Pemberitaan Konflik KPK-Polri di Majalah Tempo dan Detik.
ABSTRAK
Mercyella Daeng Kanang, 210110100260. 2015. Pemberitaan Konflik KPK-Polri
di Majalah Tempo dan Detik: Analisis Framing model Robert M. Entman
mengenai Pemberitaan Konflik antara KPK-Polri di Majalah Tempo dan Detik
Edisi 26 Januari-1 Februari 2015. Pembimbing Utama Dr. H. Aceng Abdullah,
M.Si, dan pembimbing pendamping Maimon Herawati, S.Sos, M.Litt. Program
Studi Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,
Jatinangor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tempo mengidentifikasi masalah
pemberitaan mengenai konflik KPK-Polri sebagai masalah politk dan hukum.
Sedangkan Detik sebagai masalah politik yang terkait dengan upaya kriminalisasi
terhadap KPK. Dalam memperkirakan penyebab masalah Tempo menilai
penyidikan yang dilakukan KPK yang membuat konflik meluas, sedangkan Detik
menilai tindakan Polri terhadap KPK yang menuai pro dan kontra. Dalam
memberikan keputusan moral, Tempo menggambarkan KPK secara positif karena
telah menjalankan tugasnya sebagai lembaga antikorupsi dan telah melalui proses
hukum di KPK. Sedangkan Detik melihat tindakan Kepolisian sebagai upaya
kriminalisasi dan pelemahan terhadap KPK. Tempo menekankan penyelesaian
sebaiknya Presiden membatalkan pencalonan Budi Gunawan dan membebaskan
Bambang karena Polri belum mengantongi bukti yang kuat. Sedangkan Detik
menuliskan Presiden harus menyelamatkan KPK dan membebaskan Bambang.
Peneliti menyimpulkan bahwa kedua media memiliki pemilihan dan
penonjolan isu yang berbeda dalam pemberitaannya. Peneliti menyarankan agar
kedua media mengurangi penggunaan anonim dalam menampilkan fakta agar
berita lebih komprehensif.
ABSTRACT
Mercyella Daeng Kanang, 210110100260. 2015. News Reports of KPK-Polri
conflict in Tempo and Detik Magazine: Robert M. Entman's Framing analysis
model on conflict between KPK and Polri in Tempo and Detik Magazine, January
26th-February 1st edition. Main thesis adviser Dr. H. Aceng Abdullah, M.Si, 2nd
thesis adviser Maimon Herawati, S.Sos, M.Litt. Journalistic Department. Faculty
of Communication Padjajaran University, Jatinangor.
The results of this research shows that Tempo identifies the problem of
KPK-Polri as political and law matters. Whereas Detik identifies it as political
matters that leads to criminalization towards KPK. On diagnose causes of the
problem, Tempo states KPK's investigation makes the conflict spreading, while
Detik thinks the action of Polri to KPK reaps pros and cons. Tempo explain that
KPK operated their job in the right track as anti-corruption institute. On morally
judged Tempo has given a positive pictorial to KPK as they have done their job
well. Detik saw Indonesian police act as the criminalization and weakening of
KPK. Tempo suggest recommendation that President Jokowi should cancel the
nomination of Budi Gunawan and free Bambang Widjojanto because Polri has
not the strong evidence just yet. In the meantime, Detik has written that President
Jokowi should save KPK and free Bambang Widjojanto.
Researcher concludes that both medias have differences on options and
issues salience. Researcher suggests to Tempo and Detik to reduce ‘anonymous’
usage on showing facts so it could be more comprehensive.
Mercyella Daeng Kanang, 210110100260. 2015. Pemberitaan Konflik KPK-Polri
di Majalah Tempo dan Detik: Analisis Framing model Robert M. Entman
mengenai Pemberitaan Konflik antara KPK-Polri di Majalah Tempo dan Detik
Edisi 26 Januari-1 Februari 2015. Pembimbing Utama Dr. H. Aceng Abdullah,
M.Si, dan pembimbing pendamping Maimon Herawati, S.Sos, M.Litt. Program
Studi Ilmu Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,
Jatinangor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tempo mengidentifikasi masalah
pemberitaan mengenai konflik KPK-Polri sebagai masalah politk dan hukum.
Sedangkan Detik sebagai masalah politik yang terkait dengan upaya kriminalisasi
terhadap KPK. Dalam memperkirakan penyebab masalah Tempo menilai
penyidikan yang dilakukan KPK yang membuat konflik meluas, sedangkan Detik
menilai tindakan Polri terhadap KPK yang menuai pro dan kontra. Dalam
memberikan keputusan moral, Tempo menggambarkan KPK secara positif karena
telah menjalankan tugasnya sebagai lembaga antikorupsi dan telah melalui proses
hukum di KPK. Sedangkan Detik melihat tindakan Kepolisian sebagai upaya
kriminalisasi dan pelemahan terhadap KPK. Tempo menekankan penyelesaian
sebaiknya Presiden membatalkan pencalonan Budi Gunawan dan membebaskan
Bambang karena Polri belum mengantongi bukti yang kuat. Sedangkan Detik
menuliskan Presiden harus menyelamatkan KPK dan membebaskan Bambang.
Peneliti menyimpulkan bahwa kedua media memiliki pemilihan dan
penonjolan isu yang berbeda dalam pemberitaannya. Peneliti menyarankan agar
kedua media mengurangi penggunaan anonim dalam menampilkan fakta agar
berita lebih komprehensif.
ABSTRACT
Mercyella Daeng Kanang, 210110100260. 2015. News Reports of KPK-Polri
conflict in Tempo and Detik Magazine: Robert M. Entman's Framing analysis
model on conflict between KPK and Polri in Tempo and Detik Magazine, January
26th-February 1st edition. Main thesis adviser Dr. H. Aceng Abdullah, M.Si, 2nd
thesis adviser Maimon Herawati, S.Sos, M.Litt. Journalistic Department. Faculty
of Communication Padjajaran University, Jatinangor.
The results of this research shows that Tempo identifies the problem of
KPK-Polri as political and law matters. Whereas Detik identifies it as political
matters that leads to criminalization towards KPK. On diagnose causes of the
problem, Tempo states KPK's investigation makes the conflict spreading, while
Detik thinks the action of Polri to KPK reaps pros and cons. Tempo explain that
KPK operated their job in the right track as anti-corruption institute. On morally
judged Tempo has given a positive pictorial to KPK as they have done their job
well. Detik saw Indonesian police act as the criminalization and weakening of
KPK. Tempo suggest recommendation that President Jokowi should cancel the
nomination of Budi Gunawan and free Bambang Widjojanto because Polri has
not the strong evidence just yet. In the meantime, Detik has written that President
Jokowi should save KPK and free Bambang Widjojanto.
Researcher concludes that both medias have differences on options and
issues salience. Researcher suggests to Tempo and Detik to reduce ‘anonymous’
usage on showing facts so it could be more comprehensive.