Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

(1)

Tempo

Oleh :

Fahdi Fahlevi NIM. 106051001761

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan dan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S.Kom.I) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/ 2013

Oleh :

Fahdi Fahlevi NIM. 106051001761

Dosen Pembimbing

Gun Gun Heryanto, M.Si NIP. 19760812200501 1 005

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Mei 2013


(4)

Skripsi berjudul Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarofah, MA

NIP. 19630515 1992031006 NIP. 19710816 1999703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

H. Zakaria, MA Prof. Andi Faisal Bakti, Ph.D

NIP. 197209072003121003 NIP. 19621231 198803 1 032

Pembimbing

Gun Gun Heryanto, M.Si

NIP. 19760812 200501 1 005


(5)

i

Fahdi Fahlevi

Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah Di Majalah Tempo

Pemberitaan Majalah Tempo pada bulan Februari membahas tentang kasus penyerangan penganut Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Pada proses penyusunan pemberitaan Ahmadiyah di Cikeusik, Majalah Tempo mendapatkan sejumlah pengaruh intern dan ekstern organisasi media tersebut. Terdapat hirarki pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari 2011. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Faktor apa saja yang berpengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari? Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metodologi kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori hirarki pengaruh yang dikembangkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori hirarki pengaruh ini berbicara tentang bagaimana pengaruh internal dan eksternal sebuah organisasi media mempengaruhi pemberitaan sebuah media. Pada teori hirarki pengaruh terdapat beberapa tingkatan atau level yaitu level individu, level rutinitas media, level organisasi media, level ekstra media dan level ideologi. Diantara kelima level tersebut memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

Majalah Tempo Tempo didirikan pada tahun 1971, pada awal masa

pemerintahan Orde Baru. Para pendiri majalah ini seluruhnya adalah “angkatan 66”, yang pada masa itu bergabung dengan mahasiswa dan militer untuk meruntuhkan pemerintahan Soekarno. Para wartawan muda itu diantaranya adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Cristianto Wibisono, Yusril Djalinus dan Putu Wijaya yang pada akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan Majalah Tempo.

Temuan pada penelitian adalah menunjukan bahwa pengaruh-pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo adalah kepada pengaruh secara langsung dari level individu pekerja media atau dalam hal ini reporter yang mencari data di lapangan mengenai Ahmadiyah dan pada pengaruh rutinitas media yang direpresentasikan oleh rapat redaksi yang terjadi pada proses penyusunan pemberitaan di Majalah Tempo. Sedangkan pengaruh lain yang berpengaruh adalah lebih kepada secara tidak langsung yaitu pengaruh organisasi media yang mempengaruhi lewat dewan direksi yang berasal dari mantan wartawan majalah Tempo, lalu dari pengaruh ekstra media yang dalam hal ini adalah Aliansi Jurnalis Independen yang notabenenya banyak wartawan atau pekerja Majalah Tempo yang bergabung denga organisasi ini dan yang tterkahir adalah pengaruh melalui ideologi Majalah Tempo yang menjunjung nilai demokrasi dan pluralisme.

Pengaruh-pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari menunjukan bahwa Majalah Tempo sebagai sebuah media yang telah mapan dalam pengelolaan telah memiliki pola dalam proses pembentukan sebuah pemberitaan dengan membentuk rutinitas media yang berpengaruh dalam pemberitaan. Faktor individu menjadi cukup berpengaruh ketika dalam pengambilan data dan angle pemberitaan Majalah Tempo.


(6)

ii

Demi Dia yang bersumpah dengan waktu, alam semesta dan segala keindahannya, saya sematkan puja dan puji untukNya. Dengan setetes cinta yang tak berbanding, Dia kuatkan sendi-sendi perjuangan dan kesabaran dalam mendayuh hidup ini. Semoga rasa syukur yang kurang ini, Engkau terima ya Allah. BersamaMu, saya bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnahkan ikhtiar untuk sebuah episode yang lebih bermakna.

Bagimu baginda Islam, saya haturkan shalawat untuk kemuliaan dan ketangguhanmu. Risalah kenabianmu kini menjadi dambaan setiap ummat yang menginginkan kedamaian dan ketenteraman hidup di dunia dan akhirat. Semoga dengan bimbingan dan nasihatmu, saya menjadi muslim yang tangguh dan bermanfaat bagi agama, bangsa dan sesama manusia. Engkaulah Muhammad Rasulullah, saya bersaksi.

Terimakasih yang teristimewa saya persembahkan pada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

3. Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(7)

iii

5. Drs. Studi Rizal LK, M.A, Pudek III Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 7. Umi Musyarofah, M.A, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

8. Gun Gun Heryanto, M.Si, dosen pembimbing yang senantiasa selalu memberi pencerahan, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan. 10.Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

11.Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

12.Orangtuaku yang senantiasa menghaturkan selalu memanjatkan doa dan bekerja keras untuk anaknya. Untuk almarhum nenekku Nyimas Nurhayah dan tanteku Sautul Azani yang selalu memberikan kasih sayang kepadaku. Kalianlah alasanku melakukan ini semua.


(8)

iv pada mahasiswa FIDKOM.

14.Nuris Annisa, terima kasih karena pernah jadi cahaya kecil yang indah di hidupku.

15.Sahabat karibku, Dany ”Begenk” Pratama, Andry ”Joey” Bakabon,

Edryanto ”Betot”, Edith Adinda Putri, Rafli Januar Ardian, Hasty

Wulandari, Kadek Adi dan Ajay. Semoga kita sukses bersama dan Take A Cheese pasti akan jadi kenyataan kawan.

16.Kawan-kawan seperjuangan di kampus, Abdul Rohman, Aditia Rizal, Kharisma Dimas Syuhada, Sirajudin Arrido, Rezki Puji Lestari, Sabir Laluhu, David Noviardi, Aang Ibnu Sihab, Dany Permadi, Zainudin, Dirga Maulana dan Shulhan Rumaru. Terima kasih karena telah menemani proses ini bersama.

17.Teman-teman KPI A, B, C dan D angkatan 2006 yang senantiasa saling berbagi dalam suka dan duka selama menjalani perkuliahan, serta selalu memberikan dukungan dan nasihat positif. Semoga kesuksesan selalu menjadi takdir kalian.

18.Kawan-kawan Garuda, Angga, Dzaly, Unyil, Iyung, Bongkeng, Kuro, Togar, Budi, Bun-bun, Putri, Nunu. Semoga kalian selalu menjadi Garuda yang gelisah dan tercerahkan. Terbang Tinggi Tak Lupa Bumi.

19.Pengurus BEM FIDKOM, pengurus BEMJ KPI, kawan-kawan kader HMI Komfakda yang senantiasa selalu tercerahkan, kawan-kawan Logika yang selalu kritis, kawan-kawan terutama Tapir, Tami, Gana, Aim, Dwi, Wilda,


(9)

v

20.Untuk seluruh staf dan kawan sekerja di Pusat Data dan Analisa TEMPO (PDAT), Bang Mail, Bapak Suyatmin, Mbak Asih, Bang Bekti, Pak Pri, Pak Dar dan kawan-kawan lainnya yang telah memberikan bantuan dalam skripsi dan menularkan semangat pencerahan serta loyalitas tanpa batas kepada TEMPO.

21.Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.

Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan segenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 20 Mei 2013


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Hirarki Pengaruh ... 16

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media ... 17

a. Faktor Latar Belakang dan Karakteristik ... 17

b. Faktor Nilai Nilai dan Kepercayaan ... 18

2. Level Rutinitas Media ... 19

a. Audiens (consumer) ... 19

b. Organisasi Media (processing) ... 20

c. Sumber Berita (supplier) ... 21

3. Level Pengaruh Organisasi ... 22

4. Level Pengaruh Luar Organisasi ... 24

a. Sumber Berita ... 24

b. Pemasang Iklan ... 25

c. Kontrol Pemerintah ... 25

d. Pangsa Pasar ... 26


(11)

vii

B. Konseptualisasi Media Massa ... 29

1. Pengertian Media Massa ... 29

2. Media Massa dan Komunikasi Massa ... 30

C. Konseptualisasi Berita ... 31

1. Definisi Berita ... 31

2. Kategori Berita ... 32

3. Nilai Berita ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA A. Profil Majalah Tempo ... 35

1. Sejarah Bedirinya Majalah Tempo ... 35

2. Struktur Organisasi Majalah Tempo ... 37

3. Visi dan Misi Majalah Tempo ... 38

B. Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia ... 39

1. Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia ... 39

2. Peristiwa Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik ... 41

BAB IV HIRARKI PENGARUH PADA PEMBERITAAN AHMADIYAH DI MAJALAH TEMPO A. Pembahasan Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Majalah Tempo ... 43

1. Proses Penyusunan Pemberitaan di Majalah Tempo ... 43

a. Rapat Kompartemen ... 44

b. Rapat Besar ... 45

c. Pencarian Data dan Bahan Berita ... 45

d. Rapat Redaksi dan Rapat Opini ... 46


(12)

viii

1. Level Individu ... 48

a. Reporter atauCalon reporter ... 49

b. Penulis ... 50

2. Level Rutinitas Media ... 52

a. Sumber Berita (supplier) ... 52

b. Audiens (consumers) ... 54

c. Pengolahan Pemberitaan (proccesing) ... 58

3. Level Organisasi Media ... 62

4. Level Ekstra Media ... 70

5. Level Ideologi ... 76

B. Analisis Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo ... 79

1. Pengaruh Level Individu Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo ... 80

2. Level Pengaruh Rutinitas Media Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo ... 87

3. Level Pengaruh Media Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo ... 91

4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media Pada Pemberitaan Ahmadiyah di Maj alah Tempo ... 94

5. Level Pengaruh Ideologi Terhadap Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah tempo ... 101

C. Interpretasi Data ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(13)

ix

BAB II

1. Bagan 1 Teori hirarki pengaruh ... 16

BAB III 1. Bagan 1 Struktur Organisasi PT. Tempo Inti Media TBK ... 38

BAB IV 1. Bagan 1 Proses Penyusunan Pemberitaan di Majalah Tempo ... 44

2. Bagan 2 Pola Rutinitas Media ... 52

3. Gambar 1 Rubrik Surat Pada Majalah Tempo ... 56

4. Tabel 1 Jenis Jenis Rapat Pada Majalah Tempo ... 59

5. Bagan 3 Struktur Organisasi PT. Tempo Inti Media TBK ... 63


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Media pada dasarnya adalah saluran dimana seseorang dapat menyatakan gagasan, isi jiwa atau kesadarannya atau dengan kata lain media adalah alat untuk menyampaikan gagasan.1Media sebagai alat informasi menjadi sangat penting pada kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Ini dikarenakan kebutuhan yang besar dari masyarakat akan informasi. Informasi menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi masyarakat.

Media pun memiliki kegunaan yang lain yaitu untuk mengedukasi masyarakat. Pemberitaan-pemberitaan kriminal contohnya dapat dijadikan alat edukasi bagi masyarakat untuk tidak melakukan perbuatan kriminal. Media pun dapat dijadikan sebagai penghibur bagi masyarakat. Sesuai dengan tiga fungsi dari media yaitu untuk memberikan informasi, mendidik dan menghibur.

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi ditandai dengan munculnya internet, dapat memudahkan lagi masyarakat untuk mengakses informasi.Bahkan masyarakat tidak hanya dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat tapi juga dapat memberikan informasi. Dengan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Friendster dan sebagainya, masyarakat dapat berinteraksi sekaligus dapat memberikan informasi sekaligus.

Perkembangan teknologi ini semakin mempermudah akses informasi.Informasi yang dahulu sangat susah didapatkan, kini lebih mudah

1


(15)

didapatkan dikarenakan kemajuan teknologi tersebut. Teknologi menurut Marshall McLuhan (1964) adalah perpanjang dari kapasitas manusia.Alat dan peralatan adalah perpanjangan dari kemampuan manusia, komputer adalah perpanjangan dari otak dan media adalah teknologi yang memperpanjang persepsi manusia..2Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh McLuhan dengan kemajuan teknologi tersebut khususnya di bidang media, masyarakat mendapatkan banyak kemudahan. Media seperti yang diungkapkan McLuhan adalah perpanjangan persepsi manusia.

Kemudahan mengakses informasi selain karena karena perkembangan teknologi komunikasi juga dikarenakan oleh faktor politik.Faktor politiknya adalah karena rezim saat ini memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada media.

Pasca pemerintahan Orde Baru media massa mendapatkan angin segar kebebasan. Kebebasan pers yang dahulu pada masa pemerintahan Presiden Soeharto mendapatkan banyak kekangan dari pemerintah pada saat itu, kini serasa mendapatkan kebebasannya.Pasca reformasi kebebasan pers berkembang pesat melampaui ruang dan waktu.3Media menjadi lebih leluasa untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa kekangan pemerintah.

Pada pemerintahan Orde baru untuk menerbitkan koran saja, pengusaha media diwajibkan untuk melalui sensor pemerintah. Pada tahun 1982, Departemen Penerangan mengeluarkan Peraturan Menteri Penerangan No. 1 Tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Dengan adanya SIUPP, sebuah

2

Andrew Murphie dan John Potts, Culture and Technology (New York: Palgrave Macmillan, 2003) h. 13

3

Rusman Ismail Mage, Industri Politik (Strategi Investasi Politik dalam Pasar Demokrasi ), (Jakarta: RMBOOKS, 2009) h. 69


(16)

penerbitan pers yang izin penerbitannya dicabut oleh Departemen Penerangan akan langsung ditutup oleh pemerintah. Oleh karena itu, pers sangat mudah ditutup dan dibekukan kegiatannya.Pers yang mengkritik pembangunan dianggap sebagai pers yang berani melawan pemerintah. Pers seperti ini dapat ditutup dengan cara dicabut SIUPP-nya.4

Kini setelah kebebasan pers yang telah dilaksanakan di Indonesia, telah terjadi kebalikan yang sangat kontradiktif dibanding pada masa Orde Baru, media menjadi lembaga yang sangat super dikarenakan media menjadi satu-satunya penyampai informasi kepada masyarakat.Jika pada masa Orde Baru media sangat dikekang, kini media dengan mudahnya membentuk opini di masyarakat.

Media massa memiliki kekuatan untuk menentukan isu apa saja yang dapat untuk dibicarakan oleh masyarakat. Media membentuk kesadaran masyarakat sesuai dengan apa yang disajikan oleh media tersebut. Memang kadang masyarakat dapat memilih berita apa saja sesuai dengan pilhannya tapi media tetap mengarahkan apa saja yang dijadikan diskursus.Kekuatan media dalam mengarahkan kecendrungan-kecendrungan pada masyarakat ini tentunya dipengaruhi lewat konten media sebagai medium untuk menentukan gagasan pada masyarakat.Realitas yang dibentuk oleh media adalah realitas simbolik yang dibentuk oleh media.Nyaris tidak ada realitas yang murni pada pemberitaan yang dibentuk oleh media.Realitas yang ada pada media adalah realitas simbolik yang dibentuk dan dimaknai kemudian didistribusikan ke masyarakat hingga akan berpengaruh pada citra.

4

Hady Nasution “Peranan pers dalam masyarakat demokrasi di Indonesia pada masa Orde


(17)

Citra yang dibentuk oleh media pada awalnya hanya berupa realitas simbolik yang dikonstruk oleh media, tetapi kemudian dapat ditafsirkan oleh khalayak sebagai realitas yang murni.Realitas terkonstruk pada giliran selanjutnya dijadikan opini publik.

Pembentukan opini publik menurut Hamad yang dikutip dari oleh Anwar Arifin pada umumnya media melakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu (1) menggunakan simbol-simbol (language of politic); (2) melaksanakan strategi pengemasan pesan(framing strategies) dan (3) melakukan fungsi agenda setting (agenda setting function).5Ketika melakukan langkah-langkah tersebut tentunya media dipengaruhi oleh faktor-faktor internal,misalnya kepentingan politik pengelola media, ideologi pengelola media.Bisa juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tekanan pasar atau iklan dan atau pengaruh kekuatan politik yang bisa dikatakan pemerintah atau partai politik.

Pengaruh-pengaruh internal dan eksternal kepada sebuah pemberitaan media ini disebut sebagai teori Hirarki Pengaruh Media yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese.Pemberitaan yang dikeluarkan oleh media dibentuk faktor internal dan eksternal.Faktor –faktor tersebut membentuk muka berita yang dikonsumsi oleh masyarakat.Masyarakat dibentuk kesadarannya sesuai dengan kepentingan media.

Menurut Shoemaker dan Reese faktor internal yang dapat mempengaruhi pemberitaan dari sebuah media adalah faktor individual (individual level), faktor rutinitas media (media routine level), faktor organisasi (organizational

5


(18)

level).Faktor-faktor tersebutlah yang membentuk konten media dari internal media itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal yang membentuk pemberitaan dari sebuah media adalah faktor ekstra media (extra media level) dan faktor ideology (ideology level).Dua faktor inilah yang dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media dari luar media tersebut.Contoh faktor dari ekstra media ini adalah seperti intervensi pasar atau iklan yang membentuk pemberitaan.Sehingga media tidak mungkin membuat pemberitaan yang bertentangan dengan kepentingan pasar yang selama ini membiayai kehidupan media.

Level-level pada Teori Hirarki Pengaruh tersebut yang diperkenalkan oleh Shoemaker dan Reesemempengaruhi pemberitaan oleh mediamassa. Seluruh media massa seperti koran, radio, televisi dan majalah. Majalah Tempo adalah salah satu media yang juga tidak luput dari teori Hirarki Pengaruh Media karena prosespemberitaan Majalah Tempo melalui level-level tersebut.

Majalah Tempo yang telah berdiri sejak Rezim Orde yaitu pada bulan April 1971 telah mengalami sepak terjang yang panjang dalam sejarah bangsa.Sebagai media yang pernah dibredel oleh Rezim Orde Baru, Tempo telah melewati masa pasang surut kebebasan pers. Tempo yang pada saat itu dibredel karena pembredelan tersebut terjadi karena Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut.6Pembredelan ini sebagai bukti kekritisan Majalah Tempo pada saat itu, hingga saat ini pun masih menunjukan kekritsannya pada rezim saat ini.Kekritisan

6

Fahcrul Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo : Konflik dan Pemberedelan, artikel ini diakses pada 31 Februari 2011 pukul 13.23 dari http;//id.Wikipedia.org/majalah tempo.


(19)

tersebut ditunjukan Majalah Tempo dalam banyaknya kritik-kritik kepada kebijakan pemerintah saat ini.

Kekritisan Majalah Tempo juga ditunjukan ketika mengkritisi Surat Keputusan bersama Tiga Menteri (SKB 3 Menteri) tentang nasib penganut aliran Ahmadiyah.Tempo mengkritisi pemerintah melalui pemberitaannya mengenai ketidak tegasan pemerintah yang justru menyulut kekerasan yang terjadi pada para pemeluk aliran Ahmadiyah.Peristiwa yang terjadi di daerah Cikeusik, Kabupaten Pandeglang Banten tersebut sendiri memakan korban tewas di kubu Ahmadiyah. Penyerangan ini sendiri disinyalir dilakukan oleh kelompok Islam yang menganggap bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat.

Ahmadiyah sendiri masuk Indonesia pada tahun 1920 yang dibawa oleh tiga pemuda dari Sumatera Tawalib,suatu pesantren Islam di Sumatera Barat meninggalkan negeri mereka untuk melanjutkan sekolah agama mereka. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan.7

Ahmadiyah sendiri terbagi menjadi dua yaitu Ahmadiyah Qadian dan AhmadiyahLahore.Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau Ahmadiyah Qadian).Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).8

Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore).Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan

7

Iwan Apriansyah “Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India” artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.50 dari http;//id.tribunnews.com/2011/01/15/berawal-dari-tiga-pemuda-sumbar-ke-india

8

Fandy Tarakan“Ahmadiyah” Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;//id.wikipedia/ahmadiyah.


(20)

Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35.9

Kelompok yang dianggap sesat adalah kelompok yang pertama yaitu kelompok Ahmadiyah Qadian, dikarenakan kelompok ini mempercayai bahwa ada nabi setelah nabi Muhammad SAW yaitu Mirza Ghulam Ahmad.10 Keyakinan kelompok ini tentunya ditentang oleh kelompok Islam lainnya di Indonesia yang menganggap bahwa kepercayaan mereka menodai kepercayaan agama Islam yang meyakini bahwa nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW. Kontroversi tentang kelompok ini dimulai ketika MUI yang waktu itu dipimpin oleh Buya Hamka mengeluarkan tentang fatwa sesat Ahmadiyah pada tahun 1984.11

Kontroversi ini berlanjut hingga kini yang berlanjut pada aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islam yang mengklaim bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan. Aksi-aksi kekerasan tersebut diantaranya adalah penyerangan Kampus Mubarok di Parung, Bogor, penyerangan Masjid Ahmadiyah di Kuningan dan yang terakhir terjadi adalah penyerangan rumah komunitas Ahmadiyah di Cikeusik,Pandeglang, Banten.

Kasus terakhir ini disulut oleh keluarnya SKB tiga Menteri yang melarang segala aktivitas keagamaan aliran Ahmadiyah.SKB ini seakan melegalkan kekerasan yang dilakukan oleh golongan-golongan Islam tersebut.Bahkan SKB ini menjadi dipolitisir oleh para pejabat daerah yang ingin menarik simpati warga yang kontra dengan keberadaan Ahmadiyah.Menurut aktivis Aliansi Nasional

9

Fandy Tarakan, Ahmadiyah.

10

Dildaar Ahmad“Kontroversi ajaran Ahmadiyah”Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;//id.wikipedia/ahmadiyah.

11


(21)

Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) Chandra Irawan SK ini adalah SK yang anti Pancasila yang melegalkan pembantaian warganya oleh negara.12

Bahkan beberapa pejabat daerah juga mendukung SK tersebut seperti contohnya yang dilakukan oleh gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah yangmengatakan sebaiknya 1.120 Jemaah Ahmadiyah yang ada di propinsinya segera bertobat dan insaf, dan yang lebih parah lagi yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo yang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 188/94/KPT/013/2011, menyatakan aktivitas Ahmadiyah di Jawa Timur dapat memicu atau menyebabkan terganggunya keamanan di Jawa Timur, melarang ajaran Ahmadiyah secara lisan tulisan maupun media elektronik, melarang memasang papan nama pada masjid, musholah, lembaga pendidikan dan melarang penggunaan atribut jemaah Ahmadiyah dalam segala bentuknya.13

Tentunya yang dilakukan oleh pejabat daerah ini adalah untuk menarik simpati warganya dan mengamankan jabatannya agar tidak terjadi gejolak di masyarakat padahal perilaku pejabat daerah ini justru memicu kekerasan yang berlanjut pada aliran Ahmadiyahkarena perilaku para pejabat daerah seakan menjadi pelegalan kekerasan terhadap Ahmadiyah.

Kasus demi kasus kekerasan yang terjadi pada pemeluk Ahmadiyah ini seakan berlarut-larut dan menjadi isu pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara.Begitu besar dampak kerugian yang dirasakan oleh para pemeluk Ahmadiyah.Kasus ini terus berulang dan terjadi pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh negara.

12

Chandra Dinata “Gus Dur dan pembelaan terhadap Ahmadiyah” artikel ini diakses

pada 2 September 2011 pada pukul 23.05 dari http;//gusdur.net/opini/detail

13


(22)

Saya melihat ada tiga hal yang yang menarik dari kasus Ahmadiyah yang terjadi di negara ini, bahwa sebenarnya kasus demi kasus Ahmadiyah selalu berulang dan seakan tidak ada solusi yang dapat menyelesaikan kasus kekerasan terhadap warga Ahmadiyah ini.

Dan yang kedua adalah ternyata kasus ini sudah dipolitisir oleh pihak-pihak yang memanfaatkan kasus Ahmadiyah. Para pejabat-pejabat daerah ynag ingin menaikkan popularitasnya memanfaatkan kasus Ahmadiyah sebagai cara untuk mendapatkan simpati masyarakat.

Yang ketiga adalah pemberitaan dari media yang selalu menimbulkan pro dan kontra tentang keberadaan Ahmadiyah. Bahkan pemberitaan dari media pun dapat memberikan pencerahan terhadap masyarakat tentang Ahmadiyah di satu sisi dan justru pemberitaan dari media dapat menyulut kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di sisi lain. Terlepas dari kepentingan apa yang ada di balik pemberitaan sebuah media.

Ketertarikan saya pada kasus Ahmadiyah ini terletak pada posisi media yang memberikan pemberitaan tentang Ahmadiyah dan apa saja sebenarnya yang mempengaruhi pemberitaan tentang Ahmadiyah di media massa khususnya majalah Tempo.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah saya susun di atas, maka disusunlah skripsi ini dengan judul :“Hirarki Pengaruh Pada Pemberitaan


(23)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal :

a.Fokus penelitian ini adalah pada hirarki pengaruh yang berlangsung pada sebuah pemberitaan di sebuah media.

b.Media massa yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Majalah Tempo.

c.Pemberitaan yang diteliti adalah tentang pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari 2011.

2. Mengacu pada pembatasan masalah pada skripsi ini maka perumusan masalah pada skripsi ini adalah :

Faktor apa saja yang berpengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apa saja pengaruh-pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari.

Sedangkan manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah: 2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat khasanah keilmuan komunikasi massa dengan pendekatan teori hirarki pengaruh bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.


(24)

b. Manfaat Praktis : Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh-pengaruh apa saja yang terjadi pada sebuah pemberitaan di sebuah media terhadap masyarakat

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, bertujuan menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.14

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15

Jenis metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Menurut John W. Creswell, studi kasus merupakan strategi penyelidikan, dimana peneliti mengekplorasi secara mendalam terhadap sebagian atau keseluruhan dari program, acara, aktivitas, maupun proses. Peneliti mengumpulkan informasi secara rinci dengan menggunakan berbagai proses pengumpulan data selama periode waktu yang berkelanjutan.16

14

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke 1, h 7.

15

Lexy J. Moeleng,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet ke 10, h 3.

16

John W. Creswell, Reserach Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches-3rded (California, SAGE Publications Inc, 2009), h. 13.


(25)

Dalam penelitian ini, peneliti mengeksplorasi pengaruh-pengaruh yang terjadi pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo.pada bulan Februari 2011.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara: Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan memperkuat data, maka peneliti melakukan wawancarabebas terpimpin (Semi Structured Interview) yaitu wawancara dengan menggunakan interview guide atau pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan.17 Peneliti mewawancarai Reporter Majalah Tempo, Redaktur Pelaksana Majalah Tempo, Redaktur Senior Majalah Tempo dan Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

b. Dokumentasi: Peneliti melakukan dokumentasi denganmengumpulkan data yang berasal dari buku-buku sebagai referensiyang berkaitan dengan objek penelitian. Mempelajari, menelaah dan mengkaji dokumen-dokumen tertulis yang terkait dengan hirarki pengaruh media pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo.Selain itu,ada pula penggunaan data-data yang bersumber dari internet berupa artikel-artikel media massa, dan laporan hasil penelitian lainnya.

c. Penelitian Partisipatoris: Peneliti melakukan magang di sumber data yaitu Majalah Tempo. Pada magang tersebut peneliti menggali keseharian yang terjadi dan jika terdapat kejadian yang berkaitan

17

Denzin, Norman K, Lincoln, Yvonna S, Handbook of Qualitative Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia.), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).


(26)

dengan penelitian dan berpotensi menjadi data, peneliti melakukan pencatatan.

3. Teknik Olah Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti mengolahnya dengan melakukan editing atau memeriksa kejelasan dan kelengkapan data, kemudian data dipelajari dan ditela’ah. Dalam penelitian ini peneliti menampilkan data yang menampilkan pengaruh-pengaruh yang terjadi pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo.

4. Model Analisis Data Kualitatif

Model analisis data kualitatif dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan model analisis alir (flow model). Model analisis alir

Peneliti melakukan analisis data dengan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan melalui hasil pengumpulan data, kemudian di deskripsikan secara konkret terkait pengaruh-pengaruh yang terjadi pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo.

5. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk,


(27)

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Tinjauan Pustaka

Peneliti telah melakukan tinjauan pada beberapa hasil penelitian terdahulu di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun di Perpustkaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ini. Peneliti tidak menemukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan hirarki pengaruh pemberitaan ahmadiyah di Majalah Tempo.namun ada penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Halimatus Syadiah, dengan skripsi yang berjudul “Hirarki Pengaruh Dalam Proses

Penyeleksian Berita Studi Pada Kebijakan Redaksi Liputan 6 SCTV”. Penelitian

tersebut bertujuanuntuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi si berita liputan 6? Dan Bagaimana kebijakan redaksi liputan 6 terkait dengan penyeleksian berita.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif fenomenologi, sementara jenis penelitiannya adalah analisis deskriptif.Hasil dari penelitian tersebut adalah setiap berita ternyata dipengaruhi sejumlah faktor yang kemudian menjadi pertimbangan bagi redaksi untuk menayangkan atau tidak berita tersebut.Faktor tersebut adalah individual pekerja media, faktor rutinitas media, faktor organisasional, faktor ekstra media dan ideologi.


(28)

Untuk lebih mudah memahami pembahasan pada penelitian skripsi ini, maka klasifikasi permasalahan dibagi dalam lima bab, pada masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang mengabstraksi keseluruhan bahasan. Bab ini memuat: latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI pada bab ini, membahas tentang kajian teoritis dan konseptual yang memuat tentang: Teori Hirarki Pengaruh Media Stephen D .Reese dan Pamela J. Shoemaker, konseptualisasi media massa dan konseptualisasi berita.

BAB III PROFIL Majalah Tempo dan Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia meliputi sejarah berdirinya Majalah Tempo, struktur Majalah Tempo,visi dan misi Majalah Tempo, sejarah berdirinya Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Ajaran Jemaat Ahmadiyah Indonesia.

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS adalah penyajian dan analisis data yang diperoleh dari Majalah Tempo terkait dengan pengaruh-pengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah

BAB V PENUTUP adalah bagian yang berusaha menarik kesimpulan dan saran dari seluruh masalah yang telah dibahas pada penulisan skripsi ini.


(29)

BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Hirarki Pengaruh

Teori Hirarki Pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese.Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh isi media. Yaitu pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh dari rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media (outside media level), dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi (ideology level).18

18

Pamela J Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating The Message (New York ,Longman Publisher : 1996) h. 60

individual level

media routines level

organization level

media routines level

ideological level


(30)

Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri.Pengaruh internal pada konten media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media.Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah masyarakat dan faktor eksternal lainnya.Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media.19

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media

Pemberitaan suatu media dan pembentukan konten media tidak terlepas dari faktor individu seorang pencari berita atau jurnalis.Arah pemberitaan dan unsur-unsur yang diberitakan tidak dapat dilepaskan dari seorang jurnalis. Pada pembahasan kali ini kita akan mendiskusikan tentang potensi yang mempengaruhi isi dari sebuah media massa dilihat dari faktor intra seorang jurnalis. Faktor-faktor seperti faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media atau jurnalis, perilaku,nilai dan kepercayaan dari seorang jurnalis dan yang terakhir adalah orientasi dari seorang jurnalis.

a. Faktor Latar Belakang dan Karakteristik.

Faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media menurut Shoemaker dan Reese dibentuk oleh beberapa faktor yaitu masalah gender atau jenis kelamin dari jurnalis, etnis, orientasi seksual,faktor pendidikan dari sang

19

Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A power balance perspective(Beverly Hills: Sage, 1991), h. 324


(31)

jurnalis dan dari golongan manakah jurnalis tersebut, orang kebanyakan atau golongan elit.20

Faktor-faktor latar belakang dan karakteristik dari seorang pekerja media tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi individu seorang jurnalis. Fokus kita kali ini adalah faktor latar belakang dan karakteristik seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan seorang jurnalis.Banyak perdebatan mengenai kompetensi seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan.Ini dikarenakan tingkat intelektualitas atau disiplin ilmu yang diambil seorang jurnalis ketika di bangku kuliah dapat mempengaruhi pemberitaan sebuah media.

b. Faktor Nilai-nilai dan Kepercayaan.

Faktor kedua yang membentuk faktor individual adalah faktor kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku pada seorang jurnalis.Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi sebuah pemberitaan yang dibentuk oleh seorang juranalis.Karena segala pengalaman dan nilai-nilai yang didapatkan secara tidak langsung dapat berefek pada pemberitaan yang dikonstruk oleh seorang jurnalis.Walaupun aspek kepercayaan, nilai-nilai tidak bisa terlalu kuat membentuk efek kepada seorang jurnalis dikarenakan kekuatan aspek organisasi dan rutinitas media yang lebih kuat.21

Tampak jelasbahwa sikapbeberapakomunikator, nilai-nilai dan keyakinan mempengaruhi beberapa konten setidaknya beberapa waktu, tetapi pernyataan tersebut praktis tidak berharga. Ketika komunikator memiliki kekuasaan lebih atas

20

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 64

21


(32)

pesan mereka dan bekerja di bawah sedikit kendala, sikap pribadi mereka, nilai-nilai dan keyakinan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempengaruhi isi.22

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese di atas bahwa nilai, perilaku dan kepercayaan yang dianut oleh sang jurnalis sebagai pencari berita tidak terlalu memberikan efek yang terlalu besar kepada sebuah pemberitaan, dikarenakan kekuatan yang lebih besar dari level organisasi media dan rutinitas media. Tetapi sedikit banyak faktor nilai, kepercayaan dan perilaku dari sang jurnalis dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan.

2. Level Rutinitas Media

Pada level ini mempelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi rutinitas media. Rutinitas media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan dan sebuah berita. Media rutin terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita ( suppliers ), organisasi media ( processor ), dan audiens ( consumers ).23Ketiga unsur ini saling berhubungan dan berkaitan dan pada akhirnya membentuk rutinitas media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media.

a. Audiens ( Consumer )

Untuk mengupas tentang level rutinitas media, pertama-tama kita akan membahas tentang unsur audiens. Unsur audiens ini turut berpengaruh pada level media rutin, dikarenakan pemilihan sebuah berita yang akan ditampilkan sebuah media yang pada gilirannya akan disampaikan pada audiens. Ketergantungan media terhadap audiens yang akan menghasilkan keuntungan bagi media, turut menjadi penyebab kenapa media sangat memperhatikan unsur audiens dalam

22

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 102

23


(33)

pemilihan berita. Jadi media sangat memperhatikan salah satunya adalah nilai berita yang akan diberitakan sebuah media.24

Media juga mempunyai tugas dalam mengemas suatu pemberitaan menjadi sebuah struktur cerita. Pada media cetak contohnya sebuah cerita pada media cetak harus mudah dibaca ( readable ), foto pada sebuah berita harus memiliki kaitan dengan sebuah cerita pada sebuah media cetak dan judul pada sebuah headlineharus memberikan perhatian langsung audiens terhadap sebuah

pemberitaan. Sebuah cerita pada pemberitaan merepresentasikan proses rutinitas “ apa yang sedang terjadi” dan membimbing reporter untuk menentukan mana fakta

yang bisa ditransformasikan menjadi sebuah komoditas pemberitaan.25

Di sisi lain media pun diharuskan untuk selalu membuat pemberitaan yang objektif, faktual dan terpercaya. Menurut Michael Schudson para reporter wajib menghibur audiens di satu sisi dan memberikan pemberitaan yang faktual pada satu sisi. Karena sebuah objektifitas pada sebuah media membantu sebuah media melegitimasi dirinya.Ini berkaitan dengan kredibilitas sebuah media yang membuat sebuah pemberitaan.26

Jadi pemberitaan sebuah media juga tidak selalu mengikuti apa kemauan dari audiens tapi juga mengikuti fakta-fakta apa saja yang berkembang di lapangan, dan inilah yang membentuk pembentuk pemberitaan sebuah media pada unsur audiens di level media rutin.

b. Organisasi Media ( Proccesing )

Unsur selanjutnya yang membentuk level rutinitas media adalah organisasi media atau pengolah pemberitaan ( proccesing ). Unsur yang paling berpengaruh

24

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 110

25

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 114

26


(34)

pada organisasi media adalah editor media atau yang biasa disebut sebagai

gatekeeper”.27 Editor pada setiap media adalah yang menetukan mana berita yang layak untuk diterbitkan atau tidak. Hasil pencarian berita oleh wartawan diputuskan oleh editor di meja redaksi.Jadi editor lah yang menetukan mana berita yang layak terbit. Kebijakan dari editor lah yang menentukan rutinitas sebuah media dalam menentukan pemberitaan.

c. Sumber Berita ( Suppliers )

Walaupun sumber berita tidak terlalu berdampak signifikan pada konten dari sebuah media, tetapi ketergantungan sebuah media dengan sebuah berita sedikit banyak dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan. Biasanya terjadi simbiosis mutualisme antara antara sumber berita dengan media yang mencari berita.Sebuah media mendapatkan bahan berita dengan mudah sedangkan sebuah lembaga mendapatkan pencitraan yang baik tentang lembaganya.

Rutinitas dari sebuah media memiliki pengaruh yang penting pada produksi isi simbolik. Mereka membentuk lingkungan dimana pekerja media melaksanakan pekerjaannya.28Dan pengaruh rutinitas ini berpengaruh secara alami karena bersifat keseharian dan terkesan tidak memaksa pekerja media.

Rutinitas dari sebuah media memiliki pengaruh yang penting pada produksi isi simbolik. Mereka membentuk lingkungan dimana pekerja media melaksanakan pekerjaannya.29Pengaruh rutinitas ini berpengaruh secara alami karena bersifat keseharian dan terkesan tidak memaksa pekerja media.

27

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 117

28

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 137

29


(35)

3. Level Pengaruh Organisasi

Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Pada level ini kita akan membahas pengaruh organisasi pada sebuah media kepada sebuah pemberitaan. Kita akan membahas seberapa kuat pengaruh pada level organisasi ini pada sebuah pemberitaan. Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media.

Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media.Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media.Ketikatekanan datanguntuk mendorong, pekerja secara individu danrutinitasmereka harustunduk padaorganisasi yang lebih besardantujuannya.30

Pengaruh dari organisasi level lebih besar dibandingkan dua level sebelumnya dikarenakan berhubungan dengan sesuatu pengaruh yang lebih besar, lebih rumit dan struktur yang lebih besar. Kebijakan dari pimpinan sebuah organisasi media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas.

Dalam organisasi media ada tiga tingkatan umum. Lini depan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri dari manajer, editor, produser dan orang lain yang mengkoordinasi proses dan memediasi komunikasi antara level bawah dan

30


(36)

levelatas yang mengeluarkan kebijakan organisasi. Eksekutif tingkat atas perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar.31

Semakin kompleksnya struktur organisasi pada sebuah media telah membuat sistem kebijakan pada sebuah media menjadi semakin hirarkis.Sistem birokrasi yang rumit antara pekerja media dengan para pemimpin media semakin menghilangkan sisi sensitif antar pemimpin media dengan pekerjanya.Dan ini adalah bentuk profesionalisme di dunia media.

Para pemimpin media tidak terlalu sering mengintervensi dan mempengaruhi sebuah berita secara spesifik, tetapi terkadang jika sebuah media mendapatkan intervensi dari sebuah institusi yang lebih berkuasa seperti pemerintah, pemimpin media akan langsung mengintervensi pemberitaan. Bahkan terkadang jika dibutuhkan atau mendesak, para pemimpin media terkadang mengintervensi melalui kebijakannya walaupun merubah rutinitas sebuah media.

Walaupun level ini tidak terlalu dikaji lebih dalam teori hirarki pengaruh media tetapi level organisasi pada teori ini memiliki banyak unsur yang harus dikritisi, seperti stuktur organisasi media, kebijakan pada sebuah media dan metode dalam menetapkan kebijakan.32Ini dikarenakan kebijakan perusahaan yang bersifat mengikat dan dapat mempengaruhi konten dari sebuah media.

Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media dan sifatnya mengikat pada pekerja

31

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 151

32


(37)

media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media.

4. Level Pengaruh Luar Organisasi Media

Level keempat dalam Teori Hirarki Pengaruh Media adalah level pengaruh dari luar organisasi media atau yang biasa disebut extra media level. Extra media level sendiri adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi.

a. Sumber Berita

Kita mulai pembahasan pengaruh extra media dari unsur sumber berita. Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu, contohnya adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.33

Contoh di atas menjelaskan bahwa media yang diberitakan oleh seorang jurnalis dapat dibentuk oleh sumber berita.Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi

33


(38)

bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara.

b. Pemasang Iklan

Unsur selanjutnya dari level ekstra media adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media.

Menurut J. H. Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese : “Sebuah konten

dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari teromper itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansial bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca.34

Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan pola konsumsi target konsumen.35Media dalam hal ini mencoba menyesuaikan pola yang konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan keuntungan sangat besar.

c. Kontrol Pemerintah

Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan

34

Shoemaker and Reese,Mediating The Message, h. 190

35


(39)

peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.

Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan media.Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan media bersangkutan dengan pusat kekuasaan. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di pemerintahan, maka kelompok tersebut akan mempengaruhi apa yang harus disampaikan oleh media.36

d. Pangsa Pasar

Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, dimana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.37Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri.

Komunitas media dimana media tersebut juga dapat mempengaruhi konten dari media itu sendiri. Komunitas media adalah lingkungan dimana media tersebut beroperasi, dan komunitas ekonomi tersebut sama seperti masalah sosial yang dapat berefek terhadap media itu sendiri.38

5. Level Pengaruh Ideologi

Level yang terakhir pada teori Hirarki Pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese adalah level pengaruh ideologi pada konten media. Pada level ini kita membahas ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka

36

Morisan,Teori Komunikasi Massa, h. 48

37

Shoemaker and Reese,Mediating The Message h. 209

38


(40)

menghadapinya. Berbeda dengan level pengaruh media sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Level ini berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara pembentukan sebuah konten media nilai-nilai, kepentingan dan relasi kuasa media. Pada level ideologi ini kita melihat lebih dekat pada kekuatan di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, dan kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral.Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan yang berkuasa.39

Level ini berbicara lebih luas mengenai bagaimana kekuatan-kekuatan yang bersifat abstrak seperti ide mempengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa. Fokus pada level ini melihat lebih jauh bagaimana ideologi kelas yang berkuasa mempengaruhi sebuah pemberitaan bukan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang bersifat mikro tapi kepentingan kelas yang berkuasa.

a. Media dan Kontrol Sosial

Media sebagai salah satu agen perubahan sosial, juga memiliki kemampuan untuk memberikan penafsiran atau dapat mendefinisikan situasi yang membuatnya memiliki kekuatan ideologi. Ini sangat berkaitan dengan hubungan media dengan kekusaan, karena media dapat mentransmisikan bahasa yang dapat melanggengkan kelompok yang berkuasa. Hegemoni dari ide-ide pun hanya dapat

39


(41)

berjalan efektif dan menemukan kekuatannya tatkala ia menggunakan bahasa hanya sebagai alat dominasi, sekaligus alat represif.40Media memilki kekuasaan ideologis sebagai mekanisme ideologi sosial dan fungsi kontrol sosial.

b. Kekuasaan dan Ideologi : Menurut Paradigma Marxis

Sebagaimana pandangan para pemikir Marxis klasik yang memandang bahwa media sebagai alat bantu dari kelas yang dominan dan media menyebarkan ideologi dari dorongan yang berkuasa dalam masyarakat dang dengan demikian menindas golongan-golongan tertentu.41 Media memiliki andil besar dalam menyalurkan gagasan-gagasan kelas yang dominan sebagai cara untuk mengusai kelas yang tertindas. Situasi ini terjadi karena media memiliki kuasa di balik media yang mempengaruhi sebuah pemberitaan.

Menurut John Thompson seperti yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese, ideologi berbicara tentang makna dalam pelayanannya kepada kekuasaan.Oleh karena itu studi ideologi mengharuskan kita untuk menyelidiki cara di mana makna dikonstruksi dan disampaikan oleh bentuk simbolik lewat berbagai bentuk.42 Proses penyampaian secara simbolik makna yang dikuasai oleh kelas berkuasa ini adalah melalui media.

Pada level seperti apa yang dijelaskan di atas lebih banyak mempelajari relasi antar kuasa dan media melalui perspektif teori kritis. Kita akan melihat bagaimana media membentuk kesadaran pada khalayak dan menciptakan ide-ide palsu melalui proses simbolik. Fokus kajian kritis media adalah pada kelas dominan yang memanfaatkan media untuk memanipulasi kesadaran khalayak atau

40

Listiyono Santoso, dkk., Epistemologi kiri (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) h. 24

41

Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9th ed. (Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009) h. 432

42


(42)

individu.Hal ini dilakukan dengan memanipulasi gambaran dan simbol untuk kepentingan kelompok yang dominan.

B. Konseptualisasi Media Massa 1. Pengertian Media Massa

Menurut Denis McQuail seperti yang dikutip oleh Morissan media massa adalah alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa ini mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lain-lainnya.43

Media massa sebagai alat atau teknologi dalam menyampaikan pesan pada proses komunikasi massa memiliki kemampuan dalam mencapai berbagai skala meliputi skala yang luas maupun terbatas. Definisi lain tentang media massa dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat yaitu jenis media yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.44

Khalayak dalam penerimaan pesan melalui media massa bersifat heterogen karena khalayak yang dituju sangat luas hingga bersifat heterogen. Pesan yang disampaikan pun bersifat sama kepada seluruh khalayak sehingga tidak terjadi perbedaan dalam pesan yang disampaikan kepada khalayak. Menarik kesimpulan tentang definisi media massa yang disampaikan oleh dua tokoh di atas, media massa adalah alat untuk menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa

43

Morissan,Teori Komunikasi Massa, h. 1

44

Jalalludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) h. 36


(43)

kepada khalayak yang sangat luas, heterogen dan anonim dalam waktu yang serentak dan dengan skala yang luas.

2. Media Massa dan Komunikasi Massa

Sebagai medium atau teknologi yang mendukung proses komunikasi massa, media massa memiliki andil besar dalam proses penyaluran komunikasi massa. Semakin majunya teknologi media turut mempermudah proses komunikasi massa. Menurut Littlejohn dan Foss komunikasi massa sendiri memiliki definisi proses yang dilakukan oleh perorangan, kelompok masyarakat atau organisasi besar yang membuat dan mentransimisikan pesan melalui medium kepada masyarakat luas dan heterogen. Proses feedback dalam proses komunikasi massa pun bersifat tertunda dan secara tidak langsung.45 Dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa proses komunikasi massa tidak akan berlangsung tanpa bantuan medium atau dalam konteks ini adalah media massa.

Menurut Harold Lasswell fungsi utama media massa adalah pengamatan, hubungan dan transmisi. Oleh sebab itu yang penting dalam komunikasi massa adalah media itu sendiri. Organisasi media menyebarkan pesan yang mempengaruhi dan menggambarkan budaya masyarakat dan media memberikan informasi kepda audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari kekuatan institusi masyarakat46

Betapa besar peran yang dimiliki media dalam proses komunikasi massa dan kehidupan manusia sehingga seorang pemikir seperti Marshall Mcluhan mengagas teori technological determinism. Technological determinism meyatakan

45

Stephen Littlejohn and Karen A. Foss, Encyclopedia of Communication Theory

(California: Sage Publication,2009) h. 623

46


(44)

teknologi seperti media massa memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat atau dengan kata lain, kehidupan manusia ditentukan oleh teknologi.47

Lahirnya media baru seperti internet turut membantu proses komunikasi massa menjadi lebih cepat dan memberikan jangkauan yang lebih luas dalam proses transmisi pesan kepada khalayak. Menurut pandangan Paul Levy internet sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia yang demokratis.48 Kehadiran internet dengan berbagai keunggulannya turut mendorong adanya media massa yang demokratis karena proses penyampaian informasi tidak hanya dimonopoli satu institusi tapi dapat dilakukan oleh perseorangan. Lahirnya new media sangat memberikan perubahan yang besar dalam proses komunikasi massa.

C. Konseptualisasi Berita 1. Definisi Berita

Sebuah berita adalah hal yang sangat tidak bisa dipisahkan dengan media massa. Menurut Paul De Massener yang dikutip oleh A.S Haris Sumadiria, berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.49 Faktor seberapa penting sebuah berita pada sebuah masyarakat pun menjadi faktor penting pada sebuah pemberitaan. Selain itu kebutuhan akan sebuah informasi pun dapat mempengaruhi sebuah pemberitaan.

Definisi lain tentang berita dikemukakan oleh Dean M. Lyle Spencer, berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian

47

Morissan,Teori Komunikasi Massa, h. 31

48

Littlejohn and Foss, Theories of Human Communication, h. 415

49

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung, Simbiosa Rekatama Media: 2006) hlm 64


(45)

sebagian besar pembaca.50Seperti yang saya sebutkan di atas sebuah berita harus menarik perhatian pembaca, maka pengemasan sebuah pemberitaan pun sangat penting karena dapat menarik minat perhatian dari pembaca.

Hal ini diperkuat oleh William S. Maulsby yang mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang penting dan baru terjadi.51Berita adalah penuturan secara benar sesuai fakta tetapi tidak memihak, dalam artian berita harus keberimbangan faktor keberimbangan sebuah berita dalam kontennya. Di sisi lain faktor kebaruan sebuah berita pun berpengaruh dalam sebuah pemberitaan, karena sisi menarik dari sebuah berita adalah kebaruannya.

AS Haris Sumadiria menarik kesimpulan definisi berita dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, menurutnya definisi-definisi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui berbagai media secara berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media on line seperti internet.52

2. Kategori Berita

Berita dapat dikategorikan menjadi dua yaitu soft news dan hard news. Pengertian dari hard news adalah berita yang punya arti penting bagi banyak pembaca, pendengar dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang terkini yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik, hubungan luar

50

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung, Simbiosa Rekatama Media: 2006) hlm 64

51

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, hlm 64

52


(46)

negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan, pasar finansial dan sebagainya.53

Berita hard news memiliki arti penting karena isi dari berita tersebut berisi kejadian-kejadian yang memiliki efek bagi orang banyak. Hard news walaupun memiliki arti yang penting, karena isinya kurang menarik bagi banyak orang dan mengikuti perkembangan beritanya setiap hari.54

Selanjutnya adalah pengertian dari soft news, soft news adalah berita ringan, biasanya kurang penting karena isinya menghibur, walau kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis ini sering kali bukan berita terbaru. Di dalamnya memuat berita human interest atau jenis rubrik feature.55 Konten dari berita ini lebih ringan daripada hard news karena hanya berisi berita yang menghibur dan tidak membutuhkan keseriusan dalam membacanya.

3. Nilai Berita

Dalam pengemasan sebuah berita sebuah media harus mempertimbangkan faktor nilai berita dalam pemberitaannya.Menurut Downie Jr dan Kaiser nilai berita adalah kriteria dalam menyeleksi berita.56Nilai Berita (News Value) adalah unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita yang dapat menarik perhatian khalayak pembaca atau pemirsa.57

Menurut Reese ada beberapa nilai berita yaitu faktor pentingnya sebuah pemberitaan (Importance), faktor kemanusiaan (Human interest), faktor konflik atau kontroversi pada sebuah pemberitaan (conflict/controversy), faktor

53

Tom E. Rolnicki, Pengantar dasar jurnalisme (Bandung: Rosda Karya,2004) h. 2

54

Tom E. Rolnicki, Pengantar dasar jurnalisme, h. 3

55

Tom E. Rolnicki, Pengantar dasar jurnalisme, h. 3

56

Hikmat kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik,. h. 58

57

Asep Yudha Wirajaya, Nilai Berita, artikel ini diakses pada 21 Agustus 2011 dari http://www.Pelitaku.com/index/nila-berita


(47)

ketidakbiasan sebuah berita yang diberitakan (the unusual), faktor keaktualan sebuah berita (timeliness), dan terakhir faktor kedekatan sebuah pemberitaan dengan audiens (proximity).58

58


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM

MAJALAH TEMPO DAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

A. Profil Majalah TEMPO

1. Sejarah Berdirinya Majalah TEMPO

Tempo didirikan pada tahun 1971, pada awal masa pemerintahan Orde

Baru.Para pendiri majalah ini seluruhnya adalah “angkatan 66”, yang pada masa itu bergabung dengan mahasiswa dan militer untuk meruntuhkan pemerintahan Soekarno.59 Para wartawan muda itu diantaranya adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Cristianto Wibisono, Yusril Djalinus dan Putu Wijaya yang pada akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan Majalah Tempo. Sebagai kantor mereka menjadikan satu blok gedung di jalan Senin Raya nomor 83, Jakarta Pusat. Pada tanggal 6 maret 1971, terbitan perdana Tempo kemudian dilahirkan dengan Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya.60Yayasan Jaya Raya yang memilki hubungan kerjasama dengan Tempo sendiri adalah bagian dari Grup Pembangunan Jaya yang dimilki oleh pengusaha Ciputra.61

Edisi pertama Tempo laku sekira 10.000 eksemplar. Disusul edisi kedua yang laku sekira 15.000 eksemplar..Selanjutnya, oplah MajalahTempoterus meningkat pesat hingga pada tahun ke-10, penjualan Tempo mencapai sekira 100.000 eksemplar.62

59

Janet Steele, Wars Within : The Story of Tempo an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia , (Jakarta, Equinox Publishing Indonesia:2005) h. 3

60

Fahcrul Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo : Konflik dan Pemberedelan, artikel ini diakses pada 31 Februari 2011 pukul 13.23 dari http;//id.Wikipedia.org/majalah-tempo

61

Janet Steele, Wars Within, h. 61

62

Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pemberedelan


(49)

Pada 12 April 1982, di usia yang ke-12 tahun, Tempo dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo (Menteri Penerangan). Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan harian Pos Kota.63Pembredelan tersebut terjadi karena Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut.64

Pada Juni 1994, Majalah Tempo memberitakan kisah tentang pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur oleh Pemerintah Orde Baru. Kisah terfokus pada harga pembelian kapal perang tersebut, dan mengungkap konflik antara Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan Mar”ie Muhammad. Karena pemberitaan ini Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Majalah Tempo dicabut oleh Menteri Penerangan Harmoko, karena pemberitaan tersebut dianggap sebagai penggangu stabilitas Pers Pancasila.65

Jatuhnya Presiden Soeharto pada reformasi 21 Mei 1998 dan naiknya B.J Habibie sebagai Presiden memberi angin segar bagi masa depan Majalah Tempo. Presiden kala itu B.J Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya untuk terbit kembali.Pada tanggal 6 Oktober 1998 Majalah Tempo terbit setelah bredel dicabut.66

63

Janet Steele, Wars Within, h. 107

64

Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pemberedelan

65

Janet Steele, Wars Within, h. 234

66


(50)

2. Struktur Organisasi Majalah Tempo

Struktur organisasi Majalah Tempo terdiri dari : 1. Komisaris

2. Direksi 3. Biro SIM

4. Corporate Secretary 5. Departemen Produksi 6. Redaktur Majalah 7. Redaktur Pelaksana 8. Penanggung Jawab Rubrik 9. Redaktur Bahasa


(51)

Sumber: Pusat Data dan Analisa TEMPO (PDAT)

3. Visi Dan Misi Majalah Tempo

a. Visi.

Menjadi acuan dalam proses memingkatkan kebebasan rakyat untuk berfikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan kebebasan berpendapat.

b. Misi

1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.


(52)

2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik.

3. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan terampil visual yang baik.

4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik.

5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuam jaman.

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.

B. Profil Jemaat Ahmadiyah Indonesia 1. Sejarah Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Ahmadiyyah adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid.Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi dua kelompok.Pengikut kelompok ini di Indonesia membentuk organisasi bernama Jemaat Ahmadiyah Indonesia.67

Ahmadiyah sendiri masuk Indonesia pada tahun 1920 yang dibawa oleh tiga pemuda dari Sumatera Tawalib, suatu pesantren Islam di Sumatera Barat

67

Fandy Tarakan“Ahmadiyah” Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;//id.wikipedia/ahmadiyah.


(53)

meninggalkan negeri mereka untuk melanjutkan sekolah agama mereka. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan.68Ketiga pemuda Indonesia itu melanjutkan studi mereka di Madrasah Ahmadiyah.Tidak lama kemudian mereka merasa perlu membagi berkat karunia Tuhan yang telah mereka terima itu dengan rekan-rekan mereka di Sumatera Tawalib.Mereka mengundang rekan-rekan pelajar mereka di Sumatera Tawalib untuk belajar di Qadian.

Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a..Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian.Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh.69

Periode 1980-an adalah periode perjuangan sekaligus penekanan dari pemerintah dan para ulama. Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Majelis Ulama Indonesia merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyatakan Ahmadiyah sebagai non-Islam.Banyak Ahmadi yang menderita

68

Iwan Apriansyah “Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India” artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.50 dari http;//id.tribunnews.com/2011/01/15/berawal-dari-tiga-pemuda-sumbar-ke-india

69

Nadri Saadudin, Mengundang Ahmadiyah Ke Indonesia, artikel diakses pada 10 Mei 2011 dari http://www.thepersecution.org/index/indonesia/mengundang-ahmadiya-ke-indonesia


(54)

serangan secara fisik.Selanjutnya MUI menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat.70

Tahun 2000 warga Ahmadiyah berhasil menggapai mimpi lamanya untuk mendatangkan pimpinan Ahmadiyah internasional yang berkedudukan di London, Inggris, ke Indonesia. Tahun 2005, MUI menegaskan kembali fatwa sesat kepada Ahmadiyah. Akibatnya, banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik.Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam.71

2. Peristiwa Kekerasan Terhadap Jemaat Ahmadiyah di Cikeusik

Pada hari minggu tanggal 6 Februari 2011 tepatnya pada pukul 10.45 WIB sebuah peristiwa berdarah kembali terjadi.Peristiwa yang berlokasi di desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten ini adalah peristiwa bentrokan antara warga dengan para penganut Jemaat Ahmadiyah. Bentrokan ini mengakibatkan 3 orang tewas dan 6 orang lainnya terluka.72

Menurut sudut pandang Lukman seorang tokoh masyarakat dari Cikeusik peristiwa berdarah ini dipicu oleh sekeliompok masyarakat yang menginginkan

70

Iwan Apriansyah, Dibantai DI/TII Hingga Peristiwa Cikeusik, artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 21.15 dari http://www.tribunnews.com/2011/11/15/Dibantai-DI-TII-Hingga-Peristiwa-Cikeusik

71

Iwan Apriansyah, Dibantai DI/TII Hingga Peristiwa Cikeusik.

72

Agung Sedayu, Pasca Bentrok Ahmadiyah, Cikeusik Mencekam, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;//www.tempointeraktif/nasional


(55)

agar Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri.Namun saat massa tiba, puluhan Jamaah Ahmadiyah yang berada di rumah Parman sudah siap dan mereka membawa berbagai jenis senjata tajam, seperti samurai, parang dan tombak. Sesaat kemudian, kata Lukman, salah seorang anggota Jamaah Ahmadiyah membacok lengan kanan Sarta hingga nyaris putus.73

Namun pernyataan tersebut ditentang oleh juru bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Ahmad Mubarik, yang menyatakan jumlah anggota Ahmadiyah di wilayah Cikeusik, Pandeglang, sangat sedikit.Karena itu, dia membantah tuduhan bahwa anggota Ahmadiyah telah menantang warga sekitar, sehingga terjadi bentrokan.74Juru bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini berasumsi bahwa tidak mungkin bertindak memprovokasi atau menantang karena pada saat kejadian jumlah mereka hanya sedikit dibanding warga yang menyerang.

Terlepas dari pihak mana yang memulai pertikaian ini, peristiwa ini tentunya sangat disayangkan. Ketika proses perdamaian antar pemeluk agama atau antar aliran kepercayaan sedang dilaksanakan justru kasus ini kembali bergejolak. Peristiwa yang menelan tiga korban yang tewas dan lima orang luka-luka ini seakan kembali membakar kembali pertikaian antar umat beragama.

Kasus ini menjadi perhatian serius semua pihak karena berkaitan dengan kebebasan memeluk agama dan pelanggaran HAM karena berhubungan dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh warga Cikeusik terhadap warga Ahmadiyah.

73

Poernomo G. Ridho, Enam Jamaah Ahmadiyah Tewas Diserang Warga Cikeusik, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;//www.tempointeraktif/nasional

74

Wasiul Ulum, Ahmadiyah: Tidak Mungkin Kami Menentang, artikel ini diakses pada 4 September 2011 dari http;//www.tempointeraktif/nasional


(1)

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo diantaranya berasal faktor individu reporter terjun ke lapangan.Pengaruh ini berasal dari nilai-nilai yang dianut oleh reporter tersebut.Reporter tersebut oleh nilai-nilai pluralisme yang dianut olehnya. Sedangkan pengaruh dari individu reporter ini adalah lebih kepada keprofesionalan dari reporter tersebut yang menerapkan prinsip cover both side sehingga pemberitaan tentang Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari telah memenuhi faktor keberimbangan sebuah pemberitaan. Faktor individu ini cukup berpengaruh pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo karena melibatkan wartawan atau reporter yang langsung ke lapangan untuk mencari data terkait pemberitaan ini.

Faktor kedua yang mempengaruhi pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari adalah faktor rutinitas media. Faktor ini menjadi pengaruh paling dominan pada pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo. Pengaruh rutinitas dipresentasikan oleh rapat-rapat pengambilan keputusan di Majalah Tempo. Rapat-rapat tersebut sifatnya mengikat dan menjadi pedoman bagi pengambilan kebijakan dan cara kerja awak Majalah Tempo. Representasi rutinitas media yang mempengaruhi pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo adalah proses pembentukan pemberitaan itu sendiri.


(2)

Pengaruh yang lain tapi tidak terlalu bersifat dominan adalah pengaruh organisasi media, pengaruh luar media dan pengaruh ideologi. Pengaruh tersebut hanya berpengaruh tidak langsung.Contohnya kebijakan organisasi media yang tidak terlalu kuat dikarenakan kepemilikan Majalah Tempo yang tidak dimiliki secara perseorangan sehingga tidak terjadi intervensi yang kuat dari individu-individu pemilik modal.

Pengaruh luar media pun tidak berpengaruh dikarenakan prinsip independensi Majalah Tempo sehingga tidak terdapat intervensi dari pembaca maupun dari lembaga swadaya masyarakat.

Pengaruh ideologi pun sifatnya secara tidak langsung dan sejalan dengan prinsip Majalah Tempo sebagai media yang memberitakan sesuai fakta dan mencerahkan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai hirarki pengaruh pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo pada bulan Februari, saya sebagai peneliti merasa perlu untuk memberikan saran kepada Majalah Tempo sebagai objek penelitian saya dan untuk penelitian selanjutnya tentang Majalah Tempo atau tentang hirarki pengaruh yang terjadi pada sebuah media.

Saran kepada penelitian selanjutnya adalah terutama pada konteks Majalah Tempo sebagai suatu institusi media yang memiliki independensi untuk selalu dapat menjunjung independensi media ini.


(3)

Pada konteks penelitian selanjutnya agar lebih komprehensif untuk lebih meneliti tentang hirarki pengaruh yang terjadi pada proses pemberitaan di sebuah media. Yaitu langsung pada pemimpin redaksi bahkan hingga ke tingkatan pemilik media tersebut.

Terakhir peneliti berharap khazanah penelitian tentang hirarki pengaruh pada sebuah pemberitaan di sebuah media semakin bertambah. Hingga menambah referensi keilmuan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arifin, Anwar. Opini Publik. Jakarta: Gramata Publishing, 2010.

Creswell, John W. Reserach Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches-3rd ed. California, SAGE Publications Inc, 2009. Deliarnov. Ekonomi Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.

Haris Sumadiria, A.S. Jurnalistik Indonesia. Bandung, Simbiosa Rekatama Media: 2006.

Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. Encyclopedia of Communication Theory California: Sage Publication,2009.

Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. Theories of Human Communication,9th ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Mallarangeng, Rizal. Dari Langit: Kumpulan Esai Tentang Manusia dan Kekuasaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2008.

Mage, Rusman Ismail. Industri Politik: Strategi Investasi Politik dalam Pasar Demokrasi. Jakarta: RMBOOKS, 2009.

Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993.

Morissan. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Murphie, Andrew dan Potts, John. Culture and Technology. New York: Palgrave Macmillan, 2003.

Norman, K Denzin, dkk, Handbook of Qualitative Research, Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia.), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Rakhmat, Jalalludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.


(5)

Shoemaker, Pamela J. dan Reese, Stephen D. Mediating The Message. New York ,Longman Publisher : 1996.

Schudson, Michael. Discovering The News. New York: Basic Books, 1978. Santoso, Listiyono. Epistemologi kiri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010

Steele, Janet. Wars Within : The Story of Tempo an Independent Magazine in

Soeharto’s Indonesia. Jakarta, Equinox Publishing Indonesia:2005.

Sumber Internet

Chandra Dinata “Gus Dur dan pembelaan terhadap Ahmadiyah” artikel ini diakses pada 2 September 2011 pada pukul 23.05 dari http;// gusdur.net/ opini/detail.

Dildaar Ahmad Kontroversi ajaran Ahmadiyah”Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;//id.wikipedia/ahmadiyah.

Fahcrul Khoirudin, Sejarah Majalah Tempo : Konflik dan Pemberedelan, artikel ini diakses pada 31 Februari 2011 pukul 13.23 dari http;//id.Wikipedia.org/majalah tempo.

Fandy Tarakan“Ahmadiyah” Artikel ini diakses pada 1 Agustus 2011 pukul 22.47 dari http;//id.wikipedia/ahmadiyah.

Hady Nasution “Peranan pers dalam masyarakat demokrasi di Indonesia pada

masa Orde baru dan Reformasi” Artikel diakses pada 5 mei 2011 pukul 21.05 dari http://Shvoong.com.

Iwan Apriansyah “Berawal dari tiga pemuda Sumbar ke India” artikel ini diakses pada 1 Agustus2011 pukul 21.50 dari http; //id.tribunnews.com /2011 /01/15/berawal-dari-tiga-pemuda-sumbar-ke-india.

Wawancara

Wawancara peneliti dengan Anton Septian (Reporter Majalah Tempo pada 26 Maret 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

Wawancara peneliti dengan Budi Setyarso (Redaktur Pelaksana majalah Tempo) pada 27 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.

Wawancara peneliti dengan Abdul Manan (Redaktur Senior Majalah Tempo) pada 26 Februari 2012 di kantor Majalah Tempo, Jakarta.


(6)

Wawancara peneliti dengan Komang Wahyu Dhyadmika (Ketua Aliansi Jurnalis Independen) pada 30 November 2011 di kantor Majalah Tempo, Jakarta. Struktur Organisasi Majalah Tempo, sumber dari Pusat Data Analisa TEMPO

(PDAT).

Artikel Majalah Tempo, sumber dari Pusat Data Analisa TEMPO (PDAT). Daftar iklan Majalah Tempo, sumber dari Pusat Data Analisa TEMPO (PDAT). Daftar pembaca Majalah Tempo, sumber dari Pusat Data Analisa TEMPO