Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style pada Wanita Penderita Kanker Payudara yang Sudah Menjalani Mastektomi pada Perkumpulan Kanker "X" di Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Explanatory style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada

perkumpulan kanker “X” di Kota Bandung. Kanker payudara merupakan masalah besar bagi kesehatan, terlebih apabila harus dilakukan mastektomi yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat benjolan pada payudara yang mengakibatkan penderita kehilangan payudara. Bagi wanita yang telah mengalami mastektomi akan terjadi perubahan fisik berupa hilangnya payudara dimana payudara memiliki arti dan fungsi yang penting.

Seligman (1990) mengungkapkan pengertian Explanatory style adalah cara pandang individu dalam menjelaskan keadaan baik (good situation) maupun keadaan yang buruk (bad situation). Keadaan yang dimaksud adalah peristiwa – peristiwa baik atau buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Bagaimana seseorang berpikir

dan menjelaskan tentang ‘sebab’ dari suatu keadaan. Individu yang optimis akan

melakukan usaha dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya berpikir bahwa keadaan yang buruk merupakan tantangan, tidak merasa cepat putus asa, memiliki dukungan sosial pada akhirnya akan memiliki kesehatan yang lebih baik. Individu yang pesimis akan memandang keadaan buruk sesuatu yang menetap, cepat putus asa.

Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran Explanatory style pada wanita penderita kanker payudara yang sedang Mastektomi di Perkumpulan Kanker

“X” Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif dengan menggunakan metode survei. Variabel penelitian ini adalah Explanatory style. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur Explanatory style menggunakan Atributional Style Qustionare (ASQ) terdiri atas 48 item yang dibuat oleh Martin E.P Seligman disesuaikan dengan sampel penelitian wanita terhadap penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada

perkumpulan kanker” X” di Bandung.

Hasil penelitian yang didapat dari 25 orang didapat 16 orang (64%) wanita penderita kanker payudara sebaian besar memiliki gambaran Explanatory style pesimis. Hal ini juga terlihat pada beberapa aspek bad situation dan good situation. Faktor – faktor yang mempengaruhi juga terlihat dari Explanatory style ibu, kritik dari orang tua dan masa krisis anak. Saran bagi penderita kanker payudara yang

sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di kota Bandung untuk

menyadari bahwa dengan memiliki cara pandang yang optimis dapat membantu proses kesembuhan.


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Lembar pengesahan ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang masalah ... 1

1.2. Identifikasi masalah ... 10

1.3.Maksud dan Tujuan penelitian ... 10

1.3.1 Maksud penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan penelitian ... 12

1.4 Kegunaan penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 12

1.4.2 Kegunaan praktis ... 12

1.5 Kerangka Pikir ... 12

1.6 Asumsi ... 19

BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1 Explanatory style 2.1.1 Pengertian Explanatory style... 20

2.1.2 Dimensi Explanatory style ... 24

2.1.3 Keuntungan orang optimis ... 26

2.1.4 Faktor – faktor Explanatory style ... 28

2. Tinjauan Kanker Payudara ... 30


(3)

v

Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Predisposisi kanker payudara ... 30

2.2.3 Mastektomi ... 31

2.2.4 Kanker payudara dan seksualitas ... 32

2.2.5 Dampak psikis setelah pengobatan kanker payudara ... 34

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian ... 37

3.2 Variabel penelitian dan Definisi operasional ... 37

3.2.1 Variabel penelitian ... 38

3.2.2 Definisi Operasional ... 38

3.3 Alat ukur 3.3.1 Alat ukur ... 39

3.3.2 Prosedur pengisian kuesioner ... 43

3.3.3 Sistem penilaian alat ukur... 43

3.3.4 Validitas alat ukur ... 44

3.3.5 Reliabilitas alat ukur ... 45

3.3.6 Data Penunjang ... 47

3.4 Populasi sasaran 3.4.1 Populasi sasaran ... 48

3.4.2 Teknik penarikan sampel ... 48

3.4.4 teknik analisis ... 48

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran responden ... 50

4.2 Hasil penelitian ... 51

4.3 Pembahasan hasil penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61

5.3 Saran Penelitian lanjutan ... 61


(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka ... 62 Daftar rujukan ... 63 Lampiran


(5)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran... 18 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 37


(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL


(7)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Kuesioner Alat Ukur ... 65

LAMPIRAN II Tabel 2.1 Validitas permanence bad ... 75

Tabel 2.2 Validitas permanence good ... 75

Tabel 2.3 Validitas pervasiveness bad ... 75

Tabel 2.4 Validitas pervasiveness good ... 75

Tabel 2.5 Validitas pervasiveness bad ... 76

Tabel 2.6 Validitas permanence good ... 76

LAMPIRAN III Tebel 3.1 Gambaran Subyek berdasarkan usia ... Tabel 3.2 Gambaran Subyek berdasarkan pendidikan ... Tabel 3.3 Gambaran subyek berdasarkan status pernikahan ... Tabel 3.4 Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan ... Tabel 3.5 Gambaran subyek pada aspek permanence bad ... 80

Tabel 3.6 Gambaran subyek pada aspek permanence good ... 80

Tabel 3.7 Gambaran subyek pada aspek pervasiveness good ... 81

Tabel 3.8 Gambaran subyek pada aspek pervasiveness bad ... 81

Tabel 3.9 Gambaran subyek pada aspek personalization bad ... 81

Tabel 4.0 Gambaran explanatory style pada aspek personalization good ... 82

Tabel 4.1 Gambaran explanatpry style ... 82

Tabel 4.2 Gambaran tabulasi silang permanence bad dengan explanatory style ... 83

Tabel 4.3 Gambaran tabulasi silang permanence good dengan explanatory style ... 83

Tabel 4.4 Gambaran tabulasi silang pervasiveness good dengan explanatory style ... 84

Tabel 4.5 Gambaran tabulasi silang pervasiveness bad dengan explanatory style ... 84

Tabel 4.6 Gambaran tabulasi silang personalization bad dengan explanatory style ... 86


(8)

x

Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.8 Gambaran explanatory style yang ibu lakukan saat mengalami kejadian

baik atau buruk ... 87

Tabel 4.9 Gambaran cara ibu memberi ... 88

Tabel 5.0 Gambaran explanatory style dengan dampak pujian bagi respon ... 88

Tabel 5.1 Gambaran explanatory style dengan dampak kritis ... 90

Tabel 5.2 Gambaran respon yang pernah mengalami kejadian buruk ... 90


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi di lingkungan sekitar telah banyak penyakit yang berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian. Ketidaksesuaian harapan itu dapat menyebabkan pandangan seseorang mengenai penyakit menjadi suatu hal yang ditakuti . Salah satu penyakit yang mematikan adalah kanker payudara yang disebut juga tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Sel kanker pada payudara hanya tumbuh sebesar 1 cm dalam waktu 8-12 tahun. Sel tersebut bersembunyi dalam tubuh dan tanpa diketahui keaktifannya. Sel tersebut ada di dalam kelenjar payudara dan dapat menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh. (Endang Kori Suryaningsih,2009) Penyebab kanker payudara memang belum diketahui, namun banyak sekali pemicunya antara lain adalah adanya pertumbuhan tidak normal sel dalam payudara. Ketidaknormalan ini dipicu karena adanya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsiogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara.


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini alamiah. Di negara berkembang setiap tahunnya lebih dari 580.000 kasus kanker payudara ditemukan Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 tahun ke atas, 6%-nya pada usia kurang 40 tahun. Banyak juga para wanita yang berusia 30 tahun ke atas terkena kanker yang mematikan ini. Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. (Endang Kori Suryaningsih.2009)

Masih menurut WHO tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal dunia karenanya. Belum ada data statistik menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini, sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 -30 bulan. Di Indonesia jumlah penderita kanker payudara menduduki tingkat kedua setelah kanker mulut rahim. Sejak tahun 1990 jumlah penderita penyakit ganas ini menurun. Hal ini disebabkan sudah banyak kaum perempuan yang melakukan deteksi dini dalam pengobatan kanker payudara ini. (Endang Kori Suryaningsih.2009)

Komunitas kanker Indonesia adalah perkumpulan kanker yang berdiri sudah sejak 2003. Perkumpulan ini memiliki visi lembaga unggulan dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker dan awam menuju


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha Indonesia Peduli Kanker‘. Komunitas ini berpusat di Jakarta namun memiliki beberapa cabang yaitu di kota Balikpapan, Batam, Semarang, Menado dan Bandung. Di kota Bandung terdapat suatu perkumpulan kanker yang bernama komunitas ‘’X”. Komunitas ini mengadakan pertemuan rutin dua bulan sekali untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh penderita kanker yang ada di Bandung dengan mengundang pembicara dari berbagai sumber. Tujuan perkumpulan ini untuk saling memberi dukungan secara moral, emosional dan sosial kepada para penderita kanker yang ada di Kota Bandung untuk tetap bersemangat dalam melawan penyakitnya. Memberikan dukungan moral, emosional dan sosial bagi penderita maupun keluarga. Selain itu juga untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker dan pentingnya deteksi dini, memfasilitasi hubungan harmonis antar berbagai pihak yang terlibat dalam penanganan kanker, menyediakan informasi yang tepat dan terkini tentang kanker, membentuk dan memperkuat jaringan internal dan eksternal untuk mendukung kegiatan lembaga. Setiap pertemuan tidak dapat dipastikan berapa wanita penderita kanker payudara yang hadir karena tidak pasti semua penderita akan datang setiap ada pertemuan. Ciri khas dari penelitian ini yaitu seringnya diadakan pertemuan untuk saling sharing dan mengundang dokter sebagai nara sumber untuk memberikan informasi mengenai kanker payudara.

Kanker payudara merupakan masalah besar bagi kesehatan, terlebih apabila harus dilakukan mastektomi yaitu operasi yang dilakukan untuk mengangkat benjolan pada payudara yang mengakibatkan penderita kehilangan payudara. Bagi wanita


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha yang telah mengalami mastektomi akan terjadi perubahan fisik berupa hilangnya payudara dimana payudara memiliki arti dan fungsi yang penting seperti menyusui, seksual, atau hubungan suami istri dan dalam segi penampilan saat bekerja. Penderita diharapkan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk menerima semua proses perubahan yang terjadi pada dirinya

Meyerowitz pada tahun 2011 mencatat identifikasi perubahan pola hidup yang dihasilkan oleh penderita yang di diagnosis oleh dokter tentang penyakitnya dan yang sudah menjalani pengobatan bedah kanker payudara. Mereka biasanya akan mengalami perubahan pola hidup termasuk insomnia, mimpi buruk berulang, kehilangan nafsu makan, kesulitan kembali ke kegiatan rumah tangga biasa dan bekerja, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Gangguan fisik dari mastektomi sangat besar, sehingga sulit untuk tidur, memiliki keintiman seksual, dan beradaptasi dengan pakaian dan masalah citra tubuh. (http://tentangkanker.com/2011/kenali-resiko-kanker-payudara/)

Wanita yang sudah menjalani bedah kanker payudara dengan mastektomi ini harus mendapatkan banyak dukungan dari keluarganya untuk membuat ia bisa semangat kembali. Dampak fisik pada wanita yang sudah menjalani mastektomi biasanya akan merasakan kesakitan pada bagian lengan yang sejajar dengan payudara yang sudah di operasi. Dampak psikologis biasanya wanita yang sudah menjalani mastektomi mereka merasa kekhawatiran yang tinggi dan ketidaknyamanan dengan perubahan yang dialaminya. Gangguan emosional yang biasanya dijumpai seperti


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha frustrasi, depresi dan anxiety. Penderita juga dapat mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun dan putus asa. Hal ini yang akan mempengaruhi penderita mengenai gaya penjelasan atas apa yang terjadi pada dirinya.

Peneliti telah melakukan wawancara terhadap lima perempuan yang mengalami penyakit kanker payudara yang sudah dilakukan mastektomi. Untuk responden yang pertama dalam kasus ini seorang ibu yang berumur 45 tahun sudah menikah dan memiliki penyakit kanker payudara stadium II, pada saat itu dokter menyarankan untuk dilakukan operasi payudara. Setelah ibu tersebut menjalani operasi kanker payudara, hilangnya payudara menyebabkan ia merasa tidak percaya diri. Ibu ini merasa penampilannya akan berpengaruh pada hubungan seksualnya dengan suaminya. Ia merasa cemas karena takut suaminya akan menjauhinya atau berpaling kepada perempuan lain. Namun setelah beberapa bulan kemudian ia merasa tidak ada perilaku yang berubah dari lingkungannya, ia merasa suaminya tetap mencintainya bahkan ia merasa suaminya menjadi lebih memperhatikannya. Ia juga merasa penampilannya tidak mendapatkan tanggapan apapun dari lingkungan sekitarnya. Hal itu yang membuat ia merasa tetap semangat untuk menjalani kesehariannya, ia merasa mungkin memang ini penyakit yang sudah diberikan Tuhan dan ia merasakan hikmah yang baik dengan kejadian setelah ia di operasi karena suaminya tetap mencintainya dan lebih memperhatikannya. Kekhawatiran akan mengalami kesakitan itu juga ia rasakan namun ia hanya bisa berdoa dan berusaha


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha berfikir positif untuk membuat ia menjadi tetap tenang. Ia menjelaskan penyakit yang dideritanya itu memang kuasa Tuhan jadi apapun yang dialaminya harus diterima dengan baik dan ikhlas.

Responden yang kedua ini adalah seorang wanita karir yang berusia 32 tahun dan belum menikah. Ia menderita penyakit kanker payudara dan sudah menjalani operasi mastektomi. Pada awal sebelum ia menjalani mastektomi ia merasa siap menerima perubahan yang terjadi apabila dilakukan operasi pengangkatan payudaranya tersebut. Namun setelah ia menjalani operasi tiba – tiba menangis dan menjadi tidak semangat lagi untuk bertahan hidup. Ia merasa dirinya tidak sempurna lagi, terlebih karena ia belum menikah. Namun ia mendapatkan dukungan yang besar dari keluarga dan teman – temannya, akhirnya ia berusaha menyesuaikan diri pada perubahan dari dirinya. Oleh karena belum ada laki- laki yang mendekatinya, ia memandang bahwa tidak ada laki–laki yang mau menikahinya. Ia merasa pesimis untuk bisa mendapatkan laki–laki yang mau menerima keadaannya dan mau menikahinya. Setiap malam ia merasa sulit tidur dan merasa sangat cemas bahwa ia akan terus sendiri.

Kasus yang ketiga adalah seorang wanita yang berusia 30 tahun sudah menikah dan memiliki anak laki–laki berumur 1 tahun. Ia menderita penyakit kanker payudara sebelum mempunyai anak. Suaminya sangat perhatian dan memberi dukungan penuh untuk bisa sembuh dari penyakitnya. Saat ia sudah melahirkan anak laki–lakinya ia baru memutuskan untuk menjalani mastektomi. Pada awalnya ia


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha sangat cemas dan takut menjalani operasi kanker payudaranya namun karena ia bertekad ingin sembuh maka ia terus berjuang untuk menjalani operasi tersebut. Setelah menjalani mastektomi ia merasa tidak percaya diri jika bertemu oranglain terutama dihadapan suaminya. Setiap malam ia menangis dan sulit untuk tidur, setiap ia melihat anaknya ia langsung menangis karena ia sedih akan penyakitnya. Walaupun sudah dioperasi, kesembuhan subyek belum sepenuhnya, ia masih merasakan nyeri. Ia merasa cemas karena takut penyakitnya akan kambuh dan tidak akan pernah sembuh selamanya. Selama ia merasakan ketakutan yang besar akan penyakitnya ia merasa tidak berguna lagi untuk mendampingi suaminya karena ia merasa malu dan tidak percaya diri lagi. Namun karena dukungan dari suaminya yang begitu besar dan penuh kasih sayang ia berusaha kembali membangkitkan semangatnya demi suami dan anaknya. Dukungan pun didapat dari dokter yang merawatnya untuk tetap bertahan melawan penyakitnya dan bisa beraktifitas kembali. Dokternya sangat sabar merawat luka yang dialami dan tanpa pernah berkata-kata yang melemahkan semangat pasiennya. Dialah salah satu pendorong sehingga S merasa masih ada harapan meskipun berobat dalam kondisi sangat terlambat.

Kasus keempat adalah seorang wanita yang usianya 43 tahun ia belum menikah dan sudah menjalani operasi mastektomi pada saat usianya 35 tahun. Ia sangat terpuruk sampai saat ini dan tidak mau menikah karena ia merasa tidak memiliki daya tarik karena payudaranya sudah diangkat. Ia tidak mau bekerja setelah diangkat payudaranya dan tidak mau berinteraksi dengan lingkungan luar. Ia hanya


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha berdiam diri di rumah bersama ibu dan adik laki – lakinya. Ia merasa pesimis bahwa ia tidak bisa menikah karena beranggapan bahwa tidak ada laki – laki yang mau menikahinya. Pada saat pertama ia dioperasi ia sangat depresi dan tidak mau keluar rumah dan bertemu oranglain. Ia sangat lemas dan sering merasakan sakit dan nyeri pada bagian kepala dan dada. Setiap ia merasakan nyeri pada tubuhnya ia merasa menjadi sangat yakin bahwa penyakitnya tidak akan sembuh.

Kasus kelima adalah seorang wanita yang berusia 30 tahun ia memiliki penyakit kanker payudara karena ia memiliki riwayat keluarga besarnya yang salah satunya ada yang memiliki penyakit kanker payudara. Kemudian ia disarankan oleh dokter untuk menjalani operasi mastektomi dan akhirnya ia bersedia untuk mengikuti saran dokter karena dukungan dari pihak keluarga. Awalnya ia merasa cemas karena harus menjalani operasi namun setelah ia memikirkan kembali penyakitnya dan ia melihat saudaranya yang sudah dioperasi namun bisa beraktifitas kembali tanpa ada beban. Maka ia memaksakan untuk menjalani operasi mastektomi. Ia yakin bahwa Tuhan pasti sudah mempersiapkan hal baik selain ini.

Dari kelima kasus di atas terdapat beberapa pandangan yang berbeda dari kasus yang pertama seorang ibu menjelaskan bahwa kejadian ini memang sudah kuasa Tuhan yang harus diterimanya dengan ikhlas. Menurut Seligman mungkin ia termasuk orang yang cenderung optimis bisa dilihat bahwa ia mampu bertahan dalam keadaan yang buruk. S juga tidak mudah merasa putus asa dan memiliki dukungan sosial dari lingkungan sekitar sehingga kesehatannya menjadi lebih baik. Untuk kasus


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha yang kedua seorang wanita yang belum menikah menjelaskan bahwa akibat penyakitnya itu yang membuat ia sampai saat ini belum menikah. Wanita tersebut mudah putus asa dengan berfikir tidak ada laki – laki yang mau menerima keadaannya dan mau menikahinya sehingga ia merasa cemas dan menjadi sulit tidur.

Kasus ketiga ia merasakan ketakutan yang besar akan penyakitnya ia merasa tidak berguna lagi untuk mendampingi suaminya karena ia merasa malu dan tidak percaya diri lagi. Namun karena dukungan dari suaminya yang begitu besar dan penuh kasih sayang ia berusaha kembali membangkitkan semangatnya demi suami dan anaknya. Ia memandang bahwa dukungan penuh dari keluarganya membuat ia merasa lebih kuat.

Kasus yang keempat memandang bahwa tidak ada laki – laki yang akan menikahinya, setiap ia merasakan nyeri pada tubuhnya ia merasa menjadi sangat yakin bahwa penyakitnya tidak akan sembuh. Untuk kasus selanjutnya wanita yang berusia 30 tahun pada awalnya ia merasa cemas karena harus menjalani operasi namun setelah ia memikirkan kembali penyakitnya dan ia melihat saudaranya yang sudah dioperasi namun bisa beraktifitas kembali tanpa ada beban. Setelah ia melihat itu ia merasa bahwa ternyata dengan menjalani operasi mastektomi tidak mengakhiri hidupnya. Ia yakin bahwa Tuhan pasti sudah mempersiapkan hal baik selain ini.

Penjelasan bahwa reaksi – reaksi responden tersebut menggambarkan cara pandang yang berbeda menurut Seligman (1990:40-51) menyatakan bahwa cara


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha seseorang memandang peristiwa-peristiwa yang dialaminya mempunyai keterkaitan yang besar terhadap pola pikirnya dalam berbagai aspek kehidupannya. Pola pikir ini akan mempengaruhi bagaimana individu tersebut bersikap, bereaksi dan bertindak terhadap lingkungan sekitarnya. Keuntungan orang yang memiliki Explanatory Style cenderung positif dapat terhindar dari gangguan depresi, mampu mencapai tujuannya, memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, karena tidak mudah putus asa, cenderung menerapkan pola hidup sehat, mendapatkan dukungan sosial. Seligman mengungkapkan pengertian Explanatory Style adalah kecenderungan individu dalam menjelaskan keadaan, baik keadaan yang baik (good situation) maupun keadaan yang buruk (bad situation). Keadaan yang dimaksud adalah peristiwa – peristiwa baik atau buruk yang terjadi dalam kehidupannya. Bagaimana seseorang berpikir dan menjelaskan tentang ‘sebab’ dari suatu keadaan. Individu yang optimis akan melakukan usaha dalam mengatasi keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya berpikir bahwa keadaan yang buruk merupakan tantangan, tidak merasa cepat putus asa, memiliki dukungan sosial pada akhirnya akan memiliki kesehatan yang lebih baik.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan melalui wawancara terhadap wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi. Terdapat Explanatory Style yang berbeda – beda yang dimiliki hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Explanatory Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah pernah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung.


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran Explanatory Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Maksud penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai Explanatory

Style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada

perkumpulan kanker ”X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran optimistic Explanatory

Style dan pesimistic Explanatory Style wanita penderita kanker payudara yang sudah

menjalani mastektomi pada perkumpulan “X” di Bandung berdasarkan aspek – aspek

Explanatory Style.

1.4 Kegunaan Penelitian


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha 1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu Psikologi khususnya pada Psikologi Klinis mengenai gambaran Explanatory Style pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi.

2. Sebagai sumbangan informasi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai Explanatory Style.

1.4.2 Kegunaan praktis

1. Memberi informasi kepada wanita yang sudah menjalani mastektomi agar dapat lebih memahami Explanatory Style mereka . Dengan harapan wanita kanker payudara yang sudah melakukan mastektomi tersebut bisa menghadapinya dengan positif.

2. Memberi informasi bagi wanita yang sudah menjalani mastektomi mengenai pentingnya pikiran yang positif dalam mendukung kesehatannya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kanker payudara adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian yang biasanya terjadi pada wanita. Penyebab kanker payudara sendiri ada dua faktor yang pertama faktor biologis karena keturunan, yang kedua bisa karena faktor eksternal yaitu seperti mengkonsumsi alkohol dan menjalani diet lemak yang berlebihan. Setelah wanita mendapatkan diagnosa, langkah selanjutnya yang dokter lakukan adalah menentukan jenis pengobatannya. Salah satu pengobatannya yaitu


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha payudara yang mengakibatkan penderita kehilangan payudara. Bagi wanita yang telah mengalami mastektomi maka akan terjadi perubahan fisik berupa hilangnya payudara ,dimana payudara memiliki arti penting bagi wanita yang berkaitan dengan fungsi dan makna payudara seperti menyusui, seksual, atau hubungan suami istri dan dalam segi penampilan saat bekerja.

Mastektomi dapat menyebabkan beberapa masalah penyesuaian yang serius.

Setelah mastektomi seorang wanita merasa tidak memiliki gairah dan menghindari hubungan intim, takut pasangannya tidak tertarik padanya. Disamping itu kehilangan payudara dapat menghilangkan atau mengurangi gairah seksual, ketergugahan atau kemampuan untuk mencapai orgasme. Walaupun operasi untuk merekonstruksi payudara telah banyak dilakukan, namun hampir semua wanita yang menjalani pengobatan untuk mengatasi tumor pada payudara mengakui bahwa mereka lebih merasa cemas akan bekas luka. Dalam masyarakat kita, seksualitas dan payudara mungkin ditekankan secara berlebihan, sehingga wanita merasa ditelanjangi kewanitaannya jika payudara mereka kehilangan bentuk dan keutuhannya. Mastektomi radikal, suatu operasi brutal yang meninggalkan bekas luka yang nyata.

Selain mengalami perubahan fisik wanita tersebut akan mengalami gangguan pola hidup seperti insomnia, mimpi buruk berulang, kehilangan nafsu makan, kesulitan melakukan kegiatan rumah tangga,bekerja,dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Dampak psikologis biasanya wanita yang sudah menjalani mastektomi mereka merasa kekhawatiran yang tinggi dan ketidaknyamanan dengan


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha perubahan yang dialaminya. Gangguan emosional yang biasanya dijumpai seperti frustrasi, depresi dan anxiety. Penderita juga dapat mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun dan putus asa ( A. Ganz, MD 2008)

Explanatory Style adalah kecenderungan individu untuk menerangkan kepada

diri mereka mengapa suatu peristiwa bisa terjadi (Seligman,1990). Explanatory syle tercakup 3 dimensi utama yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Dimensi pertama adalah permanence (waktu), yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat permanence (menetap) dan temporary (hanya sementara. Individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style percaya bahwa penyebab dari keadaan buruk(bad situation) yang mereka alami bersifat permanen. Pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi menjelaskan bahwa mereka memiliki kesehatan fisik yang lemah dan tidak mungkin sebugar dulu lagi. Penyakit kanker payudara dapat menyebabkan kematian. Individu yang optimistic Explanatory

Style percaya bahwa keadaan buruk yang mereka alami bersifat temporer (sementara).

Wanita yang sudah menjalani mastektomi, awalnya tidak ada rasa nyeri pada tangan, beberapa bulan kemudian mereka mengalami rasa nyeri tersebut. Mereka menganggap bahwa gejala tersebut hanya sementara. Mereka meyakini mungkin rasa nyeri yang dirasakannya hanya karena kelelahan. Sebaliknya untuk peristiwa – peristiwa baik (good situation), individu yang cenderung memiliki pessimistic


(23)

15

Universitas Kristen Maranatha mereka alami bersifat temporer, misalnya wanita yang sudah menjalani mastektomi ini tidak merasakan rasa nyeri hanya pada waktu tertentu saja. Mereka menjelaskan bahwa pada saat itu mungkin memang kondisi fisik mereka sedang baik dan nantinya akan kambuh kembali rasa sakit tersebut. Individu yang cenderung memiliki

optimistic explamatory style menjelaskan peristiwa – peristiwa baik yang mereka alami bersifat permanen. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi menjelaskan bahwa keadaannya semakin hari semakin membaik dengan berkurangnya rasa nyeri yang muncul misalnya pada lengan atau pada bagian dada.

Pervasiveness membahas mengenai ruang lingkup suatu keadaan atau

peristiwa. Dibedakan antara ruang lingkup yang universal dan spesifik. Pada peristiwa–peristiwa buruk (bad situation) individu yang memiliki pessimistic

Explanatory Style menjelaskan peristiwa yang dialaminya secara universal. Wanita

kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi mengalami rasa nyeri pada lengan dan dada, mereka menjelaskan secara universal bahwa hal tersebut tidak ada yang memberikan dampak baik. Sementara individu yang memiliki optimistic Explanatory

Style akan menjelaskan peristiwa peristiwa yang terjadi pada bad situation secara spesifik, mereka akan menyerah pada satu aspek kehidupan tetapi mereka menunjukkan kekuatan di aspek – aspek kehidupan lainnya. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi mengalami rasa nyeri yang timbul pada lengan dan dada. Mereka menjelaskan secara spesifik bahwa adanya kesalahan dalam pemberian obat saja.


(24)

16

Universitas Kristen Maranatha Dalam menjelaskan peristiwa – peristiwa baik(good situation), individu yang cenderung memiliki optimistic Explanatory Style, mereka menjelaskan secara universal bahwa upaya pemulihan luka pada payudaranya yang diberikan dokter berdampak baik dalam penyembuhan rasa nyeri yang dialaminya. Sementara individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style menjelaskan secara spesifik. Wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi yang sudah tidak mengalami luka pada bagian payudaranya yang menyebabkan rasa nyeri dikarenakan obat yang diberikan obat tertentu yang sesuai dengan rasa nyeri yang mereka alami.

Dimensi terakhir adalah personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari peristiwa baik(good situation) dan peristiwa buruk (bad situation) tersebut dilihat dari penyebab internal dan eksternal. Ketika individu dihadapkan pada peristiwa buruk(bad situation), individu yang cenderung memiliki Explanatory Style akan menjelaskan bahwa munculnya peristiwa buruk tersebut menghubungkan dengan hal – hal diluar dirinya(eksternal) (Seligman,1990). Individu yang cenderung memiliki pessimistic Explanatory Style, akan menghubungkan dengan hal yang ada dalam dirinya. Mereka yang memiliki pessimistic Explanatory Style,akan menjelaskan kehilangan payudaranya memang disebabkan kesalahan mereka sendiri, ketika diagnosa penyakitnya mereka tidak langsung menjalani pengobatan yang dianjurkan dokter. Pada peristiwa yang baik (good situation) individu yang optimistic menjelaskan bahwa munculnya peristiwa yang baik, ada kaitannya dengan hal – hal yang ada dalam diri individu tersebut (Seligman,1990) . Wanita kanker payudara


(25)

17

Universitas Kristen Maranatha yang sudah menjalani mastektomi dan mengalami rasa nyeri menjelaskan

personalization bahwa mereka meminum obat secara teratur dan mengikuti anjuran

dokter demi kesembuhan penyakitnya. Individu yang pesimis mengaitkan dengan hal hal yang diluar dirinya. Wanita kanker payudara yang kehilangan payudaranya menjelaskan bahwa hilangnya rasa nyeri tersebut karena dokter yang menangani mereka cukup ahli dan berpengalaman. Untuk individu yang optimis tidak mengalami rasa nyeri karena memang mereka merasa sudah menjalani aturan yang diberika oleh dokter.

Dari ketiga dimensi tersebut dapat disimpulkan, pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi ini yang tergolong optimistic Explanatory Style akan memandang penyakit yang dideritanya sebagai hal yang bersifat sementara, mereka juga percaya bahwa penyakitnya ini bukanlah kesalahannya sehingga mereka tidak akan menyalahkan diri sendiri dan mereka merasa yakin bahwa dirinya dapat sembuh setelah menjalani pengobatan. Pada wanita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi tergolong pessimistic Explanatory Style akan memandang penyakit nya tersebut hal yang akan berlangsung lama bahkan selamanya, mereka tidak percaya dan yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan setelah mastektomi.


(26)

18

Universitas Kristen Maranatha Adapun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Wanita kanker

payudara yang sudah mastektomi

Explanatory Style

Dimensi Explanatory

Style:

- Permanence - Pervasiveness - personalization

Optimistic Explanatory Style

Faktor yang mempengaruhi

- Explanatory Style ibu

- Kritik dari orangtua

- Masa kritis anak

Pessimistic Explanatory Style


(27)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Dari kerangka pemikiran yang telah dibuat oleh peneliti, maka dapat diasumsikan mengenai Explanatory Style pada wanita kanker payudara setelah menjalani mastektomi

- Dimensi Explanatory syle terdiri 3 dimensi utama yaitu dimensi pertama

adalah permanence (waktu), yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat

permanence(menetap) dan temporary (hanya sementara). Dimensi kedua yaitu Pervasiveness membahas mengenai ruang lingkup pada suatu keadaan atau

peristiwa. Dimensi ketiga personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari peristiwa baik (good situation) dan peristiwa buruk (bad

situation) tersebut dilihat dari penyebab internal dan eksternal.

- Explanatory Style dipengaruhi oleh Explanatory Style ibu, kritik dari orang

tua, krisis pada anak dan genetik.

- Explanatory Style menghasilkan dua gambaran yaitu optimistic Explanatory Style, dan pessimistic Explanatory Style.


(28)

59

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data penelitian terhadap wanita penderita kanker payudara yang sudah mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Explanatory style yang dimiliki oleh 16 (64%) wanita penderita kanker

payudara yang sudah pernah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung adalah Explanatory style pessimistic.

2. Pada good events wanita kanker payudara yang memiliki explanatory style yang pesimistic melihat hal yang terjadi temporary (32%), universal(36%),

external (40%) artinya pada situasi baik wanita kanker payudara pesimis

memandang bahwa yang dialami adalah sesuatu yang sementara, terjadi pada seluruh aspek kehidupannya dan disebabkan oleh luar dirinya.

3. Pada bad events wanita kanker payudara memiliki explanatory style yang pesimis menjelaskan situasi yang bersifat temporary (48%),universal

(32%),internal( 48%) artinya pada situasi buruk yang terjadi pada wanita

penderita kanker payudara setelah mastektomi memandang bahwa kejadian buruk yang terjadi adalah suatu hal yang akan berlangsung sementara,


(29)

60

Universitas Kristen Maranatha 3. berpengaruh pada seluruh aspek kehidupannya dan disebabkan oleh dirinya

sendiri. Pada wanita penderita kanker payudara yang memilik Explanatory

Style optimistic memandang kejadian buruk yang dialami bersifat temporary (36%), Specific(16%), External (16%) artinya kejadian buruk yang

dialaminya bersifat sementara, berpengaruh pada aspek tertentu dan memandang bahwa kesehatannya memburuk terjadi karena faktor luar dirinya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti mengajukan saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, yaitu

1. Melakukan penelitian mengenai explanatory style dengan mengambil data pada sampel yang lebih luas, agar lebih menggambarkan explanatory style. 2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai

kontribusi faktor-faktor yang memengaruhi explanatory style terhadap

Explanatory Style

5.2.2 Saran praktis

1. Bagi penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di kota Bandung untuk menyadari bahwa dengan memiliki cara pandang yang optimis dalam menjalani proses kesembuhan.


(30)

61

Universitas Kristen Maranatha 2. memberi informasi kepada komunitas kanker untuk memberikan dukungan yang lebih besar dan berperan aktif dalam proses penyembuhan penderita, juga memberikan kesempatan kepada penderita untuk menjadi mandiri dan berusaha untuk kembali beraktivitas sebagaimana sebelum dilakukannya operasi. Serta memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan demi kelangsungan hidupnya.


(31)

62

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Suryaningsih Kori Endang.2009. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta: Paradigm Indonesia.

Mardiana, Lina. 2004. Wanita dan penyakitnya. Jakarta :Erlangga

Musadad, Amir.1997. Pereda Nyeri Kanker,edisi ke -2 Bandung,ITB

Nazir,Moh,Ph.D.2003. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W.2002.Life Span Development.Edisi Ketujuh. Jakarta :Penerbit Erlangga

Seligman, Martin E.P.1990. Learned Optimism. How to change your mind and

your life. New York : Pocket Books.


(32)

63

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Pscychological and Socia Aspect of Breast Cancer By Patricia A. Ganz,MD 2008

Irma, Yuni :2006. Studi deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Penderita Diabetes Melitus di Yayasan “X” Rumah Sakit “Y” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Yutniati : 2006. Studi Deskriptif Mengenai Optimisme pada wanita Penderita

Kanker Payudara Stadium Tiga yang sedang Menjalani Kemoterapi di

Rumah Sakit “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://breastcancer.com diunduh tanggal 05 April 2011

http://cancerhelps.com diunduh tanggal 06 April 2011

http://www.wikipedia.com diunduh tanggal 06 April 2011

www.cancerhelps.com 28 oktober 2011

www.mudacantik.blogspot.com/2009/05/statistik-penderita-kanker-payudara.html


(1)

19

1.6 Asumsi

Dari kerangka pemikiran yang telah dibuat oleh peneliti, maka dapat diasumsikan mengenai Explanatory Style pada wanita kanker payudara setelah menjalani mastektomi

- Dimensi Explanatory syle terdiri 3 dimensi utama yaitu dimensi pertama

adalah permanence (waktu), yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat permanence(menetap) dan temporary (hanya sementara). Dimensi kedua yaitu Pervasiveness membahas mengenai ruang lingkup pada suatu keadaan atau peristiwa. Dimensi ketiga personalization yang membicarakan mengenai siapa penyebab dari peristiwa baik (good situation) dan peristiwa buruk (bad situation) tersebut dilihat dari penyebab internal dan eksternal.

- Explanatory Style dipengaruhi oleh Explanatory Style ibu, kritik dari orang

tua, krisis pada anak dan genetik.

- Explanatory Style menghasilkan dua gambaran yaitu optimistic Explanatory

Style, dan pessimistic Explanatory Style.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data penelitian terhadap wanita penderita kanker payudara yang sudah mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Explanatory style yang dimiliki oleh 16 (64%) wanita penderita kanker

payudara yang sudah pernah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di Bandung adalah Explanatory style pessimistic.

2. Pada good events wanita kanker payudara yang memiliki explanatory style yang pesimistic melihat hal yang terjadi temporary (32%), universal(36%), external (40%) artinya pada situasi baik wanita kanker payudara pesimis memandang bahwa yang dialami adalah sesuatu yang sementara, terjadi pada seluruh aspek kehidupannya dan disebabkan oleh luar dirinya.

3. Pada bad events wanita kanker payudara memiliki explanatory style yang pesimis menjelaskan situasi yang bersifat temporary (48%),universal (32%),internal( 48%) artinya pada situasi buruk yang terjadi pada wanita penderita kanker payudara setelah mastektomi memandang bahwa kejadian buruk yang terjadi adalah suatu hal yang akan berlangsung sementara,


(3)

3. berpengaruh pada seluruh aspek kehidupannya dan disebabkan oleh dirinya sendiri. Pada wanita penderita kanker payudara yang memilik Explanatory Style optimistic memandang kejadian buruk yang dialami bersifat temporary (36%), Specific(16%), External (16%) artinya kejadian buruk yang dialaminya bersifat sementara, berpengaruh pada aspek tertentu dan memandang bahwa kesehatannya memburuk terjadi karena faktor luar dirinya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti mengajukan saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, yaitu

1. Melakukan penelitian mengenai explanatory style dengan mengambil data pada sampel yang lebih luas, agar lebih menggambarkan explanatory style. 2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai

kontribusi faktor-faktor yang memengaruhi explanatory style terhadap Explanatory Style

5.2.2 Saran praktis

1. Bagi penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada perkumpulan kanker “X” di kota Bandung untuk menyadari bahwa dengan memiliki cara pandang yang optimis dalam menjalani proses kesembuhan.


(4)

2. memberi informasi kepada komunitas kanker untuk memberikan dukungan yang lebih besar dan berperan aktif dalam proses penyembuhan penderita, juga memberikan kesempatan kepada penderita untuk menjadi mandiri dan berusaha untuk kembali beraktivitas sebagaimana sebelum dilakukannya operasi. Serta memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan demi kelangsungan hidupnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Suryaningsih Kori Endang.2009. Kupas tuntas kanker payudara. Yogyakarta: Paradigm Indonesia.

Mardiana, Lina. 2004. Wanita dan penyakitnya. Jakarta :Erlangga

Musadad, Amir.1997. Pereda Nyeri Kanker,edisi ke -2 Bandung,ITB

Nazir,Moh,Ph.D.2003. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W.2002.Life Span Development.Edisi Ketujuh. Jakarta :Penerbit Erlangga

Seligman, Martin E.P.1990. Learned Optimism. How to change your mind and your life. New York : Pocket Books.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Pscychological and Socia Aspect of Breast Cancer By Patricia A. Ganz,MD 2008

Irma, Yuni :2006. Studi deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Penderita Diabetes Melitus di Yayasan “X” Rumah Sakit “Y” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Yutniati : 2006. Studi Deskriptif Mengenai Optimisme pada wanita Penderita Kanker Payudara Stadium Tiga yang sedang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://breastcancer.com diunduh tanggal 05 April 2011

http://cancerhelps.com diunduh tanggal 06 April 2011

http://www.wikipedia.com diunduh tanggal 06 April 2011

www.cancerhelps.com 28 oktober 2011

www.mudacantik.blogspot.com/2009/05/statistik-penderita-kanker-payudara.html