EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING KELUARGA INTEGRATIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGASUHAN ANAK OLEH ORANG TUA SISWA SMP.
DAFTAR ISI
JUDUL DAN PERNYATAAN MAKSUD PENULISAN ... I
TIM PEMBIMBING... Ii
PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS... iii
ABSTRAK... iv
ABSTRATC... v
KATA PENGANTAR... vi
UNGKAPAN TERIMA KASIH... viii
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL...
xiv
DAFTAR GAMBAR...
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian... 13
D. Kegunaan Penelitian... 14
BAB II
PENINGKATAN KUALITAS PENGASUHAN MELALUI
TEKNIK KONSELING KELUARGA INTEGRATIF
A. Pengasuhan Orang Tua... 15
1. Pengertian Pengasuhan Anak ... 15
2. Dampak Pengasuhan ... 20
3. Kualitas Pengasuhan anak ... 35
B. Konseling Keluarga di Sekolah………... 56
1. Kedudukan Konseling Keluarga dalam Pendidikan Formal.... 50
2. Strategi Konseling Keluarga di Sekolah... 52
3. Keterampilan Konseling Keluarga di Sekolah... 55
C. Teknik Konseling Keluarga Integratif………...
59
1. Keluarga Dalam Pandangan Konseling Integratif ... 59
2. Strategi dan Langkah Konseling Keluarga Integratif... 63
3. Teknik–Teknik Konseling Keluarga Integratif ... 70
D. Kerangka Teoritik Penelitian...
83
E. Model Hipotetik Konseling Keluarga Integratif... 98
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 110
B. Prosedur Penelitian... 113
C. Definisi Konseptual Variabel...………... 118
1. Teknik Konseling Keluarga Integratif..………... 118
2. Pengasuhan Anak Oleh Orang Tua...
119
(2)
ii
1. Teknik Konseling Keluarga Integratif..………... 121
2. Pengasuhan Anak Oleh Orang Tua... 124
E. Pengembangan Instrumen... 127
F. Subjek Penelitian... 140
G. Analisis Data ………... 142
1. Analisis Univariat ………... 142
2. Analisis Multivariat ……… 143
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 147
1.
Hasil Penelitian Kualitas Pengasuhan Sebelum Konseling.... 147
2.
Model Hasil Uji Lapangan Teknik Konseling Keluarga
Integratif...
152
3.
Hasil Penelitian Kualitas Pengasuhan Setelah Konseling... 163
4.
Hasil Uji Lapangan Efektifitas Teknik Konseling Keluarga
Integratif...
170
a.
Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data... 170
b.
Pengujian Efektifitas Teknik Konseling Keluarga... 174
B. Pembahasan... 182
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan...
203
B. Rekomendasi...
205
DAFTAR RUJUKAN
RIWAYAT HIDUP
(3)
iii
DAFTAR TABEL
2.1
Konsekuensi Pengasuhan………... 22
2.2
Dampak Pengasuhan………...
25
2.3
Contoh Papan Skoring………... 78
2.4
Program Pembelajaran Model Hipotetik Teknik Konseling Keluarga
Integratif...
103
3.1
Teknik Konseling Keluarga Integratif Terpilih...
122
3.2
Kisi-kisi Penelitian Kualitas Pengasuhan Orang Tua Subjek Penelitian
Orang tua (sebelum uji validitas)...
129
3.3
Kisi-kisi Penelitian Kualitas Pengasuhan Orang Tua Subjek Penelitian
Anak (sebelum uji validitas)...
130
3.4
Perhitungan Koefisien Validitas Antar Penimbang Instrumen Kualitas
Pengasuhan Orang Tua………...
132
3.5
Reliability Coefficients Diolah dengan SPSS 10.0 for Windows……... 136
3.6
Pedoman untuk Menginterpretasi Koefisien Korelasi………... 136
3.7
Kisi-kisi Penelitian Kualitas Pengasuhan Orang Tua Subjek Penelitian
Orang tua (setelah uji validitas)………...
137
3.8
Kisi-kisi Penelitian Kualitas Pengasuhan Orang Tua Subjek Penelitian
Anak (setelah uji validitas)...
138
3.9
Jumlah sampel………. 141
3.10 Kualifikasi Tingkat Kualitas Pengasuhan……… 143
3.11 Penafsiran Uji Hipotesis……….. 144
4.1
Program Pengajaran Teknik Konseling Keluarga Integratif ……... 156
4.2
Test of Homogeneity of Variance... 173
4.3
Test of Homogeneity of Variance... 174
4.4
Pengujian Efektifitas TKKI untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan
Anak oleh Orang Tua ANOVA: Design 1 Between Subject
Factor………..
175
(4)
iv
4.5
Pengujian Efektifitas TKKI untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan
Anak oleh Orang Tua Head to Head (antar variabel)...
176
4.6
Skor Pencapaian Efektifitas Teknik Konseling... 178
4.7
Perbandingan Kualitas Keluarga Setelah Konseling... 178
(5)
v
DAFTAR GAMBAR
2.1
Kerangka Teoritik Penelitian……….
97
3.1
Pengujian Efektifitas Teknik………
112
3.2
Tahap pengembangan Teknik Konseling Keluarga Untuk
Meningkatkan Kualitas Pengasuhan OrangTua…………...
117
4.1
Hasil Penelitian Deskriftif Kualitas Pengasuhan Sebelum
Konseling
Keluarga
Pada
Kelompok
Perlakuan
dan
Kontrol...
147
4.2
Hasil Penelitian Deskriftif Kualitas Pengasuhan Setelah
Konseling
Keluarga
Pada
Kelompok
Perlakuan
dan
Kontrol...
164
(6)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhir–akhir
ini
kenakalan
remaja
sungguh
dalam
kondisi
memprihatinkan. Keadaan ini tidak hanya terjadi di kota metropolitan tetapi
juga sudah merambah ke daerah dan kota kecil. Diki Satrio (2009:1)
mengemukakan bahwa, ”sekelompok geng motor di Garut kembali berulah,
tanpa sebab yang jelas minggu lalu (17/01) membacok kepala bagian belakang
dan dada Risma Muharam Elmubarok. Pada saat kejadian korban langsung
dilarikan ke RSUD dr. Slamet”. Dalam rentang waktu yang tidak lama anggota
geng motor di Garut makin brutal dan liar. Mereka berperilaku di luar peri
kemanusiaan, melakukan keonaran atau penyerangan membabi buta terhadap
korban yang tidak bersalah. Sawabi (2009:1) menyatakan bahwa, ”baru-baru ini
pedagang ayam bakar di Kampung Citeureup menjadi korban yang mengalami
luka parah akibat ditebas samurai oleh oknum gerombolan motor, yang
umumnya terdiri kalangan remaja dan ada di antaranya siswa SMP”.
Kenakalan remaja yang dimulai dari perilaku menyimpang sampai
dengan tindak pidana kekerasan tidak dapat dibenarkan. Perilaku kekerasan
pada remaja merupakan fenomena yang akhir-akhir ini sering mengganggu
ketentraman masyarakat. Perilaku merupakan akumulasi dari aspek
pengetahuan, sikap dan tindakan. Kenakalan remaja tidak berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
(7)
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian
diantaranya adalah pengaruh teman sebaya, pengasuhan orang tua , penggunaan
waktu luang, uang saku dan perilaku seksual (Casmini, 2008). Secara faktual
orang tua dianggap pihak yang paling bertanggung jawab terhadap perilaku
kekerasan remaja. Karena perilaku kekerasan orang tua dianggap menjadi
penyebab utama munculnya perilaku kekerasan pada anak. Adapun data
perilaku kekerasan orang tua di Indonesia terus menunjukan peningkatan.
Sepanjang semester I 2009 (Januari–Juni), Komnas Perlindungan Anak (PA)
mencatat 1.891 anak–anak mengalami kekerasan. Jika dibandingkan dengan
tahun 2008 pada semester yang sama, tercatat 1.626 kasus (Seto, 2009:12).
Peningkatan perilaku kekerasan orang tua pada anak sangat relevan
dengan peningkatan kenakalan dan kekerasan pada remaja setiap tahunnya.
Kontaminasi lingkungan, teman sebaya, kecanggihan teknologi, hiburan dan
pengaruh luar lainnya sering menjadi tersangka. Sedangkan apabila kita
perhatikan kedua orang tua memiliki lebih banyak peluang untuk memberikan
pengaruh kepada anak. Orang tua dengan kewenangan yang dimilikinya dapat
menyaring, mengijinkan atau menganjurkan kepada anak agar melakukan suatu
tindakan. Kewenangan tersebut sudah mulai dilakukan sejak pertama kali anak
dilahirkan sampai ia dewasa.
Hal tersebut membuktian bahwa terdapat kaitan yang erat antara
perilaku orang tua dan perilaku remaja. Asumsi itu sesuai dengan hasil
penelitian dari Esther K Chung et. al. (2004:1).
(8)
3
“ The sample consisted of 1265 mostly black, low-income women.
Nineteen percent of the participants valued Corporal Punishment as a means of
discipline, and 14% reported IS use. Mothers exposed to childhood physical
abuse and verbal hostility were more likely to report IS use than those not
exposed. Mothers who had childhood experiences of violence were more likely
to use Infant Speaking than mothers without such experiences.”
Orang tua yang mengalami kekerasan ketika masa kecilnya cendrung
untuk menggunakan kualitas pengasuhan yang sama terhadap anak mereka.
Alfa Handayani (2008:1), mengungkapkan kualitas pengasuhan berperan besar
pada perilaku remaja, orang tua harus proaktif memberikan cara untuk
menghadapi dan menyelesaikan masalah kepada anak-anaknya. Kualitas
pengasuhan akan membentuk seseorang ketika beranjak dewasa. Apabila anak
tidak mendapatkan kualitas pengasuhan yang efektif maka ia akan menjadi
pribadi yang rentan terhadap stres. Setiap orang mempunyai batas toleransi
dalam menghadapi tekanan atau stres. Bagi mereka yang memiliki ambang stres
rendah, ia akan lebih mudah mengalami stres dibandingkan dengan yang
memiliki ambang stres lebih tinggi.
Pengasuhan dan pendidikan orang tua merupakan faktor penentu utama
terhadap terbentuknya perilaku remaja. Orang tua yang kurang mampu
melakukan pengasuhan berkualitas berpotensi terhadap kurang optimalnya
pertumbuhan dan perkembangan kematangan perilaku remaja. Apabila
pengasuhan yang dilakukan oleh para orang tua n dianggap sebagai cara yang
umum untuk mengelola keluarga, maka hal itu akan menjadi warisan budaya.
Dampak dari pewarisan penurunan kualitas pengasuhan ini terus berlangsung
lama dari generasi ke generasi, sehingga permasalahan kenakalan remaja
(9)
semakin komplek dan terjadi pendinian usia kenakalan remaja setiap
periodenya, sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Doddy Haryadi
(2003:2), menemukan bahwa saat ini remaja mulai mengenal tempat maksiat,
perilaku minum minuman keras, merokok, dan narkoba. Ada yang terbaru dan
mencemaskan dalam survei yang telah dilakukan ini. Ternyata indikasi perilaku
remaja bermasalah sudah muncul pada remaja awal sekitar usia 11-14 tahun
(usia SMP) jadi, telah terjadi percepatan. Diduga baik sekolah maupun rumah
kurang optimal menghadapi masalah ini. Secara nilai orang tua memiliki
tanggung jawab utama dan pihak sekolah sebagai fasilitator dalam mencegah
dan mengatasi perilaku menyimpang para remaja.
Argumentasi tersebut telah begitu jelas dan sangat nyata bahwa salah
satu penyebab utama kenakalan remaja yang terjadi di berbagai tempat,
bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Selain makin meningkatnya perilaku
penyimpangan remaja, variasi kenakalanpun makin tidak terbendung, dan yang
lebih mengkhawatirkan lagi adalah telah terjadinya penyimpangan remaja
menjadi lebih dini. Apabila hal ini diabaikan ada kemungkinan batas usia
penyimpanganpun akan makin dini.
Hal lain yang dapat diungkapkan adalah dugaan bahwa penyebab
rapuhnya kepribadian para remaja dengan banyak melakukan perilaku
menyimpang adalah orang tua mereka sendiri. Orang tua diduga tidak
memiliki ketahanan psikologis yang baik, tidak memiliki dan mempersiapkan
diri untuk membesarkan dan mengasuh anak mereka, sehingga kerap kali orang
tua melakukan tindakan kekerasan terhadap anak mereka. Mata rantai warisan
(10)
5
kualitas pengasuhan ini rupanya sulit untuk diputuskan apalagi dengan tingkat
pendidikan orang tua yang relatif rendah. Pihak sekolah yang diharapkan
menjadi fasilitator bagi anak dan orang tua memiliki banyak keterbatasan
sumber daya.
Secara konsep pentingnya kualitas pengasuhan yang berkualitas dibahas
oleh beberapa kalangan, seperti Margaret Mead (dikutip oleh David Matsumoto
dan Linda Juang, 2008 : 64-66) mengemukakan bahwa dengan mengamati
orang tua kita dapat mengamati esensi suatu kultur. Kebiasaan kultur dikuatkan
dan dilalui dari generasi ke generasi melewati suatu cara interaksi orang tua
dengan kita. Anak yang diasuh dengan gaya permisif, cendrung tidak dewasa
(immature), sulit mengontrol diri, dan bertindak bebas, sedangkan anak yang
diasuh orang tua otoriter didapatkan cemas dan menarik diri, kurang spontan
dan cerdas. Diduga saat dewasa kurang harmonis dan lebih banyak konflik.
Menurut Asmadi Alsa (2004:1), menyatakan bahwa banyak data
menunjukkan remaja nakal memiliki catatan sejarah diperlakukan secara kejam
atau banyak menyaksikan kekejaman atau kekerasan dalam rumah mereka,
kualitas pengasuhan orang tua yang otoriter akan menghasilkan perilaku agresif
pada remaja. Kepermisifan orang tua terhadap pelanggaran-pelanggaran kecil
yang dilakukan anak dapat merupakan prakondisi bagi pelanggaran yang lebih
besar ke depan.
Orang tua saat ini harus berpikir lebih jauh tentang bagaimana
membesarkan dan mengasuh anak mereka. Hal ini dikarenakan kondisi
masyarakat sudah sangat jauh berbeda dari jaman ke jaman. Adanya globalisasi,
(11)
teknologi tinggi, arus informasi dan budaya transfaransi membutuhkan orang
tua yang tidak hanya baik dengan nilai yang dianutnya tetapi juga cerdas dalam
berinteraksi dengan anak. Tanpa diduga hal-hal kecil yang terjadi dalam
interaksi dengan anak dapat berdampak besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
Penanganan perilaku anak yang menyimpang merupakan pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu jiwa dan pendidikan. Orang tua
dapat saja menerapkan berbagai cara pengasuhan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan keluarga. Apabila pengasuhan yang diterapkan orang tua keliru,
maka yang akan terjadi bukannya perilaku yang baik, bahkan akan menambah
buruk perilaku anak. Masing-masing orang tua tentu saja memiliki kualitas
pengasuhan tersendiri dalam mengarahkan perilaku anak. Hal ini sangat
dipengaruh oleh latar belakang pendidikan orang tua , mata pencaharian hidup,
keadaan sosial ekonomi, dan adat istiadat (Tarmizi, 2009:2).
Pengasuhanan yang berkualitas sudah tidak dapat dielakan lagi.
Mengingat begitu luas dampak yang dirasakan oleh semua kalangan. Apabila
kita melihat hasil analisis beberapa pendapat maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas pengasuhan yang tidak berkualitas tidak hanya merugikan anak dan
para orang tua saja, tetapi secara totalitas bisa mempengaruhi kualitas budaya
bangsa. Pengalaman membuktikan para remaja kini hanya lebih sering
mendapatkan perhatian tentang prestasi akademik dan fisiknya saja. Para orang
tua umumnya sangat bangga dengan hasil–hasil kuantitatif anak mereka. Segala
upaya dikerahkan untuk mendorong anak agar anak menjadi juara. Sementara
(12)
7
itu orang tua tidak cukup memiliki kepedulian terhadap kondisi kematangan
jiwa mereka. Sesungguhnya yang anak butuhkan pada situasi dan kondisi saat
ini adalah orang tua yang lebih menghargai anak sebagai pribadi yang unik.
Orang tua yang dibutuhkan adalah yang cukup memiliki ikatan
emosional yang baik tetapi tidak lupa untuk menegakan disiplin dan
memahamkan anak tentang norma kehidupan. Orang tua yang memiliki cukup
waktu dan interaksi yang berkualitas pada saat bersama-sama dengan anak.
Orang tua yang mampu berkomunikasi dengan baik sehingga keduabelah pihak
merasa nyaman ketika menyelesaikan masalah.
Kebutuhan orang tua kepada penguasaan pengasuhan yang berkualitas
saat ini semakin berkembang, pengalaman seorang ibu salimah (2009:1), ketika
mengikuti konseling Smart Parenting di Bali, menjelaskan bahwa, “kegiatan
tersebut telah membuka cakrawala dirinya dalam memberikan pengasuhan
kepada anaknya”.
Dengan demikian dapat dibuat suatu asumsi bahwa
kualitas pengasuhan merupakan hal yang penting. Menurut Aaron Kindsvatter
(2008:1) menjelaskan bahwa,
“parents sometimes present their children for counseling with the hope
that counselors can resolve or ameliorate their children’s “pathology.” Often
what is presented or understood by parents as the individual pathology of
children in fact has a relational component involving parental interactions with
the children. However, some parents may initially be reluctant consumers of the
counseling process.”
Orang tua sering beranggapan bahwa masalah anak adalah semata-mata
masalah mereka. Sedikit sekali anggapan bahwa yang dihadapi oleh anak
merupakan masalah sistematis dan komprehensif keluarga. Orang tua
(13)
beranggapan bahwa dalam sesi konseling anaklah yang menjadi fokus utama
bahkan satu-satunya masalah penyebab kenakalan remaja. Pendekatan tersebut
tentu tidak efektif, karena keluarga merupakan satu kesatuan.
Di beberapa negara upaya konseling telah memfokuskan pendekatan
kepada seluruh anggota keluarga. Layanan konseling keluarga di Singapura
telah berfokus pada pengembangan nilai-nilai sehingga dapat mempertahankan
kehidupan keluarga yang efektif. Nilai-nilai cinta, perawatan dan perhatian,
saling menghormati, tanggung jawab, berbakti, komitmen dan komunikasi
memperbaiki ikatan keluarga. Konseling keluarga telah bergeser dari hanya
tindakan kepada kata-kata penuh arti dan pengalaman. Fokus pada peningkatan
kualitas yang berkaitan antara anggota keluarga dengan mengidentifikasi cara
bagi anggota keluarga untuk menemukan pemenuhan bersama sebagai sebuah
keluarga dan bukan sebagai entitas yang terpisah. Didalam melakukannya,
kehidupan keluarga
menjadi lebih bermakna. Penekanannya
adalah
meningkatkan interaksi keluarga melalui pendidikan kehidupan keluarga,
termasuk pendidikan orang tua dan pelatihan, persiapan pernikahan, pengayaan
perkawinan dan keluarga (Ngoh-Tiong Tan, 2003:1).
Orang tua pada umumnya belum memahami bahwa keluarga adalah
sistem, dimana interaksi anggota keluarga sangat mempengaruhi seluruh
anggota keluarga dan tidak ada satu persoalanpun yang luput dari pengaruh
sistemiknya. Pandangan yang ada saat ini, ketika anak bermasalah seolah–olah
masalah tersebut hanyalah milik anak tersebut, anggota keluarga lain sama
sekali tidak terkait, pemahaman seperti ini perlu dikoreksi.
(14)
9
Konseling keluarga menjadi pilihan yang tepat dalam mengatasi
berbagai persoalan keluarga, khususnya pendidikan tentang kualitas pengasuhan
anak. Hal ini telah terbukti teruji dan menjadi tren di salah satu negara tetangga
Indonesia yaitu Singapura. Konseling keluarga dapat memfasilitasi seluruh
anggota keluarga untuk menyadari peran dan tanggung jawab keluarga. Dengan
memiliki kesadaran yang baik, diharapkan secara bertahap orang tua akan
memahami dan menguasai pengasuhan yang berkualitas.
Orang tua layak memperoleh perhatian dari para konselor ketika
melakukan sesi konseling terhadap siswa. Ini dibutuhkan mengingat masalah
yang ada pada siswa adalah rangkaian sistematis dari masalah keluarga. Sangat
mungkin orang tua mendapat desiminasi keterampilan atau teknik tertentu
untuk menyelesaiakan masalah mereka yang berkaitan dengan pengasuhan
anak.
Teknik yang tepat untuk dikuasai adalah teknik integratif.
Perkembangan teori dan konseling telah begitu pesat, demikian juga permasalah
yang dihadapi oleh keluarga. Teknik integratif memberikan dasar yang kuat
secara teoritis dan memberikan kebebasan dalam penerapan berbagai teknik
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi keluarga. ”Kami merekomendasikan
penggunaan teknik bermain yang melibatkan, mengarahkan dan faktual dalam
sesi keluarga sehingga semua saling memahami yang lainnya, tanpa
mempermasalahkan seberapa besar perbedaan tingkat perkembangan (Sholevar,
2003: 402).”
(15)
Teknik integratif merupakan perkembangan terbaru dari bidang
konseling keluarga. Para ahli yang fokus di bidang ini masih sangat jarang dan
dalam posisi upaya pengembangan. Teknik-teknik konseling yang digunakan
sebagian besar mengambil dari teknik yang sudah ada. Antara lain Basic
Techniques in Marriage and Family Counseling and Therapy:
the Genogram, the Family Floor Plan, Reframing, Tracking,
Communicatin Skill, Family Sculpting, Family Photos, Special Days, The Empty
Chair, Family Genogram, Family Choreography, Family Council Meetings,
Strategic Alliances, Prescribing Indecision and Putting The Clients in Control
of The Symptoms (Smith, Robert L. - Stevens-Smith, Patricia,1992. 1-5)”.
Teknik-teknik dasar tersebut sangat tepat untuk meningkatkan kualitas
pengasuhan orang tua pada anak yang meliputi, strategi komunikasi parenting,
tehnik disiplin, tehnik ikatan orantua dan anak (Lenna L. Ontai dan Ann
Mastergeorge, 2009:5). Teknik foto keluarga dan wisata spesial sangat tepat
untuk meningkatkan ikatan emosional keluarga. Sedangkan tekink komunikasi,
rapat keluarga dan teknik negosiasi sangat sesuai untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi orang tua dalam pengasuhan. Adapun teknik
penghargaan dan hukuman, teknik rapat keluarga dan pemecahan masalah tepat
untuk meningkatkan kedisiplinan anggota keluarga.
Dalam pranata sosial masyarakat kita, lembaga sosial yang memberikan
layanan konseling keluarga masih sangat jarang. Sekolah memiliki peran
strategis dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat
membantu orang tua menyadari tentang pentingnya memahami dan menguasai
pengasuhan yang berkualitas. Layanan bimbingan dan konseling merupakan
bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh
(16)
11
karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung
jawab bersama antara personil sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, konselor,
dan pengawas. Kegiatan bimbingan dan konseling mencakup banyak aspek dan
saling kait mengkait, sehingga tidak memungkinkan jika layanan bimbingan dan
konseling hanya menjadi tanggung jawab konselor saja (Soetjipto, 2004: 99).
Para ahli bimbingan dan konseling sepakat bahwa orang tua dan anak
adalah subjek yang terikat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Orang tua dan anak atau keluarga merupakan aspek yang paling berperan dan
berpengaruh dalam membentuk perilaku siswa didalam dan diluar sekolah.
Layanan bimbingan dan konseling saat ini dituntut untuk tidak hanya
memberikan bantuan, tindakan atau dukungan kepada siswa saja, pendekatan
kepada keluarga akan memberikan dampak yang lebih berhasil dan berdaya
guna.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah untuk menguji
seberapa efektif penerapan teknik konseling keluarga dapat meningkatkan
kualitas pengasuhan orang tua . Variabel tersebut akan diamati dan
dilaksanakan dalam ruang lingkup layanan program bimbingan dan konseling di
sekolah. Harapannya adalah hasil yang bermakna akan menjadi masukan bagi
pihak sekolah bahkan dimungkinkan untuk menjadi standar operasional dalam
memberikan bantuan bimbingan dan konseling bagi anak dan keluarga yang
memiliki masalah.
(17)
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian bahwa permasalahan
penyimpangan perilaku kenakalan remaja tidak hanya ditentukan oleh remaja
itu sendiri, tetapi terjadi karena berbagai faktor. Secara empiris dan konseptual
kualitas pengasuhan orang tua menjadi faktor yang paling menentukan dalam
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun fokus
penelitian ini adalah penerapan teknik konseling keluarga integratif yang diduga
efektif untuk meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua .
Remaja atau siswa bukanlah objek penderita yang menjadi penanggung
jawab utama atas masalah yang mereka alami. Berbagai teori dan penelitian
telah memberikan pertimbangan yang lugas bahwa orang tua adalah pihak
pertama yang seharusnya mendapatkan perhatian tersebut. Keterampilan
pengasuhan adalah kunci keberhasilan orang tua membina hubungan
mutualisme dengan anak. Untuk mencapai tingkat keterampilan yang
dibutuhkan orang tua membutuhkan peningkatan kapasitasnya.
Penelitian tentang efektifitas konseling keluarga dan intervensi sistemik
bagi masalah–masalah tertentu merupakan pembaharuan atas gagasan yang
sama yang telah dipublikasikan pada jurnal terapi keluarga. Dalam hal ini
intervensi sistemik meliputi terapi keluarga dan pendekatan keluarga lainnya
seperti kualitas pengasuhan ( Carr dan Alan,
2009:1).
Rumusan masalah yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah:
bagaimana efektifitas penerapan teknik konseling keluarga integratif terhadap
peningkatan kualitas pengasuhan anak?. Selanjutnya rumusan masalah tersebut
(18)
13
diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut; (1) bagaimana
kualitas pengasuhan orang tua sebelum memperoleh konseling keluarga
integratif?; (2) bagaimana rumusan teknik konseling keluarga integratif yang
secara hipotetik dapat meningkatkan kualitas pengasuhan?; (3) bagaimana
kualitas pengasuhan orang tua setelah memperoleh teknik konseling keluarga
integratif?; dan (4) bagaimana efektifitas konseling keluarga integratif terhadap
peningkatan kualitas pengasuhan?
C.
Tujuan Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya model
teknik konseling keluarga integratif. Bedasarkan pertanyaan-pertanyaan
penelitian pada rumusan masalah maka dapat disusun tujuan penelitian yang
merupakan hasil akhir yang akan dicapai adalah:
1.
mengetahui kualitas pengasuhan orang tua sebelum memperoleh teknik
konseling keluarga integratif.
2.
merumuskan teknik konseling keluarga integratif berupa modul panduan
teknis operasional.
3.
mengetahui kualitas pengasuhan orang tua setelah memperoleh teknik
konseling keluarga integratif.
4.
menguji efektifitas teknik konseling keluarga integratif terhadap
peningkatan kualitas pengasuhan keluarga.
(19)
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian berupa model teknik konseling keluarga integratif yang
berupa modul panduan teknik operasional diharapkan memberikan manfaat. Hal
ini akan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah-masalah yang
berkaitan dengan siswa dan orang tua .
1.
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini akan sangat bermanfaat apabila modul panduan operasinal
ini, yakni teknik konseling keluarga teruji efektif dalam merubah
meningkatkan kualitas pengasuhan. Teknik ini juga diharapkan mampu
bersinergi dengan sekolah/program layanan bimbingan dan konseling
dalam mencegah dan mengatasi masalah siswa.
2.
Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan solusi praktis bagi orang tua
dalam pengasuhan anak. Dengan bantuan modul yang sederhana orang
tua dapat mempelajari dan mengembangkan teknik-teknik tersebut.
3.
Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori konseling keluarga integratif
yang didasari oleh Sholevar dan dilengkapi oleh teori lainnya.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya bidang keilmuan
khususnya pada penerapan teknik konseling keluarga integratif dan
umumnya untuk mengembangkan ilmu bimbingan dan konseling .
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan uraian pada tujuan penelitian maka disusun metode penelitian
untuk menjawab tujuan tersebut. Hasil yang diharapkan adalah rumusan dari teknik
konseling keluarga integratif serta teruji efektifitasnya untuk meningkatkan kualitas
pengasuhan anak oleh orang tua. Pendekatan pengembangan dilakukan untuk
memperoleh rumusan teknik keluarga integratif, sedangkan untuk menguji
efektifitas teknik konseling keluarga integratif diuji melalui metode penelitian kuasi
eksperimen. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah dengan
menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and
development).
Metode pengembangan teknik konseling keluarga integratif dilakukan
untuk memaknai deskripsi kondisi obyektif kebutuhan layanan konseling,
mengidentifikasi kualitas pengasuhan dan mendeskripsikan pelaksanaan aktual
layanan konseling untuk meningkatkan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua.
Hasil analisis dari pengembangan model sebagai dasar untuk merumuskan model
hipotetik konseling keluarga integratif.
Menurut I Wayan Santyasa (2009:11) model adalah sesuatu yang dapat
menunjukkan suatu konsep yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Model
(21)
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses.
Model merupakan replikasi dari aslinya. Model pengembangan teknik merupakan
seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan
pengembangan sistem pembelajaran teknik dengan modul. Pada penelitian ini
modul tersebut berupa kumpulan teknik-teknik konseling keluarga integratif.
Tahap pengembangan desain model, dengan menerapkan metoda analisis
deskriptif, metoda partisipasif kolaboratif, dan metoda eksperimen. Metoda analisis
deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis secara faktual
pengasuhan orang tua tentang, komunikasi dalam keluarga, ikatan emosional dalam
keluarga dan disiplin dalam keluarga.
Metoda partisipatif kolaboratif dilakukan untuk uji kelayakan dan uji
lapangan model hipotetik konseling keluarga integratif untuk meningkatkan
kualitas pengasuhan. Uji kelayakan model hipotetik dilakukan melalui diskusi
terbatas dengan cakupan bahasan meliputi uji rasional, uji keterbatasan, uji
kepraktisan dan uji coba terbatas. Dalam uji rasional melibatkan tiga orang pakar
konseling, uji keterbacaan melibatkan sepuluh orang tua yang memiliki anak usia
sekolah siswa SMP, sedangkan uji kepraktisan melalui diskusi dengan melibatkan
konselor.
Pengujian efektifitas model
konseling
keluarga integratif untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua, menerapkan metoda
kuantitatif quasi eksperimen. Menurut Sukardi (2004:179), metoda penelitian quasi
(22)
112
eksperimen merupakan penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian
tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan
dengan hubungan sebab akibat. Metoda penelitian eksperimen pada penelitian ini
dapat menguji efektifitas dari teknik konseling keluarga integratif.
Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan kondisi obyektif dari
kualitas pengasuhan orang tua baik sebelum dan setelah dilakukannya tindakan.
Efektifitas tersebut akan lebih teruji karena dibandingkan pula dengan kondisi
ebyektif dari kontrol (subyek penelitian yang tidak mendapatkan perlakuan).
Minichiello (1996:116) menjelaskan rancangan penelitian tersebut cukup
memberikan control yang baik terhadap ancaman validitas internal dan eksternal.
Rancangan penelitian dari jenis penelitian quasi eksperimen yang
membandingkan subyek penelitian antara sebelum dan sesudah perlakuan serta
membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dikenal dengan
nonequivalent control group design. Sebagaimana pendapat Paul Hepner
(2008:180), rancangan penelitian nonequivalent control group design lebih sering
digunakan, memiliki kekuatan dan lebih dapat diinterpretasikan dibandingkan
dengan rancangan quasi eksperimen lainnya
Berikut adalah gambar rancangan penelitian nonequivalent control group
(23)
Non R : O
1X O
2Non R : O
3O
4Gambar 3.1
Pengujian Efektifitas Teknik
Keterangan:
Non R = Tanpa random
O
1=
Kondisi sebelum perlakuan pada kelompok eksperimen
O
2=
Kondisi setelah perlakuan pada kelompok eksperimen
O
3=
Kondisi sebelum perlakuan pada kelompok kontrol
O
4=
Kondisi setelah perlakuan pada kelompok kontrol
X
= Perlakuan (Eksperimen)
Pengujian perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan (teknik konseling
keluarga integratif) baik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan
uji-F, yaitu untuk membandingkan seluruh subyek pengamatan. Operasionalisasi
pengujian perbedaan kondisi sebelum dan sesudah perlakuan baik pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol atau uji efektifitas teknik konseling keluarga
integratif untuk meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua menggunakan
perangkat lunak (software) EZANOVA for Windows.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah pengembangan teknik konseling keluarga integratif
menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan. Pengembangan teknik
(24)
114
terdiri dari tujuh langkah yaitu: (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan teknik,
(3)validasi rasional teknik, (4) revisi teknik hipotetik, (5) ujicoba lapangan, (6)
revisi hasil ujicoba dan (7) finalisasi dan desiminasi teknik.
Studi pendahuluan. Untuk mengadakan studi pendahuluan dapat dilakukan
dengan tiga objek. Yang dimaksud dengan objek disini adalah yang harus
dihubungi, dilihat, diteliti atau dikunjungi yang kira–kira akan memberikan
informasi tentang data yang akan dikumpulkan. Ketiga objek tersebut ada yang
berupa tulisan–tulisan dalam kertas (paper), manusia (person) atau tempat (place).
Kegiatan studi pendahuluan untuk memperoleh bahan tulisan dilakukan dengan
studi pustaka (kajian litelatur). Bahan-bahan yang didapatkan berasal dari buku
teks, jurnal konseling elektronik, media cetak dan makalah-makalah yang berkaitan
dengan teknik konseling keluarga integratif untuk meningkatkan kualitas
pengasuhan keluarga.
Kegiatan studi pendahuluan dengan praktisi dan subjek penelitian
dilakukan untuk mengumpulkan informasi awal, diperoleh dengan cara interaksi
langsung dengan para konselor, mengamati proses bimbingan dan konseling yang
dilakukan dan bertukar informasi dengan para pemegang kebijakan di sekolah.
Kegiatan tersebut terkait erat dengan studi pendahuluan untuk memahami situasi
tempat penelitian yang akan dilangsungkan.
Pengembangan Teknik. Kegiataan pengembangan teknik konseling
keluarga untuk meningkatkan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua dilakukan
(25)
untuk membuat rancangan model hipotetik konseling keluarga integratif.
Rancangan yang dibuat berdasarkan hasil kajian pustaka (studi litelatur) berupa
konstruk teori utama dan hasil penelitian yang relevan. Sumber lainnya berupa
hasil konsultasi dengan para konselor dan observasi langsung pada tempat
penelitian. Model hipotetik dirancang berdasarkan rumusan-rumusan yang meliputi
rasional model, tujuan, ruang lingkup, dukungan sistem layanan, peran konselor,
prosedur pelaksanaan, dan evaluasi program.
Validasi rasional model teknik. Kegiatan ini dilaksanakan setelah model
hipotetik dirumuskan. Ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu uji
validasi isi, validasi empirik dan revisi model hipotetik. Hasil dari validasi model
ini yaitu terumuskannya model operasional konseling keluarga integratif untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua.
Untuk menguji konstruk teknik konseling keluarga integratif yang
dikembangkan dilakukan validasi oleh para pakar konseling dari Univeristas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yang dilakukan melalui diskusi langsung
untuk memperoleh masukan kelayakan isi. Adapaun saran-saran yang disampaikan
oleh validator secara umum model konseling keluarga integratif layak dipakai
untuk meningkatkan kualitas pengasuhan. Saran tersebut yaitu teori yang
mendukung model untuk dipertegas, dalam pemaparan model untuk lebih diperinci,
serta untuk lebih dicermati dan diperhatikan tata penulisan dan bahasnya.
Saran-saran tersebut telah dilaksanakan dan hasilnya sebagaimana dalam lampiran 3.2.b
(26)
116
halaman 25, model teknik konseling keluarga integratif untuk meningkatkan
kualitas pengasuhan orang tua.
Revisi teknik hipotetik. Setelah mendapatkan masukan dan koreksi teknik
yang akan dikembangkan kemudian dilakukan penelaahan ulang serta revisi
terhadap teknik tersebut. Selanjutnya teknik yang telah direvisi dikembangkan
menjadi model operasional.
Uji lapangan teknik. Dalam uji lapangan ada dua kegiatan yaitu uji
efektifitas dan revisi model. Pengujian keefektifan teknik konseling keluarga
integratif untuk meningkatkan kualitas pengasuhan menerapkan metode quasi
experimental berupa nonequivalent control group design. Yaitu membandingkan
kondisi kualitas pengasuhan anak oleh orang tua sebelum dan setelah dilakukan
layanan konseling pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sebagai
subjek uji keefektifan teknik konseling keluarga integratif adalah orang tua yang
meliputi ayah dan ibu serta siswa atau anak sekolah menengah pertama.
Finalisasi dan diseminasi. Hasil model pada uji lapangan sebagai dasar
untuk merevisi dan menyempurnakan model operasional menjadi model teruji.
Model yang telah teruji tersebut dapat di sebarluaskan kepada khalayak.
Penyebarluasan model konseling keluarga integratif dilakukan melalui seminar
nasional.
Secara skematik prosedur merancang teknik konseling keluarga integratif
untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, dapat dilihat pada Gambar 3.2
(27)
Gambar 3.2
Tahap Pengembangan Teknik Konseling Keluarga
Untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan Orang tua
STUDI
PENDAHULUAN
MODEL
HIPOTETIK
-
Studi Pustaka
-
Observai
PENGEMBANGAN DAN VALIDASI
MODEL
REVISI-
Validasi Isi
-
Validasi Empirik
-
Revisi/
Pengembangan
Teknik
UJI LAPANGAN
MODEL
TERUJI
-
Uji Efektifitas
-
Revisi/
PengembanganTeknik
-DESIMINASI
MODEL
AKHIR
Artikel Jurnal
Ilmiah Seminar
(28)
118
C. Definisi Konseptual Variabel
Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian ini yaitu teknik konseling
keluarga integratif dan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua. Definisi
konseptual variabel penelitian diuraikan sebagai berikut.
1. Variabel Bebas : Teknik Konseling Keluarga Integratif
Secara konseptual yang dimaksud dengan Teknik Konseling Keluarga
Integratif pada penelitian ini didasarkan pada teori konseling keluarga integratif
dari Sholevar. Konseling keluarga integratif merupaka teknik intervensi multiple
terapeutik yang tersedia bagi konselor keluarga yang sangat luas digambarkan
dalam teori dan praktek individual, kelompok, psikodinamik dan behavioural
psikoterapi. Bagian pentingnya adalah penambahan teknik pada masalah utama
dalam kooperatif dan kolaboratif diantara anggota keluarga (Sholevar, 2003:247).
Banyak perdebatan tentang pengertian integratif diantara para ahli konseling
keluarga. Para ahli ada yang berpendapat bahwa integrasi hanya bisa dilakukan
apabila mampu memadukan aliran dari mulai teori dasar sampai melahirkan
teknik-teknik. Ahli yang lainnya seperti Sholevar memberikan argumentasi lain untuk
memadukan hanya pada teknik-tekniknya saja. Dalam penelitian ini pendapat
Sholevar menjadi dasar sebagai sumber teori dengan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan melakukan integrasi teknik didasarkan pada, bahwa (a)
kepentingan dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah, menjadi prioritas
utama dalam konseling keluarga, (b) teknik konseling keluarga lebih
(29)
mengutamakan efektifitas hasil dibandingkan mempertahankan pakem teoritis
aliran, dan (c) keberadaan suatu ilmu atau teknik konseling keluarga semata-mata
hanya untuk meningkatkan kesejahteraan pada manusia bukan tanpa kepentingan.
Pada peneltian ini konseling keluarga integratif ditujukan pada upaya untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan yang terdiri dari tiga aspek yaitu, ikatan
emosional keluarga, disiplin keluarga dan komunikasi keluarga. Adapun
teknik-teknik yang dipilih berdasarkan kebutuhan para orang tua setelah melalui studi
pendahuluan adalah sebagai berikut. Dari teknik Behavioral ; teknik disiplin,
kontrak keluarga dan hukuman, dari teknik psikodinamik; teknik games
komunikasi dan perencanaan keluarga, dari teknik eksperiental berupa teknik
konfrontasi (negosiasi), foto-album keluarga dan bermain peran. Kumpulan teknik
tersebut dilengkapi dari sumber lainnya dan dirancang sesuai dengan hasil yang
diharapkan yaitu untuk meningkatkan kualitas pengasuhan keluarga.
2. Variabel Terikat: Kualitas Pengasuhan Anak
Untuk penelitian ini konsep pengasuhan yang diharapkan adalah kualitas
asuh yang aplikatif. Esensi pengasuhan yang relatif sederhana namun praktis
dimiliki oleh Lenna N. Ontai. Pendapatnya tentang pengasuhan adalah sebagai
berikut,
(30)
120
“here are many patterns of parenting behaviors. We all have our own
opinions about what is “good” parenting– and these opinions are okay. For
practitioners working with families, it is important to consider how your
background infuences your views” (Ontai, 2000:25).
Konsep Ontai dalam mengembangkan pengasuhan anak berpusat pada
kualitas pengasuhan bukan hanya pada gaya sebagaimana yang dikembangkan oleh
Baumrind. Pendapat ini sangat sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini mengingat
beberapa alasan, seperti (a) gaya pengasuhan seseorang dalam pengasuhan
merupakan pembawaan, sehingga sulit untuk dirubah, (b) dalam teknik pengasuhan
kadang diperlukan perpaduan semua gaya pengasuhan, dan (c) dalam setiap
keluarga memiliki gaya yang dominan, namun yang lebih utama adalah bagaimana
gaya tersebut efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dengan demikian dapat disimplukan bahwa kualitas pengasuhan lebih
penting untuk dikembangkan dibandingkan gaya pengasuhan itu sendiri. Kualitas
pengasuhan menurut Ontai dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas
ikatan emosional anak, kualitas disiplin keluarga dan kualitas komunikasi keluarga.
D. Definisi Operasional Variabel
Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian ini yaitu teknik konseling
keluarga integratif dan pengasuhan anak oleh orang tua. Definisi operasional
variabel penelitian diuraikan sebagai berikut.
(31)
1. Teknik Konseling Keluarga Integratif
Menurut Sholevar (2005:29) Perlakuan atau tindakan diarahkan pada
perubahan hubungan keluarga disebut teknik. Tindakan ini dibimbing oleh
prinsip-prinsip; (1) model teori yang digunakan oleh konselor untuk mengevaluasi,
diagnosa dan merubah interaksi keluarga; (2) konselor memahami keluarga dan
tangung jawabnya pada intervensi ; serta (3) gaya, kepribadian dan nilai dari
konselor.
Teknik-teknik yang dikemukakan oleh Sholevar diataranya adalah sebagai
berikut; Positive and negative reinforcement, coercion and punishment,
contracting, carring day, loving day, time out, provision of the environtment, use pf
play, family history, coaching, self confrontation, role playing, family album and
picture.
Peneliti memiliki asumsi bahwa teknik-teknik yang dikemukan oleh
Sholevar masih belum lengkap sesuai dengan masalah dan sasaran yang menjadi
fokus penelitian. Peneliti memandang perlu untuk mengidentifikasi kemungkinan
teknik-teknik lain yang dikemukakan oleh pakar lain yaitu Smith, Robert L. -
Stevens-Smith, Patricia (1992. 1-5), yang mengemukakan tentang Basic
Techniques in Marriage and Family Counseling and Therapy, seperti:
the Genogram, the Family Floor Plan, Reframing, Tracking,
Communicatin Skill, Family Sculpting, Family Photos, Special Days, The Empty
Chair, Family Genogram, Family Choreography, Family Council Meetings,
Strategic Alliances, Prescribing Indecision and Putting The Clients in Control of
The Symptoms.
(32)
122
Hal ini tidak bertentangan dengan pengertian konseling keluarga integratif
yang dikemukakan diawal tulisan bahwa teknik konseling keluarga integratif
adalah proses pemilihan konsep, metoda, teknik dari berbagai sumber yang
dipadukan oleh konselor sesuai dengan keunikan, kepribadian, gaya, dan masalah
yang dihadapi oleh keluarga. Dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama dan
interaksi diantara anggota keluarga agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan.
Teknik-teknik yang telah diidentifikasi tersebut baik yang dikemukakan
oleh sholevar maupun teknik dari Basic Techniques in Marriage and Family
Counseling and Therapy, selanjutnya dilakukan penelaahan melalui kajian terhadap
prosedur penerapan teknik, manfaat, dan kesesuaian dengan sasaran yang telah
ditetapkan. Teknik-teknik yang dipilih diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengasuhan anak oleh orang tua, khususnya pada aspek ikatan emosional keluarga,
aspek disiplin keluarga dan aspek komunikasi keluarga. Teknik-teknik yang dipilih
dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua tersebut
disusun dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Teknik Konseling Keluarga Integratif Terpilih
No
Sasaran
Teknik Terpilih
1..
Aspek
ikatan
emosional
keluarga
Family album and picture, atau Family Photos,
Special day/ caring day/ loving day
3.
Aspek komunikasi efektif
Communication Skill dan Prescribing Indecision
4.
Aspek disiplin keluarga
Family Council Meetings, contracting
time out Positive and negative reinforcement,
coercion and punishment
(33)
Teknik-teknik yang telah ditetapkan tersebut selanjutnya disusun dalam
bentuk rancangan model hipotetik, yang akan dikembangkan dan divalidasi.
Setelah dilakukan revisi terhadap model, maka diharapkan model telah siap untuk
dilakukan uji lapangan. Pelaksanaan uji model di lapangan dilakukan dalam dua
bentuk. Pertama dengan pertemuan di kelas yang berisi kegiatan pengajaran
teknik-teknik secara keseluruhan kepada partisipan kelompok perlakuan. Peneliti
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan para responden
dibekali modul yang sebelumnya telah dipersiapkan untuk membantu dan
memudahkan responden menguasai seluruh teknik.
Kedua adalah sesi konseling keluarga yang dilakukan pada tempat yang
telah disepakati bersama antara peneliti dan orang tua. Peneliti mempersiapkan
satuan layanan mikro konseling sebagai bahan perencanaan dan persiapan
pelaksanaan layanan konseling keluarga. Waktu yang ditetapkan untuk kedua sesi
tersebut yakni dari mulai awal pertemuan dikelas sesi pertama sampai dengan sesi
konseling keluarga direncakan selama satu bulan. Pertimbangan waktu tersebut
berdasarkan studi litelatur yang ada, untuk pelatihan managemen parenting di
berbagai negara tidak lebih dari satu pekan. Pertimbangan lainnya adalah penelitian
ini hanya meneliti proses penguasaan teknik bukan pada dampaknya serta
keterbatasan sumber daya dari peneliti sendiri.
(34)
124
2. Kualitas Pengasuhan Anak Oleh Orang tua
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas pengasuhan anak oleh
orang tua (keluarga). Pengasuhan dapat dartikan sebagai proses menjadikan anak
tumbuh dan berkembang. Menurut Sebuliba, (2009:1) membesarkan anak
merupakan salah satu pekerjaan yang paling penting dan orang dewasa yang
melakukannya, sebagian besar belum menerima atau sedikit bahkan tanpa
pelatihan. Kebanyakan orang tua belajar tentang pengasuhan anak dari cara mereka
diasuh orang tua sendiri dan cenderung mengulangi atau bereaksi terhadap kualitas
yang sama apakah negatif atau positif. Sedangkan menurut Adorno, (2009:1) gaya
pengasuhan didasarkan pada dua aspek pengasuhan yang sangat penting. Yang
pertama respon orang tua, yang mengacu pada tingkat orang tua merespon
kebutuhan anak. Yang kedua adalah tuntutan orang tua yang sejauh mana orang tua
mengharapkan perilaku yang lebih matang dan bertanggung jawab dari seorang
anak.
Dalam penelitian ini pengasuhan didefinisikan sebagai kebiasaan atau
kualitas interaksi antara orang tua dan anak. Hubungan timbal balik tersebut
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti, pengaruh kebiasaan yang diwariskan dari
keluarga besar (bagaimana orang tua dibesarkan), pengaruh sikap orang tua
terhadap anak serta pengaruh anak terhadap orang tua.
Kualitas pengasuhan anak oleh orang tua dapat dilihat dari tiga dimensi atau
aspek. ketiga aspek tersebut yaitu, kualitas ikatan emosional orang tua dengan anak
(35)
(bonding atachment), kualitas komunikasi orang tua dan kualitas disiplin dalam
keluarga (Lenna N. Ontai).
Pengertian tentang kualitas pengasuhan dimaknai dengan seberapa besar
capaian atau efektifitas orang tua dan anak berdasarkan indikator-indikator pada
aspek kualitas ikatan emosional keluarga, aspek komunikasi keluarga dan aspek
disiplin keluarga. Aspek-aspek yang menjadi indikator pada setiap domain kualitas
pengasuhan keluarga diuraikan sebagai berikut.
a.
Indikator Komunikasi
1)
Strategi komunikasi
Strategi komunikasi meliputi kemampuan menggunakan bahasa verbal
dan non verbal dalam perkataan dan sikap dan perilaku dan
kemampuan mendengarkan dengan baik.
2)
Ekspresi dalam komunikasi
Ekspresi dalam interaksi dan komunikasi penuh dengan kehangatan
dan cinta baik dalam bahasa tubuh melalui sentuhan, pelukan dan
belaian maupun juga menggunakan kata dan kalimat ’sayang’.
3)
Objek komunikasi
Objek komunikasi meliputi topik pembicaraan antara anak dan orang
tua yang meliputi seputar kegiatan sehari-hari, kegiatan sekolah,
kegiatan bermain dan kegiatan lainnya.
(36)
126
b.
Disiplin
1)
Keterlibatan pembangunan Disiplin
Keterlibatan anak dalam membangun budaya disiplin keluarga meliputi
kebesertaan anak dari mulai perancangan aturan keluarga, dan
pemahaman tentang manfaat dari aturan tersebut.
2)
Strategi Pengembangan Disiplin
Strategi penegakan aturan dengan menggunakan teknik time out,
penggunaan sanksi yang telah disepakati dan pemberian penghargaan.
3)
Penanaman norma-norma keluarga
Orang tua memberikan penjelasan dan pemahaman yang baik kepada
anak tentang nilai-nilai yang berlaku di keluarga dan masyarakat secara
umum sebagai batasan-batasan perilaku yang baik dan benar maupun
boleh dan tidak boleh.
c.
Ikatan emosional keluarga
1)
Merasa nyaman
Keluarga memberikan rasa nyaman dalam berinteraksi, sehingga setiap
anggota keluarga membutuhkan merindukan saat-saat bersama, dan
situasi tersebut hanya didapatkan di keluarga sendiri.
2)
Merasa aman
Keluarga memberikan perlindungan pada anak dari kekerasan yang
bersifat verbal maupun nonverbal, anak bebas dari intimidasi, tekanan
(37)
yang bersifat fisik dan psikologis.
3)
Merasa dicintai
Keluarga menjadi tempat belajar bagi anak tentang cinta, perasaan
memiliki dan dimiliki oleh keluarga, anak memiliki kepribadian yang
utuh dengan dukungan rasa cinta dari keluarga dan mencintai keluarga.
Seluruh indikator tersebut kemudian dikembangkan dengan pernyataan
yang positif dan negatif. Jawaban yang diperoleh dari setiap item pernyataan dan
pernyataan adalah jawaban tertutup. Jawaban tertutup tersebut disusun sebagai
berikut; selalu (Sl) , sering (Se), kadang-kadang (K) jarang (J), dan tidak pernah
(TP) dengan penetapan skala terentang 5-1 untuk pernyataan positif dan 1-5 untuk
pernyataan negatif.
Jumlah skor item pernyataan yang diperoleh dari seluruh indikator-indikator
aspek kualitas pengasuhan menjadi nilai yang dapat dikonversikan kepada rentang
nilai meliputi; sangat baik, baik, sedang, kurang dan sangat kurang. Nilai yang
diperoleh dipahami sebagai kualitas dari pengasuhan anak oleh orang tua.
E. Pengembangan Instrumen
1. Instrumen Pengumpulan Data Pengasuhan
Jenis instrumen pengumpul data yang digunakan adalah inventori.
Instrumen dikontruksi untuk memperoleh data tentang kualitas pengasuhan orang
(38)
128
tua. Instrumen kualitas pengasuhan orang tua ditentukan oleh tiga aspek: ikatan
emosional keluarga, komunikasi dan disiplin.
Instrumen dikembangkan berdasarkan prosedur dan kebakuan alat ukur,
yaitu: (a) menyusun kisi-kisi: (b) merumuskan butir-butir pertanyaan: (c)
menimbang (judgement) butir-butir pertanyaan oleh para pakar: dan (d) uji coba di
lapangan, sebagai dasar penentu tingkat kebakuan pernyataan-pernyataan yang
akan digunakan dalam penelitian.
a. Menyusun Kisi-kisi
Untuk memperoleh item tes yang baik, peneliti hendaknya memperhatikan
beberapa butir penting, ketika membuat item–item tersebut, seperti: setiap item
harus dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak mempunyai arti yang meragukan,
hendaknya menghindari pertanyaan atau pernyataan ganda dalam satu item, item
pertanyaan hendaknya berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan,
bahasa yang digunakan bahasa aku, tidak terlalu mudah menggunakan item negatif
atau item yang menjebak responden, serta membangun item yang terarah dalam
kisi – kisi kerja. (Sukardi, 2004: 78).
Kualitas pengasuhan memiliki tiga aspek, yaitu: kualitas ikatan emosional
orang tua/keluarga, kualitas komunikasi dan kualitas disiplin. Masing-masing
diungkap melalui instrumen berbentuk laporan diri penetapan skala terentang 5-1
(39)
untuk pernyataan positif dan 1-5 untuk pernyataan negatif. Kisi-kisi kualitas
pengasuhan orang tua disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kualitas Pengasuhan Orang tua
Subjek Penelitian Orang tua
(sebelum uji validitas)
No
Sub
Variabel
Indikator
Nomor Item
∑
Positif
Negatif
1.
Ikatan
Emosional
Orang
tua
dan Anak
a. Merasa nyaman
1,3,5
2,4,6
6
b. Merasa aman
7,9,11
8,10,12
6
c. Merasa dicintai
13,15,17
14,16,18
6
Jumlah
18
2.
Disiplin
Keluarga
a. Keterlibatan
dalam
pengembangan disiplin
19,21,23
20,22,24
6
b. Strategi
pengembangan
disiplin
25,27,29
26,28,30
6
c. Norma keluarga
31,33,35
32,34,36
6
Jumlah
18
3.
Teknik
Komunikasi
Keluarga
a. Strategi
komunikasi
keluarga
37,39,41
38,40,42
6
b.
Ekspresi
komunikasi
keluarga
43,45,47
44,46,48
6
c.
Objek komunikasi keluarga
49,51,53
50,52,54
6
Jumlah
18
Jumlah Keseluruhan
54
(40)
130
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kualitas Pengasuhan Orang tua
Subjek Penelitian Anak
(sebelum uji validitas)
No
Sub
Variabel
Indikator
Nomor Item
∑
Positif
Negatif
1.
Ikatan
Emosional
Orang
tua
dan Anak
a. Merasa nyaman
1,3,
2,4,
4
b. Merasa aman
5,7,
6,8,
4
c. Merasa dicintai
9, 11
10,12
4
Jumlah
12
2.
Disiplin
Keluarga
A Keterlibatan
dalam
pengembangan disiplin
13,15
14,16
4
B Strategi
pengembangan
disiplin
17,19
18,20
4
C Norma keluarga
21,23
22,24
4
Jumlah
12
3.
Teknik
Komunikasi
Keluarga
A Strategi komunikasi keluarga
25,27
26,28
4
B Ekspresi komunikasi keluarga
29,31
30,32
4
C Objek komunikasi keluarga
33,35
34,36
4
Jumlah
12
Jumlah Keseluruhan
36
Sumber: Adaptasi dari Lenna N. Ontai
b. Merumuskan Butir-butir Pernyataan
Berdasarkan kisi-kisi tersebut diatas untuk instrumen dengan subyek
penelitian para orang tua disusun pernyataan-pernyataan yang terdiri dari
pernyataan positif (+) 28 pernyataan dan pernyataan negatif (-) 28 pernyataan.
Untuk mengukur aspek ikatan emosional 18 pernyataan, untuk mengukur
pernyataan kualitas komunikasi 18 pernyataan dan untuk mengukur kualitas
disiplin keluarga 18 pernyataan, jumlah keseluruhan 54 pernyataan.
(41)
Untuk subyek penelitian para anak disusun pernyataan-pernyataan yang
terdiri dari pernyataan positif (+) 18 pernyataan dan pernyataan negatif (-) 18
pernyataan. Untuk mengukur aspek ikatan emosional 12 pernyataan, untuk
mengukur pernyataan kualitas komunikasi 12 pernyataan dan untuk mengukur
kualitas disiplin keluarga 12 pernyataan, jumlah keseluruhan 36 pernyataan.
c. Penimbangan (Judgement) Instrumen
Penimbangan instrumen kepada para pakar konseling dimaksudkan untuk
memperoleh kesesuaian antara isi setiap pernyataan dengan indikator variabel yang
akan diukur. Dengan penimbangan tersebut diharapkan instrumen layak dipakai.
Untuk keperluan peninmbangan instrumen peneliti meminta bantuan kepada tiga
pakar konseling. Ketiga pakar konseling tersebut adalah: Bapak Syamsu Yusuf
L.N, Bapak Solehuddin dan Ibu Imas Diana Aprillia.
Koreksi terhadap item yang kurang tepat dan kurang layak baik konstruk isi
maupun kebahasannya, oleh peneliti dilakukan revisi atau dibuang sesuai dengan
saran-saran para pembimbing instrumen tersebut. Instrumen yang telah direvisi,
selanjutnya dilakukan uji coba instrumen.
Hasil penimbangan instrumen oleh pakar disajikan perhitungan rliabilitas
antar penimbang dimaksudkan untuk mengukur kadar validitas perangkat
instrumen kualitas pengasuhan orang tua dengan menggunakan rumus:
(42)
132
r11
= Vp – Ve
Vp + (k-1) Ve
r kk = Vp – Ve
V
pKeterangan:
r
11= Kadar validitas timbangan seorang penimbang
r
kk= kadar validitas antar penimbang
V
p= Variansi pertanyaan
V
e= Variansi galat
K = Banyak penimbang
Tabel 3.4
Perhitungan Koefisien Validitas Antar Penimbang
Instrumen Kualitas Pengasuhan Orang tua
Koefisien Validitas
Nilai Koefisien
T
Signifikan pada p<
r11
r kk
0.536
0.776
5.239
10.153
0.01
0.01
d. Uji Coba Instrumen
Langkah ini dilakukan dengan tujuan menguji kebakuan instrumen secara
empiris. Menurut Sukartini (2008: 85) syarat kebakuan sekurang-kurangnya adalah
ketepatan bobot skala setiap pernyataan (soal), daya pembeda setiap pernyataan,
keterpaduan setiap pernyataan dengan keseluruhan pernyataan, dan kesahihan
faktor. Uji coba instrumen dilakukan kepada 10 keluarga responden, yang terdiri
dari: 10 orang ayah, 10 orang ibu dan 10 orang anak.
(43)
Setelah dilakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya uji validitas dan
uji reliabilitas.
1). Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang
menunjukan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Dalam
penelitian, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu,
validitas isi, validitas konstruk, validitas konkruen dan prediksi. Validitas isi pada
umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli, tidak ada formula matematis
untuk menghitung dan tidak ada cara yang pasti.validitas konstruks dapat dilakukan
dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang
menyangkut dengan konstruk yang relevan. Validitas konkuren adalah derajat
dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes
validitas konkuren biasanya diadministrasikan dalam waktu yang sama atau dengan
kriteria valid yang sudah ada. Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukan
suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu
prospek tugas atau pekerjaan yang direncakan (Sukardi, 2004: 123-125).
Validitas logis dimulai ketika awal mula dalam langkah – langkah
menyusun instrumen, yakni memecah variabel penelitian menjadi subvariabel dan
indikator baru memuaskan butir pertanyaannya, peneliti sudah bertindak hati – hati
dengan demikian peneliti telah dianggap logis (arikunto, 2006: 169)
(44)
134
Uji coba validitas instrumen dapat menggunakan rumus korelasi yang dapat
digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus
korelasi product moment sebagai berikut:
keterangan:
r hitung
= koefisien korelasi
N
= jumlah responden
x
= X – X
y
= Y – Y
X
= skor rata-rata dari X
Y
= skor rata-rata dari Y
(arikunto, 2006:170)
Pada penelitian ini uji validitas isi akan dilakukan tidak hanya kepada para
promotor dan anggotanya tetapi juga akan dirujukan ke pakar dan ahli yang sesuai
dengan tema penelitian ini. Instrumen akan diuji validitas isi kepada seorang ahli
psikologi dan seorang pakar Bimbingan dan Konseling.
Secara operasional proses pengujian validitas menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS version 10.0 for Windows. Hasil pengujian validitas untuk
instrumen para orang tua menunjukan dari 54 item pernyataan yang disusun
(45)
didapatkan 24 item yang dinyatakan valid adalah item nomor 2, 7, 9, 11, 12, 13, 15,
17, 21, 24, 26, 29, 30, 31, 33, 35, 37, 39, 40, 42, 44, 48, 51, dan 54.
Sedangkan dari hasil peng pengujian validitas untuk instrumen para
anak/siswa menunjukan dari 36 item pernyataan yang disusun didapatkan 24 item
yang dinyatakan valid adalah item nomor 2, 5, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20,
21, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, dan 36. Hasil pengujian validitas terlampir
di lampiran 3.1.f halaman 11.
2). Uji Reliabilitas instrumen penelitian
Syarat lainnya yang juga pening bagi seorang peneliti adalah realibilitas.
Realibilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu penelitian dapat
dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai
hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Tes realibilitas dapat
dilakukan dengan cara tes-retes, ekuivalensi dan belah dua. Tes-restes menunjukan
variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan suatu tes yang dilakukan dua kali
atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Realibilitas ekuivalensi, pada
umumnya juga menggambarkan bentuk konsistensi alternatif, yang dapat
menunjukan variasi skor yang terjadi dari bentuk tes satu dengan bentuk lainnya.
Realibilitas belah dua ini, termasuk reliabilitas yang juga mengukur konsistensi
internal. Yang dimaksud konsistensi internal ialah salah satu tipe reliabilitas yang
didasarkan pada keajekan dalam tes (Sukardi, 2004:130).
(46)
136
Tabel 3.5
Reliability Coefficients
Diolah dengan SPSS 10.0 for Windows
Item
N of Cases
N of Items
Alpha
Instrumen Orang tua
10.0
54
0.7430
Instrumen Anak
10.0
36
0.6788
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan koefsien reliabilitas sebesar
0.7430 untuk instrumen orang tua dan 0.6788 untuk instrumen anak. Artinya
instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang kuat. Hal tersebut didasarkan pada
pedoman tolak ukur koefisien reliabilitas yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999 :
149) pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Pedoman Untuk Menginterpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, maka
kisi-kisi dan instrumen penelitian direvisi kembali. Kisi-kisi instrumen setelah uji
coba disajikan pada Tabel 3.7 dan 3.8, sedangkan instrumen penelitian setelah
direvisi disajikan pada lampiran penelitian 3.1.i halaman 18.
(47)
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kualitas Pengasuhan Orang tua
Subjek Penelitian Orang tua
(setelah uji validitas)
No
Sub
Variabel
Indikator
Nomor Item
∑
Positif
Negatif
1.
Ikatan
Emosional
Orang
tua
dan Anak
a. Merasa nyaman
2,
1
b. Merasa aman
7,9,11
12
4
c. Merasa dicintai
13,15,17
3
Jumlah
8
2.
Disiplin
Keluarga
a. Keterlibatan
dalam
pengembangan disiplin
21
24
2
b. Strategi
pengembangan
disiplin
29
26,30
3
c. Norma keluarga
31,33,35
3
Jumlah
8
3.
Teknik
Komunikasi
Keluarga
a. Strategi komunikasi keluarga
37,39
40,42
4
b. Ekspresi
komunikasi
keluarga
44,48
2
c. Objek komunikasi keluarga
51
54
2
Jumlah
8
Jumlah Keseluruhan
24
(1)
206
pertama). Peneliti selanjutnya dapat memperluas dan atau memfokuskan subjek penelitian meliputi: keluarga besar, keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga dengan usia anak pra sekolah.
b. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan pendekatan konseling keluarga yang lebih spesifik untuk meningkatkan kualitas pengasuhan anak oleh orang tua, misalnya menggunakan pendekatan behavioral, pendekatan psikoanalisis, pendekatan gestalt dan pendekatan berpusat pada konseli. c. Peneliti selanjutnya dapat pula menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, sehingga dapat melengkapi penelitian sebelumnya dan dapat mengeksplorasi dan mengelaborasi kearifan lokal budaya setempat tentang pengasuhan anak oleh orang tua.
(2)
DAFTAR RUJUKAN
Adams Christopher M., 2006, The Consequences of Witnessing Family Violence
on Children and Implications for Family Counselors, University at
Buffalo–State University of New York The Family Journal, Vol. 14, No. 4, 334-341 (2006) DOI: 10.1177/1066480706290342
Andreas Subagyo, 2004, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif, Yayasan
Kalam Hidup, Bandung
Arikunto Suharesmi, 2006, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik
Edisi Revisi VI), PT Rineka Cipta, Jakarta
Alsa Asmadi, 2004, Kiat Mencegah Anak Berprilaku Agresif, Artikel,
Universitas Gajah Mada. Tersedia http:/www/pdpersi.co.id
Baumrind, D., 1966, Effects of Authoritative Parental Control on Child
Behavior, Child Development, 37(4), 887-907
Baumrind, D., 1967, Child care practices anteceding three patterns of
preschool behavior. Genetic Psychology Monographs, 75(1), 43-88.
Bavolek Stephen J., dan Richard G. Keene, 2007 ,Adult-Adolescent Parenting
Inventory (AAPI-2), Family Development Resources, Inc.,United States.
Tersedia http://www.aapionline.com
Brown, 2010, Psychotherapy Integration: Systems Theory And Self-Psychology, Journal of Marital and Family Therapy
Casmini ,2008, Emosional Parenting. Tersedia http://www.1.dp.blogspot.com Carr dan Alan, 2009, The effectiveness of family therapy and systemic
interventions for child-focused problems , Journal of Family Therapy,
Volume 31, Number 1, Blackwell Publishing
Chung Esther K., MD, 2009, Parenting Attitudes and Infant Spanking: The
Influence of Childhood Experiences, Published online July 20, 2009
PEDIATRICS Vol. 124 No. 2 August 2009, pp. e278-e286, Honolulu Clements David, 2006, The State of Parenting, The publication of the Care
(3)
Corey Gerald, 2005, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy,
Thomson learning, Belmont USA
Dattilio Frank M., Case-Based Research in Family Therapy, ANZJFT Volume 27 Number 4 2006 pp. 208–213
Dattilio Frank M., The Critical Component of Cognitive Restructuring in
Couples Therapy: A Case Study ANZJFT Volume 26 Number 2 2005 pp.
73–78
De Mol, Jan Buysse, Ann, The phenomenology of children's influence on
parents, Journal of Family Therapy, Volume 30, Number 2, May 2008 ,
pp. 163-193(31)Publisher: Blackwell Publishing
Diem Gordon Neal, 1997, Drawing a family map: an experiential tool for
engaging children in family therapy, Journal of Family Therapy, Volume
30, Number 3,Assistant Clinical Professor of Pediatrics, Harvard Medical School
Furqon, 2008, Statistika Terapan Untuk Penelitian, Alfabeta Bandung
Garcia, et. al., 2003 Article: A transcultural integrative model for ethical
decision making in counseling. (Practice & Theory), Journal of
Counseling and Development
Geary David C. and Mark V. Flinn, 2001,Evolution of Human Parental
Behavior and the Human Family SYNOPSIS, Copyright © Lawrence
Erlbaum Associates, Inc.
Ellis Tricia -Christensen, 2003, Family counseling is a type of psychotherapy, www.wisegeek.com
Haryadi Doddy, 2003, Perilaku Bermasalah Remaja Muncul Lebih Dini,
Federasi Kesehatan Mental Indonesia (Fekmi),
http://www.gmakro.gizi.net
Handayani Alfa, 2009, Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua dan
Perkembangan Kepribadian Anak, Tersedia: http/www.
Alfahandayani.blogspot.com
Happner, Wampold, Kivlighan, 2008, Research Design in Counseling; Thirdh
Edition, Thomson Brooks, USA
Iloveindia, 2009, Effective Parenting Techniques, Tersedia http: www.iloveindia.com
(4)
Jrunk, 2009, Evolution of Human Parental Behavior and the Human Family
Parenting: Science and Ppactice, Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Kartadinata S., Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan
Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Kartadinata S., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008
Kindsvatter Aaron, 2008, Structural Techniques for Engaging Reluctant
Parents in Counseling This version was published on July 1, 2008 The
Family Journal, Vol. 16, No. 3, 204-211 (2008), Western Kentucky University
King dan Goodwin, 2002, Parenting and Culture, U.S. Department of Education
Lannelli Vincent, M.D., 2004, Parenting Style, Departemen of Education, United of State Tersedia http:/www/about.com
Larner, Glenn, 2009, Integrating family therapy in adolescent depression: an
ethical stance, Journal of Family Therapy, Volume 31, Number 3, August
2009 , pp. 213-232(20), Publisher: Blackwell Publishing
Long H. V., 2009, Effective Family Therapy Techniques, Tersedia http:// www.bukisa.com
Leah Brew , 2007, Intercultural Parenting and the Transcultural Family: A
Literature ReviewCheryl Crippen , University of New England, Armidale,
Australia, The Family Journal, Vol. 15, No. 2, 107-115 (2007) DOI: 10.1177/1066480706297783
Masngudin HMS., Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang
Hubungannya Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga, Penelitian
Departemen Sosial, Jakarta
Matsumoto David dan Juang Linda, 2008, Culture and Psychology, Thomson
Higher Education, Belmont USA
Martianto Dwi Hastuti, 2002, Pendidikan Karakter: Paradigma Baru Dalam
Menentukan Manusia Berkualitas, Makalah, Institut Pertanian Bogor.
Minichiello, Sullivan, Greenwood, Axford, 1999, Handbooks for research
(5)
Muktiamini, 2008, Pengasuhan Ayah-Ibu Yang Patut, Tersedia http:/www/muktiamini.blogspot.com
Mulyadi Seto, 2009, Kak Seto Ajak Orang tua Renungkan Makna Hari Anak,
Media Indonesi Terbit Kamis, 23 Juli 2009, Jakarta
Nichols, Schwartz, 2000, Family Therapy; concept and methods, Allyn and Bacon, USA
Nurikhsan Juntika, 2008, Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Menengah, Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling,
Bandung
Nurikhsan Juntika dan Yusuf Syamsu LN., 2008, Landasan Bimbingan dan
Konseling, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Ontai Lenna L. dan Mastergeorge Ann, 2009, Culture and Parenting:A Guide
for Delivering Parenting Curriculums to Diverse Families, University of
California Cooperative Extension Families with Young Children Workgroup University of California, Davis
Salimah, 2009, Testimoni Pelatihan Smart Parenting Bali, Tersedia http: www. Salimah.blogspot.com
Sawabi, 2009 Geng Motor Bersamurai Resahkan Garut, Kompas terbit 9 Mei 2009, Jakarta
Satrio Diki, 2009, Geng Motor Kembali Berulah, Pikiran Rakyat terbit 23
Januari 2009, Bandung
Sebuliba Dorothy N, Cultural Aspects of Assessing and Enhancing Parenting,
Child and Adolescent Mental Health Team, Gulson Clinic, Gulson Road,
Coventry, CV1 2HR, UK
Smith, Robert L. - Stevens-Smith, Patricia, Basic Techniques in Marriage and
Family Counseling and Therapy, ERIC Clearinghouse on Counseling and
Personnel Services Ann Arbor MI.
Sholevar Pirooz, Schwoeri Linda, 2003, Texbook of Family and Couples
Therapy, American Psyciatric Publishing, Inc, USA
Stein Henry T., 2009, Impact of Parenting Style on Children, Alfred Adler
Institutes, San Francisco of Northwestern Washington. Tersedia
(6)
Stein Henry T., 2009, Alderian Child Guidance Principles, Alfred Adler
Institutes, San Francisco of Northwestern Washington. Tersedia
http://www/ourworld.compuserve.com
Stein Henry T., 2009, Adult Consequences of Childhood Parenting Styles,
Alfred Adler Institutes, San Francisco of Northwestern Washington.
Tersedia http://www/ourworld.compuserve.com
Suherman dkk., 2008, Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling, Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Konseling UPI, Bandung
Sutjipto, Konsep Pendidikan Formal dengan Muatan Budaya Multikultural, Universitas Negeri Jakarta,Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005
Sukardi, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, PT Bumi Aksara, Jakarta
Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
Tan Ngoh-Tiong, Family and Family Therapyin a Fast Changing Metropolis
Guest Correspondent, ANZJFT Volume 24 Number 4 2003 p. 224
Tarmizi , 2009, Pola Asuh Orang tua Dalam Mengarahkan Perilaku Anak, tersedia http:/www.tarmizi.wordpress.com (2 Agustus 2009)
TN, 2004, Parent and Child - legal relationship, created by biological (birth)
relationship or by adoption, The Columbia Encyclopedia, Sixth Edition
Copyright© 2004, Columbia University Press. Licensed from Lernout & Hauspie Speech Products N.V. All rights reserved.
Wise Sarah and Lisa da Silva, 2007, Differential parenting of children from
diverse cultural backgrounds attending child care, Australian Institute of Family Studies, April 2007, 36 pp. ISBN 978 0 642 39548 1. ISSN