PENGARUH PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA FLOP DENGAN MENGGUNAKAN REKAMAN VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT TINGGI.

(1)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN... i

PERNYATAAN... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Definisi Operasional... 10

F. Anggapan Dasar... 11

G. Hipotesis... 13

BAB II TINJAUAN TEORI... 14

A. Atletik... 14

1. Pengertian Atletik... 14

2. Sejarah Atletik... 15

3. Berdirinya Organisasi atletik... 18

4. Perkembangan Atletik Masa Kini... 19

5. Hakekat Lompat Tinggi... 19


(2)

C. Prinsip Latihan... 33

1. Prinsip Beban Lebih... 35

2. Prinsip pemulihan... 39

3. Prinsip Kembali Asal... 40

D. Model pembelajaran... 42

1. Model Rekaman Visual... 42

3. Model Tradisional... 44

E. Alat Bantu Mengajar... 47

1. Alat Bantu Audio... 47

2. Alat Bantu Visual... 48

3. Media Mengajar... 49

4. Jenis dan Kriteria Mendia Mengajar... 50

F. Umpan Balik... 51

1. Hakikat Umpan Balik... 51

2. Umpan Balik Terminal (Terminal Feedback)... 55

3. Umpan Balik Terpisah... 56

H. Penelitian Yang Relevan... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 61

A. Metode Penelitian... 61

B. Populasi, Sampel dan Sampling... 63

C. Variabel Penelitian... 66

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 68

E. Sumber Data... 68

G. Teknik Pengumpulan Data... 69

H. Pengolahan dan Analisis Data... 73

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA... 78

A. Deskripsi Hasil dan analisa Data... 77


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 106

A. Kesimpulan... 106

B. Rekomendasi... 106

DAFTAR BACAAN... 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Lampiran A Data Penelitian... 112

B. Lampiran B Program Latihan... 138


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Pembagian Kelompok Penelitian... 64

3.2 Jadual Latihan... 66

3.3 Jadual dan waktu Penelitian... 67

3.4 Instumen Teknik Lompat Tinggi gaya Flop... 69

3.5 Intrumen Tes Performa Lompat Tinggi Gaya Flop... 70

4.1 Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Rekaman Visual... 78

4.2 Deskriptif Kelompok Rekaman Visual... 78

4.3 Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Tradisonal... 79

4.4 Deskriptif Kelompok Tradisional... 79

4.5 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Awal Rekaman Visual... 82

4.6 Uji Normalitas Liliefors Tes Awal kelompok Rekaman Visual... 82

4.7 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Awal Kelompok Tradisional... 83

4.8 Uji Normalitas Liliefors Tes Awal kelompok Tradisional... 84

4.9 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir Kelompok Rekaman V. 85 4.10 Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir Kelompok Rekaman Visual... 85

4.11 Hasil Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir Kelompok Tradisional.. 86

4.12 Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir Kelompok Tradisional... 87

4.13 Hasil Pengujian Homogenitas Kesamaan Dua Varian... 88

4.14 Pengujian Homogenitas... 89

4.15 Hasil Pengujian Homogenitas N-Gain... 91

4.17 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Rerata Kelompok Rv... 92

4.18 Hasil Pengujian Beda Rerata Tes Awal Kelompok rekaman Visual dan Kelompok Tradisional... 94

4.19 Hasil Pengujian Beda Rerata Tes Akhir Kelompok Rekaman Visual dan Kelompok Tradisional... 98


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.2 Perbedaan Titik Berat Tubuh di Atas Mistar... 21

2.3 Awalan Lompat Tinggi Gaya Flop... 24

2.4 Arah Awalan Lompat Tinggi Gaya Flop... 25

2.5 Fase Tolakan (take off)... 27

2.6 Fase Saat Melayang di Atas Mistar... 29

2.7 Fase Mendarat di Matras... 31

2.8 Pemberian Beban Latihan... 37

2.9 Pemberian Beban Latihan... 39

2.10 Klasifikasi Informasi Sensoris... 52


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lompat tinggi merupakan suatu rangkaian gerakan untuk mengangkat tubuh ke atas dengan melalui proses lari, menumpu, melayang dan mendarat (Jumidar, 2003:76). Sesuai dengan namanya, lompat tinggi bertujuan untuk melompat melewati mistar setinggi-tingginya. Untuk memperoleh lompatan yang lebih tinggi banyak dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan tungkai tolak, posisi tubuh ketika melewati mistar, dan kemampuan melakukan lari awalan yang menunjang terhadap tolakan yang efektif. Oleh karena itu pengembangan power otot tungkai, sikap tubuh ketika melewati mistar , dan lari awalan yang tepat perlu untuk dikembangkan pada para pelompat tinggi khususnya pemula. Dapena, (1992) membagi lompat tinggi menjadi tiga bagian: “The run up phase which serves as a preparation for the take off phase, the take off phase, the most important part of the jump, and the flight or bar clearance phase.”

Maksudnya adalah pada lompat tinggi untuk dapat melewati mistar dengan maksimal ditentukan oleh tiga tahap, tahap awalan yang merupakan persiapan untuk pase tolakan, tahap tolakan yang efektif merupakan bagian yang penting untuk dapat melewati mistar sesuai kemampuan yang dimiliki.

Lutan (2005:13) mengatakan, ”Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi ialah, faktor eksogen dan endogen.” Yang dimaksud faktor endogen ialah atribut atau ciri-ciri yang melekat pada aspek fisik dan psikis seseorang, sementara faktor eksogen diartikan sebagai semua faktor di luar diri


(7)

individu, baik yang terdapat di lingkungan tempat berlatih maupun di lingkungan yang lebih umum pengertiannya seperti lingkungan fisik, geografis, sosial, dan budaya bahkan tradisi kegiatan yang telah melekat di suatu lingkungan masyarakat tertentu. Prestasi maksimal tidak akan dapat dicapai apabila tidak ditunjang oleh faktor-faktor lain diantaranya bentuk fisik, kondisi fisik, kemampuan teknik serta mental. Menurut Kosasih (1985:76) faktor-faktor yang secara langsung menunjang prestasi lompat tinggi adalah (1) tinggi badan/panjang tungkai, (2) power dan kekuatan maksimal tungkai, (3) efisiensi teknik lompatan/kesempurnaan teknik. Sementara PASI (1993:05) memberikan ciri-ciri atau sifat jasmaniah yang harus dimiliki oleh seorang pelompat tinggi adalah:

Perawakan yang kurus tinggi bagian badan bawah yang penuh kekuatan, daya keseimbangan, memiliki daya yang besar (power) juga perbandingan berat badan yang baik, ketangkasan, kelenturan dan keluasan gerak pada persendian, memiliki kecepatan tinggi dalam bereaksi serta daya pegas (kekuatan elastis).

Komponen kondisi fisik yang dominan diperlukan untuk lompat tinggi diantaranya: kekuatan tolakan (power), kelentukan (fleksibel), kecepatan, serta koordinasi dan kemampuan melakukan gerakan teknik dengan benar sangat berperan sekali terhadap hasil lompatan, keduanya harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap pelaksanaannya. Seperti yang dikatakan Setiawan (1991:131) bahwa:

Seorang pelompat tinggi yang menggunakan gaya Foshbury flop dengan prestasi dua meter lebih, atlet harus memiliki unsur kelentukan, kecepatan, power, dan rasa kinestetik yang kesemuanya bergabung menjadi satu gerakan dan tercermin dalam prestasi. Dengan demikian amat penting dilakukan pembinaan untuk meningkatkan setiap unsur kondisi fisik.


(8)

Sementara Harsono (1988:153), mengatakan bahwa:

Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan funsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Prestasi lompat tinggi tidak hanya ditentukan oleh bentuk fisik yang memadai dan kondisi fisik yang baik akan tetapi juga erat kaitanya dengan penguasaan unsur-unsur teknik. Macam-macam teknik lompat tinggi antara lain; (1) gaya gunting (eastern cut off), (2) teknik gaya guling (western), (3) gaya putar (straddle), dan (5) teknik gaya telentang (flop), ( Hendrayana:2007:97). Faktor yang paling penting diperhatikan dalam lompat tinggi adalah melompat dengan membawa titik berat tubuh setinggi mungkin. Titik berat tubuh tersebut dapat tinggi apabila pada saat melakukan tolakan, berat tubuh tepat berada di atas kaki tumpu. Untuk menjawab pertanyaan teknik mana yang lebih efektif, erat kaitannya dengan teknik mana yang secara biomekanik lebih menguntungkan. Apabila kita lihat dari kenyataan sekarang, maka gaya putar (straddle) dan gaya telentang (flop) adalah gaya lompat tinggi yang sering digunakan oleh para pelompat tinggi. Sebagaimana Jarver ( 1982), dalam Hendrayana (2007:97), mengemukakan “Ada dua teknik yang sering digunakan oleh atlet juara yaitu Straddle dan Flop . . . Kedua gaya tersebut, straddle dan flop sama efisiennya untuk melewati mistar.” Seperti yang dikemukakan oleh Nadisah (1997:153)

Berkenaan dengan cara melewati mistar, gaya straddle dan gaya flop lebih unggul dari pada gaya guling atau gaya gunting. Itulah sebabnya mengapa pelompat pada umumnya memakai gaya straddle atau gaya flop. Hal ini karena kedua gaya tersebut memiliki teknik yang paling efektif dan efisien untuk mencapai ketinggian lompatan maksimal.


(9)

Untuk dapat melewati mistar secara maksimal, seorang lompat tinggi dituntut harus dapat memproyeksikan pusat gaya berat tubuhnya di udara dengan kecepatan bergerak ke depan secara maksimal. Ketinggian lompatan yang dicapai tergantung pada kemampuan mengubah energi kinetik pada saat lari, menjadi momentum anguler (menyudut) sewaktu melakukan tolakan. Dalam ilmu biomekanika titik berat tubuh adalah titik di mana gaya berat tubuh itu bekerja, dapat juga dikatakan bahwa titik berat mewakili massa benda/ tubuh. Letak titik berat tubuh terdapat di dalam panggul di depan tulang kemudi yang kedua, sifatnya maya (imajiner) karena titik berat tubuh tersebut tidak dapat dilihat atau diraba. Titik berat tubuh selalu berubah-ubah tempat seiring dengan perubahan sikap anggota tubuh/segmen. Dalam lompat tinggi gaya gunting, gaya guling sisi, gaya straddle maupun gaya flop punya tinggi titik berat tubuh yang sama, tetapi posisi atau sikap tubuh waktu di atas mistar yang berbeda. Pada gaya gunting, mistar berada di bawah pantat (di bawah titik berat tubuh), gaya guling sisi mistar berada di samping pinggul, gaya straddle mistar berada di bawah perut, sedangkan pada gaya flop apabila dilakukan secara benar memungkinkan titik berat tubuh pelompat benar-benar melewati bawah mistar, (Guthrie: 2003, 125). Lompat tinggi gaya flop merupakan jenis atau gaya lompat tinggi yang terakhir ditemukan dan dikembangkan oleh Dick Fosbury, seorang atlet lompat tinggi yang memenangkan medali emas olympiade pada tahun 1968.

Untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran perlu kiranya diciptakan suatu bentuk atau model yang dapat meningkatkan


(10)

kemampuan dan keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Kemp (1995) dalam Rusman (2010:132) mengatakan, model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat Kemp, Dick and Carey (1985) dalam Rusman (2010:132) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Sementara Indrawati (1999:9) dalam Trianto (2007:134) mengatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey (1967) dalam Trianto (2007:134) mengatakan:

The core of good thinking is the ability to solve problems. The essence of problem solving is the ability to learn in puzzling situations. Thus, in the school of these particular dreams, learning how to learn provides what is the tought, bath it is taught, and the kind of place in which it is tought.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari berfikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berfikir. Dengan demikian, hal ini dapat diimplementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru.


(11)

Model pembelajaran Tradisional, dewasa ini masih dilakukan guru-guru pendidikan jasmani khususnya pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru memberikan instruksi atau mendemonstrasikan gerakan yang akan diajarkan kepada siswa, maksudnya agar pengajaran lebih ditujukan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga tertentu kearah pencapaian prestasi. Metodenya bersifat instrusional, yaitu guru benar-benar mengajarkan skill tertentu, dengan memberikan jangka waktu pelaksanaan. Murid mencoba melakukan contoh yang diperagakan guru atau kemudian guru mengoreksi dan murid mengulanggi kembali dengan membetulkan kesalahan. Hal ini berlanjut beulang-ulang hingga pelaksanaannya telah dianggap benar oleh guru.

Metode ini bisa dikatakan berorientasi pada guru, sehingga memasung kegiatan berfikir anak yang dapat menyebabkan anak menjadi pasif, sebagaimana dikemukakan oleh Tim Pengembang PGSD (1996/1997:6) bahwa, “Jika anak merespon tanda-tanda dari guru, anak akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang membentuk dasar pembelajaran abstrak menjadi tidak tersentuh.” Dalam pendekatan pembelajaran ini unsur pengulangan (drill) untuk melakukan tugas gerak sangat dominan diberikan oleh guru (Gallahue, 1989: 105).

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode ini sepenuhnya didominasi guru yang membuat keputusan untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Kebebasan siswa sangat terbatas hanya kepada mau atau tidaknya mengikuti atau mematuhi perintah guru. Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa siswa tidak mempunyai kebebasan untuk menbuat keputusan.


(12)

Sementara pendekatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu Rekaman Visual akan sangat membantu ketercapaian proses pembelajaran siswa. Alat bantu Rekaman Visual dapat dimanfaatkan untuk melihat sejauh mana siswa telah menguasai pembelajaran. Pengamatan melalui rekaman visual dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk dapat dijadikan bahan kajian ulang.

Dari penayangan kembali gerakan yang telah dilakukan, siswa akan dapat membandingkan gerakan yang sebenarnya dengan gerakan yang dilakukan siswa sendiri, kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat melakukan lompatan diketahui oleh siswa, sehingga pada berikutnya kesalahan yang dilakukan bisa dikurangi seminimal mungkin.

Dengan menggunakan Rekaman Visual, guru atau pelatih dapat melihat dengan jelas gerakan ulang yang dilakukan oleh siswa, sehingga jika terjadi kesalahan gerakan atau terjadi gerakan yang kurang sempurna dari siswa dapat diperbaiki secara terfokus pada gerakan tersebut dari umpan balik rekaman visual. Selain itu siswa dapat melihat gerakannya sendiri, jika terjadi gerakan salah atlet akan lebih termotivasi untuk memperbaikinya. Bagi siswa atau atlet yang gerakannya sudah baik atau benar dapat dikembangkan ke peningkatan derajat otomatisasinya, derajat kecepatannya, atau diberikan pangayaan dengan melakukan gerakan lain. Selanjutnya akan timbul pertanyaan apakah mungkin pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Rekaman Visual akan lebih baik untuk meningkatkan kemampuan lompat tinggi? Seberapa besar


(13)

perbedaan kemampuan siswa dalam lompat tinggi dibandingkan dengan pembelajaran Tradisional?

Berdasarkan penjelasan di atas, sekaligus mendorong penulis untuk mengkaji lebih cermat sejauh mana perbedaan kemampuan lompat tinggi yang dimiliki siswa melalui model pembelajaran Rekaman Visual dan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

B. Identifikasi Rumusan Masalah

Atas dasar berbagai pertimbangan tersebut di atas, terdapat masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan alat bantu rekaman visual untuk memperoleh umpan balik, dapat menimbulkan beberapa keuntungan bagi guru-guru dan siswa. Beberapa keuntungan yang diperoleh adalah: (1) proses dan hasil pembelajaran diharapkan lebih berkualitas, (2) pelatih dan atlet/siswa tidak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan pemanfaatan alat bantu pembelajaran alat bantu rekaman visual, (3) dapat mengembangkan penelitian dengan menggunakan alat bantu pembelajaran rekaman visual.

Dengan demikian maka pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran Rekaman Visual (video) berpengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

2. Apakah pembelajaran Tradisional berpengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.


(14)

3. Mana yang lebih baik antara pembelajaran Rekaman Visual dan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

C. Tujuan Penelitian

Secara operasional dan spesifik, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran Rekaman Visual (video) terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

3. Untuk mengetahui mana yang lebih baik antara pembelajaran Rekaman Visual dan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teori, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan metodik pembelajaran melalui rekaman visual untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan gerak dalam upaya peningkatan prestasi olahraga siswa khususnya di sekolah. Dijadikan masukan bagi pengkaji dan pelaksana proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga dalam memilih serta melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif.


(15)

2. Manfaat Praktis

Dari aspek kegunaan praktis, pengetahuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat pula bermanfaat bagi:

a. Guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga sebagai masukan dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran dan pelatihan olahraga.

b. Bagi klub dan top organisasi olahraga prestasi sangat berguna dalam upaya pemahaman gerak dan peningkatan prestasi atlet ketingkat yang lebih tinggi.

E. Definisi Operasional

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah berbeda sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dalam penafsiran dan membuat tidak jelas pengertian. Oleh karena itu penulis memberi penjelasan istilah ini dengan mengacu kepada literatur dan menjelaskan penafsirannya yang terkait dengan penelitian ini. 1. Pengaruh, adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang berkuasa atau berkekuatan, Poerwadarminta (1984;713). Dalam penelitian ini pengaruh berarti daya yang timbul dari teknik penyampaian pembelajaran melalui rekaman visual dan demonstrasi guru.

2. Umpan Balik, adalah sebuah sinyal yang terjadi setelah atau pada saat respons berlangsung, sinyal tersebut menyampaikan pertanda tentang benar salahnya, tepat tidaknya, atau cukup tidaknya repons tersebut (Lutan 1988:286). Umpan balik merupakan koreksi atau dorongan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa. Umpan balik yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan balik langsung sebagai koreksian yang diberikan pada saat siswa selesai melakukan


(16)

satu unit gerakan dan umpan balik terpisah sebagai koreksian yang dilakukan terpisah sesudah siswa melakukan satu unit gerakan.

3. Pendekatan Rekaman Visual, adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan memperlihatkan kembali proses gerakan yang dilakukan atau tindakan melalui video rekaman visual. Keuntungan alat rekam visual dari sudut kepentingan belajar keterampilan motorik, bukan semata-mata daya tariknya tapi kecermatan dalam pengungkapan gerakan yang salah atau betul. Untuk kepentingan penelitian ini, pelaku rekaman visual adalah siswa sendiri dan materi CD mengenai tehnik lompat tinggi gaya flop yang dilakukan oleh orang/atlet yang sudah mahir tekniknya.

4. Kelompok Tradisional adalah cara-cara pembelajaran yang dikendalikan oleh guru, guru merupakan pusat dari seluruh kegiatan, guru berfungsi sebagai model atau memberikan contoh langsung, siswa hanya disuruh melakukan apa yang diperintah guru (siswa pasif).

5. Lompat tinggi, suatu jenis keterampilan yang dilakukan untuk melewati mistar yang berada diantara kedua tiang. Lompat tinggi memiliki tujuan yaitu untuk memproyeksikan gaya berat badan pelompat di udara dengan kecepatan bergerak ke depan secara terkendali.

6. Gaya flop, adalah merupakan salah satu gaya dalam lompat tinggi dengan posisi punggung menghadap mistar.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau postulat adalah suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang. Anggapan dasar merupakan suatu titik tolak dalam


(17)

menentukan hipotesis. Beberapa anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Perbaikan hasil belajar dapat dilakukan melalui berbagai sumber belajar, misalnya dari guru, teman belajar, media (video), dan dari lingkungan.

2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan rekaman visual (video) akan memberikan keuntungan yang lebih baik untuk siswa dan guru dalam melihat salah atau benar suatu gerakan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fokus dalam memperbaikinya. Siswa dapat membandingkan gerakan yang sebenarnya dengan gerakan yang dilakukan siswa sendiri, kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat melakukan lompatan diketahui oleh siswa, sehingga pada berikutnya kesalahan yang dilakukan bisa dikurangi seminimal mungkin.

3. Umpan balik yang diterima oleh siswa selama proses pembelajaran lompat tinggi gaya flop dapat membantu memperbaiki kesalahan- kesalahan yang dilakukan pada proses pembelajaran selanjutnya.

4. Setiap peserta didik akan merasa senang apabila terdapat banyak variasi dalam proses belajar, misalnya; contoh lansung dari orang, media audio, visual secara terpisah dan tergabung, media tulis atau cetak, atau dengan melihat kembali apa yang telah dilakukan oleh dirinya sendiri (rekaman visual).


(18)

G. Hipotesis

Mengacu kepada anggapan dasar, hipotesis yang diajukan adalah:

1. Model pembelajaran Rekaman Visual (video) memberikan pengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

2. Model pembelajaran Tradisional memberikan pengaruh terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

3. Model pembelajaran Rekaman Visual (video) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya


(19)

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Arikunto (2002:136) ialah “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitian.” Sedangkan menurut Abdurrahman (2005:98) “Metode penelitian yaitu ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Menurut pendapat Sugiyono (1999:1), menyatakan:

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.

Untuk mendapatkan suatu hasil yang baik atas suatu permasalahan sehingga tujuan dan manfaat yang diinginkan dapat dicapai, maka dalam pelaksanaannya diperlukan data yang akurat sesuai dengan kebutuhan untuk dijadikan sebagai bahan pengadaan dan pengkajian. Data yang akurat adalah data- data yang memenuhi syarat validitasnya (dapat dipercaya) dan yang memenuhi reliabilitasnya (terdapat konsisten atau keajegan). Untuk itu, maka dilakukan melalui metode eksperimen yang benar dan dilaksanakan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan metode penelitian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa metode eksperimen merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang valid dengan tujuan dan kegunaan tertentu.


(20)

61

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memilih metode penelitian yang sesuai dengan objek yang diteliti. Metode penelitian yang dipergunakan penulis adalah metode eksperimen. Metode ini direncanakan dan dilaksanakan oleh penulis untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Menurut hemat penulis, pemilihan metode eksperimen ini telah sesuai dengan maksud yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen), Variable bebas adalah model pembelajaran Rekaman Visual (video) (X1). Pembelajaran Tradisional (X2), , sedangkan variabel terikat adalah kemampuan lompat tinggi gaya flop (Y). Dalam desain eksperimen ini sampel dibagi menjadi dua, yaitu kelompok yang diberi perlakuan dengan Rekaman Visual dan kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran Tradisional. Dalam pembagian kelompok penulis menggunakan desain eksperimen kelompok kontrol pretes dan postes, dengan persamaan kelompok.

Kelompok Eksperimen O1 X O3

_______________

Kelompok Kontrol O2 X O4

Gambar. 3.1

The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, Using Matched Subjects

(Fraenkel & Wallen, 1993:250)


(21)

62

Keterangan gambar:

O1 : Tes Awal Kelompok Rekaman Visual

O2 : Tes Awal Kelompok Tradisional

X : Perlakuan

O3 : Tes Akhir Kelompok Rekaman Visual

O4 : Tes Akhir Kelompok Tradisional B. Populasi, Sampel dan Sampling.

Populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individu, objek, atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian, (McMillan, dalam Ruseffendi, 2005:206)

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi sensus.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Belinyu Bangka yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas X1, X2, X3, X4, dan X5.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:130): Sampel adalah sebagian dari populasi, yang yang diambil dengan mengunakan cara-cara tertentu.


(22)

63

3. Sampling

Menurut Arikunto (2006:146) “Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel. Sementara McMilan dan Schumacher (1984:122) dalam Ruseffendi (2005:104) mengatakan, “Untuk riset korelasional sampelnya minimum 30 orang per kelompok. Sementara untuk perbandingan kelompok diperlukan paling tidak 10 orang dalam tiap kelompok.” Selanjutnya jika jumlah subyek besarnya telah melebihi 100 maka diambil antara 10% - 25% atau 20% - 25% atau lebih.

Sampel dalam penelitian ini diambil 19 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 160 X 19 % = 30. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang siswa yang kesemuanya laki-laki.

Teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah, dengan teknik random kelompok kontrol pretes dan postes dengan subjek sama (The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, Using Matched Subjects). Proses pengambilannya sampel dengan cara, jumlah populasi adalah lima kelas yang berjumlah 160 siswa, terdiri dari 75 siswa perempuan dan 85 siswa laki-laki. Dari jumlah siswa laki-laki 85 orang penulis hanya perlu 30 orang siswa, maka dilakukan pengambilan secara acak sebanyak 30 kali. Untuk membagi sampel menjadi dua kelompok, 15 siswa untuk kelompok eksperimen dan 15 siswa untuk kelompok kontrol, maka dilaksanakan tes awal untuk menentukan peringkat yang nantinya akan di masukkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kotrol secara merata sesuai dengan skor nilai yang diperoleh. (Fraenkel & Wallen, 1993:250).


(23)

64

Tabel. 3.1

Pembagian Kelompok Penelitian

No Kelompok rekaman Visual Kelompok Tradisional Hasil Tes Peringkat Hasil Tes Peringkat

1 1 2

2 4 3

3 5 6

4 8 7

5 9 10

6 12 11

7 13 14

8 16 15

9 17 18

10 20 19

11 21 22

12 24 23

13 25 26

14 28 27

15 29 30

Kelompok Rekaman Visual diberikan perlakuan pembelajaran dengan cara, guru tidak secara langsung memberikan contoh maupun perbaikan kesalahan yang dilakukan siswa. Guru hanya memberikan perbaikan secara lisan. Sebelum jam pelajaran berakhir kira-kira 20 sampai 25 menit siswa disuruh masuk ruangan untuk melihat kembali rekaman visual (video) pemebelajaran yang telah dilaksanakan di luar kelas. Disinilah guru menjelaskan kepada siswa, apa kesalahan yang telah dilakukan oleh siswa dan siswa pun dapat melihat sendiri.


(24)

65

Sementara kelompok Tradisional diberikan perlakuan pembelajaran dengan cara, guru memberikan contoh-contoh gerakan secara langsung kepada siswa. Seluruh kegiatan siswa dikomandoi oleh guru secara langsung, siswa hanya menunggu perintah dari guru dan perbaikan kesalahan gerakan akan dikoreksi secara klasikal atau secara kelompok.

C. Variabel Penelitian

Istilah variabel merupakan suatu istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Arikunto (2006:118) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah, “Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Sementara Furchon, (2004:46) mengatakan;

Variabel merupakan satu atribut yang dianggap mencerminkan atau mengungkapkan pengertian atau bangunan pengertian. Beberapa untuk mengklasifikasikan variabel, klasifikasi yang terpenting ialah berdasarkan penggunannya di dalam penelitian yang sedang dilakukan, diantaranya adalah variabel bebas (independent variable), dan variabel terikat (dependent variable).

a. Variabel bebas

Menurut Sugiono (2002:3) “Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.” Sementara Furchon (2004:46) mengatakan, “Variabel yang mendahului atau yang mempengaruhi variabel terikat disebut variabel bebas.” Variabel bebas adalah faktor yang secara terukur terpisah dan berbeda dari variabel terikat, tetapi mungkin masih ada hubunganya dengan variabel terikat itu. Penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Rekaman Visual (video) adalah (X1). dan model pembelajaran Tradisional adalah (X2).


(25)

66

b) Variabel terikat

Furchon (2004:46) mengatakan, “Variabel yang merupakan akibat atau yang tergantung pada variabel yang mendahuluinya disebut variabel terikat.” Menurut Sugiono (2002:3) “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, variabel terikatnya adalah kemampuan lompat tinggi gaya flop (Y).

Penelitian ini dilaksanakan dengan 16 kali pertemuan, yang dibagi ke dalam beberapa tahap pelaksanaan antara lain: (a) tes awal satu kali pertemuan; (b) pelaksanaan latihan sebanyak 14 kali pertemuan, serta (c) tes akhir satu kali pertemuan.

Tabel. 3.2

Sampel dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Kelompok Jumlah sampel

Hari/ Jam Bulan/ Tahun Keterangan Kelompok Tradisional 15 orang Senin, Rabu dan Jumat jam 15.00-17.00 Feb dan Maret 2011

Satu kali tes awal lompat tinggi gaya flop pertemuan pertama, Satukali tes akhir pertemuan terakhir, serta 14 kali pertemuan untuk latihan Kelompok Rekaman Visual 15 Orang Selasa, Kamis dan Sabtu, jam 15.00.1700

Feb dan Maret 2011

Satu kali tes awal Lompat tinggi gaya flop pertemuan pertama, Satukali tes akhir pertemuan terakhir, serta 14 kali pertemuan untuk latihan

D. Tempat dan Waktu Penelitian


(26)

67

Maret s/d April 2011, yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler sore hari dari pukul 15.00 s/d 17.00 WIB.

Tabel 3. 3

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Bulan/Minggu Pertemuan

Bulan Maret 2011 Bulan April 2011 Minggu 1 Minggu 2 Minggu

1 Minggu 2 Minggu 3 M4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 Tes Awal √ 2 Perlakuan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 Tes Akhir √

E. Sumber Data

a) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang diamati dan dicatat. Dalam penelitian ini data primer didapat dari hasil pelaksanaan tes pemahaman teknik dan kemampuan lompat tinggi gaya flop pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 N Belinyu Bangka yang dipakai sebagai sampel penelitian.


(27)

68

Untuk mendapatkan data diperlukan alat pengumpul data. Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui pengukuran instrumen tes. Intrumen tes harus baik dan tingkat validitasnya juga harus terjamin. Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang yang harus diukur. Nurhasan (1991:23) mengatakan bahwa “Suatu tes dikatakan sahih apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.” Jadi validitas alat ukur akan mungkin terjadi apabila alat ukur itu tetap mengukur variable-variabel yang diteliti. Karena itu dapat dikatakan juga validitas adalah ketepatgunaan suatu alat ukur terhadap objek yang diukur.

Tes akan dipakai untuk melihat apakah setelah melalui proses pembelajaran siswa mempunyai pemahaman dan kemampuan teknik lompat tinggi. Tes performa ini disusun berdasarkan teknik gaya lompat tinggi gaya flop yang baku sehingga nantinya akan diperoleh gambaran pelaksanaan teknik lompatan yang benar atau kurang benar atau mungkin salah.

Tes performa ini disusun menjadi empat bagian yaitu; (1) sikap awalan, (2) sikap tolak, (3) sikap saat melewati mistar, dan (4) sikap mendarat.


(28)

69

Tabel 3.4

Instrumen Teknik Lompat Tinggi Gaya Flop (dikutip dari, Mark Guthrie dan Hendrayana) No

Materi Sub Materi Indikator

1

Lompat Tinggi

gaya flop 1. Awalan

1. Sudut awalan ± 90⁰ atau menbentuk huruf J

2. Posisi badan dari condong ke depan, jadi tegak, dan condong ke belakang 3. Lari makin lama makin cepat dalam

keadaan terkendali

4. Dua langkah terakhir pendek 5. Merendahkan titik berat badan 6. Lutut bengkok atau ditekuk 7. Badan condong ke belakang

2 Tolakan

1. Menolak dengan kaki terjauh dari mistar 2. Jarak tumpuan kira-kira 80 cm dari garis

antara ke dua tiang mistar

3. Posisi badan condong ke belakang antara 100⁰-120⁰

4. Posisi tungkai dan tubuh bagian atas membentuk garis yang hampir lurus 5. Kaki ayun diayun membentuk sudut ± 90⁰ 6. Ayunan tangan ke depan atas seiring

dengan gerakan ayunan kaki

3 Melewati mistar

1. Posisi tubuh berubah dari vertikal ke horizontal

2. Putaran poros bahu dan panggul ke arah mistar

3. Kepala pertama kali melewati mistar 4. Sikap tubuh pasif dan rileks/mengendur 5. Saat telentang ke dua kaki bergantung,

dagu ditarik menjauhi dada. 6. Panggul di angkat naik

7. Lengan rileks di samping tubuh 8. Kaki diangkat naik ke atas

4 Mendarat

1. Mendarat dengan seluruh punggung 2. Kedua lengan lurus di samping tubuh 3. Ke dua lutut dilencangkan ke atas

4. Posisi tubuh mendarat membentuk huruf L atau U

Tabel 3.7

Instrumen tes Performa Lompat Tinggi Gaya Flop (dikutip dari, Mark Guthrie dan Hendrayana)


(29)

70

No Indikator Uraian Indikator

Skor 1 2 3 4 5

1

Awalan

1. Sudut awalan ± 90⁰ atau menbentuk huruf J 2. Posisi badan dari condong ke depan, jadi tegak, dan

condong ke belakang

3. Lari makin lama makin cepat dalam keadaan terkendali

4. Dua langkah terakhir pendek 5. Merendahkan titik berat badan 6. Lutut bengkok atau ditekuk 7. Badan condong ke belakang

5

Salah satu atau dua indikator 4

Salah tiga atau empat 3

Salah lima atau enam 2

Salah semua 1

Jumlah Skor 1

2 Tolakan

1. Menolak dengan kaki terjauh dari mistar 2. Jarak tumpuan kira-kira 80 cm dari garis antara ke

dua tiang mistar

3. Posisi badan condong ke belakang antara 100⁰-120⁰ 4. Posisi tungkai dan tubuh bagian atas membentuk

garis yang hamper lurus

5. Kaki ayun diayun membentuk sudut ± 90⁰

6. Ayunan tangan ke depan atas seiring dengan gerakan ayunan kaki

5

Salah satu atau dua 4

Salah tiga atau empat 3

Salah lima 2

Salah semua 1

Jumlah Skor 2

3 Melewati mistar

1. Kepala pertama kali melewati mistar 2. Sikap tubuh pasif dan rileks/mengendur

3. Saat telentang ke dua kaki bergantung, kepala jauh dari dagu

4. Panggul di angkat naik 5. Lengan rileks di samping tubuh 6. Kaki diangkat naik ke atas

5

Salah satu atau dua 4

Salah tiga atau empat 3

Salah lima 2

Salah semua 1

Jumlah Skor 3

4 Mendarat

1. Mendarat dengan seluruh punggung

2. Kedua lengan dilencangkan ke samping tubuh 3. Ke dua lutut dilencangkan ke atas

4. Tubuh mendarat membentuk huruf L atau V 5

Salah satu 4

Salah dua 3


(30)

71

Salah tiga 2

Salah semua 1

Jumlah Skor 4

Jumlah Skor 1 + 2 + 3 + 4 Skor Maksimal 20

b. Alat dan Perlengkapan Tes

Fasilitas dan peralatan tes yang digunakan untuk kedua kelompok setara kualitasnya, matras, tiang lompat, mistar, dan lain-lainnya.

c. Administrasi Pelaksanaan Tes

Sebelum tes dilakukan, para siswa diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan, cara-cara atau prosedur melakukan, serta sistem penilaian tentang tes yang akan dilakukan. Seluruh siswa sebagai peserta tes diharuskan memakai pakaian olahraga, melakukan pemanasan atau warming up terlebih dahulu serta harus dengan konsentrasi yang tinggi, untuk menghindari cidera. Format penilaian yang dipergunakan adalah format untuk tes pemahaman teknik lompat tinggi gaya flop.

d. Petugas Tes

Pelaksanaan tes dibantu oleh beberapa orang, diantaranya: tiga orang guru sebagai penilai performa (teknik), satu orang sebagai pemanggil peserta, satu orang pencatat hasil lompatan, dua orang bagian mistar, satu orang bagian bendera (menyatakan sah atau tidak pelompat).

e. Petunjuk Pelaksanaan Tes

1). Urutan peserta pelompat diatur menurut abjad


(31)

72

3). Sebelum tes dimulai petugas memberi tahu ketinggian mistar pada peserta 4). Tolakan harus dengan satu kaki, kiri atau kanan

5). Lompatan dinyatakan berhasil atau tidak berhasil apabila: a). Menjatuhkan mistar atau tiang dari penopang tiang.

b). Menyentuh matras atau daerah pendaratan di balik bidang tegak tiang lompat, dengan bagian badan manapun tanpa lebih dahulu melewati mistar lompat

6). Setiap pelompat yang gagal diberi kesempatan sampai tiga kali lompatan pada setiap peningkatan ketinggian.

7). Peserta dinyatakan tidak boleh lagi melompat apabila sudah tiga kali gagal pada satu ketinggian

8). Ketinggian mistar dinaikan dua sentimeter setiap satu kali kenaikan, (dikutip dari, Adang Suherman,dkk 2001:170).

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Menyusun data hasil tes awal dan tes akhir. Data tes awal diberi kode X dan data tes akhir diberi kode Y, kemudian mencari nilai rerata dari masing-masing kelompok tes awal dan tes akhir, dengan mempergunakan rumus:

Arti dalam tanda-tanda rumus tersebut di atas adalah: ∑ƒiXi

X =--- n


(32)

73

X = Nilai rerata yang dicari

∑ = sigma atau jumlah ƒi= Frekuaensi

Xi= Data atau skor yang diperoleh n = Banyak data atau sampel

2. Mencari nilai standar deviasi (S) dari masing-masing periode tes, rumus yang digunakan adalah:

3. Mencari nilai varians (S²) dari masing-masing kelompok tes awal dan tes akhir, rumus yang digunakan:

4. Menguji normalitas data atau uji distribusi normal dari setiap tes melalui pendekatan uji Lilifors (L), rumus statistik yang digunakan adalah:

a. Mencari:

∑ƒi (Xi –X) S = √--- n - 1

∑ƒi (Xi –X)² S² = √--- n - 1


(33)

74

Arti dalam tanda-tanda rumus tersebut di atas adalah: Zi = Nilai baku

S = Simpangan baku X₂= Nilai amatan X = Nilai rata-rata b. Mencari:

F (Zi) = nilai Zi (table) ± 0,5

Arti dalam tanda-tanda rumus tersebut di atas adalah: F(Zi) = Nilai peluang

c. Mencari:

rangking S (Zi) =--- n

S (Zi) = Nilai Proporsi d. Mencari:

F (Zi) – S(Zi) = nilai selisih peluang dengan proporsi

e. LO = adalah nilai Lilifors merupakan nilai tersebut dari nilai selisih peluang dengan proporsi

f. F (Zi) – S(Zi)

5. Mencari homogenitas data dari setiap kelompok melalui pendekatan Uji X₂ -X

Zi =--- S


(34)

75

Barlett, yaitu dengan menggunakan rumus Barlett sebagai berikut: a. Mencari S² ={ ∑ (ni – 1) Si² } / ∑ (ni -1)

b. Harga satuan Barlett (B) dengan rumus: B = (Log S²) ∑ (ni – 1)

c. Mencari Chi-kuadrat, dengan menggunakan rumus: (Sudjana, 1989;263) X² = (1n 10) { B - ∑ (ni – 1) Log Si²}

Dengan 1n 10 = 23026, atau disebut logaritma asli dari bilangan 10.

Dengan taraf nyata α = 0,05 Ho ditolak jika X²≥ X² (1 – α) (k – 1), dimana X² (1 – α) (k – 1) didapat dari daftar distribusi Chi-kuadrat dengan peluang (1 – α) dan dk = (k – 1).

6. Mencari signifikansi perbedaan mana yang lebih besar hasil latihan setiap kelompok melalui pendekatan uji kesamaan dua rerata uji dua pihak, akan diuji H0: 1 = 2 dan Ha: 1 > 2. Rumus statistik yang dipakai (Sudjana,

1996:242)

Keterangan rumus:

: Rerata gain

: Standar deviasi rerata gain n : Jumlah sampel

Kriteria pengujiannya adalah: diterima H0, jika t1 - ½α dengan t1 -½α didapat

t =


(35)

76

dari daftar distribusi dengan dk = (n -1) dan peluang ( 1 -½α). Untuk harga harga t lainnya Ho ditolak. Untuk jelasnya tentang hasil perhitungan signifikansi tes antara tes awal dengan tes akhir dapat dilihat pada bab IV tentang analisis dan pembahasan.


(36)

106

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kedua model pembelajaran model pembelajaran dengan pendekatan Rekaman Visual dan Tanpa Rekaman Visual (tradisonal), keduanya telah dapat meningkatkan kemampuan performa siswa dalam lompat tinggi. Berdasarkan hasil pengumpulan dan perhitungan serta analisis data yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pembelajaran Rekaman Visual (video) terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

2. Terdapat pengaruh pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat gaya flop.

3. Pembelajaran Rekaman Visual (video ) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis rata-rata gain tes awal dan tes akhir pada kelompok Rekaman Visual adalah 17,60, sedangkan rata-rata tes awal dan tes akhir kelompok Tradisional hanya 8,07.

B. Rekomendasi

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Rekaman Visual memberikan pengaruh yang lebih baik, dibandingkan pembelajaran Tradisional dalam pembelajaran lompat tinggi, maka penulis merekomendasikan:


(37)

107

1. Bagi peneliti lanjutan, karena keterbatasan sampel penelitian, terbatasnya jangkauan teknik yang diteliti dalam lompat tinggi. Direkomendasikan agar kajian mengenai hasil pembelajaran ini juga dilakukan (a) bukan hanya dari segi teknik-teknik lompat tingi saja, akan tetapi untuk cabang-cabang olahraga yang lain seperti bola voli ,sepak bola, basket,renang ,senam dan sebagainya, (b) dari segi kewilayahan sampel bukan hanya pada tingkat sekolah menengah akan tetapi mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tingggi serta top organisasi olahara yang ada. Hal ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat daerah, regional, dan bahkan tingkat nasional sehingga dapat dikaji faktor-faktor lainya yang diasumsikan dapat mempengaruhi hasil belajar

2. Bagi para guru, pelatih atau pembina olahraga diberbagai cabang olahraga atau sekolah agar berupaya menemukan cara yang paling baik untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal dengan cara melakukan kaji banding multi media termasuk penggunaan rekaman visual seperti film, slide, VCD atau TV.Pembelajaran dengan menggunakan rekaman visual disarankan untuk lebih sering digunakan, karena telah terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada hanya menggunakan pembelajaran biasa (tradisional).

3. Kepala sekolah, pengelola lembaga pendidikan dan organisasi keolahragaan, hendaknya lebih siap untuk pengadaan perlengkapan pembelajaran berbasis IT yang dapat digunakan untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran atau pelatihan olahraga.


(38)

101

DAFTAR BACAAN Adang, Yudha, Yudi, (2001). Pembelajaran Atletik Pendekatan Permainan dan

Kompetisi Untuk Siswa SMU/SMK. Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta. Edisi

ke V. Rineke cipta.

Arsyad, (2003). Media Pembelajaran. Cetakan Keempat. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Bahagia, (2003). Pembelajaran Atletik. Departemen Pendidikan Nasional Ballesteros, (1979). Track and Field Athletics. “A basic coaching manual.”

(Book No 1). London: I.A.A.F. Development Program. Basuki, (1979). Atletik, Sejarah, Teknik dan Metodik. Untuk SGO.

Bompa, (1990). Theory and Methodology of Training, “The Key to Athletic Performance: (second Ed). Lowa: Kendall/Hunt, Publishing Company, Dubuque.

Dapena, (1988). Biomechanical analysis of the Fosbury-flop. Track Technique. Doherty, (1963). Modern Track and Field. (Second Ed). USA: Prentice Hall

Inc. Englewood Cliffs.

Djumidar, (2003). Dasar-Dasar Atletik. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta

Fraenkel, (1993). How to Design and Evaluate Reaserch in Education, USA. Internatonal Editions

Gallahue, (1989). Understanding Motor Development. Infans, Children. Adolescents. Second Edition. Indiana: Benchmark Prss

Griffin.M, (1997). Teaching Sport Conceptual Skill: A.Tactical Games Aproach. Illionois, Champagu

Guthrie, (2003). Sukses Melatih Aletik. Jakarta. Pustaka Insan Madani

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung. CV. Tambak Kesuma.


(39)

108

_______. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung

_______. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung. Sekolah Pascasarjana UPI.

Hay, (1993). The Biomechanics of Sport Techniques, New Jersey Englewood, Cliffs. Prentice-Hall, Inc

Hendrayana, (2007). Bermain Atletik. Bandung. Prodi PJKR Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Hidayat, (2003). Biomekanika. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Husdarta, (2008). Psiklogi Olahraga. CV. Bintang Warli Artika, Bandung. Kosasih, (1985). Olahraga dan Teknik Program Latihan, Jakarta. Akademi

Presindo

Latuheru, (1988), Metode dan Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Lutan. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar ateori dan Metoda. P2LPTK Jakarta. Depdikbud.Dikti

______, (2005). Teori Belajar Keterampilan Motorik Konsep dan Penerapannya. Bandung. UPI Program Pascasarjana.

Nadisah, (2002). Manusia dan Olahraga. Bandung ITB dan FPOK.

Nurhasan, dkk, (1991). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung. FPOK, UPI.

Oxendine, (1984). Psychology of Motor Learning. New Jersey. USA: Prentice –Hall. Inc,Englewood Cliffs.

Pangrazi, (1995). Dynamic Physical Education for Elementary School Children. New York, Allyn and Bacon.

Persatuan Atletik Seluruh Indonesi (PASI). (1979). Pedoman latihan Dasar Atletik, diterjemahkan dari, “Manual Didactico De Atletimo.” Spanyol.


(40)

109

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), (1993). Jakarta Pedoman Latihan Dasar Atletik

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa. Ruseffendi. (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Rusman, (2010). Model-Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Schmidt, (1988). Motor Learning and Performance. A Behavioral Emphasis. Second Edition. Champaig. Human Kinetics Publishers Inc.

Setiawan, (1991). Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP. Bandung Siedentop, (1988). Introduction to Physical Education. California: Fitness and

Sport. Mountain View, Mayfiled Publishing Company.

Singger, (1970). Motor Learning and Human Performance Aplication Motor Skill and Movment Behaviors. New York. Macmilan.

Sudjana, (2005). Media Pengajaran. Cetakan Keenam. Bandung, Sinar Baru Algesindo

________ (1996). Metode Statistik. Edisi Keenam. Bandung, Transito Sugiyono, (1999). Statistik Untuk Penelitian: Bandung. CV, Alfabeta ________, (2002). Statistik Untuk Penelitian: Bandung. CV, Alfabeta.

Suherman. A, (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung, CV. Bintang Warli Artika.

Sujiono, (1995). Pengaruh Metode Pengajaran dan Balikan Informatif Terhadap Prestasi Belajar Tolak peluru. Jakarta: IKIP Jakarta.

Thomson, (1991). Introduction to Caoching Theory: IAAF. England Trianto, (2010). Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara, Jakarta


(41)

110

Undang-Undang Republik Indonesia, (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta. (www.uu Yahoo.com)

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), (2007). UPI Bandung. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Watson, (!983). Physical Fitness and Athletic Performance. First Published. New York. Published Longman. Inc


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kedua model pembelajaran model pembelajaran dengan pendekatan Rekaman Visual dan Tanpa Rekaman Visual (tradisonal), keduanya telah dapat meningkatkan kemampuan performa siswa dalam lompat tinggi. Berdasarkan hasil pengumpulan dan perhitungan serta analisis data yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pembelajaran Rekaman Visual (video) terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop.

2. Terdapat pengaruh pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat gaya flop.

3. Pembelajaran Rekaman Visual (video ) lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Tradisional terhadap kemampuan lompat tinggi gaya flop, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis rata-rata gain tes awal dan tes akhir pada kelompok Rekaman Visual adalah 17,60, sedangkan rata-rata tes awal dan tes akhir kelompok Tradisional hanya 8,07.

B. Rekomendasi

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Rekaman Visual memberikan pengaruh yang lebih baik, dibandingkan pembelajaran Tradisional dalam pembelajaran lompat tinggi, maka penulis merekomendasikan:


(2)

1. Bagi peneliti lanjutan, karena keterbatasan sampel penelitian, terbatasnya jangkauan teknik yang diteliti dalam lompat tinggi. Direkomendasikan agar kajian mengenai hasil pembelajaran ini juga dilakukan (a) bukan hanya dari segi teknik-teknik lompat tingi saja, akan tetapi untuk cabang-cabang olahraga yang lain seperti bola voli ,sepak bola, basket,renang ,senam dan sebagainya, (b) dari segi kewilayahan sampel bukan hanya pada tingkat sekolah menengah akan tetapi mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tingggi serta top organisasi olahara yang ada. Hal ini juga dapat dilaksanakan pada tingkat daerah, regional, dan bahkan tingkat nasional sehingga dapat dikaji faktor-faktor lainya yang diasumsikan dapat mempengaruhi hasil belajar

2. Bagi para guru, pelatih atau pembina olahraga diberbagai cabang olahraga atau sekolah agar berupaya menemukan cara yang paling baik untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal dengan cara melakukan kaji banding multi media termasuk penggunaan rekaman visual seperti film, slide, VCD atau TV.Pembelajaran dengan menggunakan rekaman visual disarankan untuk lebih sering digunakan, karena telah terbukti dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada hanya menggunakan pembelajaran biasa (tradisional).

3. Kepala sekolah, pengelola lembaga pendidikan dan organisasi keolahragaan, hendaknya lebih siap untuk pengadaan perlengkapan pembelajaran berbasis IT yang dapat digunakan untuk mengembangkan metode dan media pembelajaran atau pelatihan olahraga.


(3)

DAFTAR BACAAN

Adang, Yudha, Yudi, (2001). Pembelajaran Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetisi Untuk Siswa SMU/SMK. Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga Arikunto, (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta. Edisi

ke V. Rineke cipta.

Arsyad, (2003). Media Pembelajaran. Cetakan Keempat. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Bahagia, (2003). Pembelajaran Atletik. Departemen Pendidikan Nasional Ballesteros, (1979). Track and Field Athletics. “A basic coaching manual.”

(Book No 1). London: I.A.A.F. Development Program. Basuki, (1979). Atletik, Sejarah, Teknik dan Metodik. Untuk SGO.

Bompa, (1990). Theory and Methodology of Training, “The Key to Athletic Performance: (second Ed). Lowa: Kendall/Hunt, Publishing Company, Dubuque.

Dapena, (1988). Biomechanical analysis of the Fosbury-flop. Track Technique. Doherty, (1963). Modern Track and Field. (Second Ed). USA: Prentice Hall

Inc. Englewood Cliffs.

Djumidar, (2003). Dasar-Dasar Atletik. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta

Fraenkel, (1993). How to Design and Evaluate Reaserch in Education, USA. Internatonal Editions

Gallahue, (1989). Understanding Motor Development. Infans, Children. Adolescents. Second Edition. Indiana: Benchmark Prss

Griffin.M, (1997). Teaching Sport Conceptual Skill: A.Tactical Games Aproach. Illionois, Champagu

Guthrie, (2003). Sukses Melatih Aletik. Jakarta. Pustaka Insan Madani

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung. CV. Tambak Kesuma.


(4)

_______. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung

_______. (2007). Teori dan Metodologi Pelatihan. Bandung. Sekolah Pascasarjana UPI.

Hay, (1993). The Biomechanics of Sport Techniques, New Jersey Englewood, Cliffs. Prentice-Hall, Inc

Hendrayana, (2007). Bermain Atletik. Bandung. Prodi PJKR Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Hidayat, (2003). Biomekanika. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Husdarta, (2008). Psiklogi Olahraga. CV. Bintang Warli Artika, Bandung.

Kosasih, (1985). Olahraga dan Teknik Program Latihan, Jakarta. Akademi Presindo

Latuheru, (1988), Metode dan Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Lutan. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar ateori dan Metoda. P2LPTK Jakarta. Depdikbud.Dikti

______, (2005). Teori Belajar Keterampilan Motorik Konsep dan Penerapannya. Bandung. UPI Program Pascasarjana.

Nadisah, (2002). Manusia dan Olahraga. Bandung ITB dan FPOK.

Nurhasan, dkk, (1991). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung. FPOK, UPI.

Oxendine, (1984). Psychology of Motor Learning. New Jersey. USA: Prentice –Hall. Inc,Englewood Cliffs.

Pangrazi, (1995). Dynamic Physical Education for Elementary School Children. New York, Allyn and Bacon.

Persatuan Atletik Seluruh Indonesi (PASI). (1979). Pedoman latihan Dasar Atletik, diterjemahkan dari, “Manual Didactico De Atletimo.” Spanyol.


(5)

Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), (1993). Jakarta Pedoman Latihan Dasar Atletik

Poerwadarminta, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa. Ruseffendi. (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Rusman, (2010). Model-Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Schmidt, (1988). Motor Learning and Performance. A Behavioral Emphasis. Second Edition. Champaig. Human Kinetics Publishers Inc.

Setiawan, (1991). Manusia dan Olahraga. ITB dan FPOK/IKIP. Bandung Siedentop, (1988). Introduction to Physical Education. California: Fitness and

Sport. Mountain View, Mayfiled Publishing Company.

Singger, (1970). Motor Learning and Human Performance Aplication Motor Skill and Movment Behaviors. New York. Macmilan.

Sudjana, (2005). Media Pengajaran. Cetakan Keenam. Bandung, Sinar Baru Algesindo

________ (1996). Metode Statistik. Edisi Keenam. Bandung, Transito Sugiyono, (1999). Statistik Untuk Penelitian: Bandung. CV, Alfabeta ________, (2002). Statistik Untuk Penelitian: Bandung. CV, Alfabeta.

Suherman. A, (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung, CV. Bintang Warli Artika.

Sujiono, (1995). Pengaruh Metode Pengajaran dan Balikan Informatif Terhadap Prestasi Belajar Tolak peluru. Jakarta: IKIP Jakarta.

Thomson, (1991). Introduction to Caoching Theory: IAAF. England


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia, (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta. (www.uu Yahoo.com)

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), (2007). UPI Bandung. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Watson, (!983). Physical Fitness and Athletic Performance. First Published. New York. Published Longman. Inc