawar dan berwarna putih, tekstur lembut, halus, homogen, serta memiliki viskositas yang tidak begitu kental juga tidak begitu encer, pH dan daya lekat yang relatif stabil. Pada gambar 5 terlihat bahwa terjadi penurunan daya sebar dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, namun terjadi peningkatan pada respon viskositas pada tiap minggunya. Secara umum, semakin meningkatnya viskositas suatu sediaan maka akan menurunkan daya sebar dan daya lekatpun akan tinggi. Penurunan dan kenaikan yang terjadi pada uji stabilitas ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama penyimpanan. Terjadinya kenaikan pada grafik A (Gambar 5) bisa disebabkan karena semakin rendah suhu, maka partikel dalam sediaan akan lebih rapat,

A  B 

C  D 

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4

Vi sk o si ta s   (d P a .s )

Waktu (minggu)

0 2 4 6 8 10

1 2 3 4

pH

Waktu (minggu)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

1 2 3 4

Daya   Le k a t   (detik)

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4

Daya   Sebar   (cm 2 )


(15)

sehingga sediaan akan makin padat atau viskositasnya meningkat. Apabila lotion yang disimpan lama maka kandungan air akan semakin berkurang dan mengakibatkan viskositasnya naik. Untuk memastikan adanya perbedaan penurunan atau peningkatan yang terjadi pada uji stabilitas tiap minggunya, maka perlu dilakukan uji anova

Gambar 5. Grafik Waktu vs Respon Pada Formula Optimum

Keterangan: A: Grafik Waktu vs Viskositas, B: Grafik Waktu vs Daya Sebar, C: Grafik Waktu vs Daya Lekat, D: Grafik Waktu vs pH

Analisis anova pada uji viskositas didapatkan nilai p 0,152>0,05 yaitu tidak signifikan sehingga dapat dikatakan kenaikan viskositas pada tiap minggunya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada uji anova daya sebar diperoleh nilai p 0,017<0,05 yakni signifikan. Hasil signifikan pada uji daya sebar ini hanya terjadi dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, 3, 4, dan 5, namun kecenderungan antar minggu ke-2, 3, 4, 5 hasilnya tidak signifikan (Lampiran 5). Uji anova pada daya lekat diperoleh nilai p 0,630>0,05 yang artinya tidak signifikan sehingga dikatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil uji daya lekat pada tiap minggunya. Selanjutnya, uji anova pada uji pH diperoleh nilai p 0,816>0,05 yaitu tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil uji pH tiap minggunya. Berdasarkan hasil uji stabilitas dan analisis anova, dapat dikatakan bahwa lotion repelan yang dibuat telah memenuhi parameter uji, yakni: uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji pH, karena dari hasil sudah sesuai dengan teori yakni semakin meningkatnya viskositas maka daya sebar akan turun dan daya lekat akan meningkat (Trilestari, 2002; Zulkarnain 2013), serta hasil analisis anova dari tiap parameter hasilnya rata-rata tidak signifikan kecuali

A  B  D  C  0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1 2 3 4 5

Daya   Lekat   (d e ti k )

Waktu (minggu)

7.2 7.4 7.6 7.8 8

1 2 3 4 5

pH

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

Daya   Sebar   (c m2)

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

Visko

sitas

 

(dPa.s

)


(16)

pada uji daya sebar, sehingga dapat dikatakan bahwa lotion repelan ini relatif stabil dari segi fisik dan aman bila digunakan, karena nilai pH yang diperoleh masih masuk dalam rentang pH normal yakni 4,5-8 (SNI 16-4399-1996).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kombinasi setil alkohol dengan asam stearat mampu mempengaruhi sifat fisik dan daya repelan lotion repelan. Penambahan setil alkohol lebih dominan berpengaruh terhadap peningkatan viskositas, daya lekat, pH, dan daya repelan, sedangkan penambahan asam stearat berpengaruh terhadap peningkatan daya sebar. Proporsi formula optimum dengan kombinasi setil alkohol dan asam stearat adalah setil alkohol 2,71% dan asam stearat 7,29%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang optimasi lotion repelan minyak atsiri bunga mawar dengan menggunakan spesies nyamuk yang berbeda dan perlu dilakukan uji stabilitas lotion yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L, V., 2009, Stearic Acid, in: Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (eds.)

Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, 697-699, USA,

Pharmaceutical Press

Baskoro, A. D., Agustina, T. E., & Anindya, H., 2008, Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa damascena) sebagai Repellent terhadap Culex sp. pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar, http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18321/1/Uji-

potensi-repellent-minyak-mawar-%28Rosa-damascena%29-sebagai-repellent-terhadap-Culex-sp.-pada-tikus-%28Rattus-Norvegicus%29-Strain-Wistar.pdf. ( diakses 23 maret 2014 )

Bolton, S., 2004, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, 4rd Ed., 523-530, New York, Marcell-Dekker Inc

DepKes RI., 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, 19, Jakarta, DepKes Republik Indonesia

DepKes RI., 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Dirjen POM, Jakarta, Hal. 105, 108-118

DepKes RI., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, 1030, Jakarta, DepKes Republik Indonesia


(17)

Elfiyani, R., Yati, K., Nurhayati, S., & Lestari, N. M. A., 2013, Perbandingan Penggunaan Setil Alkohol Dan Setostearil Alkohol Sebagai Thickening Agent Terhadap Stabilitas Fisik Scalp Lotion Ekstrak Etanol 96% Buah Mengkudu (Morinda citrifolia. L),

Farmasains, Vol. 2 No. 1, hal: 31-36

Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri Jilid I, diterjemahkan oleh Ketaren, S., 131-134, Jakarta, Universitas Indonesia Press

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, 283-292, Jakarta, Balai Pustaka

Mustanir, Marianne, & Ikhsan, H., 2011, Aktifitas Repellent Nyamuk Lotion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex Trifolia L. Dan N,N-Dietil-Meta-Toluamida, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179

Shinta, 2010, Potensi Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin B.), Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.), Bunga Kenanga (Cananga odorata hook F & Thoms), dan Daun Rosemarry (Rosemarinus officinalis L.) Sebagai Repelan terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., Media Litbang Kesehatan, 22 (2): 61-68

Soedarto, 1989, Entomolgi Kedokteran, 35-105, Jakarta, EGC

Trilestari, 2002, Hand and Body Lotion: Pengaruh Penambahan Nipagin, Nipasol, dan Campuran Keduanya Terhadap Stabilitas Fisika dan Efektivitasnya Sebagai Antijamur, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Unvala, H, M., 2009, Cetyl alcohol, in: Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. (eds.),

Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, 155-156, USA,

Pharmaceutical Press

Zulkarnain, A. K., Susanti, M., & Lathifa, A. N., 2013, The Physical Stability Of Lotion O/W And W/O From Phaleria macrocarpa Fruit Extract As Sunscreen And Primary Irritation Test On Rabbit, Traditional Medicine Journal, 18(3), 141-150


(1)

Gambar 3. Contour Plot Superimposed Lotion Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar Kombinasi Setil Alkohol dan Asam Stearat

Nilai prediksi yang diperoleh selanjutnya diverifikasi menggunakan one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Verifikasi dilakukan untuk melihat perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai percobaan pada formula optimum. Hasil verifikasi ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Verifikasi Formula Optimum

Respon Prediksi Percobaan Signifikasi Keterangan

Viskositas (dPa.s) 36,71 39,33±1,15 0,059 Tidak signifikan

Daya sebar (cm2

) 43,50 14,29±1,02 0,000 Signifikan

Daya lekat (detik) 1,03 0,67±0,17 0,068 Tidak signifikan

pH 6,50 7,66±0,04 0,000 Signifikan

Hasil verifikasi sifat fisik lotion repelan (Tabel 4), respon viskositas dan daya lekat memiliki hasil yang tidak signifikan. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikasi pada uji t menunjukkan nilai t>0,05, tidak signifikan disini berarti bahwa tidak ada perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai percobaan pada formula optimum. Pada respon daya sebar dan pH, hasilnya signifikan karena nilai t<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan antara nilai prediksi dengan nilai formula optimum. Perbedaan respon pH yang signifikan ini bukan berarti lotion repelan yang dibuat tidak aman digunakan, karena menurut SNI 16-4399-1996 rentang pH lotion yang aman digunakan pada kulit yakni bekisar 4,5-8 sehingga nilai pH yang diperoleh dari formula optimum masih dikatakan aman. Selain sifat fisik, verifikasi juga dilakukan pada daya repelan lotion yang ditampilkan pada tabel 5.

Tabel 5. Verifikasi Daya Repelan Lotion Minyak Atsiri Bunga Mawar

Daya Repelan (%) Prediksi Lotion Optimum Signifikansi Kontrol Positif

Jam ke-1 72,09 94,70±9,19 0,051 74,99±22,21

Jam ke-2 68,95 66,22±29,80 0,889 75,77±10,10

Jam ke-3 65,68 81,54±2,66 0,009 85,09±15,23

Pada tabel 5, daya repelan jam ke-1 dan jam ke-2 hasilnya tidak signifikan. Hal ini karena nilai t menghasilkan t>0,05 sehingga dapat diartikan bahwa nilai prediksi dengan nilai percobaan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau hampir sama, sedangkan pada jam jam ke-3 hasilnya signifikan yaitu nilai t<0,05 yang artinya bahwa ada perbedaan antara prediksi dengan hasil percobaan. Selanjutnya hasil dibandingkan dengan kontrol

1 9

2 8

3 7

4 6

5 5 A: setil alkohol (%)

B: asam stearat (%)

De

s

ir

a

bi

lit

y

0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000

Prediction 0.784 p


(2)

Hasil uji daya repelan pada kontrol positif (Tabel 5) dibandingkan dengan hasil uji daya repelan pada formula optimum diolah menggunakan independent samples t-test dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan nilai (t=0,795) t>0,05 yaitu tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara produk lotion X dengan lotion repelan minyak atsiri mawar. Jadi, dapat dikatakan bahwa lotion repelan minyak atsiri bunga mawar tidak kalah baiknya dengan produk X yang ada dipasaran.

Hubungan sifat fisik dan daya repelan sediaan lotion secara teori yakni semakin meningkatnya nilai viskositas, maka daya sebar dari sediaan akan menurun, sedangkan daya lekat akan meningkat (Trilestari, 2002; Zulkarnain, 2013). Begitupula dengan meningkatnya viskositas, maka pelepasan minyak atsiri dalam sediaan akan sedikit demi sedikit, sehingga menghasilkan daya repelan yang lebih lama. Namun, berdasarkan hasil verifikasi formula optimum diperoleh hasil yang tidak sesuai antara prediksi dengan percobaan yakni respon daya sebar, pH, dan daya repelan, sedangkan respon viskositas dan daya lekat sesuai prediksi. Hal ini bisa diperkirakan karena nilai taraf kepercayaannya saat uji t terlalu tinggi, yakni 95% sehingga hasilnya terlihat berbeda. Apabila dilihat hasil percobaan formula optimum tanpa membandingkan dengan prediksi, maka hasil respon daya sebar, pH, dan daya repelan dapat dikatakan baik. Melihat dari dua sudut pandang ini, dapat dikatakan bahwa lotion belum bisa dikatakan sebagai lotion yang optimum, namun bisa dikatakan bahwa lotion repelan ini baik dari segi fisik maupun daya repelan.

Uji Stabilitas

Uji stabilitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada lotion yang meliputi: organoleptis, daya sebar, daya lekat, pH, viskositas, dan homogenitas. Uji ini dilakukan pada lotion percobaan awal menggunakan 5 formula dan lotion dengan formula optimum. Pada lotion percobaan diperoleh hasil seperti pada gambar 4.

Pada gambar 4, grafik A dapat dipahami bahwa pada formula lima terjadi kenaikan viskositas dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, namun dari minggu ke-2 ke minggu ke-3 terjadi penurunan viskositas. Naik turunnya hasil uji viskositas ini juga terjadi pada keempat formula lainnya. Grafik B, C, dan D daya sebar dari tiap formula juga terlihat fluktuatif


(3)

Gambar 4. Grafik Uji Sifat Fisik Percobaan Awal

Keterangan: A: Waktu vs Viskositas, B: Waktu vs Daya Sebar, C: Waktu vs Daya Lekat, D: Waktu vs pH, FI: Formula I, FII: Formula II, FIII: Formula III, FIV: Formula IV, FV: Formula V

Selanjutnya, uji stabilitas dilakukan pada sifat fisik lotion dengan formula optimum, hasilnya disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Stabilitas Formula Optimum

Respon Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V

Daya sebar 35,16±17,55 14,29±1,02 14,74±0,19 12,05±0,64 13,62±0,49

Daya lekat 0,61±0,04 0,67±0,17 0,59±0,07 0,61±0,09 0,54±0,06

pH 7, 61±0,12 7,65±0,04 7,64±0,21 7,65±0,03 7,61±0,05

Viskositas 38,33±2,89 39,33±1,15 41,67±2,89 45±5 45±5

Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

Hasil uji stabilitas terhadap lotion diketahui lotion repelan yang disimpan pada suhu ruang selama lima minggu masih memiliki bau khas minyak mawar dan berwarna putih, tekstur lembut, halus, homogen, serta memiliki viskositas yang tidak begitu kental juga tidak begitu encer, pH dan daya lekat yang relatif stabil. Pada gambar 5 terlihat bahwa terjadi penurunan daya sebar dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, namun terjadi peningkatan pada respon viskositas pada tiap minggunya. Secara umum, semakin meningkatnya viskositas suatu sediaan maka akan menurunkan daya sebar dan daya lekatpun akan tinggi. Penurunan dan kenaikan yang terjadi pada uji stabilitas ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor suhu dan lama penyimpanan. Terjadinya kenaikan pada grafik A (Gambar 5) bisa disebabkan karena semakin rendah suhu, maka partikel dalam sediaan akan lebih rapat,

A  B 

C  D 

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4

Vi sk o si ta s   (d P a .s )

Waktu (minggu)

0 2 4 6 8 10

1 2 3 4

pH

Waktu (minggu)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

1 2 3 4

Daya   Le k a t   (detik)

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

1 2 3 4

Daya   Sebar   (cm 2 )


(4)

sehingga sediaan akan makin padat atau viskositasnya meningkat. Apabila lotion yang disimpan lama maka kandungan air akan semakin berkurang dan mengakibatkan viskositasnya naik. Untuk memastikan adanya perbedaan penurunan atau peningkatan yang terjadi pada uji stabilitas tiap minggunya, maka perlu dilakukan uji anova

Gambar 5. Grafik Waktu vs Respon Pada Formula Optimum

Keterangan: A: Grafik Waktu vs Viskositas, B: Grafik Waktu vs Daya Sebar, C: Grafik Waktu vs Daya Lekat, D: Grafik Waktu vs pH

Analisis anova pada uji viskositas didapatkan nilai p 0,152>0,05 yaitu tidak signifikan sehingga dapat dikatakan kenaikan viskositas pada tiap minggunya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada uji anova daya sebar diperoleh nilai p 0,017<0,05 yakni signifikan. Hasil signifikan pada uji daya sebar ini hanya terjadi dari minggu ke-1 ke minggu ke-2, 3, 4, dan 5, namun kecenderungan antar minggu ke-2, 3, 4, 5 hasilnya tidak signifikan (Lampiran 5). Uji anova pada daya lekat diperoleh nilai p 0,630>0,05 yang artinya tidak signifikan sehingga dikatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil uji daya lekat pada tiap minggunya. Selanjutnya, uji anova pada uji pH diperoleh nilai p 0,816>0,05 yaitu tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil uji pH tiap minggunya. Berdasarkan hasil uji stabilitas dan analisis anova, dapat dikatakan bahwa lotion repelan yang dibuat telah memenuhi parameter uji, yakni: uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji pH, karena dari hasil sudah sesuai dengan teori yakni semakin meningkatnya viskositas maka daya sebar akan turun dan daya lekat akan meningkat (Trilestari, 2002; Zulkarnain 2013), serta hasil analisis anova dari tiap parameter hasilnya rata-rata tidak signifikan kecuali

A  B  D  C  0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1 2 3 4 5

Daya   Lekat   (d e ti k )

Waktu (minggu)

7.2 7.4 7.6 7.8 8

1 2 3 4 5

pH

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

Daya   Sebar   (c m2)

Waktu (minggu)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

Visko

sitas

 

(dPa.s

)


(5)

pada uji daya sebar, sehingga dapat dikatakan bahwa lotion repelan ini relatif stabil dari segi fisik dan aman bila digunakan, karena nilai pH yang diperoleh masih masuk dalam rentang pH normal yakni 4,5-8 (SNI 16-4399-1996).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kombinasi setil alkohol dengan asam stearat mampu mempengaruhi sifat fisik dan daya repelan lotion repelan. Penambahan setil alkohol lebih dominan berpengaruh terhadap peningkatan viskositas, daya lekat, pH, dan daya repelan, sedangkan penambahan asam stearat berpengaruh terhadap peningkatan daya sebar. Proporsi formula optimum dengan kombinasi setil alkohol dan asam stearat adalah setil alkohol 2,71% dan asam stearat 7,29%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang optimasi lotion repelan minyak atsiri bunga mawar dengan menggunakan spesies nyamuk yang berbeda dan perlu dilakukan uji stabilitas lotion yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L, V., 2009, Stearic Acid, in: Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (eds.) Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, 697-699, USA, Pharmaceutical Press

Baskoro, A. D., Agustina, T. E., & Anindya, H., 2008, Uji Potensi Repellent Minyak Mawar (Rosa damascena) sebagai Repellent terhadap Culex sp. pada Tikus (Rattus Norvegicus) Strain Wistar, http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/18321/1/Uji-

potensi-repellent-minyak-mawar-%28Rosa-damascena%29-sebagai-repellent-terhadap-Culex-sp.-pada-tikus-%28Rattus-Norvegicus%29-Strain-Wistar.pdf. ( diakses 23 maret 2014 )

Bolton, S., 2004, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Applications, 4rd Ed., 523-530, New York, Marcell-Dekker Inc

DepKes RI., 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, 19, Jakarta, DepKes Republik Indonesia

DepKes RI., 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Dirjen POM, Jakarta, Hal. 105, 108-118

DepKes RI., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, 1030, Jakarta, DepKes Republik Indonesia


(6)

Elfiyani, R., Yati, K., Nurhayati, S., & Lestari, N. M. A., 2013, Perbandingan Penggunaan Setil Alkohol Dan Setostearil Alkohol Sebagai Thickening Agent Terhadap Stabilitas Fisik Scalp Lotion Ekstrak Etanol 96% Buah Mengkudu (Morinda citrifolia. L), Farmasains, Vol. 2 No. 1, hal: 31-36

Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri Jilid I, diterjemahkan oleh Ketaren, S., 131-134, Jakarta, Universitas Indonesia Press

Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, 283-292, Jakarta, Balai Pustaka

Mustanir, Marianne, & Ikhsan, H., 2011, Aktifitas Repellent Nyamuk Lotion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex Trifolia L. Dan N,N-Dietil-Meta-Toluamida, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 172-179

Shinta, 2010, Potensi Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin B.), Daun Babadotan (Ageratum conyzoides L.), Bunga Kenanga (Cananga odorata hook F & Thoms), dan Daun Rosemarry (Rosemarinus officinalis L.) Sebagai Repelan terhadap Nyamuk Aedes aegypti L., Media Litbang Kesehatan, 22 (2): 61-68

Soedarto, 1989, Entomolgi Kedokteran, 35-105, Jakarta, EGC

Trilestari, 2002, Hand and Body Lotion: Pengaruh Penambahan Nipagin, Nipasol, dan Campuran Keduanya Terhadap Stabilitas Fisika dan Efektivitasnya Sebagai Antijamur, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Unvala, H, M., 2009, Cetyl alcohol, in: Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. (eds.), Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition, 155-156, USA, Pharmaceutical Press

Zulkarnain, A. K., Susanti, M., & Lathifa, A. N., 2013, The Physical Stability Of Lotion O/W And W/O From Phaleria macrocarpa Fruit Extract As Sunscreen And Primary Irritation Test On Rabbit, Traditional Medicine Journal, 18(3), 141-150


Dokumen yang terkait

Studi Variasi Morfologi Polen Bunga Mawar (Rosa Damascena Mill) pada warna bunga berbeda

12 50 22

ENKAPSULASI MINYAK MAWAR (Rosa damascena Mill.) DENGAN PENYALUT β SIKLODEKSTRIN DAN β SIKLODEKSTRIN TERASETILASI

3 22 112

FORMULASI LOTION REPELAN MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill.) DENGAN KOMBINASI SETIL Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Setil Alkohol-Asam Stearat Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

0 2 11

PENDAHULUAN Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Setil Alkohol-Asam Stearat Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

1 5 7

PENGARUH FORMULASI GEL REPELAN MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill.) DENGAN Pengaruh Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Hpmc-Propilen Glikol Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

3 4 11

PENDAHULUAN Pengaruh Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Hpmc-Propilen Glikol Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

1 6 7

PBU Pengaruh Formulasi Gel Repelan Minyak Atsiri Bunga Mawar (Rosa Damascena Mill.) Dengan Kombinasi Hpmc-Propilen Glikol Terhadap Sifat Fisik Dan Uji Aktivitasnya.

2 7 16

PENGARUH PERBANDINGAN VASELIN DAN BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill) PADA PROSES ENFLEURASI TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK MAWAR.

0 0 8

TANAMAN HORTIKULTURA MAWAR ( Rosa damascena Mill ).docx

0 0 32

PERTUMBUHAN STEK MAWAR (Rosa damascena Mill.) PADA WAKTU PERENDAMAN DALAM LARUTAN URINE SAPI

0 2 7