Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kab. Ogan Komering Ulu Timur

(1)

i

PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BIDANG USAHA

MIKRO SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

(Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)

TESIS

Diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister

Dalam Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh:

MURSILAH NPM. 1423030032

Pembimbing I : Dr. Drs.H.M. Wagianto, S.H. M.H Pembimbing II : Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.Si

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


(2)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : MURSILAH

Nomor Pokok Mahasiswa : 1423030032 Program Studi : Ilmu Syariah

Konsentrasi : Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun tanpa mencantumkan sumbernya. Sepengetahuan saya, tesis ini juga tidak memuat bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam teks.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.

Bandar Lampung, 8 September 2016 Penulis

MURSILAH NPM. 1423030032


(3)

iii ABSTRAK

Zakat memiliki potensi besar apabila dapat dikelola secara baik oleh pemerintah, dimana di dalam zakat itu sendiri adalah sejumlah uang ataupun dana yang di keluarkan orang yang memiliki perekonomian berkecukupan dan memenuhi syarat tertentu, disalurkan untuk golongan orang tertentu dan digunakan untuk kepentingan umat. Hal ini menjadikan potensi besar apabila di terapkan di Indonesia mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia bergama islam dan ini dapat di jadikan alternatif pemerintah untuk melaksanakan pemerataan kesejahteraan pada tiap lapisan masyarakat.

Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak. Zakat produktif adalah zakat yang dikelola dengan cara produktif, yang dilakukan dengan cara pemberian modal usaha kepada para fakir dan miskin sebagai penerima zakat dan kemudian dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk masa yang akan datang. Berbeda dengan zakat konsumtif yaitu penyaluran zakat berbentuk pemberian dana langsung berupa santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok penerima (mustahik) seperti untuk makan, pakaian, biaya sekolah dan lain-lain. Bagaimana pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Mikro pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten OKU Timur dan Bagaimana upaya

BAZNAS OKU Timur dalam pengentasan kemiskinan melalui zakat produktif. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dikarenakan beberapa pertimbangan, pertama lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, kedua menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, ketiga lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam terhadap pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha Mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada BAZNAS OKU Timur telah dilaksanakan secara maksimal, baik administrasi, manajemen, organisasi maupun keuangan. Upaya BAZNAS Kabupaten OKU Timur dalam pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan zakat melalui program OKU makmur, program OKU Timur cerdas, program OKU Timur sehat, program OKU Timur taqwa dan program OKU Timur peduli tahun 2014, 2015 melalui program bedah rumah sebanyak 321 orang dan 2016 sebanyak 15 orang melalui program bantuan modal setimulan bagi usaha mikro masing- melalui pemberdayaan zakat.

.

Kata kunci : Zakat Produktif, Usaha Mikro, Pengentasan Kemiskinan dan Perspektif Islam.


(4)

iv

PERSETUJUAN

Judul Tesis : PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BIDANG USAHA MIKRO SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di

Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)

Nama Mahasiswa : MURSILAH

Nomor Pokok Mahasiswa : 1423030032 Program Studi : Ilmu Syariah

Konsentrasi : Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah

Telah disetujui dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drs. H.M. Wagianto, S.H. M.H. Dr. Ruslan. A. Ghofur, , M. Si.

NIP. 196201111994031001 NIP. 198008012003121001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ekonomi Syariah

Dr. Bunyana Solihin, M.Ag NIP. 19570705 198903 1 001


(5)

v

PENGESHAN

Tesis yang berjudul : PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BIDANG USAHA MIKRO SEBAGAI UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur), ditulis oleh : MURSILAH NPM.

1423030032; telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Nama Mahasiswa : MURSILAH

Nomor Pokok Mahasiswa : 1423030032 Program Studi : Ilmu Syariah

Konsentrasi : Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag (………..) Sekretaris : Dr. Bunyana Sholihin, M.Ag (………..) Penguji I : Prof. Dr.H.M. Suharto, SH, M.A (………..) Penguji II : Dr. Jayusman, M.Ag (………..)

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag NIP. 19601020198803 1 005


(6)

vi

DAFTAR TABEL

No. Tabel Tentang Hal

1. Tabel 1 Rekap penerimaan BAZNAS OKU Timur 2015 7 2. Tabel 2 Rekapitulasi penyaluran dana BAZNAS OKU Timur 7

3. Tabel 3 Kerangka pikir zakat produktif 19

4. Tabel 4 Data interview 26

5. Tabel 5 Data keadaan Pengurus dan Pengawai BAZNAS 93 6. Tabel 3.1 Rekap penerimaan zakat BASNAS OKU Timur 2014 99 7. Tabel 3.2 Rekap penyaluran zakat BASNAS OKU Timur 2014 99 8. Tabel 3.3 Rekap penerimaan zakat BASNAS OKU Timur 2015 100 9. Tabel 3.4 Rekap penyaluran zakat BASNAS OKU Timur 2015 100 10. Tabel 3.5 Rekap penerimaan zakat BASNAS OKU Timur Mei 2016 101 11. Tabel 3.6 Rekap Hasil Intervieu Usaha Mikro Penerima zakat produktif 121 12. Tabel 3.7 Rekap Penerima Zakat Produktif bagi Usaha Mikro 127


(7)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

I. Konsonan Tunggal

HURUF ARAB

NAMA HURUF

LATIN

KETERANGAN

Alif A Aa

bā’ B Be

tā’ T Te

ٽ ā' ټ S dengan titik di atas

Jim J Je

فā’ ـ Ha dengan titik di bawah

Khā Kh Ka dan ha

Dāl D De

Żal Ż Zet dengan titik di ats

rā’ R Er

Z Z Zet

Sīn S Es

Syīn Sy Es dan ye


(8)

viii

ةād ب de dengan titik di bawah

ډ ā ڈ te dengan titik di bawah

ک ā ڨ zet dengan titik di bawah

„ain „ Koma terbalik di atas

Gain G Ge

Fā F Ef

Qāf Q Qi

Kāf K Ka

Lām L El

Mīm M Em

Nūn N En

Wau W We

Hā’ H Ha

Hamzah Apostrof

Yā’ Y Ye

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap yang disebabkan oleh syaddah ditulis rangkap. Contoh: = nazzala

= bihinna III. Vokal Pendek


(9)

ix IV. Vokal Panjang

- ) di atsasnya. Contohnya:

1.Fathah + alif ditulis ā ditulis falā.

2.Kasrah + yā’mati ditulis ī ditulis tafٿ īl. 3.بammah + wāwu mati ditulis ū ditulis uٿ ūl. V. Vokal Rangkap

1. Fathah + yā’ mati ditulis ai ditulis az-Zuhailī. 2. Fathah+ wāwuditulis au ditulisad-Daulah. VI. Tā’ marbuډ ah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis ha. Kata ini tidak diperlakukan terhadap kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti: salat, zakat, dan sebagainya kecuali bila dikehendaki kata aslinya.

2. Bila disambung dengan kata lain (frase), ditulis h. Contoh: ditulis Bidāyah al-Mujtahid. VII. Hamzah

1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang mengiringnya. Seperti : ditulis inna.

2. Bila terletak di akhir kata, maka ditulis dengan lambang apostrop ( ) seperti: ditulis Sya iun.

3. Bila terletak di tengah kata setelah vocal hidup, maka ditulis sesuai dengan bunyi vokalnya. Seperti: rab’ā ib.


(10)

x

apostrop ( ฀ ). Seperti: ditulis ta khużūna. VIII. Kata Sandang alif + lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al. ditulis al-Baqarah.

2. Bila diikuti huruf syamsiyah, huruf „1’ diganti dengan huruf syamsiyah yang bersangkutan. ditulis an-Nisā’

IX. Penulisan kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dan menurut tulisannya. ditulis żawī al-furūd.


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Hidayah, dan Taufiq serta Inayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah tesis yang berjudul “ PENGELOLAAN ZAKAT

PRODUKTIF PADA BIDANG USAHA MIKRO SEBAGAI UPAYA

PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)

Shalawat beserta salam taklupa penulis penjatkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah menghantarkan kita kepada jalan yang penuh berkah melalui agama Allah SWT yaituAgama Islam.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak sekali menerima bantuan, motivasi dan partisipasi dari berbagai pihak, baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materiil. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor IAIN Raden Intan Lampung.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

3. Yth. Bapak Dr. Bunyana Solihin, M.Ag, selaku Kaprodi Ilmu Syariah Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.


(12)

xii

4. Yth. Bapak Dr. Drs. H. Wagianto, SH. M.H, selaku Pembimbing I dalam penyusunan Tesis ini.

5. Yth. Bapak Dr. Ruslan Abdul Ghofur, M.Si, selaku Pembimbing II dalam penyusunan Tesis ini yang telah banyak mencurahkan waktu dan tenaganya.

6. Yth. Bapak Prof. Dr. HM. Damrah Khair M.A selaku Dosen Penasehat Akademik Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

7. Yth. Bapak, dan Ibu Dosen Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung. yang telah mentransferkan ilmunya selama penulis di bangku perkuliahan.

8. Yth. Kedua orang tua yang telah banyak membimbing dan motivasi kepada penulis dalam setiap menjalani kehidupan ini.

9. Suami dan anak tercinta yang telah memberi dorongan moril maupun materi. 10.Rekan–rekan mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung. 11.Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis hanyabisa berharap semoga semua amal baiknya akan diterima disisi Allah SWT, dan semua amal buruknya akan selalu mendapat ampunan-Nya. Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin.

Bandar Lampung, 8 September 2016 Penulis,

MURSILAH NPM. 1423030032


(13)

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Prinsip ekonomi Islam di kenal sebagai prinsip ekonomi yang berbasis syariah dimana dalam prinsip ekonomi tersebut, Islam secara terang membebaskan diri dari hal-hal yang bersifat ribawi. Dalam prinsip ekonomi syariah terdapat beberapa instrument ekonomi untuk membantu kepentingan sosial seperti, pemanfaatan dana zakat, infaq, maupun sedekah untuk membiayai kesejahteraan umat. Menurut Yusuf Al- Qaradhawi, “Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang diwajibkan Allah SWT untuk diberikan kepada orang yang berhak.”1 Bahkan dalam instrument ekonomi seperti zakat memiliki potensi besar apabila dapat dikelola secara baik oleh pemerintah, dimana di dalam zakat itu sendiri adalah sejumlah uang ataupun dana yang di keluarkan orang yang memiliki perekonomian berkecukupan dan memenuhi syarat tertentu, disalurkan untuk golongan orang tertentu dan digunakan untuk kepentingan umat. Hal ini menjadikan potensi besar apabila di terapkan di Indonesia mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia bergama islam dan ini dapat di jadikan alternatif Pemerintah untuk melaksanakan pemerataan kesejahteraan pada tiap lapisan masyarakat.

“Pendayagunaan harta produktif untuk konteks pada zaman sekarang sangatlah diperlukan, karena dengan pendayagunaan harta zakat secara produktif tersebut yang diterima oleh mustahiq tidak habis begitu saja, akan tetapi bisa dikembangkan sesuai dengan kehendak dan tujuan zakat itu sendiri, yaitu menghilangkan kemiskinan dan mensejahterakan bagi kaum miskin dengan harapan secara

1

Mujahidin Akhmad. Ekonomi Islam sejarah, Konsep, Instrumen, Negera dan Pasar .(Jakarta, PT. Rajawali Pers.2013), h. 68


(15)

bertahap mereka tidak selamanya menjadi mustahiq melainkan akan mejadi muzakki”2

Para ahli menyimpulkan bahwa ada tiga penyebab kemiskinan yaitu karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, kedua adalah akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia, ketiga adalah kurangnya akses modal yang menyebabkan kurang berkembangnya usaha yang dijalankan dan rendahnya tingkat produksi baik barang maupun jasa. Ketiga penyebab kemiskinan tersebut merupakan tugas semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat dalam upaya mengentaskan kemiskinan.

“ Adapun pemanfaatan dana zakat dapat dikatagorikn sebagai berikut:

1. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang berangkutan seperti: zakat fitrah yang diberkan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana alam.

2. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

3. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini adalah untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin. 4. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam

bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek social maupun untuk membantu atau menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil”.3

“Dilema ekonomi yang diharapkan oleh masyarakat kapitalis modern bermuara pada tiga kombinasi kekuatan pokok, cita rasa borjuis, perpolitikan demokrasi dan etos individualis”.4

2

Mu’inan Rifi, Potensi Zakat (dari konsumtif-kariatif ke produktif-berdayaguna)Perspektif Hukum Islam,

(Yogyakarta, Citra Pustaka, 2011) h. 142 3

. M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf” (Jakarta: UI Press, 1988), h. 62-63 4


(16)

Prinsip yang ditanamkan dalam sistem ekonomi Islam yaitu;

1. Tauhid, melahirkan tanggung jawab penuh kepada Allah dalam berekonomi, serta memahi ekonomi sebagai perintah ibadah.

2. Khalifah, kesadaran sebagai wakil Allah dimuka bumi melahirkan sikap,

ekonomi yang benar sesuai dengan tuntunan syar’i, berekonomi

semata-mata untuk kemaslahatan umat manusia, dan berupaya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan umat manusia.”5

Allah SWT Firman :

” Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (Q.S. At- Taubah : 103)”6

Adapun dalam konsep Islam, zakat dikenakan apabila terpenuhi dua hal: Nisab (batas minimal harta yang menjadi obyek zakat, yaitu setara 96 gram emas dan haul ( batas minimal waktu harta dimiliki yaitu satu tahun).

Sedangkan memberikan sedekah dijalan Allah meliputi semua usaha kebaikan untuk kemaslahatan umum atau untuk menghindarkan segala bentuk kejahatan, kesulitan umum, seperti persediaan perlengkapan pertahanan, membangun madrasah, dan sebagainya yang membawa manfaat dan kebaikannya berguna untuk umat (rakyat).7

Allah berfirman ;

5

Abdul Ghofur Ruslan, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2013), h. 65

6

Kementerian Agama RI. 2013. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013) ,h.184

7


(17)

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarh:277 ) ”8.

Landasan Yudisial yang kuat dari negara dan pemerintah ajaran Islam dapat berjalan secara optimal, dengan runtuhnya Khilafah Islamiyah, secara otomatis penopang tegaknya ajaran Islam termasuk zakat tidak ada lagi, karena tidak ada lagi yang mampu mengatur masyarakat untuk menjalankan kewajiban agama secara optimal. Sebaliknya tidak sedikit undang-undang-undang zakat yang mandul.

Nabi Muhammad saw:

Artinya

“Islam itu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa bulan ramadhan dan menunaikan haji jika mampu.” (HR. Muslim) 9

“ Ibrahim Ibrahim Hilal berpendapat bahwa Padahal, dalam hubungannya dengan lembaga kekuasaan, zakat merupakan keputusan sosial dan politik sekaligus”.10

8

Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013),h.34 9

Muslim, Imam tt, Shahih Muslim Juz I.Syirkah Ma’arif Lithob’i Wannasyr, (Bandung,1998),h.23

10

Mujahidin Akhmad, Ekonomi Islam Sejarah,Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2013), h. 79


(18)

Zakat produktif adalah zakat yang dikelola dengan cara produktif, yang dilakukan dengan cara pemberian modal usaha kepada para fakir dan miskin sebagai penerima zakat dan kemudian dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk masa yang akan datang. Berbeda dengan zakat konsumtif yaitu penyaluran zakat berbentuk pemberian dana langsung berupa santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok penerima (mustahik) seperti untuk makan, pakaian, biaya sekolah dan lain-lain.11

Pendayagunaan zakat produktif sangat efektif dalam memberantas kemiskinan. Dan jika dilihat dari tujuan utama adanya perintah zakat itu sendiri, maka bisa dipastikan bahwa zakat secara produktif inilah yang dikehendaki Islam, karena lebih sesuai dengan ruh perintah zakat yang ingin mengentaskan seseorang dari keterpurukan ekonomi.

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktivitas mustahik.12

Dalam pendistribusian dana zakat produktif dibagi menjadi dua bagian yaitu produktif konvensional dan produktif kreatif. Pendistribusian zakat secara produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, di mana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para pemberi zakat (muzakki) dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit. Sedangkan pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk pemodalan proyek sosial, seperti pembangunan sosial, seperti pembangunan sekolah, sarana kesehatan atau tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.13

Peran Zakat produktif dalam Pengentasan Kemiskinan adalah bahwa aliran dana zakat secara produktif dapat dikembangkan oleh penerima zakat untuk kemandirian

11

Asnainu,. Zakat Produktif dalam Perspektif Islam, (Bengkulu: Pustaka Pelajar 2008), h.187 12

Qadir, A. Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial .(Jakarta: Raja Grafindo Persada.1998), h.167

13


(19)

mereka. Pemberian zakat produktif lebih jauh lagi diharapkan dapat memutus lingkaran kemiskinan, dimana hal tersebut terjadi karena rendahnya tingkat kesejahteraan karena produktivitas dalam menghasilkan nilai tambah yang rendah. Produktivitas sangat erat kaitannya dengan modal, akses pasar dan kualitas sumberdaya manusia, yang menjadi tumpuan dalam pengelolaan dana zakat adalah untuk memotong keterbatasan modal dan kualitas sumberdaya manusia yang kurang memadai.14

Dana zakat yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin masyarakat seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan ekonomi Proyek-proyek tersebut di atas dilaksanakan sesuai dengan urutan prioritas dan alternatif yang paling memungkinkan bagi penggunaan dana zakat.15

Program pemberdayaan dana zakat pada BAZNAS Kabupaten OKU Timur melalui:16

1. Program Bedah rumah (2013)

2. Program Zakat Produktif Kreatif Bergulir (2014)

3. Program Zakat Langsung Tunai (ZLT) 1000 fakir miskin (2015) 4. Program zakat produktif bagi usaha mikro (2016)

Dengan pemberdayaan zakat tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di BAZNAS Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan. Dari data pra survey yang peneliti lakukan pada BAZNAS Kabupaten OKU Timur, pada akhir tahun 2015, maka diperoleh data rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran berdasarkan laporan pengurus per 31 Desember 2015, adalah :

14

Mannan, M. A. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta, 1997), h.23

15

Anshori, Abdul Ghofur.. Hukum dan Pemberdayaan Zakat: Upaya Sinergis Wajib Pajak di

Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media (ANGGOTA IKAPI, 2006). h. 54

16


(20)

Tabel 1.1

Rekapitulasi Penerimaan BAZNAS OKU Timur17

No. Uraian Jumlah (Rp)

(1) (2) (3)

1. Penerimaan 168.892.240

2. Pengeluaran 128.431.282

3. Sisa bulan ini 40.460.958

4. Sisa bulan lalu 898.296.500

5. Sisa seluruhnya 938.757.458

(Sembilan Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Tujuh Ratus Limapuluh Tujuh Ribu Empat Ratus Limapuluh Delkapan Rupiah)

Sumber: BAZNAS OKU Timur

Dari rekap penerimaan BAZNAS Kabupaten OKU Timur yang setiap bulan lebih kurang sebesar Rp. 168.892.240,00 di himpun dari Dinas, Badan, Kantor, BUMN, BUMD, dan Kecamatan yang telah menyampaikan zakatnya pada bulan Desember 2015. Dari jumlah tersebut disalurkan sesuai dengan golongan (Asnaf) yang berhak menerimanya selama bulan Desember 2015 sebesar Rp.128.431.281,00, dengan perincian per asnaf sebagai berikut;

Tabel 1.2

Rekapitulasi Penyaluran Dana BAZNAS OKU Timur18

No. Golongan Asnab Jumlah (Rp) Sumber Dana

(1) (2) (3) (4)

1. Fakir Miskin 13.450.000 Zakat

2. Mu’allaf 600.000 Zakat

3. Gharim - -

4. Fisabilillah 77.113.752 Zakat

5. Ibnu Sabil 800.000 Zakat

6. Amil 21.467.530 Zakat

7. Yatim Piatu 15.000.000 Infaq

JUMLAH 128.431.282

Sumber: BAZNAS OKU Timur

17

Hamdi M. Adil . Laporan Akhir Tahun BAZNAS OKU Timur, 2015, h. 5 18


(21)

Adapun sumber dana zakat produktif pada BAZNAS Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Daerah di Kabupaten OKU Timur yang bertugas pada , Dinas, Badan, Kantor, BUMN, BUMD, dan Kecamatan serta sumber lainnya sebanyak ;

1. Pengawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 90 % 2. Sumber lainnya yang halal sebanyak 10 %

Masih banyak hambatan dan halangan dalam proses aplikasi, adapaun hambatan dalam proses tersebut adalah:

1. Pemahaman zakat masyarakat yang masih minim 2. Konsepsi fikih zakat yang belum sempurna 3. Benturan kepentingan

4. Hambatan politis

5. Sikap kurang percaya dari masyarakat

6. Sikap tradisionalis masyarakat Indonesia yang masih kuat (memberikan zakat bukan pada mustahiknya)19.

Zakat dapat membantu memberantas tingkat kemiskinan apabila didayagunakan kepada yang berhak, bukan sekedar sebagai bantuan konsumtif, melainkan juga produktif selama tidak menyimpang tuntunan syariat Islam. Karena menurut Abdul

Qodir “Ada dua penyebab seseorang atau kelompok orang masuk kedalam

kemiskinan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.”20

“Integrasi zakat dalam menentukan kebijakan ekonomi nasional sangatlah diperlukan. Apalagi secara teoritis, aplikasi zakat dalam kehidupan perekonomian

19

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam-Zakat dan wakaf, (Jakarta, UI Press, 1998), h. 53-56

20

Al Arif M. Nur Rianto. PengantarEkonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung, Pustaka Setia, 2015), h. 295


(22)

akan memberikan sejumlah implikasi penting, ada tiga sektor penting dalam perekonomian menurut al-Qur’an, yaitu: 21

a. Sektor riil (al-bai), yaitu bisnis dan perdagangan.

b. Sektor keuangan atau moneter, yang diindikasikan oleh larangan riba. c. Zakat, infak dan sedekah (ZIS).”

Sedangkan upaya penanggulangan kemiskinan menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas ditempuh melalui dua strategi utama. Pertama melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara. Kedua, membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan kronis dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan dalam tiga program yang langsung diarahkan pada penduduk

miskin yaitu:22

1. Penyediaan Kebutuhan Pokok;

2. Pengembangan Sistem Jaminan Sosial; dan

3. Pengembangan Budaya Usaha Masyarakat Miskin.

Zakat modal perekonomian umat islam yang tak pernah habis, zakat seharusnya jangan habis dibagikan dalam seketika musim itu, zakat hendaknya didayagunakan dalam bentuk usaha-usaha yang produktif yang dapat mengarah kepada kewirausahaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) : Pengertian UMKM adalah;

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

21

. Indonesia Zakat & Development Report, 2011, Kajian Empiris Peran Zakat Dalam

Pengentasan kemiskinan,Ciputat, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ),hlm.9

22

Remi, Sutyastie Soemitro dan Prijono Tjiptoherijanto. Kemiskinan dan


(23)

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukanoleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.23

Usaha Mikro Kecil dan Menengah memegang peran usaha yang sangat penting Peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: .24

1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor;

2. penyedia lapangan kerja yang terbesar; pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat; 3. pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta

4. sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang .

Zimerer mengemukakan beberapa karakteristik seorang usaha mikro kecil yang berhasil, diantaranya:25

1. Proaktif, yaitu berinisiatif serta tegas dalam mengambil tindakan dan keputusan.

2. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan tindakan terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, penuh perencanaan, dan mengutamakan pengawasan.

3. Memiliki komitmen yang kuat kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan kerjasama.

Selain itu penerapan analisis kelayakan usaha didasarkan atas kondisi perekonomian usaha dan kepercayaan, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kriteria kelayakan usaha bahwa kriteria pembiayaan, yaitu 1) Prinsip

23

Undang-Undang Rebuplik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, pasal 1 h, 2 24

Kwartono, M, Analisis Usaha Kecil dan Menengah, (Andi Offset, Yogyakarta, 2007), h. 143

25

Suryana. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju


(24)

Kepercayaan, 2) Prinsip Kehati-hatian, 3) Prinsip 5C yang meliputi Character (Kepribadian), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Conditions of Economy (Kondisi Ekonomi), Collateral (Agunan), kemudian 4) Prinsip 7P yang meliputi Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability, dan Protection.26 Peta yang didapatkan akan diklasifikasikan menjadi tiga kriteria kebijakan pro-poor kebijakan propro-poor adalah kebijakan yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi tersebut dapat mengurangi angka kemiskinan. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010, yaitu:27 a. Penanggulangan kemiskinanberbasis keluarga

b. Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat

c. Penanggulangan kemiskinan berbasis pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu mencapai salah satu tujuannya atau lebih, tujuan-tujuan yang dimaksud di sini tentunya dapat diinterpretasikan sesuai persepsi seseorang. Dengan demikian, kemiskinan dapat diartikan berdasarkan kondisi seseorang dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Di lain pihak Friedmann, mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial meliputi modal yang produktif atau asset (misalnya, tanah, perumahan, peralatan, kesehatan dan lain-lain); sumber-sumber keuangan (income dan kredit yang memadai); organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan

26

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insan Press 2001), h. 237

27

Anonim. 2010. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program


(25)

untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat, koperasi dan lain-lain); jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang dan lain-lain; pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan. “Miskin adalah orang yang memiliki harta namun tidak mencukupinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.”28 Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seseorang diharuskan bekerja keras, dengan bekerja keras diharapkan bisa merubah nasib kita.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat ; 11 berbunyi:

Artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.29

Berdasarkan uraian diatas, maka saya terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengelolaan Zakat Produktif Pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)”

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa untuk pengelolaan zakat infaq dan

28

. Muhamad Azzam, abdul Azis, Fiqih Ibadah Lengkap dan Praktis, (Jakarta, Amzah, 2010), h.

405 29

Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013), h. 226


(26)

sedekah, yaitu meningkatkan Pengelolaan, pendistribusian, pengumpulan dan pendayagunaan zakat bagi umat Islam masih menghadapi berbagai macam kendala dan permasalahan.

Adapun identifikasi permasalahan tersebut antara lain meliputi: a. Masih sangat rendahnya tingkat pengelolaan pendistribusian dan

pendayagunaan zakat umat Islam masih rendah.

b. Masih terdapat lembaga-lembaga atau badan pengelola zakat yang

tidak mengumpulkan zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional OKU Timur.

c. Masih belum maksimalnya dalam pengelolaan zakat produktif di BAZNAS Kabupaten OKU Timur.

2. Batasan Masalah

Guna memperoleh ruang lingkup penelitian yang lebih jelas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalahnya hanya pada masalah;

a. Pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Mikro pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

b. Upaya BAZNAS OKU Timur dalam pengentasan kemiskinan melalui zakat produktif.

c. Pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.


(27)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka muncul permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Mikro pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Kabupaten OKU Timur?

2. Bagaimana upaya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Kabupaten OKU Timur dalam pengentasan kemiskinan melalui zakat produktif?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam terhadap pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

2) Untuk mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan dalam pengelolaan zakat produktif produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.


(28)

1) Untuk mengetahui pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

2)Untuk mendeskripsikan upaya BAZNAS OKU Timur dalam pengentasan kemiskinan melalui zakat produktif.

1. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang penulis laksanakan sekarang ini, diharapkan dapat memberi kontribusi berupa:

a. Secara Teoritis

1) Salah satu kontribusi keilmuan dalam dunia Islam pada masa kini dan masa yang akan datang, terutama dalam menambah pengetahuan pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam .

2) Salah satu alternatif dan inspirasi serta motivasi bagi para peneliti yang akan datang dalam rangka mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam secara objektif.

b. Secara Praktis

1) Salah satu alternatif dan inspirasi serta motivasi bagi para peneliti yang akan datang dalam pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro


(29)

sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam secara objektif.

2) Sumbangan pemikiran ilmiah pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam oleh para peneliti berikutnya.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis telah berupaya melakukan penelusuran terhadap berbagai sumber kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan esensi permasalahan dalam penelitian ini. Upaya penelusuran tersebut dimaksudkan agar penelitian ini tidak merupakan pengulangan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Tujuan lain dari penelusuran kepustakaan ini adalah untuk membangun landasan teori yang diharapkan dapat mendasari kerangka pikir penelitian tesis ini. Penelusuran pustaka yang penulis lakukan menemukan hasil-hasil penelitian di antaranya:

1. Rahmawati . Tesis. “Pelaksanaan Dan Pengelolaan Zakat Profesi Dalam

Tinjauan Fiqh Dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 (Pada Lazis di PT. Pusri Palembang), 2013”

Tesis ini meneliti tentang pelaksanaan dan pengelolaan zakat profesi dalam tinjauan Fiqh dan Undang-undang NO. 23 tahun 2011. Hasilnya Pelaksanaan dan Pengelolaan Zakat Profesi dalam tinjauan Fiqih dan UU No. 23 tahun 2011 di LAZIS di PT. Pupuk Sriwijaya Palembang sudah berjalan baik, namun masih perlu adanya pemberdayaan zakat lagi secara mendalam. Pendistribusiannyapun tepat sasaran. Peran Lazis PT PUSRI dengan membiyai pendidikan sangat membantu masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan dan mendukung


(30)

upaya pemerintah dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

2. M. Abdul Azis. Tesis “ Optimalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana

Mencapai Kesejahteraan Sosial (Sebuah Studi Di Badan Amil Zakat Kota Prabumulih), 2011”

Hasilnya Untuk mencapai efektifitas pengelolaan zakat BAZ Kota Prabumulih menggunakan 3 (tiga) strategi untuk memaksimalkan pengelolaan potensi zakat. Strategi pertama yang dilakukan BAZ Kota Prabumulih dalam bidang publikasi diantaranya dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dan kewajiban membayar zakat. Strategi kedua dalam bidang aksi yang dilaksanakan BAZ Kota Prabumulih berupa program pendayagunaan zakat dengan memberdayakan perekonomian mustahiq secara produktif dengan bantuan usaha. Strategi ketiga dalam bidang administrasi dimana BAZ Kota Prabumulih melalui Surat edaran Walikota masyarakat yang berpenghasilan per bulan Sebesar RP. 2.675.000; wajib membayar zakat.

3. M. Anwarudin Tesis “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan terhadap Kesenjangan Pendapatan Di Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan

Komering Ilir .2010”

Tesis ini meneliti tentang Faktor-faktor yang mempeengaruhi kemiskinan terhadap kesenjangan pendapatan di Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hasilnya curahan jam kerja memperlihatkan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap penghasilan keluarga miskin semakin banyak jam kerja yang dicurahkan maka akan meningkatkan penghasilan yang diperoleh.


(31)

pengaruh pendidikan adalah signifikan dan yang berarti semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan penghasilan yang diperoleh.

Berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yang mengarah kepada analisis pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam (pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)

Berdasarkan hasil-hasil survey awal atau (pra survey) tersebut, penulis tidak menemukan adanya penelitian dan pengkajian yang difokuskan terhadap pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro. Pada penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan bagaimana analisis pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif ekonomi Islam (pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur)

F. Kerangka Pikir

“Adapun pemanfaatan dana zakat dapat dikatagorikan sebagai berikut:

a. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang berangkutan.

b. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

c. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya.

d. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah modal seorang

pedagang atau pengusaha kecil”.30

30


(32)

Adapun kerangka pikir analisis pengelolaan zakat produktif pada bidang Usaha Kecil sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dapat dilihat dalam skema sebagai berikut ;

Tabel. 3 Kerangka Pikir`

Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan dalam Prespektif

Ekonomi Islam

Landasan Teoritis Zakat Produktif, Usaha Mikro serta Pengentasan Kemiskinan dalam Prespektif Ekonomi Islam

Melihat Pengelolaan Zakat Produktif BAZNAS OKU Timur

pada Bidang Usaha Mikro Pengentasan Kemiskinan dalam

Pespektif Islam. Permasalahan, dampak dan hasilnya.

ANALISIS

Kesesuaian Konsep Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro sebagai upaya pengentasan Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Islam

dengan BAZNAS Kabupaten OKU Timur.

HASIL Solusi Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro sebagai upaya

pengentasan Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Islam terhadap berbagai permasalahan Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro di

BAZNAS OKU Timur Masalah Penelitian


(33)

Pengembangkan budaya” Memberi lebih baik baik dari menerima” bahwa peran pokok dari Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZ ) adalah menghimpun Zakat, Infaq dan Shodaqoh dari Muzakki dan menyalurkannya kepada para Mustahik yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penulisan tesis ini guna memeperoleh data dan informasi yang obyektif dibutuhkan data-data dan informasi yang faktual dan relevan. Metode yang digunakan penulis sebagai sarana dan pedoman adalah sebagai berikut:

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). ”Penelitian lapangan adalah penelitian yang

langsung dilakukan di lapangan atau para responden”31

. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil langsung dari lapangan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang disusun secara khusus untuk tujuan penelitian ini. Kemudian data yang terkumpul tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambil lokasi Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten OKU Timur.

31


(34)

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivis dengan tujuan untuk mengembangkan suatu teori atau pola.32 Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk memahami fenomena dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada merincinya menjadi variabel-variabel yang saling berkaitan. Gambaran yang lengkap dan mendalam tentang fenomena tersebut selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan sebuah teori atau mengembangkan sebuah teori. Fenomena yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah pengelolaan zakat produktif. Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang diamati.”33

Berdasarkan tempatnya, penelitian ini termasuk penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian dengan menelusuri secara mendalam (in-depth) program, kejadian, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu34. Studi kasus dilakukan secara mendalam tentang individu, kelompok, organisasi, program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu yang telah ditentukan. Studi kasus dilakukan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan mendalam sebuah obyek. Data yang diperoleh dari studi kasus kemudian dianalisis

32

.Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2011), h. 28

33

. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2001), h. 3

34

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2011), h. 23


(35)

untuk mengembangkan sebuah teori atau bahkan melahirkan sebuah teori. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada Januari 2016 sampai dengan Juni 2016.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat dan meneliti pelaksanaan program serta melihat hasilnya.35 Analisis pengelolaan zakat produktif pada bidang usaha mikro sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif Ekonomi Islam pada Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Selanjutnya memberikan masukan untuk perbaikan-perbaikan pelaksanaan pengelolaan zakat tersebut.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah gejala-gejala sebagaimana adanya berupa perkataan, ucapan, gambaran dan pendapat baik dari lembaga atau Ketua BAZNAS maupun Pengurus dan Penerima zakat produktif. Menurut Lofland dan Lofland, Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:36

35

. Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. (Jakarta, Bumi Aksara,. 2009),h. 9

36

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2010), h.47


(36)

a. Data Primer yaitu data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Data primer dalam penelitian disini seperti

Pegawai bagian Unit Pelayanan Zakat produktif, dan Usaha kecil penerima zakat produktif di Kecamatan Jaya Pura, Martapura, Bunga Mayang dan Buay Pemuka Peliung Kabupaten OKU Timur.

b. Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi yaitu BAZNAS OKU Timur dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian, Mass Media, Lembaga Pemerintahan atau swasta dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian disini seperti, harian umum OKU Raya Ekspress, Laporan bulanan BAZNAS OKU Timur, buku Undang-undang Nomor 23 tahun 2011, tentang Pengelolaan Zakat, Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2014, pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 dan Kumpulan Peraturan dan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat.

c. Metode pengumpulan Data

Pengumpulan data sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:


(37)

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.37 Menurut suharsimi arikunto dalam pengertian psikologi observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. 38

Penggunaan metode observasi langsung yaitu akan mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi sebenarnya. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan objek penelitian, yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi, fasilitas pendukung pengelolaan zakat.

Metode observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis yang sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terhadap kejadian kejadian yang bisa ditangkap. Metode ini penulis lakukan dengan mengamati aktivitas pengelolaan Zakat Produktif yang dilakukan oleh 5 (lima) orang Pengurus BAZNAS yaitu Ketua dan 4 (empat) orang Wakil Ketua serta 3 (tiga) orang pegawai di BAZNAS Kabupaten OKU Timur. 1. Metode interview

37

Sutrisno Hadi , Metodologi Research, ( Yogyakarta, 2000), Jilid 2, h. 136 38

Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , ( Jakarta: Rineka Cipta , 2002 ), edisi V, h. 133


(38)

Metode interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematis berlandasan pada tujuan penyelidikan. “Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik proses tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran-saluran komunikasi secara lancar dan wajar.”39

Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara terbuka40 Bahwa penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan wawancara terbuka agar subjek yang diwawancarai mengetahui maksud dan tujuan wawancara. “Wawancara dalam suatu penelitian adalah bertujuan untuk menampilkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan pembantu utama dari metode observasi.”41

Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan lincoln dan Guba

adalah: “Mengkonstruksi mengenal orang kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dll. Kebulatan merekonstruksi kebulatan–kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan kejadian masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,baik manusia maupun bukan manusia, dan memverifikasi,

39

.Sutrisno Hadi , Metodologi Research, ( Yogyakarta, 2000), Jilid 2, h. 19 40

. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya ,

2010), h.189 41


(39)

mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.”42

Penggunaan metode ini, penulis mengadakan komunikasi dengan wawancara langsung dengan informen yaitu 1 (satu) orang Ketua BAZNAS, 1 (satu) orang Ketua Unit Zakat Produktif dan 3 (tiga) orang Pegawai unit zakat produktif selaku pencatat hal-hal yang berkaitan dengan zakat produktif. Kemudian Pengusaha Kecil sebagai pihak yang menerima zakat memberikan keterangan. Penulis menggunakan metode interviu terpimpin yaitu dengan disiapkannya pertanyaan-petanyaan yang diselesaikan dengan data-data yang diperlukan oleh interview. Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang Pengelolaan Zakat Produktif dibidang kewirausahaan dalam upaya pengentasan kemiskinan yang di salurkan oleh BAZNAS Kabupaten OKU Timur. Pedoman interview disusun secara khusus untuk tujuan penelitian sehingga interview lebih fokus pada masalah zakat produktif, tabel interview dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel. 4. Interview

No. URAIAN KETERANGAN

1. Ketua BAZNAS

2. Ketua Unit Zakat Produktif 3. Pegawai unit Zakat Produktif 4. Penerima Zakat Produktif

Kecamatan Jaya Pura

42

. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2010), h. 135


(40)

5. Penerima Zakat Produktif Kecamatan Martapura 6. Penerima Zakat Produktif

Kecamatan Bunga Mayang 7. Penerima Zakat Produktif

Kecamatan BP. Peliung 2. Metode dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis, dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.43

Metode dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data dengan melihat sumber-sumber dokumen yang ada kaitannya dengan jenis data yang diperlukan. Metode dokumentasi adalah cara yang efisien untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan metode interview dan observasi metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tertulis arsip-arsip dan dokumen-dokumen.

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu mengumpulkan informasi yang benar-benar akurat sehingga akan menambah kevalidan hasil penelitian.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah “Suatu proses kategorisasi penataan manipulasi dan peringkasan data untuk memperoleh jawaban bagi

43

Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , ( Jakarta: Rineka Cipta , 2002 ), edisi V, h. 131


(41)

pertanyaan penelitian. Analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan yang sistematis terhadap hasil wawancara, catatan lapangan dan lain-lain yang dikumpulkan agar memudahkan peneliti untuk menjelaskan kepada orang lain mengenai apa yang ditemukan, analisis data ini bertujuan untuk menjadikan data dikomunikasikan kepada orang lain serta memperingkas data menghasilkan kesimpulan.”44

Analisis data kualitatif adalah sebuah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.45

Proses berlangsungnya analisis data dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Reduksi data

Menurut Mattew B.M dan A.M Hubberman “ Reduksi data merupakan suatu bentuk – bentuk analisis yang menajamkan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan- kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.”46 Maka dalam penelitian ini, yang dapat diperoleh dari informen , yaitu Pengurus Unit Zakat, Infaq dan Shodaqoh dan Masyarakat di Wilayah Kerja BAZ Kabupaten OKU Timur disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian. Begitu

44

Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta, UGM Pres, 2001), h. 203 45

. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosda Karya , 2001), h. 248

46

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, ( Jakarta, UI Pres, 1992) , h. 165


(42)

data yang diperoleh dari informan selengkapnya disusun secara sistematis agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Penyajian Data

Matthew B.M dan A.M. Hubberman membatasi suatu penyajian. Sebagai sekumpulan informan tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 47

”Penyajian data dibuat dalam bentuk uraian singkat, bagan maupun hubungan antar kategori. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencankan kerja selanjutnya berdasarkan pada apa yang telah dipahami tersebut. Artinya

langkah untuk mendapatkkan suatu kesimpulan.”48

Data yang sudah direduksi dan diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang diteliti, sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data yang sudah tersusun secara sistematis pada tahapan reduksi data, kemudian dikelompokkan berdasarkan pokok permasalahannya.

3. Verifikasi

Menurut Mattew B.M dan A.M Hubberman, “Verifikasi adalah suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk mengembangkan

“kesepakatan intersubyektif”, atau juga upaya – upaya luas dalam

47

. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, ( Jakarta, UI Pres, 1992) , h. 16

48


(43)

menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten daat peneliti kembali ke lapangan mengumpukan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.”49

Data yang sudah terkumpul harus diuji harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokkannya, yakni merupakan validitas. Peneliti pada tahap ini mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema untuk menemukan dari data-data yang dikumpulkan. Kesimpulan ini terus diverifikasi selama penelitian ini berlangsung hingga mencapai kesimpulan yang lebih mendalam. Ketiga komponen analisa tersebut terlibat dalam proses saling berkaitan, sehingga menemukan hasil akhir dari penelitian data yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema-tema yang dirumuskan. Tampilan data yang dihasilkan untuk interpretasi data. Adapun tekhnik analisis data yang peneliti gunakan adalah tekhnis analisis data kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang ada dilapangan. Kesimpulan yang diharapkan dalam penelitian kualitatif ini adalah dapat terjawabnya rumusan masalah yang ada, yakni Bagaimana Pengelolaan Zakat Produktif Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Islam Pada Badan Amil Zakat Kabupaten OKU Timur.

49


(44)

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan rencana pembahasan dalam tesis ini akan mengikuti sistematika sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II. Tinjauan Umum Tentang Zakat Produktif Meliputi; A. Tinjauan Umum Tentang Zakat meliputi: Pengertian dan Dasar Hukum Zakat, Rukun Zakat, Syarat-syarat Zakat, Pengelolaan zakat, Unsur-unsur Zakat, Manfaat Zakat, Tujuan Zakat, Macam-macam Zakat, Distribusi Zakat, Zakat Produktif B. Usaha Mikro Meliputi Pengertian Usaha Mikro, Syarat-syarat menjadi Usaha Mikro, Ciri-Ciri Usaha Mikro, Tujuan Usaha Mikro C. Kemiskinan yang membahas tentang: Pengertian Kemiskinan, Sebab-sebab Kemiskinan, Macam-Macam Kemiskinan, Dampak Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan D. Perspektif Ekonomi Islam meliputi Pengertian Perspektif Islam, Ciri-ciri Ekonomi Islam, Karakteristik Ekonomi Islam, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Tujuan Ekonomi Islam dan Manfaat Ekonomi Islam.

BAB III. Analisa Data meliputi: Profil BAZNAS OKU Timur, Penyajian Data Pengelolaan Zakat Produktif dan Uspaya BAZNAS OKU Timur dalam Pengentasan Kemiskinan


(45)

BAB IV. Analisa data meliputi : Analisa Data Pengelolaan Zakat Produktif Pada Bidang Usaha Mikro, Analisa Data Upaya BAZNAS OKU Timur Dalam Pengentasan Kemiskinan


(46)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PRODUKTIF A. Pengelolaan Zakat

1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat a. Pengertian

Islam dengan tegas dan jelas mengatur pengelolaan harta zakat, manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat Islam. Secara etimologis, zakat berarti suci, tumbuh, berkembang dan berkah. Sedangkan secara terminologis, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang wajib diserahkan kepada kepada yang berhak menerimanya oleh pemilikya sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.1

Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagai fungsi social ekonomi, sebagai perwujudan solidaritas social, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dan miskin dan zakat juga sebagai sarana membangun kedekatan antara yang kuat dengan yang lemah Zakat berasal dari bentuk kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh dan berkembang.2

Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2011 pasal 3 pemgelolaan zakat bertujuan3:

1

M. Ali Hasan, Zakat Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan (Masail Fiqhiyah II) (Ed. I Cet. III; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), h. 1

2

Didin Hafidhudhin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet ke – 1, h.13

3

Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Selatan.Kumpulan Peraturan dan


(47)

a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Mahfuz mendeskripsikan zakat bukan hanya sebagai ibadah mahdlah saja. Akan tetapi lebih pada perangkat sosial yang seyogyanya mampu untuk menangani kemiskinan, dengan catatan zakat dikembangkan dan di-manage secara profesional. Apalagi jika melihat realitas bahwa mayoritas warga negara Indonesia adalah muslim. Sudah barang tentu ini menjadi modal dasar yang tidak sedikit dalam upaya mengatasi masalah tersebut (kemiskinan).4

Zakat tidak hanya sekedar sebagai kewajiban, tetapi zakat harus dikelola dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga sampai ke tangan yang berhak. Dengan demikian, maka peran organisasi pengelola zakat sangat penting. Pada zaman Rasuullah Saw. dikenal sebuah lembaga yang disebut Baitul Mal. Lembaga ini memiliki tugas mengelola keuangan negara mulai dari mengidentifikasi, menghimpun, memungut, mengembangkan, memelihara, hingga menyalurkan. Sumber pemasukannya berasal dari dana zakat, infaq, kharaj (pajak bumi), jizyah (pajak yang dikenakan bagi non-muslim), ghanimah (harta rampasan perang) dan lain-lain. Sedangkan penggunaannya untuk asnaf mustahik (yang berhak menerima) yang telah ditentukan, untuk kepentingan dakwah, pendidikan, pertahanan, kesejahteraan sosial dan lain sebagainya.

Di Indonesia saat ini ada organisasi atau lembaga pengelola zakat. Keberadaan organisasi tersebut diatur dalam Undang-undang Nomor 23

4


(48)

tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan yang dibentuk pemerintah atau lembaga yang didirikan oleh masyarakat. Di samping itu, dari sudut pandang ekonomi, zakat merupakan sumber utama kas negara dan sekaligus merupakan soko guru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan al-Qur’an.5

Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah (hablu minallah) dan sebagai kewajiban kepada sesama manusia (hablu minannaas). Zakat juga sering disebut sebagai ibadah kesungguhan dalam harta (maaliyah ijtihadiyah). Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang menyandingkan perintah zakat dengan perintah shalat. Zakat merupakan salah satu ciri dari system ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Dengan zakat, Allah menghendaki kebaikan kehidupan manusia agar hidup tolong menolong, gotong royong dan selalu menjalin persaudaraan. Adanya perbedaan harta, kekayaan, dan status sosial dalam kehidupan adalah sunatullah yang tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Bahkan adanya perbedaan status sosial itulah manusia saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Zakat adalah ibadah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan, baik

5Fatahillah As, “

Efektifitas Undang-undang Pengelolaan Zakat“, Pedoman Rakyat, 13 Desember 2003,


(49)

dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadits Nabi. Keberadaan zakat dianggap diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang. b. Dasar Hukum Zakat

Zakat hukumnya fardhu „ain atau wajib atas setiab muslim, bagi yang memenuhi syarat yang telah disyariatkan oleh agama dalam Al-Quran, As-Sunnah maupun pendapat para ulama. Kewajiban yang ditetapkanya berlaku untuk diri sendiri dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain.

Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang secara tegas memerintahkan pelaksanaan zakat.Perintah Allah SWT tentang zakat tersebutseringkali beriringan dengan perintah salat.Perintah zakat dalam Al-Qur’an ditemukan sebanyak 32 kali, 26 kali diantaranya disebutkan bersamaan dengan kata salat. Hal ini mengisyaratkan bahwa kewajiban mengeluarkan zakat seperti halnya kewajiban mendirikan salat. Zakat diwajibkan berdasarkan

Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad. Dalil-dalil yang terdapat

dalam Al-Qur’an banyak menggunakan bentuk amar (perintah) atau intruksi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 43 yaitu:


(50)

Artinya : Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”6

2. Rukun Zakat

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagaian dari nishab (harta) yang dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikanya sebagai milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat, rukun zakat mal yaitu :7

a. Niat mengeluarkakn zakat b. Orang yang berzakat

c. Orang yang menerima zakat d. Barang yang dizakatkan.

Adapun yang termasuk rukun zakat adalah ;8

a. Pelepasan atau atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang yang dikenakan wajib zakat

b. Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai harta kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat (amil zakat) c. Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai hak

milik.

6

Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013),h.16

7

ibid,h. 65 8


(51)

3. Syarat-syarat Zakat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mengeluarkan zakat, baik syarat dari pihak muzakki (orang yang mengeluarkan zakat) dan dari syarat harta yang dikeluarkan untuk berzakat. Adapun syarat-syarat zakat antara lain:9

1. Beraga Islam.

2. Mencukupi satu nisab.

3. Berlalu satu Haul atau satu tahun. 4. Harta tersebut baik dan halal.

5. Bersifat produktif, baik secara riil ataupun tidak riil. Dengan demikian, harta yang tidak berkembang dan dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup pemiliknya tidaklah wajib dizakati, seperti rumah tinggal dengan segala perlengkapannya, kendaraan pribadi, perhiasan yang dipakai secara tidak berlebihan.

6. Dalam kepemilikan penuh.

7. Surplus dari kebutuhan pokok minimal (primer). 8. Terbebas dari hutang yang jatuh tempo.

Syarat dalam ketentuan berzakat diantaranya adalah :

a. Syarat orang mengeluarkan zakat Orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah orang atau badan yang di miliki orang muslim. Yang berkewajiban menunaikan zakat apabila memiliki kelebihan harta yang telah cukup haul dan nishabnya.

b. Syarat harta yang di zakatkan

1. Pemilikan yang pasti, halal, dan baik;

9

Qardhawi dalam Sintha, Dwi Wulansari. Analisis Peranan Dana Zakat Produktif terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Penerima Zakat) (Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro, 2013, h. 105


(52)

Dapat di artikan di sini sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya. Menurut hadist riwayat muslim, bahwa Rasulullah SAW mengatakan bahwasanya “Allah tidak menerima zakat dari harta yang

tidak sah” harta yang tidak sah merupakan harta yang di peroleh dengan

cara – cara yang tidak halal, atau dalam memperoleh harta tersebut menggunakan cara yang di larang agama, misalnya dengan korupsi, berjudi, menipu, mencuri, persekutuan zakat, berzina, dan lain lain. 2. Berkembang;

Harta itu berkembang baik secara alami maupun berkembang secara ikhtiar atau usaha manusia. Adapula yang menyebutkan harta yang berkembang adalah harta yang produktif. Harta produktif adalah harta yang berkembang secara konkrit maupun tidak, secara konkrit dapat di artikan harta itu berkembang melalui pengembangan usaha, perdagangan, saham dan lain lain, sedangkan tidak konkrit yaitu harta tersebut berpotensi untuk berkembang.

3. Melebihi kebutuhan pokok;

Harta yang di miliki seseorang itu melebihi kebutuan pokok yang di perlukan bagi diri sendiri dan keluarganya, untuk hidup wajar sebagai manusia.


(53)

Harta yang di miliki seseorang itu bersih dari hutang, baik hutang kepada Allah ( nadzar ) maupun hutang kepada sesama manusia.

5. Mencapai nishab;

Harta yang di miliki oleh muzaki telah mencapai jumlah (kadar) minimal yang di keluarkan zakatnya, nishab inilah yang menjadi tolak ukur suatu harta wajib di zakati atau tidak di zakati.

6. Mencapai masa haul.

Harta tersebut harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat. Biasanya dua belas bulan Qomariyah atau setiap kali menuai harta yang disyaratkan, cukup setahun nishabnya adalah binatang ternak, emas, perak, benatang perniagaan. Sedangkan harta yang tidak disyaratkan haulnya tiap tahun adalah tumbuh – tumbuhan yang setiap tahun menuai dan barang temuan ketika ditemukan.

c. Syarat penerima zakat

Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60, ada delapan golongan (asnaf) orang yang berhak menerima zakat ;

Artinya:

“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah


(54)

dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.10 Berdasarkan penggalan ayat di atas, kita dapat melihat bahwa terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat, yaitu :11

1. Fakir, adalah golongan yang tidak memiliki harta atau penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya.

2. Miskin adalah golongan yang mempunyai sedikit harta dan

penghasilan, namun tidak mencukupi kebutuhan dirinya dan tanggungannya

3. Amil, adalah orang yang ditunjuk dan bekerja mengurusi segala hal yang terkait dengan zakat seperti mendata mustahik dan muzakki, mengurus, menjaga, dan mengatur administrasi zakat serta menyalurkan zakat ke mustahik.

4. Muallaf, adalah golongan yang di dalam hatinya ada harapan dan kecenderungan untuk memeluk Islam, orang yang dikhawatirkan akan berbuat jahat terhadap kaum muslim, dan orang yang baru memeluk agama Islam.

5. Riqab, adalah budak yang belum merdeka tidak memiliki harta dan ingin merdeka, seperti tenaga kerja yang dianiaya dan tidak diperlakukan dengan baik mencakup juga muslim yang ditawan oleh kaum kafir.

6. Gharimin, adalah orang yang memiliki hutang, dan terpaksa memiliki hutang yang tidak digunakan untuk berbuat maksiat, namun tidak mampu untuk mengembalikan hutang tersebut.

7. Fii Sabilillah, adalah orang yang berjuang di jalan Allah. Berjuang di jalan Allah ini bukan hanya yang sekedar ikut berperang secara fisik untuk membela Agama Islam, namun juga mereka yang berperan aktif untuk menyebarkan Islam seperti membangun masjid, memberikan pengajaran agama, dan sebagainya.

8. Ibnu Sabil, adalah orang yang sedang dalam perjalanan jauh (musafir) dan perjalanannay itu bukan untuk kemaksiatan, namununtuk hal yang baik seperti mencari rezeki, mencari ilmu, melaksanakan ibadah, dan berperang di jalan Allah.

10

Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013),h.178

11


(55)

Zakat adalah bagian harta yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim yang beriman yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;

a. Nishab, yaitu jumlah minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. b. Haul, yaitu jangka waktu yang ditentukan jika seorang wajib mengeluarkan

zakat setiap sumber zakat memiliki batas yang berbeda-beda. c. Kadar, yaitu ukuran besarnya zakat yang harus dikeluarkan.12 4. Pengelolaan Zakat

Ada beberapa hal yang memang masih menjadi persoalan dalam penghimpunan zakat. Diantaranya adalah pengelolaan zakat masih berciri tradisional. Zakat umumnya diberikan langsung oleh muzakki kepada mustahik. Biasanya amil zakat bukanlah sebuah profesi atau pekerjaan yang permanen. Amil zakat hanya ditunjuk ketika ada aktivitas zakat hanya terbatas pada zakat fitrah, kemudian zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat konsumtif dan harta objek zakat terbatas pada harta yang secara eksplisit dikemukan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan untuk pungutan zakat harta biasanya dilakukan oleh pengurus masjid. Dengan sistem pengelolaan yang masih terbatas dan tradisional itu, sulit untuk mengetahui berapa sebenarnya jumlah zakat yang telah dihimpun.

12

Al Arif M. Nur Rianto. Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. (Bandung, CV. Pustaka Setia), h.279


(56)

Setelah Undang-undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat sudah direvisi dengan Undang-undang No. 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Setelah disahkannya Undang-undang Pengelolaan Zakat tersebut Indonesia telah memasuki tahap institusionalisasi pengelolaan zakat dalam wilayah formal kenegaraan, meskipun masih sangat terbatas. Lembaga-lembaga pengelola zakat mulai berkembang, termasuk pendirian Lembaga-lembaga zakat yang dikelola oleh pemerintah, yaitu BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang dikelola masyarakat dengan manajemen yang lebih baik dan modern.

Menurut pasal 1 ayat 2 Undang Undang Nomor 23 tahun 2011. Zakat adalah suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian zakat. Sedangkan organisasi pengelola zakat adalah organisasi yang bergerak di bidang pengelolaan zakat, infaq, maupun sedekah. Di Indonesia sendiri zakat di kelola oleh 2 lembaga yakni Badan Amil Zakat yang pengelolaan di urus oleh Pemerintah dan yang kedua adalah Lembaga Amil Zakat yang pengelolaanya di urus oleh masyarakat. Orang-orang yang berhak dan berwenang untuk mengelola zakat adalah petugas khusus yang ditunjuk oleh pemerintah atau penguasa dan negara atau pemerintah bertanggung jawab penuh atas pengumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian hingga sampai menentukan mustahiq.13

Dalam melaksanakan tugas, menurut pasal 7 BAZNAS menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:14

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

13

Shihab, Quraisy Membumikan Al-Qur’an fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat. (Bandung: Mizan, . 1994.), h. 326

14

Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Selatan.Kumpulan Peraturan dan


(57)

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Dalam pasal 27 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat menyatakan bahwa:15

1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha

produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri.

Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ (Unit Pengumpul Zakat) pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan

15

Kementerian Agama RI.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011


(1)

142

OKU Timur Sehat, Program OKU Timur Taqwa dan Program OKU Timur Peduli. Sehingga selama 2 tahun sebanyak 321 orang fakir miskin rumah mereka dapat rehab melalui program bedah rumah, masing-masing menerima dana stimulant sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

3. Pada akhir 2015 -2016 Badan Amil Zakat Nasional di Kabupaten OKU Timur, melalui pemberdayaan zakat memberikan zakat produktif bagi Usaha Mikro masing-masing mustahiq zakat produktif menerima bantuan modal usaha sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)

B. Rekomendasi

Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa rekomendasi kepada :

1. Pengurus BAZNAS Kabupaten OKU Timur, hendaknya dalam pengelolaan zakat produktif sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam perspektif Islam, lebih ditingkatkan lagi sehingga dapat menambah usaha-usaha mikro baru yang menjadi binaan dari BAZNAS Kabupaten OKU Timur dikarenakan dengan tumbuhnya usaha-usaha mikro baru dapat menunjang ekonomi kerakyatan yang tidak akan terpengaruh oleh adanya krisis ekonomi.

2. Kepada usaha mikro binaan BAZNAS Kabupaten OKU Timur, dalam mengelola usaha mikro hendaknya maksimal dan harus :

a. Percaya Diri, keyakian, ketidak ketergantungan, individualitas, optimism b. Berorientasikan, kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, tugas dan


(2)

143

hasil ketekunan, ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetic, dan inisiatif

c. Pengambil risiko, Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan d. Kepemimpinan, bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan

orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik

e. Keorisinilan, inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak ilmu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Karim Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta, RajaGrafindo Persada 2012

Abdul Ghofur Ruslan , Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2013.

Asnainu, Zakat Produktif dalam Perspektif Islam, Bengkulu: Pustaka Pelajar 2008

Abas Sunarya, et al., Kewirausahaan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2011 A.A. Hanafi dan Hamid Sallam, "Etika Bisnis: Perspektif Islam", dalam Taha Jabir

al-Alwani (ed.), Bisnis Islam (Cet.I; Yogyakarta: AK Group, 2005

Afifudin, dan B.A. Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2009.

Al – Ghazali. 1994. Rahasia Puasa dan Zakat. Bandung: Karisma Armin Burhan Bangun , Metode penelitian Kualitatif, Jakarta ,Remaja Pers, 2007

Badan Koordinasi Penanggulagan Kemiskinan RI bekerja sama dengan SMERU, 2001 Capra Umar, Terjemah Ikhwan Abidin Basri, Sistem Moneter Islam, Jakarta,

Gema Insani, 2000

Ciputat, Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ). 2011

Daniel Bell, The Cultural Contradiction of Capitalis, London: Heinemann, 1976 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Kudus: Menara Kudus, 2006 Departemen Agama RI. Pedoman Zakat. Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana

Keagamaan Islam, zakat dan wakaf.1996/1997

Departemen Agama RI.. Fiqhi Wakaf. Jakarta: Proyek Ditjen Bimas Islam dan penyelenggaraan Haji. 2003


(4)

Departemen Agama RI.. Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf, 2003

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Elsi Kartika. Pedoman Pengelolaan Zakat. Semarang; UNNES Press 2006.

Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, UGM Pres, 2001 Hamdi M. Adil . Laporan Akhir Tahun BAZNAS OKU Timur, 2015

Indonesia Zakat & Development Report. Kajian Empiris Peran Zakat Dalam Pengentasan kemiskinan,

Kementerian Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta: CV. Aneka Ilmu, 2013

Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Press, 2014

Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Selatan.Kumpulan Peraturan dan Perundang-undang Tentang Pengelolaan Zakat .Palembang 2015

Kwartono, M, Analisis Usaha Kecil dan Menengah, Andi Offset, Yogyakarta, 2007

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya , 2001

Mu’inan Rifi, Potensi Zakat (dari konsumtif-kariatif ke produktif- Berdayaguna Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta, Citra Pustaka, 2011

Muslim, Imam tt, Shahih Muslim Juz I.Syirkah Ma’arif Lithob’i Wannasyr,Bandung, 1998

Mujahidin Akhmad, Ekonomi Islam Sejarah,Konsep, Instrumen, Negara dan Pasar, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2013


(5)

Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam-Zakat dan wakaf, Jakarta, UI Press, 1998 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, Jakarta, UI

Pres, 1992

Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1998

Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung, Sinar baru Algensindo, 2012

Rosihin Abdul Ghoni, Moh Rifai, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang, Toha Putra 1991

Syamsuddin, dkk. Strategi dan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia,

Makassar: Yapma, 2011

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010

Suharsimi Arikunto , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta , 2002

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta, 2000

Safwan Idris. Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jakarta: Cita Putra Bangsa, 1997.

Sahri Muhammad. Pengembangan Zakat dan Infaq dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Malang: Yayasan Pusat studi Avicenna. 1982. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press. 1981. Sartika, Mila. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan


(6)

Widodo Hertanto dan Teten Kurniawan. Akutansi dan Manajemen Keuangan untuk organisasi Pengelola Zakat, Jakarta. Institut Manajemen Zakat. 2001

Undang-undang Nomor 13 tahun 2011 tanggal 18 Agustus 2011, tentang Penanganan Fakir Miskin

Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2012, tanggal 5 Maret 2012. tentang ,Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2013 Tanggal 2 Oktober 2013, tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah.

Peraturan Presiden Nomor 166 tahun 2014 tanggal 3 November 2014, tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan


Dokumen yang terkait

Strategi pengelolaan zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

2 12 116

PENGARUH ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN USAHA MIKRO DAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT KOTA PASURUAN JAWA TIMUR

0 2 176

Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam : Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kab. Ogan Komering Ulu Timur - Raden Intan Repository

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam : Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kab. Ogan Komering Ulu Timur - Raden Intan Repo

0 0 32

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT PRODUKTIF A. Pengelolaan Zakat 1. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat a. Pengertian - Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam : Studi Pada Bada

0 0 59

BAB III PENYAJIAN DATA - Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Islam : Studi Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kab. Ogan Komering Ulu Timur - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF OLEH BAZNAS OKU TIMUR PADA BIDANG USAHA MIKRO DAN UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM - Pengelolaan Zakat Produktif pada Bidang Usaha Mikro Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan Dalam Pers

0 0 36

Penyalagunaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten Gowa) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 101

ANALISA PENGELOLAAN ZAKAT MAL DI BADAN AMIL ZAKAT (BAZNAS) KABUPATEN OGAN ILIR -

0 2 32

ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) DEMAK TAHUN 2016 - Unissula Repository

0 5 18