Hubungan sembilan fungsi keluarga dengan peningkatan derajat kesehatan keluarga di Kabupaten Karanganyar 916

HUBUNGAN SEM BILAN FUNGSI KELUARGA DENGAN
PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN KELUARGA
DI KABUPATEN KARANGANYAR

TESIS
Untuk M emenuhi Persyaratan M encapai Derajat M agister
Program Studi Kedokteran Keluarga
M inat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :
Dw i Surya Supriyana
S 540209007

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS M ARET
SURAKARTA
2010

HUBUNGAN SEM BILAN FUNGSI KELUARGA DENGAN
PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN KELUARGA
DI KABUPATEN KARANGANYAR


Disusun oleh :

Dw i Surya Supriyana
S 540209007

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing :

Dew an Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. Didik Gunaw an Tamtomo,
dr., PAK., M M ., M .Kes.
NIP. 194803131976101001

Pembimbing II Putu Suriyasa, dr., M S., PKK., Sp.Ok
NIP. 19481105198111001

M engetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga


Prof. Dr. Didik Gunaw an Tamtomo, dr, PAK., M M ., M .Kes.
NIP. 194803131976101001
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di baw ah ini,
Nama : Dw i Surya Supriyana
NIM : S540209007
M enyatakan dengan sesungguhnya bahw a tesis berjudul Hubungan Sembilan
Fungsi Keluarga dengan Peningkatan Derajat Kesehatan Keluarga di Kabupaten
Karanganyar adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya,
dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunnjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabut an tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,

Juni 2010


Yang membuat pernyataan,

Dw i Surya Supriyana

ABSTRAK

Dw i Surya Supriyana, S540209007, 2010. Hubungan Sembilan Fungsi Keluarga dan
Peningkatan Derajat Kesehatan Keluarga. Tesis : M agister Kedokteran Keluarga Program
Pascasarjana Universitas Sebelas M aret Surakarta.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam
pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah keluarga, dan
sebaliknya. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik
(menyeluruh) terhadap 9 fungsi keluarga. Pendekatan keluarga adalah suatu proses yang
mengembangkan kemampuan keluarga untuk berbuat dan bertindak atas keputusan yang
berdasarkan informasi atau pengetahuan menyangkut pengasuhan kepada anggotanya,
dengan menggunakan sumber dayanya sendiri atau dengan jalan mengakses sumber daya
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sembilan fungsi keluarga
dengan peningkatan derajat kesehatan keluarga.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik menggunakan pendekatan
cross sectional yang mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar. Subjek penelitian adalah keluarga yang memiliki masalah kesehatan di w ilayah
kerja Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling dengan kriteria inklusi anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan (infeksi maupun noninfeksi), dapat berkomunikasi dengan baik, dan seluruh
anggota keluarga bersedia menjadi responden. Kemudian dilakukan pencuplikan secara
sistematis sehingga diperoleh sampel keseluruhan 93 subjek untuk penelitian ini.
Pengumpulan data menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Analisis data penelitian
menggunakan model uji Chi Square. Hasil penelitian pada taraf signifikan ฀ = 0,05 dan

derajat kebebasan (db) = 1 menghasilkan Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan
antara pendidikan kesehatan berorientasi pada 9 fungsi keluarga dengan peningkatan derajat
kesehatan keluarga.

Kata kunci : pendidikan kesehatan, 9 fungsi keluarga, peranan keluarga, derajat kesehatan

ABSTRACT

Dw i Surya Supriyana, S540209007, 2010. The Effect of M edical Education Oriented by Nine
Family Functions to Increase Family’s Degree of Health in Karanganyar Sub province.
Thesis: M agister Family M edicine Post Graduate Program at Sebelas M aret University.


Family as the smallest unit from public have strategic value in health development
because of every individual problem is family problem, and conversely. Health case from
every individual need holistic approach in nine fam ily functions. Approach of family is a
process developing ability of family for doing and act t o decision w hich based on know ledge
or information concerning mothering to the member, w ith apply his ow n resource or by w ay
of accessing other resources. This study aims to investigate the effect of medical education
that oriented to holistic, physiologist, pathologyst, fam ily interaction, genetic, behaviour and
non behaviour, indoor and outdoor functions to increase family’s degree of health.
This study is analytic and observational, conducted at analytic and observasional apply
approach cross sectional conducted at regional w orked of Puskesmas Tasik M adu
Karanganyar. The study subjects are family that having health problem in regional w orked of
Puskesmas Tasik M adu Karanganyar. Subject w ere selected purposively by inclusion

criterions that are family member having problem of health can good communicate, if the
family member having problem of health is chlid can be represented by the parents or other
adult family, and all of the member in family ready becoming responden. And then done by
sampling systematically causing obtained by overall of 95 subjects for this research. The data
w ere collected by use of a questionnaire and secondary data from on duty health
Karanganyar. The data w ere analyzed employing multiple linear regression model.

The validity and reliability tests show that the questionnaire has alpha Cronbach in a
range betw een 0.63 and 0.86; test-retest reliability betw een 0.07 and 1.00.
This study concludes that there is a statistically signfificant effect of medical
education oriented by nine family functions to increase family’s degree of health.

Keyw ords : medical education, nine family functions, family approach, degree of health

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang dianggap tertinggal dalam sektor kesehatan

dibanding dengan negara – negara lain di Asia Tenggara. Angka Kematian Bayi
yang tinggi, yaitu 34/ 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu M elahirkan yang
tinggi, sekitar 228/ 100.000 jiw a, dan angka harapan hidup yang rendah (69,1)
pertahun, menggambarkan betapa miskinnya perhatian terhadap masalah
kesehatan. Didapatkan pula angka rata – rata prevalensi malnutrisi dan penyakit
menular yang tinggi, yang seharusnya dapat dieliminasi dengan sistem pelayanan
kesehatan yang sesuai. Hal ini diperburuk dengan adanya isu – isu yang

bermacam – macam berkaitan dengan tidak meratanya dan rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan biaya berobat yang tidak
terkontrol yang menyebabkan masyarakat miskin semakin menderita. Faktor –
faktor tersebut di atas membuat sektor kesehatan di Indonesia memburuk. (Faculty
of M edicine UGM , 2009).
WHO (2003) menekankan bahw a kunci untuk meningkatkan status
kesehatan dan untuk dapat mencapai M illenium Development Goals (M DGs) 2015
adalah dengan memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health
Care yang menyediakan akses lebih mudah untuk mendapatkan fasilitas
pelayanan kesehatan, komitmen untuk mencapai pemerataan dalam pelayanan 2

kesehatan, partisipasi masyarakat dalam membangun dan menerapkan agenda
kesehatan, serta kerja sama lintas sektoral (Faculty of M edicine UGM , 2009).
Tujuan utama sektor kesehatan adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kualitas hidup setiap w arga negara, tanpa menunda usaha pengobatan dan atau
penyembuhan pasien. M isi – misi lain untuk hal ini adalah dengan mengaktifkan
pembangunan nasional, sesuai dengan domain utama dari Human Development

Index (HDI) yang meliputi sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Antara
lain dengan menerapkan prespektif kesehatan, mendorong masyarakat untuk

hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kualitas, pemerataan, dan usaha
pelayanan kesehatan, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat termasuk kondisi lingkungan tempat tinggalnya (Faculty
of M edicine UGM , 2009).
Perlu adanya integrasi dari Community Oriented M edical Education –
COM E ke Family Oriented M edical Education – FOM E). Dengan FOM E ini
dilakukan pendekatan pada 9 fungsi keluarga, yaitu fungsi holistik (Fungsi
Biologis, Fungsi Psikologi, Fungsi Sosial – Ekonomi), fungsi fisiologis (APGAR
SCORE -- Adaptation, Partnership, Grow th, Affection, Resolve), fungsi patologis
(SCREEM -- Social, Culture, Religious, Economic, Educational, M edical), fungsi
hubungan antarmanusia / interaksi anggota keluarga, fungsi keturunan
(genogram), fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), fungsi nonperilaku
(lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan), dan fungsi indoor (IKM UNS,
2002). 3

Kabupaten Karanganyar yang secara topografi merupakan daratan dan
pegunungan dengan ketinggian tempat yang sangat bervariasi dengan luas w ilayah
sekitar 2,73 % dari luas propinsi Jaw a Tengah, secara administrasi terbagi menjadi
17 kecamatan hingga saat ini memiliki 21 puskesmas. Data terakhir tahun 2009,
jumlah rumah tangga yang ada 203.064 KK dengan jumlah rumah sehat sebanyak

152.718 (75,21%) dengan kriteria sehat utama yang terbanyak didapatkan dari
pendataan rutin tahunan oleh dinas kesehatan. Di kabupaten Karanganyar ini,

jumlah penduduk terbanyak berpendidikan SD/ M I, dan paling sedikit penduduk
lulusan diploma/ sarjana muda. Pada tahun 2008, jumlah penduduk perempuan
yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf dan tidak/ belum tamat SD/ M I,
SLTP/ M Ts, SLTA/ M A, AK/ Diploma, dan tamat universitas lebih banyak
daripada penduduk laki – laki. Kondisi ini menunjukkan bahw a laki – laki lebih
diprioritaskan dalam mendapatkan pendidikan daripada perempuan, meskipun
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding laki – laki.
Kegiatan puskesmas di kabupaten Karanganyar yang berhubungan dengan
pendidikan kesehatan hingga saat ini adalah kegiatan promosi kesehatan. Laporan
kegiatan promosi kesehatan oleh masing – masing puskesmas, termasuk
puskesmas Tasikmadu diserahkan ke dinas kesehatan setiap bulan. Kegiatan
tersebut berupa penyuluhan – penyuluhan yang dilaksanakan di puskesmas,
kelurahan, RW, RT, posyandu, dasa w isma, PKK, baik itu tentang KB/ KIA, gizi,
imunisasi, P2P, kesehatan lingkungan, PHBS, kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan jiw a, dana sehat, dan lain – lain. Penyuluhan dilaksanakan oleh dokter,
bidan, paramedis, dan petugas kesehatan lain dengan metode ceramah, 4


demonstrasi, anjangsana, siaran keliling, dan lain – lain (DKK Karanganyar,
2010).
Suatu tantangan besar untuk memberikan pendidikan kesehatan berorientasi
pada pendekatan fungsi keluarga yang efektif untuk memelihara kesehatan
individu dan keluarga dikarenakan selama ini kesehatan belum menjadi kebutuhan
pokok individu dan keluarga. Hal tersebut disebabkan ketidaktahuan dari
masyarakat, masyarakat masih menganut paradigma sakit, perilaku yang salah dan

banyak yang tidak mampu (Kekalih, 2008).

B. Rumusan M asalah
Adakah hubungan sembilan fungsi keluarga dengan derajat kesehatan
keluarga?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan sembilan fungsi keluarga (fungsi holistik,
fungsi fisiologis, fungsi patologis, fungsi interaksi antar anggota keluarga,
fungsi keturunan, fungsi perilaku, fungsi nonperilaku, fungsi indoor, dan
fungsi outdoor keluarga) dengan derajat kesehatan keluarga (dengan indikator

mortalitas, morbiditas, dan status gizi).
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi holistik keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar 5

b. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi fisiologis keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
c. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi patologis keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
d. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi interaksi antar anggota
keluarga dengan derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
e. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi keturunan pada keluarga

dengan derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
f. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi perilaku keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
g. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi nonperilaku keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
h. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi indoor keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar
i. Untuk menganalisa adakah hubungan fungsi outdoor keluarga dengan
derajat kesehatan keluarga di kabupaten Karanganyar

D. M anfaat Penelitian
1. M anfaat Teoritis :
M emberikan bukti empiris adanya hubungan sembilan fungsi keluarga
dengan derajat kesehatan keluarga.
2. M anfaat Praktis :
M emberdayakan keluarga melalui 9 fungsi keluarga yang meliputi :
a. Fungsi holistik yang terdiri dari fungsi bio-psiko-sosial 6

b. Fungsi fisiologis dengan indikator APGAR Score (Adaptation,
Partnership, Grow th, Affection, and Resolve).
c. Fungsi patologis dengan indikator SCREEM (Social, Cultural, Religion,
Economic, Education, and M edical)
d. Fungsi interaksi antar manusia (antar anggota keluarga)
e. Fungsi keturunan dalam keluarga

f. Fungsi perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan
keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
g. Fungsi nonperilaku keluarga yang dilihat melalui keadaan lingkungan
serta akses terhadap pelayanan kesehatan
h. Fungsi indoor keluarga (lingkungan di dalam rumah) dengan indikator
rumah sehat
i. Fungsi outdoor keluarga (lingkungan di luar rumah)

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sembilan Fungsi Keluarga
M enurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami, isteri atau suami, isteri, dan anak, atau ayah
dan anak atau ibu dan anak.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis
dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan
masalah keluarga, dan sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami,
isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992).
Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik
(menyeluruh). Selain individu sebagai obyek kasus, juga individu sebagai seorang
manusia yang terkait dengan aspek fisik (biologis), psikologis, sosial, dan kultural
serta lingkungan. M asalah kesehatan individu merupakan suatu komponen dari
sistem pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai
bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek
biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan
lingkungan (Dinkes Propinsi Jaw a Tengah, 2004).
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan
lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai berikut:

7
8

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok, terutama
kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk
dipengaruhi atau mempengaruhi anggota - anggota kelompok lain. Oleh karena
pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan - aturan dan norma - norma sosial
tertentu, maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam
suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap
masalah - masalah kesehatan. (Notoatmodjo, 2003). Adapun kita ketahui ada
sembilan fungsi keluarga meliputi fungsi holistik (Fungsi Biologis, Fungsi
Psikologi, Fungsi Sosial – Ekonomi), fungsi fisiologis (APGAR SCORE -Adaptation, Partnership, Grow th, Affection, Resolve), fungsi patologis (SCREEM
-- Social, Culture, Religious, Economic, Educational, M edical), fungsi interaksi
antar anggota keluarga, fungsi keturunan (genogram), fungsi perilaku
(pengetahuan, sikap, tindakan), fungsi nonperilaku (lingkungan, pelayanan
kesehatan, keturunan), fungsi indoor, dan fungsi outdoor.
M asalah masyarakat muncul akibat akumulasi masalah kesehatan keluarga
sehingga mengatasi masalah keluarga merupakan bagian penting. Diungkapkan
Individu
Lingkungan Keluarga
Lingkungan Terbatas
Lingkungan Umum 9

Oleh Prof. DR. H. Bambang Poernomo, SH (1996) bahw a hak asasi manusia
meliputi the right to health care (hak memperoleh pemeliharaan kesehatan), the
right to self determination (hak menentukan nasib), dan the right to information
(hak untuk memperoleh informasi yang adekuat).
Dalam mew ujudkan paradigma sehat untuk mencapai Indonesia Sehat 2010,
dilakukan pengintegrasian dari Community Oriented M edical Education (COM E)
menjadi Family Oriented M edical Education (FOM E), yaitu pemberian usaha
kesehatan dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah suatu
pendekatan yang memberdayakan potensi keluarga dalam menangani masalah
kesehatan keluarga secara mandiri, dengan memperhatikan aspek fisik, biologis,
sosial ekonomi dan budaya, terutama kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, Pasangan
Usia Subur, tenaga kerja, dan usia lanjut.
Pendekatan keluarga adalah suatu proses yang mengembangkan
kemampuan keluarga untuk berbuat dan bertindak atas keputusan yang
berdasarkan informasi atau pengetahuan menyangkut pengasuhan kepada
anggotanya, dengan menggunakan sumber dayanya sendiri atau dengan jalan
mengakses sumber daya lainnya (Dinkes Propinsi Jateng, 2004).
Salah satu ruang lingkup pendekatan keluarga adalah menyangkut sasaran
keluarga sebagai satu kesatuan yang perlu dipahami dengan baik. Pemahaman
tentang keluarga secara lengkap, mempunyai peranan yang penting dalam
pelayanan kesehatan karena selain membantu menetapkan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh anggota keluarga, akan sangat membantu dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Keluarga 10

sangat berperan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan setiap anggota
keluarga, dan secara keseluruhan dapat menjamin keberhasilan kesehatan
masyarakat (Dinkes Propinsi Jaw a Tengah, 2004).
Pendekatan keluarga untuk pemberdayaan keluarga melalui program
perkesmas, dilakukan dengan mengunjungi pasien resiko tinggi dan dilakukan
KIE secara menyeluruh pada keluarga. M etode pendidikan kesehatan dengan
pendekatan keluarga menggunakan proses pendidikan dua arah (metode sokratik)
melalui komunikasi intrapersonal, konseling dan negosiasi kepada keluarga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengenali masalah
dan melakukan pemecahan masalah secara mandiri. (Dinkes Propinsi Jateng,
2004).
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga untuk
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalahnya,
tanpa atau dengan bantuan pihak lain, dengan memanfaatkan potensi keluarga dan
fasilitas yang ada masyarakat. Dalam rangka mengatasi masalah atau kasus,
dimulai dengan mencari fakta dan informasi untuk menetapkan masalah dan sebab
masalah serta mengidentifikasi potensi individu dan keluarga, merumuskan
langkah - langkah intervensi melalui pendekatan keluarga dengan pemberdayaan
keluarga untuk meningkatkan kemandirian keluarga. Pemberdayaan keluarga
terutama diarahkan pada upaya promotif dan preventif (Paradigma Sehat), tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Dinkes Propinsi Jateng, 2004). 11

Pembinaan belum sepenuhnya menjangkau seluruh anggota keluarga
sebagai satu kesatuan, maupun upaya mendorong paradigma sehat sebagai cara
pandang keluarga, serta upaya pemberdayaan keluarga menuju kemandirian
bidang kesehatan bagi setiap anggota keluarga. Selain itu, pembinaan belum
mengarah pada upaya pemecahan, untuk mengatasi masalah mendasar dalam
keluarga yang berdampak terhadap masalah kesehatan yang ada, dengan
memanfaatkan potensi keluarga yang mungkin perlu dilakukan secara lintas
program dan lintas sektoral.
Dengan upaya pemberdayaan keluarga diharapkan masing - masing
keluarga bisa mengenali sendiri masalahnya, mampu mengatasi masalahnya, serta
mampu menggunakan potensi yang ada dalam keluarga dan memanfaatkan
peluang yang ada di lingkungannya semaksimal mungkin untuk mengatasi
masalah mereka. Pemberdayaan keluarga akan menghasilkan kemandirian
keluarga (Dinkes Propinsi Jaw a Tengah, 2004).
Pemberdayaan dapat berarti upaya fasilitasi noninstruktif untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam mengidentifikasi
masalah, pengambilan keputusan, merencanakan, dan memecahkan masalah untuk
kemandirian. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan individu
dan keluarga, perlu memperhatikan belajar orang dewasa untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki (Dinkes Propinsi Jaw a Tengah, 2004).
1. Fungsi Holistik Keluarga
Fungsi keluarga yang pertama yaitu fungsi holistik keluarga. Fungsi
holistik meliputi tiga faktor, yaitu fungsi biologis, fungsi psikologis, dan 12

fungsi sosial – ekonomi. Fungsi biologis melihat siapa sajakah anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah dilengkapi dengan identitas, dan
adakah salah satu dari anggota keluarga tersebut yang sedang menderita sakit,
baik itu sakit yang akut ataupun kronis, menular atau tidak menular, menurun
atau tidak menurun.
Fungsi psikologis melihat bagaimana hubungan antar sesama manusia
di dalam keluarga tersebut berlangsung, apakah permasalahan – permasalahan
yang ada dalam keluarga tersebut dapat diatasi dengan baik, serta melihat
apakah hubungan antara anggota keluarga saling mendukung terutama dalam
masalah kesehatan.
Fungsi sosial – ekonomi keluarga meliputi kehidupan sehari – hari
keluarga, bagaimana kedudukan keluarga di dalam masyarakat, bagaimana
interaksi dan keaktifan anggota keluarga dalam kehidupan sosial di
masyarakat. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebut uhan dilihat dari
penghasilan keluarga, bagaimana pemenuhan kebutuhan keluarga tersebut,
dan bagaimana pembiayaan keluarga apabila ada anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan/ sakit.
2. Fungsi Fisiologis Keluarga
Fungsi fisiologis keluarga dinilai dengan menggunakan alat ukur yang
disebut A.P.G.A.R SCORE yang meliputi :
a. Adaptation
Adaptation adalah bagaimana dukungan dari keluarga apabila ada
salah seorang anggota keluarga mengalami masalah, terutama unt uk 13

masalah kesehatan. Adakah saling keterbukaan di dalam keluarga
tersebut.
b. Partnership
Partnership adalah komunikasi yang terjalin antar anggota keluarga.
Apakah pada saat salah satu anggota keluarga memiliki masalah,
terutama masalah kesehatan, didiskusikan bersama bagaimana
pemecahannya.
c. Grow th
Grow th melihat apakah keluarga tersebut dapat memenuhi
kebutuhan – kebutuhannya.
d. Affection
Affection adalah hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga, antara istri dan suami, ibu dan anak – anak, ayah dan anak –
anak, dan antara anak – anak tersebut.
e. Resolve
Resolve adalah kepuasan di dalam keluarga akan w aktu dan
kebersamaan yang diluangkan oleh masing – masing anggota keluarga
bagi keluarganya.
M asing – masing anggota keluarga diharap mengisi kuesioner singkat
APGAR SCORE ini dengan skala skor 0 – 2, kemudian dijumlah dan dirata –
rata. Apabila nilai rata – rata 1 – 5, berarti fungsi keluarga tersebut jelek; 5 –
7 berarti fungsi keluarga tersebut sedang; dan 8 – 10 yang berarti fungsi
keluarga tersebut baik. 14

3. Fungsi Patologis Keluarga
Fungsi patologis keluarga diukur dengan S.C.R.E.E.M , yang meliputi :
a. Social
M elihat adakah interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga,
dengan saudara, serta keaktifan anggota keluarga dalam berpartisipasi di
kegiatan – kegiatan kemasyarakatan.
b. Cultural
M elihat kepuasaan atau kebanggaan terhadap budaya, baik dilihat
dari pergaulan sehari – hari dalam keluarga maupun di lingkungan, serta
adakah tradisi budaya yang masih diikuti. M enggunakan bahasa daerah,
tata krama, dan kesopanan.
c. Religion
Pemahaman agama masing – masing anggota keluarga, serta
penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari – hari, dan ibadah sesuai
ajaran agama.
d. Economic
Bagaimana golongan ekonomi keluarga tersebut, pemenuhan
kebutuhan sehari – hari (primer, sekunder, tersier), serta skala prioritas
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
e. Education
Bagaimana pendidikan masing – masing anggota keluarga tersebut,
bagaimana pengetahuan anggota keluarga, terutama yang sedang
mengalami masalah kesehatan tentang penyakitnya, serta fasilitas 15

pendidikan apa yang dimiliki berkaitan dengan informasi yang
seharusnya dimiliki perihal kesehatan.
f. M edical
Bagaimana keluarga mencari pelayanan kesehatan, dan bagaimana
sistem pembiayaannya apabila ada anggota keluarga yang sakit dan harus
berobat.
M asing – masing fungsi ini dilihat, apabila ada masalah dalam
keluarga tersebut, maka diberi tanda + (positif).
4. Fungsi Interaksi Keluarga
Pola interaksi dalam keluarga dapat digambarkan dalam secara
skematik yang menghubungkan masing – masing anggota keluarga satu sama
lain. Antara satu sama lain ini dibuat hubungan bolak – balik dengan garis
panah. Apabila interaksi baik, hubungan di antara mereka dekat, maka
digambar dengan garis yang penuh, sedangkan apabila ada konflik dan
hubungan yang buruk maka digambar dengan garis putus – putus.
5. Fungsi Keturunan Keluarga
Fungsi keturunan dalam keluarga digambarkan dalam suatu diagram
yang disebut genogram keluarga. Diagram silsilah ini diharapkan dapat dibuat
minimal dari 3 generasi, sehingga dapat dilihat apakah ada penyakit –
penyakit yang diturunkan dalam keluarga, atau melihat penularan penyakit
dari anggota keluarga yang satu ke yang lain. Berangkat dari fungsi ini,
pendekatan keluarga dilakukan.
16

6. Fungsi Perilaku Keluarga
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah perilaku, yang
terdiri dari 3 komponen yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan. Bagaimana
pengetahuan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan tentang
penyakitnya, maupun pengetahuan anggota keluarga yang lain, bagaimana
sikap keluarga terhadap masalah kesehatan anggota keluarganya, serta
bagaimana tindakannya dalam menangani masalah kesehatan tersebut,
kemana mereka berobat.
7. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Non Perilaku Keluarga
Dalam melihat status kesehatan keluarga, dilaksanakan pendekatan
pada keluarga tersebut dengan memandang dari segi ekonominya, fungsi
keturunan, bagaimana usaha keluarga dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan, serta lingkungan sekitarnya.
8. Fungsi Indoor
Fungsi indoor adalah fungsi lingkungan dalam rumah. Berapa ukuran
rumah, ruangan – ruangan yang ada di dalam rum ah dan fungsi masing –
masing. Fungsi indoor ini juga menunjukkan gambaran lingkungan dalam
rumah apakah telah memenuhi syarat – syarat kesehatan. Penilaian meliputi :
a. lantai

: baik (tegel) / cukup (semen) / kurang (tanah)

b. dinding : baik (permanen) / cukup (semi permanen) / kurang (tidak
permanen)
c. ventilasi : baik / cukup - tidak baik
d. pencahayaan : baik / cukup - tidak baik 17

e. sirkulasi udara : baik/ cukup – tidak baik
f. Sumber air bersih : baik (sumur, leding)/ tidak baik (sungai, dan lain lain)
g. Pengelolaan sampah dan limbah : baik (tempat pembuangan sampah dan
limbah)/ tidak baik (di sembarang tempat)
h. Jarak jamban dengan sumber air bersih : baik (≥ 10 meter)/ tidak baik (<
10 meter)
Dengan mengidentifikasi hal – hal tersebut , maka dalam memberikan
pendidikan kesehatan akan lebih terfokus.
9. Fungsi Outdoor
Fungsi outdoor adalah melihat lingkungan di luar rumah, antara lain
adanya pekarangan dan bagaimana kondisi kebersihannya, jarak rumah
dengan jalan raya, kebisingan, jarak rumah dengan tempat pembuangan
sampah, jarak rumah dengan tetangga, jarak rumah dengan pusat pelayanan
kesehatan.
Untuk memudahkan penilaian pada fungsi lingkungan outdoor dan indoor
ini, akan lebih baik bagi petugas kesehatan apabila membuat denah sederhana
lingkungan rumah tersebut, sehingga akan memudahkan dalam menyusun strategi
pendekatan pada keluarga tersebut saat memberikan pendidikan kesehatan.

B. Derajat Kesehatan
Bloom mengemukakan bahw a keadaan sehat secara psiko, sosial, dan
somatik dipengaruhi oleh 4 faktor besar, yang masing – masing berbeda derajat 18

pengaruhnya, yakni perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
Keempat faktor tersebut , di samping berpengaruh langsung terhadap status
kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan
tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama – sama
mempunyai kondisi yang tidak optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke
arah di baw ah optimal (Kasjono, 2008).
Dalam fungsi keluarga, 4 faktor ini dipilah menjadi dua besar, yaitu faktor
perilaku dan nonperilaku. Faktor perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Dan faktor nonperilaku meliputi lingkungan (dalam dan luar rumah),
pelayanan kesehatan (pembiayaan dan akses rumah dengan pusat pelayanan
kesehatan terdekat), serta keturunan (genetik).
Profil kesehatan keluarga merupakan statistik yang menggambarkan situasi
dan kondisi kesehatan keluarga, yang berarti situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat. Dan hal ini merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil
pembangunan kesehatan. Untuk itu diperlukan indikator – indikator kesehatan dan
indikator lain yang terkait.
Pencapaian Indikator Indonesia Sehat sebagai acuan dalam menentukan
keberhasilan Pembangunan Kesehatan dikelompokkan menjadi :
1. Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri dari atas
indikator - indikator :
a. M ortalitas :
1) Angka Kematian pada Bayi Baru Lahir
2) Angka Kematian Ibu 19

b. M orbiditas : angka kesakitan terutama karena penyakit infeksi
Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang penyakit
amatlah penting. Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan
sehingga timbulah gangguan pada fungsi / struktur dari bagian organisasi
atau sistem dari tubuh. Telah terbukti secara empirik dan keyakinan teoritik
bahw a pada umumnya penyakit memilih lebih dari satu penyebab, bukan
bersifat tunggal. Faktor – fakt or penyebab ini dikelompokkan dalam 4
kelompok, yaitu :
1) Faktor predisposisi, seperti umur, jenis kelamin, riw ayat penyakit
terdahulu, dan lain – lain.
2) Faktor pencetus, seperti pemaparan oleh agen penyakit yang spesifik.
3) Faktor pendorong, seperti paparan yang berulang, beban kerja yang
berat.
4) Faktor pemberat, seperti pendapatan rendah, st atus gizi, kondisi
perumahan, dan lain –lain.
Sejumlah ahli epidemiologi membuat klasifikasi tent ang faktor
“ penyebab” penyakit, dan membuat model yang m enggambarkan relasi
faktor –faktor tersebut dengan penyakit. Salah satu model yang terkenal
dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi adalah Segitiga
Epidemiologi (The Epidemiologic Triangle). M enurut John Goron, model
ini menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu
host, agent (penyebab), dan environment (lingkungan). Penyakit terjadi 20

karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut.
Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan seperti ruas pada
timbangan, dengan host dan agent berada di ujung masing – masing tuas,
sedangkan environment sebagai penumpunya (Karjono, 2008).
c. status gizi : berhubungan dengan keadaan sosial - ekonomi
2. Indikator antara yang terdiri dari indikator - indikator keadaan lingkungan,
indikator - indikator perilaku hidup masyarakat sert a indikator - indikator
askes dan mutu pelayanan kesehatan.
3. Indikator proses dan masukan yang terdiri dari indikator - indikator pelayanan
kesehatan, indikator - indikator sumber daya kesehatan, indikator - indikator
manajemen kesehatan dan indikator kontribusi sektor terkait (KepM enKes RI,
2003).
Dari data Dinas Kesehatan Karanganyar tahun 2009, Kabupaten
Karanganyar terletak pada ketinggian 511 meter di at as permukaan laut, beriklim
tropis, dengan temperatur 22º C - 31º C, dengan batas w ilayah sebagai berikut :
Sebelah Timur

: kabupaten M agetan dan kabupaten Wonogiri

Sebelah Selatan : kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo
Sebelah Barat

: kotamadya Surakarta dan kabupaten Boyolali

Sebelah Utara

: kabupaten Sragen

Secara administrasi, terbagi menjadi 1.835 RW, 6.020 RT, dan 17
kecamatan yang meliputi 162 desa dan 15 kelurahan, dengan jumlah penduduk
tercatat pada tahun 2008 sebesar 865.486 jiw a. 21

Secara topografi, kabupaten Karanganyar merupakan daratan dan

pegunungan dengan ketinggian tempat yang sangat bervariasi. Ketinggian 0 – 100
m seluas 8,11%, 101 – 500 meter seluas 45,32%, 501 – 1000 meter seluas
36,59%, dan ketinggian di atas 100 meter dari permukaan laut seluas 9,98% dan
luas w ilayah seluruhnya 77.378,6374 Ha atau 2,73% luas propinsi Jaw a Tengah.
Di kabupaten Karanganyar, jumlah penduduk terbanyak berpendidikan SD/
M I dan yang paling sedikit penduduk lulusan diploma/ sarjana muda. Pada tahun
2008, jumlah penduduk perempuan yang berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf
dan tidak/ belum tamat SD/ M I, SLTP/ M Ts, SLTA/ M A, AK/ Diploma, dan
tamat universitas lebih banyak daripada penduduk laki – laki. Kondisi ini
menunjukkan bahw a laki – laki lebih diprioritaskan dalam mendapatkan
pendidikan daripada perempuan, meskipun jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibanding laki – laki.
Hasil pemetaan Rumah Tangga Sehat yang dilakukan oleh bagian Promosi
Kesehatan pada tahun 2008 terdapat 194.748 rumah dan pada tahun 2009 terdapat
peningkat an menjadi 203.064 rumah dengan kepala keluarganya. Pada tahun
2008, yang mencapai rumah tangga sehat di Kabupaten Karanganyar menurut data
survei dari dinas kesehatan sebesar 74 %, dan pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 87,62%.
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tat anan rumah tangga/
keluarga, yang merupakan suatu program berupa peningkatan kemampuan dan
kemandirian keluarga untuk hidup sehat adalah program penting yang
diselenggarakan oleh dinas kesehatan kabupaten Karanganyar. Indikator dari 22

program ini meliputi aspek perilaku dan aspek lingkungan, yang mana

klasifikasinya ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS).
Pada tahun 2008 dan 2009, prioritas masalah indikator PHBS adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Prioritas M asalah Indikator PHBS Tahun 2008 dan 2009 Dinas
Kesehatan Kabupaten Karanganyar
No. Urutan M asalah Tahun 2008 Urutan M asalah Tahun 2009
1 JPK Tidak merokok
2 Tidak merokok JPK
3 ASI eksklusif ASI eksklusif
4 Jamban Aktivitas fisik
5 Penimbangan balita Lantai
6 Tidak miras Gizi seimbang
7 Lantai Cuci tangan
8 Kepadatan penghuni Pembuangan sampah
9 Persalinan oleh nakas Padat huni
10 Aktifitas fisik PSN
11 Cuci tangan Jamban
12 Pembuangan sampah Tidak miras
13 Gizi seimbang Persalinan oleh nakes
14 PSN Gosok gigi
15 Gosok gigi Penimbangan balita
16 Air bersih Air bersih

Kegiatan promosi kesehatan di puskesmas – puskesmas kabupaten

Karanganyar berupa penyuluhan – penyuluhan yang dilaksanakan di puskesmas,
kelurahan, RW, RT, posyandu, dasa w isma, PKK, baik itu tentang KB/ KIA, gizi,
imunisasi, P2P, kesehatan lingkungan, PHBS, kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan jiw a, dana sehat, dan lain – lain. Penyuluhan dilaksanakan oleh dokter,
bidan, paramedis, dan petugas kesehatan lain dengan metode ceramah,
Sumber : Data Sekunder dari Dinas Kesehatan Karanganyar 2010 23

demonstrasi, anjangsana, siaran keliling, dan lain – lain (DKK Karanganyar,
2010).

C. Hubungan Sembilan Fungsi Keluarga dan Peningkatan Derajat
Kesehatan
Keluarga sehat adalah keluarga yang hidup di lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mempunyai akses yang mudah pada pelayanan kesehatan.
Berdasarkan teori Blum, derajat kesehatan ditentukan oleh lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan. Indikator derajat kesehatan meliputi
mortalit as (bayi baru lahir dan ibu melahirkan), morbiditas (terutama yang
disebabkan oleh penyakit infeksi), serta status gizi. Program kesehatan yang
berhubungan dengan hal ini antara lain adalah PHBS yang diklasifikasi dengan
IPKS.
Dokter pelayanan primer dibantu petugas kesehatan yang lain perlu
memahami tentang fungsi – fungsi keluarga dalam memfasilitasi keluarga untuk
mengatasi masalah dan memberdayakan keluarga agar tercapai kemandirian
keluarga dalam bidang kesehatan. M engingat individu, keluarga, dan masyarakat

yang dibina pada umumnya orang dew asa yang telah mendapat informasi dan
pemahaman dari berbagai media sebelumnya.

D. Penelitian yang Relevan
Cukup banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan berhubungan dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta IPKS yang berhubungan dengan usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Suatu penelitian tentang hubungan 24

aspek nonperilaku dan perilaku, terutama pada masalah sosial ekonomi yang
dilakukan oleh H van de M heen, et al pada tahun 1997 memberikan kesimpulan
bahw a kehidupan sosial ekonomi pada masa anak akan mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap kesehatannya pada usia dew asa.
Suriyasa, et al pada 2006 telah melakukan suatu penelitian yang
dituliskannya dalam M edical Journal of Indonesia Volume 15 No.1 2006 dengan
Judul Non Dirt Floor and the Stimulant of Environmental Health Decreased the
Risk Acute Respiratory Infection (ARI) yang dilaksanakan di 5 propinsi di
Indonesia. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara masyarakat
yang telah mendapat penyuluhan/ pendidikan kesehatan lingkungan dibanding
masyarakat yang belum pernah mendapatkan penyuluhan dalam hal penurunan
faktor risiko terkena Infeksi Saluran Napas Atas terutama karena lantai rumah
yang kotor.
Penelitian yang dilakukan oleh Zohrabian and Philipson pada tahun 2010
merekomendasikan bahw a perkiraan - perkiraan dari biaya - biaya eksternal
seperti struktur - struktur asuransi, lingkungan, dan pengetahuan seputar perilaku

yang menyebabkan kematian perlu dirubah untuk memperbaiki perilaku hidup
masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih, et al (2009) tentang
pendekatan keluarga (family oriented) mempunyai pengaruh terhadap kualitas
pelayanan kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 25

Gambar 1. Kerangka Pikir Hubungan Sembilan Fungsi Keluarga dan
Peningkatan Derajat Kesehatan Keluarga

DERAJAT KESEHATAN
RENDAH
Indikator :

฀ Morbiditas : penyakit infeksi
฀ Mortalitas : - Bayi Baru Lahir
- Ibu

฀ Status gizi
Problem Dalam Praktek Kedokteran :

฀ Penggunaan teknologi berlebihan
฀ Pengobatan tidak rasional
฀ Biaya kesehatan tinggi
฀ Pengobatan dan prosedur tidak aman
฀ Tidak ada mekanisme jaga mutu
฀ Tumpang tindih dan kerancuan sistem pelayanan
฀ Pendidikan distribusi sumberdaya kesehatan

M asalah keluarga (masyarakat) :
ketidaktahuan (pengetahuan kurang), paradigma sakit,
perilaku yang tidak benar, tidak mampu (social ekonomi)
FAM ILY ORIENTED M EDICAL
EDUCATION
DOKTER LAYANAN PRIM ER
Fungsi holistik :
Biologis, psikologis, sosial - ekonomi
Fungsi fisiologis : APGAR SCORE
(Adaptation, Partnership, Grow th, Affection,
Resolve)
Fungsi patologis :
SCREEM
(Sosial, Culture, Religious, Economic,
Educational, M edical)
9 FUNGSI KELUARGA
Keturunan
Perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
Non perilaku
(lingkungan, pelayanan kesehatan)
Indoor
Outdoor
Interaksi anggota keluarga
DERAJAT KESEHATAN M ENINGKAT
E. Kerangka Pikir 26

Derajat kesehatan yang rendah di Indonesia dengan indikator mortalitas,
morbiditas, dan status gizi dipengaruhi oleh problem dalam praktek kedokteran
(antara lain penggunaan teknologi berlebihan, pengobatan tidak rasional, biaya
kesehatan tinggi, pengobatan dan prosedur tidak aman, tidak ada mekanisme jaga
mutu, tumpang tindih dan kerancuan sistem pelayanan, serta pendidikan distribusi
sumberdaya kesehatan) dan masalah keluarga (masyarakat) yang meliputi
ketidaktahuan (pengetahuan kurang), paradigma sakit, perilaku yang tidak benar,
tidak mampu (sosial ekonomi). Dalam penelitian ini faktor dalam praktek
kedokteran tidak diteliti, karena penulis memfokuskan pada masalah dalam
keluarga.
M unculnya permasalahan – permasalahan dalam keluarga inilah seharusnya
dokter di pelayanan kesehatan primer khususnya, diharapkan mampu memberikan
pendidikan kesehatan dengan berorientasi pada kesembilan fungsi keluarga yang
meliputi fungsi holistik, fisiologis, patologis, interaksi antar manusia (antar
anggota keluarga), keturunan, perilaku, nonperilaku, indoor, dan outdoor. Dengan
adanya pendekatan inilah diharapkan derajat kesehatan keluarga akan meningkat.

F. Hipotesis
Ada hubungan antara sembilan fungsi keluarga dengan peningkatan derajat
kesehatan keluarga.

27

BAB III
M ETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik menggunakan
pendekatan cross sectional.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di w ilayah kerja puskesmas Tasikmadu kabupaten
Karanganyar.
Waktu penelitian : bulan April 2010 sampai dengan M ei 2010.

C. Subyek Penelitian
Populasi sasaran : keluarga yang mem iliki masalah kesehatan (menderita
penyakit infeksi maupun noninfeksi)
Populasi studi

: keluarga yang memiliki masalah kesehatan (menderita

penyakit infeksi maupun noninfeksi) di Kabupaten
Karanganyar
Kriteria Inklusi :
1. Anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan : - penyakit infeksi atau
- Penyakit noninfeksi
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
3. Seluruh anggota keluarga bersedia menjadi responden

27
28

D. Jumlah Sampel
Sampel (n) sebesar 93 keluarga. Dihitung dengan rumus penelitian
multivariat. Jika persamaan multivariat melibatkan ≥ 6 prediktor, maka n
dianjurkan angka absolut 10 subjek per prediktor (M urti, 2010).

E. Desain Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik pencuplikan sistematis dan purposive
sampling.

DKK Karanganyar :

Unit Pelaksana Teknis Daerah :

฀ Karanganyar
฀ Tasikmadu
฀ Jaten I
฀ Jaten II
฀ Kebakkramat I
฀ Kebakkramat II
฀ Mojogedang I
฀ Mojogedang II
฀ Kerjo
฀ Jenawi
฀ Karangpandan

฀ Ngargoyoso
฀ Tawangmangu
฀ Matesih
฀ Jumantono
฀ Jumapolo

฀ Jatipuro
฀ Jatiyoso
฀ Colomadu I
฀ Colomadu II
฀ Gondangrejo
UPTD / Puskesmas Tasikmadu
93 keluarga yang memiliki
masalah kesehatan 29

F. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Penelitian tentang Hubungan Sembilan Fungsi Keluarga
dengan Peningkatan Derajat Kesehatan Keluarga di Kabupaten
Karanganyar

Populasi (N)
Sampel (n)
Kuesioner dan data
sekunder
Hasil
Fungsi keluarga baik Fungsi keluarga jelek
Analisis data
(Chi Square)
Kesimpulan
Purposive sampling
Derajat
kesehatan
meningkat
Derajat
kesehatan tetap
/ menurun
Derajat
kesehatan
meningkat
Derajat
kesehatan tetap
/ menurun 30

G. Variabel Penelitian
Variabel Independen

:

Sembilan fungsi keluarga :
1. Fungsi holistik keluarga
2. Fungsi fisiologis keluarga
3. Fungsi patologis keluarga
4. Fungsi interaksi anggota keluarga
5. Fungsi keturunan dalam keluarga
6. Fungsi perilaku keluarga
7. Fungsi nonperilaku keluarga
8. Fungsi indoor keluarga
9. Fungsi outdoor keluarga
Variabel dependen

: Derajat kesehatan keluarga

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian, Alat Ukur, dan Skala
Pengukuran
1. Sembilan fungsi keluarga
Sembilan fungsi keluarga adalah fungsi – fungsi dalam keluarga yang meliputi
fungsi holistik, fisiologis, patologis, interaksi antar anggota keluarga,
keturunan, perilaku, nonperilaku, indoor, dan outdoor.
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = apabila didapatkan ≥ 5 fungsi keluarga baik 31

0 = apabila didapatkan < 5 fungsi keluarga baik
9 fungsi keluarga ini adalah kesatuan dari fungsi – fungsi keluarga yang
meliputi :
a. Fungsi holistik
Fungsi holistik adalah fungsi keluarga yang meliputi fungsi
biologis, fungsi psikologi, dan fungsi sosial – ekonomi. Fungsi biologis
menunjukkan apakah di dalam keluarga tersebut terdapat gejala – gejala
penyakit yang menurun (herediter), penyakit menular, maupun penyakit
kronis. Fungsi psikologis menunjukkan bagaimana hubungan antara
anggota keluarga, apakah keluarga tersebut dapat memecahkan masalah
bersama. Fungsi sosio-ekonomi menunjukkan bagaimana kondisi
ekonomi keluarga, dan peran aktif keluarga dalam kehidupan sosial
bermasyarakat.
Fungsi biologis :
1 = tidak terdapat gejala penyakit herediter, menular, atau kronis
0

= terdapat gejala penyakit herediter, menular, atau kronis

Fungsi psikologis :
1 =

hubungan antar anggota keluarga baik, masalah keluarga dapat
dipecahkan bersama – sama

0 =

hubungan antar anggota keluarga kurang / tidak baik, masalah

keluarga tidak dapat dipecahkan bersama – sama
Fungsi sosio-ekonomi

:

1 = kondisi ekonomi baik, aktif berperan serta dalam kegiatan sosial 32

di masyarakat
0 = kondisi ekonomi kurang, tidak aktif berperan serta dalam
kegiatan sosial di masyarakat
Bila skor ≥ 2 berarti fungsi holistik keluarga baik
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = fungsi holistik baik
0 = fungsi holistik tidak baik
b. Fungsi fisiologis
Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :
1) Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradapatasi
dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga yang lain.
2) Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling
mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami
oleh keluarga tersebut.
3) Grow th : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal
baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
4) Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi
antar anggota keluarga. 33

5) Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan w aktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga
yang lain.
Skor untuk masing – masing kategori adalah :
0 = jarang / tidak sama sekali
1 = kadang – kadang
2 = sering / selalu
Terdapat tiga kategori penilaian, yaitu : nilai rata – rata ≤ 5 kurang,
6 – 7 cukup, dan 8 – 10 adalah baik.
Alat ukur : kuesioner
Skala

: nominal

Kategori : 1 = fungsi fisiologis keluarga baik
0

= fungsi fisiologis keluarga cukup / kurang

c. Fungsi patologis
Fungsi patologis keluarga dinilai dengan menggunakan SCREEM score
dengan rincian sebagai berikut :
1) Social :
Skor 1 = Bila interaksi dengan tetangga tidak berjalan baik
dan bermasalah
0 = Bila interaksi dengan tetangga berjalan dengan
baik dan tidak ada masalah
2) Culture :
Skor

1 = Bila tidak ada kepuasan terhadap 34

budayanya, tata karma dan sopan santun
tidak terlalu diperhatikan
0 = Bila ada kepuasan terhadap budaya, masih
memperhatikan tata karma dan sopan
santun
3) Religious :
Skor

1 = Bila tidak taat menjalankan ibadah sesuai

ajaran agamanya
0 = Bila taat menjalankan ibadah sesuai ajaran
agamanya
4) Economic :
Skor

1 = Bila status ekonomi rendah, kepala

keluarga dan atau anggota keluarga tidak
berpenghasilan
0 = Bila status ekonomi sedang – lebih, kepala
keluarga dan atau anggota keluarga
berpenghasilan
5) Educational :
Skor

1 = Bila tingkat pendidikan anggota keluarga

rendah
0 = Bila tingkat pendidikan anggota keluarga
cukup – tinggi
35

6) M edical :
Skor

1 = Bila anggota keluarga tidak mendapatkan

layanan kesehatan yang memadai
0 = Bila anggota keluarga mendapatkan
layanan kesehatan yang memadai
Bila skor kurang dari 3 berarti fungsi patologis baik, dan bila lebih
dari atau sama dengan 3 fungsi patologis kurang.
Alat ukur : kuesioner
Skala

: nominal

Kategori : 1 = fungsi patologis keluarga baik
0 = fungsi patologis keluarga kurang baik
d. Pola interaksi keluarga
M enunjukkan baik atau tidaknya hubungan atau interaksi antar anggota
keluarga (Interaksi dua arah baik digambarkan dengan garis penuh,
tidak baik digambarkan dengan garis putus – putus).
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = pola interaksi keluarga baik
0

= pola interaksi keluarga tidak baik

e. Fungsi keturunan (genetik)
Fungsi keturunan (genetik) dinilai dari genogram keluarga.
M enunjukkan adanya penyakit keturunan ataukah penyakit menular 36

dalam keluarga. Apabila keduanya tidak ditemukan, berarti dalam
keadaan baik.
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = tidak ada penyakit menular dalam keluarga
0
f.

= ada penyakit menular dalam keluarga
Fungsi perilaku

Fungsi perilaku meliputi pengetahuan tentang kesehatan, sikap sadar
akan pentingnya kesehatan, dan tindakan yang mencerminkan pola
hidup sehat. Bila baik beri tanda +, bila kurang / tidak baik beri tanda –
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = fungsi perilaku keluarga baik
0

= fungsi perilaku keluarga kurang baik

g. Fungsi nonperilaku
Fungsi nonperilaku meliputi lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Lingkungan dibagi menjadi lingkungan dalam rumah dan lingkungan
luar rumah.
1) Lingkungan dalam rumah : meliputi keadaan rumah secara umum,
kebersihan lingkungan dalam rumah, penyediaan sumber air bersih,
pengelolaan sampah dan limbah, serta jarak jamban dengan sumber
air bersih. Baik diberi skor 1, tidak baik diberi skor 0 37

2) Lingkungan luar rumah : meliputi kebersihan di lingkungan luar

rumah, jarak dengan jalan raya, tingkat kebisingan, jarak dengan
sungai dan tempat pembuangan sampah umum. Baik diberi skor 1,
tidak baik diberi skor 0
3) Pelayanan kesehatan

:

a) Kepedulian memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
b) Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
c) Jarak dengan Puskesmas / Rumah Sakit
Apabila dua atau lebih dalam keadaan baik diberi skor 1, apabila
kurang dari 2 diberi skor 0.
Alat ukur : kuesioner
Skala : nominal
Kategori : 1 = fungsi nonperilaku keluarga baik
0 = fungsi nonperilaku keluarga tidak baik
h. Fungsi indoor
Fungsi indoor ini menunjukkan gambaran lingkungan dalam rumah
apakah telah memenuhi syarat – syarat kesehatan. Penilaian meliputi :
1) lantai : baik (tegel) / cukup (semen) / kurang (tanah)
2) dinding : baik (permanen) / cukup (semi permanen) / kurang (ti