HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

(1)

commit to user

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA

DENGAN

KUALITAS HIDUP LANSIA

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pelayanan Profesi Kesehatan

oleh : Ekawati Sutikno

S520809003

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

(3)

(4)

commit to user PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ekawati Sutikno

NIM : S520809003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia “

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan Profesi Kesehatan di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan hati yang tulus, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor UNS, yang telah memberikan kesempatan pada kami mengikuti pendidikan.

2. Prof. Suranto, Drs. Msc, PhD, selaku Direktur Program Studi Pasca Sarjana UNS, yang telah memberikan kesempatan pada kami mengikuti pendidikan

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM, Mkes, PAK, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi bagi kami untuk segera menyelesaikan tesis ini.

4. Balgis, dr. MSc, CM-FM, selaku Ketua Minat Pelayanan Profesi kesehatan dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi semangat dan nasehat bagi kami hingga selesainya tesis ini.

5. Seluruh dosen dan staf di Program Pasca Sarjana Magister Kedokteran Keluarga, yang telah membantu kami selama ini.


(6)

commit to user

6. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta doanya.

7. Suamiku terkasih Adi janto dan ketiga anakku tersayang Shelly, Sheila dan Thomas atas pengertiannya dan senantiasa memberi motivasi, dukungan dan kasih sayang kepada kami selama ini.

8. Ketua Yayasan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan dan dukungan bagi kami untuk mengikuti pendidikan.

9. Teman – teman seangkatan di PLPK yang telah membantu dan memberi semangat pada kami selama ini.

10. Teman – teman di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah mendukung kami.

11. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memotivasi kami hingga terselesainya tesis ini.

Akhir kata kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan tesis ini. Harapan kami tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Surakarta, April 2011

Ekawati Sutikno


(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… …….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. …….. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……….. iii

SURAT PERNYATAAN ……… iv

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

ABSTRAK ……… xii

ABSTRACT ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Penelitian ……… 3

D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga ………. 5

B. Lanjut Usia ……… 17

C. Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia.. 26

D. Kerangka Berpikir ………. 27

E. Hipotesis ……… 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ………... 29

B. Tempat dan Waktu penelitian ……… 29

C. Populasi Penelitian ……… 29

D. Desain Sampel ……… 29

E. Variabel Penelitian ……… 30

F. Definisi Operasional ………. 30

G. Rancangan Penelitian ……… 32


(8)

commit to user BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ………. 34

B. Hasil Analisis Data ……… 36

C. Pembahasan ……… 38

D. Keterbatasan Penelitian ……….. 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 44

B. Implikasi ……… 44

C. Saran ………. 44

DAFTAR PUSTAKA ………. 46 LAMPIRAN


(9)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……….. 27 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ………. 32


(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia… 34 Tabel 4.2 Karakteristik Subjel Berdasarkan Kelompok Umur .….... 34 Tabel 4.3 Karakteristik Subjek Berdasarkan Pekerjaan .………….. 35 Tabel 4.4 Karakteristik Subjek Berdasarkan Bentuk Keluarga .…... 35 Tabel 4.5 Karakteristik Subjek berdasarkan Pendidikan ………….. 36 Tabel 4.6 Perbandingan kualitas Hidup Berdasarkan APGAR..…. 36 Tabel 4.7 Hasil Analisa Regresi Logistik tentang Hubungan Fungsi


(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Lampiran 4 Uji Analisis Data penelitian Lampiran 5 Ijin Penelitian


(12)

commit to user ABSTRAK

Ekawati Sutikno, S520809003. 2011.Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas

Hidup Lansia. Tesis : Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang : Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga lainnya. Secara teoritis jika terdapat gangguan fungsi keluarga maka akan terjadi masalah kesehatan anggota keluarga. Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 41 lansia berusia 60 tahun ke atas dipilih dari Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri. Variabel dependen yang diteliti kualitas hidup lansia. Variabel independen yang diteliti fungsi keluarga. Faktor perancu yang dikontrol meliputi umur, jenis kelamin, bentuk keluarga dan status pekerjaan.Variabel diukur dengan kuesioner yang telah dilakukan tes validitas dan reliabilitas. Data dianalisis dengan uji chi kuadrat dan model regresi logistik ganda, dengan menggunakan SPSS 17.0.

Hasil : Hasil analisis regresi logistik ganda menemukan, lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat (OR = 24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.16 hingga 533.04).

Kesimpulan : Ada hubungan positif yang sangat kuat antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Dokter keluarga disarankan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga.


(13)

commit to user ABSTRACT

Ekawati Sutikno, S520809003. 2011. Association Betweeen Family Function and

Quality of Life Among Elderly. A Thesis submitted for the Masters Program in

Family Medicine, Postgraduate Program, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background:Family is the smallest unit of a society. Health status of family member is inter-related with various problem faced by other family members. In theory, family function disorder may cause health problem of the family members. The current increasing number of the elderly leads to problem in the health and function in the elderly. This study aimed to examine the association between family function and the quality of life of the elderly.

Method:This was an analitic-observasional cross sectional study. A sample of 41 old people aged 60 years or older was selected from Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri. The dependent variable under study was quality of life of the elderly. The independent variable under study was family function. The confounding factor to control for included age, sex, type of family, and employment status. The variables were pre-tested for its validity and reliability. The data were analyzed by use of chi square and multiple logistic regresion, on SPSS 17.0.

Results: Results of the multiple logistic regression showed that elderly who came from a well-functioning family had 25 times higher probalility to have better quality of life than those who did not come from well-functioning family (OR = 24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.2 to 533.0).

Kesimpulan :Family function has strong positive association with quality of life of the elderly. Family doctors are recommended to provide information and education to families in order to increase family function.


(14)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara demografi berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk usia 60 tahun keatas adalah 11,3 juta atau 6,4 % dan pada tahun 2000 penduduk usia 60 tahun keatas adalah 7,4 % atau sekitar 15,3 juta. Proyeksi oleh Biro pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005 – 2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk. Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of the Cencus USA (1993), jumlah penduduk lansia Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414 % dan hal ini merupakan prosentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara sebagai berikut : Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes RI, 2003).

Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa ditahun 2050 jumlah warga lansia akan mencapai sekitar 60 juta jiwa, yang menyebabkan Indonesia berada pada peringkat ke 4 penduduk lansia terbanyak setelah China, India dan Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan


(15)

commit to user

berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka. (Notoatmodjo, 2007)

Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga lainnya, jika ada satu anggota keluarga yang bermasalah kesehatannya pasti akan mempengaruhi pelaksanaan dari fungsi-fungsi keluarga tersebut. (Azwar, 2007)

Sesungguhnya bentuk, siklus dan fungsi keluarga secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan setiap anggota keluarga, baik kesehatan fisik maupun mental. Sebaliknya keadaan kesehatan juga berpengaruh terhadap bentuk, siklus dan fungsi keluarga.

Untuk memahami dengan lengkap tentang keluarga perlu mengetahui siklus kehidupan keluarga sehingga akan mempermudah penyelesaian masalah kesehatan yang ditemukan pada para anggota keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai tugas-tugas tertentu agar setiap tahap dari siklus keluarga dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap keluarga jompo dimana suami istri sudah berusia lanjut masalah yang biasa terjadi adalah kesedihan , kesepian / hidup sendiri, beradaptasi dengan masa pensiunnya, mempersiapkan diri menghadapi pelbagai penyakit dan atau kelainan degeneratif (Whinney, 1989)


(16)

commit to user

Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal (Optimum Aging). Kualitas hidup lansia yang optimal bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. (Depsos, 2007).

Bila fungsi keluarga menurun dapat menyebabkan kualitas hidup lansia menurun pula dan akhirnya akan mengakibatkan angka kesakitan pada lansia meningkat dan angka kematiannya meningkat juga. Sehubungan dengan hal tersebut maka kami ingin meneliti lebih jauh tentang hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia yang diharapkan bisa sebagai satu landasan atau dasar untuk sasaran program promosi kesehatan tentang kualitas hidup lansia

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia?

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia


(17)

commit to user 2. Tujuan Khusus

Untuk menganalisa adakah hubungan antara fungsi keluarga yang diukur APGARnya (adaptation, partnership, growth, affection,

resolve) dengan kualitas hidup lansia.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan peneliti mengenai hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia

2. Manfaat Praktis

a. Bagi anggota keluarga

Meningkatan pemberdayaan anggota keluarga agar memahami tentang kesehatan dan fungsi keluarga sehingga dapat mendukung anggota keluarga yang lansia agar bisa menikmati masa tuanya dengan kualitas hidup yang optimal.

b. Bagi dokter keluarga

Dapat menggunakan penilaian fungsi keluarga dalam menangani masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup lansia

c. Bagi lansia


(18)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang disebut dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

2. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga banyak macamnya. Goldenberg (1980) membedakan bentuk keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga Inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak kandung.

b. Keluarga Besar (extended family)

Keluarga besar adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal ( ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit ) ataupun menurut garis horizontal ( kakak, adik, ipar ) yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri.


(19)

commit to user c. Keluarga Campuran (blended family)

Keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)

Keluarga menurut hukum umum adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan syah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

f. Keluarga Hidup Bersama (commune family)

Keluarga hidup bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

g. Keluarga Serial (serial family)

Keluarga serial adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki


(20)

commit to user

anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (composite family)

Keluarga gabungan adalah keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.

i. Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)

Keluarga tinggal bersama adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

3. Fungsi Keluarga

Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.

Fungsi keluarga di Indonesia banyak macamnya, menurut Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 dibedakan menjadi :

a. Fungsi keagamaan

Fungsi keagamaan adalah fungi keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa


(21)

commit to user

untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa.

b. Fungsi Budaya

Fungsi budaya adalah fungsi keluarga dalam memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.

c. Fungsi Cinta Kasih

Fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.

d. Fungsi Melindungi

Fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota keluarga.

e. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang direncanakan


(22)

commit to user

sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat manusia didunia yang penuh iman dan taqwa

f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa depan.

g. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang memberikan kemampuan kepada setiap keluarga dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.

Apabila fungsi keluarga ini dapat terlaksana dengan baik, dapatlah diharapkan terwujudnya keluarga yang sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan


(23)

commit to user

seimbang antar anggota dan antar keluara dengan masyarakat dan lingkungan, seperti yang tercantum dalam UU no. 10 tahun 1992. Terwujudnya keluarga sejahtera adalah cita-cita semua pihak, karena apabila keluarga sejahtera tersebut berhasil diwujudkan maka berarti telah terwujud pula keluarga yang sehat (healthy family).

4. Alat Pengukur Fungsi Keluarga

Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga dikembangkan suatu metode penilaian antara lain yaitu : APGAR Keluarga (Family

APGAR) dan SCREEM.

a. APGAR

Dengan metode APGAR ini dapat dilakukan penilaian atau screening fungsi keluarga secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Alat ini digunakan untuk mengukur level kepuasan hubungan dalam keluarga.

ah yPada metode ini dilakukan penilaian terhadap lima fungsi pokok keluarga, yaitu :

1) Adaptasi (Adaptation)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.


(24)

commit to user

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.

3) Pertumbuhan (Growth)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

4) Kasih Sayang (Affection)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.

5) Kebersamaan (Resolve)

Yang dinilai adalah tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga. (Balgis, 2009)

Untuk memudahkan penilaian, APGAR keluarga ini dapat dituangkan dalam satu formulir isian sebagai berikut :

NO PERNYATAAN SERING/

SELALU

KADANG-KADANG

JARANG /TIDAK

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada keluarga saya, bila saya menghadapi masalah.


(25)

commit to user 2.

3.

4.

5.

Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membahas serta membagi masalah dengan saya.

Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya melaksanakan kegiatan dan ataupun arah hidup yang baru

Saya puas dengan cara-cara keluarga saya menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi emosi

Saya puas dengan cara keluarga saya membagi waktu bersama

Untuk setiap jawaban sering / selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang diberi nilai 1, sedangkan jawaban jarang/tidak pernah diberikan nilai 0, kemudian lima nilai tersebut dijumlah, selanjutnya di nilai sebagai berikut :


(26)

commit to user

1) 7 – 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.

2) 4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

3) 0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga. (Azwar, 1997)

b. SCREEM

Alat ukur SCREEM ini penting untuk menilai kapasitas/kemampuan untuk berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis. (Balgis, 2009)

Faktor dibawah ini dapat dipertimbangkan sebagai sumber atau kelainan / patologi.

SUMBER PATOLOGI KETERANGAN

SOCIAL / SOSIAL

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga. Anggota keluarga mempunyai hubungan baik dengan lingkungan sosial disekitarnya seperti teman, menjadi anggota organisasi atau kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat

CULTURAL / BUDAYA

Kepuasan atau kebanggaan

Terisolasi dari lingkungan diluar keluarga

Problem melebihi tanggung jawab


(27)

commit to user terhadap budayanya

RELIGIOUS / AGAMA

Agama akan memberikan pengalaman spiritual yang baik

ECONOMY / EKONOMI

Kemantapan / stabilitas ekonomi yang cukup untuk memberi kepuasan yang layak terhadap status keuangan dan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan / tuntutan ekonomi

EDUCATION / PENDIDIKAN Pendidikan anggota keluarga yang memadai sehingga mampu memecahkan atau memahami sebagian besar dari masalah-masalah yang ada dalam keluarga

MEDICAL / KESEHATAN Memiliki jaminan pelayanan kesehatan atau asuransi kesehatan

Dogma yang kaku / ritual – ritual

Kesulitan ekonomi / rencana ekonomi yang

tidak benar

Keterbatasan untuk mengerti / memahami

Tidak memiliki jaminan pelayanan kesehatan atau asuransi kesehatan

Setiap faktor dinilai positif bila ada masalah dan negatif bila tidak ada masalah kemudian dihitung berapa yang positif .


(28)

commit to user 5 – 6 berarti fungsi keluarga tidak sehat 3 – 4 berarti fungsi keluarga kurang sehat 0 – 2 berarti fungsi keluarga sehat 5. Siklus Kehidupan Keluarga

Siklus kehidupan keluarga (oleh Duvall. 1977 ) terdiri dari 8 tahap yaitu: a. Tahap awal perkawinan (newly married)

Pada tahap ini pasangan baru saja menikah dan belum mempunyai anak, tahap ini biasanya berlangsung rata-rata selama 2 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi biasanya adalah penyesuaian diri dengan kehidupan keluarga yang baru dibentuk, mempersiapkan diri untuk kehamilan dan menjadi orang tua.

b. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)

Pada tahap ini keluarga telah mempunyai bayi (sampai dengan usia 30 bulan) dapat satu atau dua orang, biasanya tahap ini berlangsung rata-rata 2,5 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan bayinya, menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran untuk merawat bayinya, menyediakan rumah yang nyaman untuk orang tua dan bayinya.

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (family with preschool children)

Pada tahap ini keluarga telah mempunyai anak dengan usia prasekolah (usia 30 bulan sampai dengan 6 tahun), biasanya tahap ini berlangsung


(29)

commit to user

rata-rata 3,5 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah menyesuaikan diri dengan penghasilan dan pengeluaran untuk keperluan anaknya, menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in school)

Pada tahap ini keluarga telah memiliki anak dengan usia sekolah ( usia 6 – 13 tahun ), biasanya tahap ini berlangsung rata-rata selama 7 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah menyiapkan diri menjadi orang tua yang baik, menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran tambahan membesarkan anak usia sekolah, pengaturan pengembangan fisik, sosial, emosional, serta kecerdasan dan pendidikan anak usia sekolah.

e. Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenagers) Pada tahap ini keluarga telah memiliki anak usia remaja (13 – 20 tahun), tahap ini berlangsung rata-rata 7 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah menjadi orang tua yang baik, menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab dan emansipasi pada anak remajanya, memelihara keharmonisan keluarga untuk perkembangan mental, emosional dan kecerdasan anak remaja.

f. Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as launching centre)


(30)

commit to user

Pada tahap ini satu persatu anak meninggalkan keluarga. Dimulai dari anak tertua dan diakhiri oleh anak terkecil, biasanya berlangsung rata-rata 8 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang dihadapi adalah mempersiapkan diri untuk ditinggal anak-anak, mempersiapkan diri untuk berkomunikasi dengan anak-anak sebagai orang dewasa, lebih meningkatkan hubungan suami istri dan mempersiapkan diri untuk menjadi mertua, kakek, nenek yang baik.

g. Tahap orang tua usia menengah (parent alone in middle years)

Pada tahap ini semua anak telah meninggalkan keluarga, yang tinggal hanya suami istri dengan usia menengah ( usia sampai dengan masa pensiun ), rata-rata berlangsung selama 15 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang harus dilaksanakan adalah mempersiapkan diri untuk memasuki usia pensiun, mempersiapkan diri untuk menjadi mertua, kakek, nenek yang baik, membangun kembali hubungan suami istri.

h. Tahap keluarga usia jompo (aging family members)

Pada tahap ini suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia ( sudah memasuki masa pensiun ), berlangsung rata-rata selama 10 tahun sampai dengan 15 tahun. Tugas pengembangan keluarga yang harus dilaksanakan adalah mempersiapkan diri untuk hidup sendiri, mengisi masa pensiun dengan kegiatan yang bermanfaat, mengatur pengeluaran sesuai dengan uang pensiun, mempersiapkan diri untuk kehilangan pasangan dan menghadapi penyakit dan kelainan generatif.


(31)

commit to user

Untuk dapat berlangsungnya setiap tahap dari siklus kehidupan keluarga yang baik, tiap keluarga mempunyai tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakannya. (Whinney, 1989)

B.Lansia 1. Definisi

Lansia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlangsung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999).

Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang no.13 tahun 1998 adalah 60 tahun.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut Depkes membuat pengelompokan sebagai berikut :

a. Kelompok pertengahan umur (45-54 tahun) b. Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun) c. Kelompok usia lanjut ( 65 tahun keatas)


(32)

commit to user

d. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi ( berusia 70 tahun keatas atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat)

Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), kelopok usia 45 – 59 tahun b. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 – 70 tahun

c. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun (Notoatmodjo, 2007)

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia a. Perubahan-perubahan fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya b) Lebih besar ukurannya

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular

d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati

e) Jumlah sel otak menurun

f) Terganggu mekanisme perbaikan sel


(33)

commit to user 2) Sistem persarafan

a) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres

b) Mengecilnya saraf panca indra c) Kurang sensitif terhadap sentuhan 3) Sistem pendengaran

a) Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama nada-nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata

b) Membrana timpani menjadi atrofi

c) Terjadinya pengumpulan serumen (dapat mengeras)

d) Pendengaran makin menurun pada lanjut usia yang mengalami stress

4) Sistem penglihatan

a) Sklerosis pada sphingter pupil dan hilangnya respon sinar b) Kornea lebih berbentuk spheris

c) Lensa lebih suram

d) Hilangnya daya akomodasi e) Menurunnya lapangan pandang 5) Sistem kardiovaskuler

a) Elastisitas dinding aorta menurun b) Katub jantung menebal dan kaku

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya


(34)

commit to user

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e) Tekanan darah meningkat karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

6) Sistem pengaturan temperatur tubuh a) Temperatur tubuh menurun

b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot

7) Sistem respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

b) Menurunnya aktifitas silia c) Paru-paru kehilangan elastisitas

d) Alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

f) CO2 pada arteri tidak berganti g) Kemampuan untuk batuk berkurang 8) Sistem gastrointestinal

a) Kehilangan gigi

b) Indra pengecap menurun, atrofi indra pengecap c) Oesophagus melebar

d) Sensitifitas lapar menurun, waktu mengosongkan menurun e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi


(35)

commit to user g) Hepar makin mengecil h) Ovarium dan uterus mengecil i) Atrofi payudara

j) Sekresi lendir vagina berkurang, sifatnya jadi alkali, terjadi perubahan warna

k) Testis masih diproduksi oleh laki-laki tetapi berangsur-angsur menurun

9) Sistem genitourinaria

a) Aliran darah keginjal menurun, BJ urin menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN meningkat, nilai ambang glukosa meningkat

b) Otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun, frekwensi meningkat, resiko retensi urin meningkat

c) Pembesaran prostat d) Atrofi vulva

10) Sistem endokrin

a) Produksi hormon menurun b) Aktifitas thyroid menurun

c) Sekresi hormon estrogen, progesteron dan testosteron menurun

11) Sistem kulit

a) Kulit mengerut / keriput akibat kehilangan jaringan lemak b) Permukaan kulit kasar dan bersisik


(36)

commit to user d) Elastisitas berkurang e) Kuku menjadi keras, rapuh

f) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya g) Kuku jadi pudar dan tidak bercahaya

h) Rambut menipis dan berwarna kelabu 12) Sistem muskuloskeletal

a) Tulang kehilangas densitas, makin rapuh b) Kifosis

c) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek d) Persendian membesar dan kaku

e) Atrofi serabut otot

f) Tendon mengerut dan sklerosis b. Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah perubahan fisik, kemudian kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan.

Perubahan mental yang terjadi adalah : 1) Kenangan (memory)

2) IQ (intellgentia Quantion)

Informasi matematika dan perkataan verbal tidak berubah, penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang c. Perubahan-perubahan psikososial

Pada umumnya setelah orang setelah memasuki lansia akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi


(37)

commit to user

kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadian lansia. (Kuntjoro, 2002)

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia adalah :

1) Pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman / kenalan, pekerjaan / kegiatan

2) Merasakan atau sadar akan kematian 3) Perubahan dalam cara hidup

4) Perubahan ekonomi (economic deprivation) 5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan 6) Kehilangan teman, famili, relasi

7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri (Nugroho, 2002)

d. Perkembangan Spiritual

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

2) Makin matur dalam kehidupan beragama, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari


(38)

commit to user

3) Perkembangan spiritual menjadi universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan. (Nugroho,2002)

3. Kualitas hidup lansia

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia.

Aktivitas fisik misalnya olah – raga yang dilakukan secara rutin dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia. Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat bermanfaat bagi lansia


(39)

commit to user

untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak yang sering dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia mengalami masa dimensi dini. Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia atau karang werdha akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling memberikan perhatian, kegiatan ini akan sangat membantu para lansia untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal. (Depsos,2007)

Pada tahun1991 bagian kesehatan mental WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL). Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas hidup yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQOL – BREF ini telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia. Instrumen ini terdiri dari 26 item dan 4 domain. 4 domain tersebut adalah :

a. Kesehatan Fisik

Penyakit, kegelisahan tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kapasitas pekerjaan.


(40)

commit to user b. Psikologis :

Perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat dan konsentrasi, self

esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif,

kepercayaan individu c. Hubungan sosial :

Hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual d. Lingkungan :

Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk memperoleh ketrampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas dilingkungan, transportasi. (WHO, 2004).

Instrumen WHOQOL-BREF ini merupakan suatu instrumen yang sesuai untuk mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah responden yang kecil, mendekati distribusi normal, dan mudah untuk penggunaannya. (Hwang, 2003)

C. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia

Peranan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga serta dalam menjamin keberhasilan pelayanan keluarga amat penting sekali, karena keluarga memang punya arti dan kedudukan tersendiri dalam masalah kesehatan. (Azwar, 2007)


(41)

commit to user

Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks dimana mencakup tentang usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial. Di Indonesia para lansia biasanya tinggal bersama anaknya terutama lansia yang sudah tidak mendapatkan penghasilan sendiri. (Nawi,2010)

Fungsi keluarga yang sehat akan menyebabkan kualitas hidup anggota keluarganya menjadi baik. Penilaian dari kualitas hidup dapat dinilai dari 4 bidang yaitu fisik, psikis, sosial dan lingkungan. Bila fungsi keluarga tidak sehat maka akan dapat meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian yang akhirnya akan menurunkan kualitas hidup..

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kualitas hidup lansia ditemukan rendah pada keadaan pendidikan yang rendah, sosio ekonomi rendah, tidak menikah atau sudah hidup sendiri (pasangannya meninggal atau bercerai) dan kesehatannya terganggu, (Nawi, 2010)

D. KERANGKA BERPIKIR

Keluarga : Bentuk Keluarga Fungsi keluarga Siklus kehidupan keluarga Adaptation (adaptasi) Partnership Growth Affection (kasih Resolve Pelaksanaan fungsi keluarga : · Sehat

Kualitas hidup : · Kesehatan fisik · Psikologis · Hubungan social · Lingkungan


(42)

commit to user Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

E. Hipotesis

Ada hubungan antara fungsi keluarga (APGAR) dengan kualitas hidup lansia


(43)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di kota Kediri pada Kelompok Jantung Sehat Surya Group di Kediri. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2010 – Desember 2010

C. Populasi Penelitian

Populasi umum dalam penelitian adalah anggota Kelompok Jantung Sehat Surya Group di kota Kediri. Anggota dari Surya group adalah 134 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan usia antara 38 tahun hingga 90 tahun, dan mayoritas berusia 60 tahun keatas. Sedangkan populasi sasarannya adalah anggota kelompok jantung sehat Surya Group yang berusia 60 tahun keatas.

D. Desain Sampel


(44)

commit to user Kriteria inklusi :

· Usia lebih dari 60 tahun

· Merupakan anggota dari klub jantung sehat Surya grup

· Bersedia menjadi responden

· Pendidikan minimal SMP atau sederajat

Didalam penelitian ini penulis mengambil sampel semua lansia yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Ada 41 sampel yang memenuhi kriteria, sehingga besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 sampel.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Fungsi keluarga 2. Variabel Terikat : Kualitas hidup lansia

3. Variabel Perancu : Jenis kelamin, usia, bentuk keluarga dan status pekerjaan

F. Definisi Operasional 1. Fungsi keluarga

Kesepakatan para anggota keluarga yang terdapat dalam satu keluarga untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat dalam keluarga dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien.

(Azwar, 1997)

APGAR Merupakan salah satu alat ukur fungsi keluarga. Instrumen APGAR (adaptation, partnership, growth, affection, resolve) terdiri


(45)

commit to user

dari 5 pertanyaan, dapat digunakan untuk screening secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan hubungan dalam keluarga. (Balgis, 2009)

Hasil Pengukuran APGAR : 7 - 10 : Fungsi keluarga sehat

4 – 6 : Fungsi keluarga kurang sehat 0 – 3 : Fungsi keluarga tidak sehat Skala pengukuran : kategorikal

Dalam penelitian ini hasil pengukuran APGAR ditulis sebagai berikut : 0 : Bila fungsi keluarga kurang sehat atau tidak sehat

1 : Bila fungsi keluarga sehat 2. Kualitas hidup lansia

Kualitas hidup lansia bisa diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas. (www.depsos.go.id)

Alat ukur :

a). WHOQOL – BREF

Merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur kualitas hidup, secara umum kualitas hidup dipengaruhi oleh empat aspek yaitu: kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. (WHO, 2004) Indeks WHOQOL yang diperoleh dari pertanyaan yang menilai pikiran dari responden tentang kehidupannya dan situasi kehidupannya, kepuasan dirinya sendiri dan kesehatannya, kemampuan melaksanakan


(46)

commit to user

aktivitas sehari-hari, hubungan dengan orang lain, kondisi kehidupannya dan seluruh kehidupannya. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah berasal dari pikiran responden tentang segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian pada empat minggu terakhir. Jawaban kuesioner tersebut menggunakan skala Likert kemudian dilakukan scoring pada tiap domain, lalu skor tersebut dijumlahkan, setelah itu ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0 – 100, nilai 0 untuk kualitas hidup terburuk dan nilai 100 untuk kualitas hidup terbaik.

Skala pengukuran : kategorikal G. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Populasi

Memenuhi kriteria Sampel lansia

Kuesioner Hasil

Fungsi keluarga sehat

Fungsi keluarga tidak sehat Kualitas Hidup baik Kualitas Hidup Kualitas Hidup baik Kualitas Hidup Analisa data Kesimpulan Purposive sampling


(47)

commit to user H. Desain Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia adalah uji statistik chi kuadrat (untuk melihat adanya hubungan) dan dengan model analisa regresi logistik untuk mencari besarnya hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup. Untuk mempermudah perhitungan digunakan SPSS 17.0, dengan langkah-langkah dilakukan uji chi kuadrat lebih dahulu dan kemudian uji signifikansi model regresi logistik. Model analisa regresi logistik ini digunakan karena data yang diperoleh berskala kategorikal.


(48)

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di kelompok jantung sehat Surya Group Kediri dimana jumlah seluruh anggota adalah 134 orang, yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 92 orang perempuan sedangkan yang memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 41 orang dan semuanya menjadi sampel, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Deskripsi Data

Karakteristik subjek penelitian mencakup jenis kelamin, kelompok umur, pekerjaan dan bentuk keluarga.

1. Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin lansia Tabel 4.1 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Cakupan (orang) Persentase

Laki-laki 15 36.59% Perempuan 26 63.41% Total 41 100.00% Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 26 orang (63.41%) dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki.

2. Karakteristik subjek berdasarkan kelompok umur Tabel 4.2 Distribusi subjek berdasarkan kelompok umur


(49)

commit to user

Kelompok Umur Cakupan (orang) Persentase 60 – 70 tahun 27 65.85% >70 tahun 14 34.15% Total 41 100.00%

Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak pada usia antara 60 – 70 tahun yaitu 27 orang (65.85%), dibandingkan yang berusia 70 tahun lebih.

3. Karakteristik subjek berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Cakupan (orang) Persentase

Tidak Bekerja 15 36.59% Bekerja 26 63.41% Total 41 100.00%

Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang bekerja yaitu 26 orang (63.41%), dibandingkan yang tidak bekerja.

4. Karakteristik subjek berdasarkan bentuk keluarga Table 4.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Bentuk Keluarga

Bentuk Keluarga Cakupan (orang) Persentase

Nuclear Family 26 63.41% Extended Family 15 36.59% Total 41 100.00%


(50)

commit to user

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang berasal dari bentuk keluarga nuclear family yaitu 26 orang (63.41%), dibandingkan dengan yang berasal dari bentuk keluarga extended family.

5. Karakteristik subjek berdasarkan pendidikan Table 4.5 Distribusi Subjek Berdasarkan pendidikan

Pendidikan Cakupan (orang) Persentase SMP 16 39.02% SMA / Perguruan Tinggi 25 60.98% Total 41 100.00%

Sumber : Data Primer

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sampel lansia lebih banyak yang berpendidikan SMA / Perguruan tinggi yaitu 25 orang (60.98%), dibandingkan dengan yang berpendidikan SMP.

B. Hasil Analisis Data

Deskripsi diatas hanya menggambarkan gambaran umum tentang data pada karakteristik umum, oleh karena itu perlu dilakukan uji bivariat dengan menggunakan

Uji Chi kuadrat untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia. Pengujian dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara 2 variabel, dengan p = 0.001.


(51)

commit to user

Tabel 4.6 Perbandingan Kualitas Hidup Berdasarkan Apgar

Variabel Kualitas Hidup X² P Baik (%) Buruk (%) Total (%)

Fungsi Keluarga (APGAR)

Sehat 28 (90.3%) 3 (9.7%) 31 (100%) 11.18 0.001 Tidak Sehat 4 (40%) 6 (60%) 10 (100%)

Total 41 (100%)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ada hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia dan secara statistik signifikan.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia maka dilakukan analisis regresi logistik sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Logistik tentang Hubungan Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia

Variabel OR P CI 95%

Batas bawah Batas atas Apgar Baik 24.85 0.040 1.16 533.04 Usia > 70 tahun 0.03 0.040 0.01 0.85 Perempuan 2.05 0.599 0.14 29.96 Extended Family 1.72 0.719 0.09 32.47 Bekerja 0.71 0.826 0.03 15.11 N observasi = 41

-2 log likelihood = 19.4 Nagelkerke R² = 59.5 %


(52)

commit to user

Lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat dan terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia (OR = 24.85 ; P = 0.040 ; CI 95% 1.16 hingga 533.04)

Hubungan tersebut sudah mengendalikan pengaruh faktor perancu yaitu usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, pekerjaan.

Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup lebih baik daripada lansia dengan usia 70 tahun lebih dan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup pada lansia (OR = 0.03 ; p = 0.040 ; CI 95% 0.01 hingga 0.85) Sedangkan jenis kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan tidak menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan.

C. PEMBAHASAN

Penelitian ini mengikutsertakan 41 subyek lanjut usia pada Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri, dan didapatkan data-data yang telah disajikan diatas. Data penelitian berasal dari data primer berupa kuesioner dan data sekunder dari catatan administrasi kelompok tersebut.

Dari hasil uji chi kuadrat dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga (APGAR) dengan kualitas hidup lansia, dan dari model analisa regresi logistik didapatkan hasil lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi


(53)

commit to user

keluarga tidak sehat. Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut. (Kuntjoro, 2002). Sedangkan jenis kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia.

APGAR keluarga menilai tingkat kepuasan anggota keluarga lansia meliputi adaptation dalam hal menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya, partnership terhadap komunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi, growth dalam hal kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga, affection dalam hal kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga, resolve dalam hal kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar keluarga. Hasil APGAR yang tinggi dimana setiap anggota keluarga saling mendukung menunjukkan bahwa fungsi keluarga tersebut sehat. Dukungan dari keluarga dan lingkungan keluarga yang sehat sangat berhubungan dengan kualitas hidup lansia.

Faktor usia mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup, Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik lebih besar daripada lansia dengan usia 70 tahun lebih , dimana nilai p < 0.05. Semakin tua umur berarti kualitas hidupnya


(54)

commit to user

semakin buruk. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur terdapat penurunan fisik, perubahan mental (penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang), perubahan psikososial antara lain : Pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman / kenalan, pekerjaan / kegiatan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi (economic

deprivation), penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya kekuatan

dan ketegapan fisik (Nugroho, 2002)

Terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pada lansia. Peneliti seperti Ng.Nawi pada penelitiannya di Purworejo Jawa Tengah menyebutkan bahwa lansia berjenis kelamin perempuan cenderung mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa dikarenakan perbedaan status sosial dan ekonomi antara populasi di Purworejo yang pekerjaannya mayoritas petani dan ekonominya menengah kebawah, sedangkan pada kelompok jantung sehat Surya Group ini mayoritas masih bekerja mandiri dan dari segi ekonomi tergolong cukup mampu, sehingga mungkin menyebabkan tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup. Berdasarkan data dari Meneg Pemberdayaan perempuan tampak bahwa usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki sehingga permasalahan lanjut usia secara umum di Indonesia sebenarnya adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan. Perempuan lansia di Indonesia berpotensi mengalami diskriminasi ganda, karena statusnya sebagai perempuan dan sebagai penduduk lansia. Sebagai


(55)

commit to user

perempuan diskriminasi disebabkan oleh struktur sosial dan budaya masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini sebagai akibat dari perbedaan yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari perbedaan gender. Karena perbedaan gender ini menyebabkan perempuan terbiasa mengurus dirinya sendiri.

Hasil penelitian tentang hubungan bentuk keluarga dengan kualitas hidup lansia hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan. Sosiobudaya di masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa orang tua (lansia) cenderung tinggal bersama dengan anaknya, dan anaknya akan merawat orang tuanya tersebut khususnya bila orang tuanya sudah tidak produktif. (Nawi, 2010). Tetapi sekarang terdapat perubahan karakteristik keluarga dari keluarga besar (extended family) menjadi keluarga inti (nuclear

family) mulai tampak dan jelas terjadi di Indonesia, dimana extended

family jumlahnya mulai menurun dan nuclear family meningkat. Hal ini

dipengaruhi oleh empat hal, antara lain :

Pertama, keberhasilan program Keluarga Berencana, yang disebabkan saat ini pemerintah sedang menggalakkan perlunya merencanakan dan mengatur kehamilan dan kelahiran pada pasangan usia subur dan masyarakat semakin sadar perlunya mengatur kehamilan dan kelahiran demi terwujudnya keluarga yang sehat dan sejahtera.

Kedua, kemajuan industrialisasi yang menyebabkan keluarga menjadi lebih bersifat mobile, keluarga tidak lagi terikat oleh sebidang tanah untuk penghidupannya, melainkan mereka akan berpindah ketempat


(56)

commit to user

dimana ada pekerjaan, sehingga dapat memperlemah hubungan ikatan kekerabatan dalam keluarga besar.

Ketiga, keberhasilan emansipasi perempuan, dimana perempuan mendapatkan kesempatan untuk bekerja di luar rumah sehingga perempuan perlu mengatur kehamilan dan jumlah anaknya, karena dengan kehamilan dan banyak anak dapat mengganggu pekerjaannya.

Keempat, berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam masyarakat dari corak agraris ke corak industri. Dalam masyarakat agraris semua anggota keluarga, anak-anak, wanita dan lansia dapat turut serta dalam proses produksi pertanian, sehingga seluruh keluarga besar anggotanya akan memberikan keuntungan ekonomi, sedangkan dalam masyarakat industri anak-anak dan lansia tidak dapat turut serta dalam proses produksi di pabrik sehingga mereka secara otomatis akan menjadi beban keluarga, akibatnya keluarga akan cenderung memisahkan diri dari anggota keluarga yang nonproduktif untuk mengurangi beban hidup. Selain itu juga ada kecenderungan anak-anak pindah kekota besar untuk mendapatkan karir yang lebih baik. Meskipun demikian pada hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk keluarga dengan kualitas hidup hal ini dapat dikarenakan para lansia ini masih mempunyai pekerjaan sendiri dan beberapa aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya sehingga meskipun mereka tidak hidup dengan anaknya tetapi mereka tidak merasa kesepian.

Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada


(57)

commit to user

lansia, sedangkan pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa pekerjaan berhubungan dengan sosioekonomi dan hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup, sosioekonomi yang rendah berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah dan status kesehatan yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena dengan sosio ekonomi yang rendah akan lebih sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal, kesempatan rekreasi, mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungannya, dan cenderung menjadi tidak percaya diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ng. Nawi dkk di Purworejo Jawa Tengah pada tahun 2010, mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang lebih tua, tidak menikah / janda / duda, pendidikan rendah dan ekonomi rendah berhubungan kualitas hidup dan status kesehatan yang rendah pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Brajkovic mendapatkan hasil bahwa kualitas hidup pada lansia yang tinggal dirumahnya sendirian mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan lansia yang tinggal didalam rumah perawatan. Hal ini dikarenakan di rumah perawatan terdapat pelayanan kesehatan 24 jam, mempunyai interaksi interpersonal yang baik dan kehidupan sosial yang baik.

Pada umumnya di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa, kualitas hidup lansia sangat dipengaruhi oleh fungsi keluarga karena kultur budaya di Jawa biasanya orang tua / lansia tinggal bersama dengan anaknya dan setelah mereka tidak produktif lagi. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti interaksi keluarga tersebut dengan tetangga-tetangganya, keaktifan keluarga


(58)

commit to user

mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Keluarga sangat dipengaruhi oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut oleh keluarga tersebut dan ketaatannya terhadap agama itu. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi keluarga, pada beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa pendidikan yang rendah, fungsi keluarga tersebut cenderung rendah karena pengetahuannya rendah dan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik. Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi, bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga juga tidak akan sehat, karena anggota keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, makanan yang bergizi, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik. Kesehatan sangat mempengaruhi fungsi keluarga, bila terdapat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai maka fungsi keluarga akan menjadi tidak sehat karena anggota keluarganya tidak sehat akan menyebabkan angka kesakitan pada keluarga tersebut meningkat dan mengakibatkan kualitas hidupnya buruk.

Pengukuran kualitas hidup dari lansia itu sendiri terdiri dari 4 domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, kehidupan sosial dan lingkungannya yang sangat berhubungan dengan fungsi keluarga, dan dipengaruhi juga oleh SCREEM (social, culture, religious, education, economic, medical)

Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami,


(59)

commit to user

adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut,

D. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian disebabkan oleh obyek penelitiannya adalah manusia yang mempunyai karakteristik dan kepentingan yang beragam dan penelitian ini hanya mengunakan satu variabel bebas yaitu fungsi keluarga dan satu variabel terikat yaitu kualitas hidup manusia.

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan dengan kualitas hidup pada lansia. Dengan demikian perlu penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kuasa statistik (statistical power) .


(60)

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang lansia yang menjadi anggota Kelompok Jantung sehat Surya Group Kediri dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia, dan lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat.

B. Implikasi

Pelayanan dokter keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dengan lebih meningkatkan perhatian secara menyeluruh dari fungsi keluarga. Peran dokter keluarga diharapkan dapat memberikan upaya diagnosis yang holistik, komprehensif, dengan memperhatikan peran dan fungsi keluarga. Dokter dapat memberikan informasi dan edukasi (promotif dan preventif) kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga sehingga kualitas hidup lansia menjadi lebih baik.

C. Saran

1. Pemerintah dan pusat layanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan tingkat primer hendaknya meningkatkan pelayanan kesehatannya berdasarkan Family Oriented Medical Education (FOME) pada


(61)

commit to user

keluarga-keluarga dengan berorientasi pada fungsi keluarga dan memberi perhatian lebih untuk pelayanan kesehatan kepada lansia secara holistik dan komprehensif

2. Kepada keluarga lansia diharapkan dapat meningkatkan fungsi keluarganya, sehingga dapat selalu mendukung para lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Kepada para lansia hendaknya lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, selalu bersosialisasi di masyarakat dan tetap produktif.


(1)

commit to user

dimana ada pekerjaan, sehingga dapat memperlemah hubungan ikatan kekerabatan dalam keluarga besar.

Ketiga, keberhasilan emansipasi perempuan, dimana perempuan mendapatkan kesempatan untuk bekerja di luar rumah sehingga perempuan perlu mengatur kehamilan dan jumlah anaknya, karena dengan kehamilan dan banyak anak dapat mengganggu pekerjaannya.

Keempat, berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam masyarakat dari corak agraris ke corak industri. Dalam masyarakat agraris semua anggota keluarga, anak-anak, wanita dan lansia dapat turut serta dalam proses produksi pertanian, sehingga seluruh keluarga besar anggotanya akan memberikan keuntungan ekonomi, sedangkan dalam masyarakat industri anak-anak dan lansia tidak dapat turut serta dalam proses produksi di pabrik sehingga mereka secara otomatis akan menjadi beban keluarga, akibatnya keluarga akan cenderung memisahkan diri dari anggota keluarga yang nonproduktif untuk mengurangi beban hidup. Selain itu juga ada kecenderungan anak-anak pindah kekota besar untuk mendapatkan karir yang lebih baik. Meskipun demikian pada hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara bentuk keluarga dengan kualitas hidup hal ini dapat dikarenakan para lansia ini masih mempunyai pekerjaan sendiri dan beberapa aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya sehingga meskipun mereka tidak hidup dengan anaknya tetapi mereka tidak merasa kesepian.

Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada


(2)

commit to user

lansia, sedangkan pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa pekerjaan berhubungan dengan sosioekonomi dan hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup, sosioekonomi yang rendah berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah dan status kesehatan yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena dengan sosio ekonomi yang rendah akan lebih sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal, kesempatan rekreasi, mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungannya, dan cenderung menjadi tidak percaya diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ng. Nawi dkk di Purworejo Jawa Tengah pada tahun 2010, mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang lebih tua, tidak menikah / janda / duda, pendidikan rendah dan ekonomi rendah berhubungan kualitas hidup dan status kesehatan yang rendah pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Brajkovic mendapatkan hasil bahwa kualitas hidup pada lansia yang tinggal dirumahnya sendirian mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan lansia yang tinggal didalam rumah perawatan. Hal ini dikarenakan di rumah perawatan terdapat pelayanan kesehatan 24 jam, mempunyai interaksi interpersonal yang baik dan kehidupan sosial yang baik.

Pada umumnya di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa, kualitas hidup lansia sangat dipengaruhi oleh fungsi keluarga karena kultur budaya di Jawa biasanya orang tua / lansia tinggal bersama dengan anaknya dan setelah mereka tidak produktif lagi. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti interaksi keluarga tersebut dengan tetangga-tetangganya, keaktifan keluarga


(3)

commit to user

mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Keluarga sangat dipengaruhi oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut oleh keluarga tersebut dan ketaatannya terhadap agama itu. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi keluarga, pada beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa pendidikan yang rendah, fungsi keluarga tersebut cenderung rendah karena pengetahuannya rendah dan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik. Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi, bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga juga tidak akan sehat, karena anggota keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, makanan yang bergizi, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik. Kesehatan sangat mempengaruhi fungsi keluarga, bila terdapat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai maka fungsi keluarga akan menjadi tidak sehat karena anggota keluarganya tidak sehat akan menyebabkan angka kesakitan pada keluarga tersebut meningkat dan mengakibatkan kualitas hidupnya buruk.

Pengukuran kualitas hidup dari lansia itu sendiri terdiri dari 4 domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, kehidupan sosial dan lingkungannya yang sangat berhubungan dengan fungsi keluarga, dan dipengaruhi juga oleh SCREEM (social, culture, religious, education, economic, medical)

Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami,


(4)

commit to user

adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut,

D. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian disebabkan oleh obyek penelitiannya adalah manusia yang mempunyai karakteristik dan kepentingan yang beragam dan penelitian ini hanya mengunakan satu variabel bebas yaitu fungsi keluarga dan satu variabel terikat yaitu kualitas hidup manusia.

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin, bentuk keluarga dan pekerjaan dengan kualitas hidup pada lansia. Dengan demikian perlu penelitian lebih lanjut dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kuasa statistik (statistical power) .


(5)

commit to user

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang lansia yang menjadi anggota Kelompok Jantung sehat Surya Group Kediri dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia, dan lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat.

B. Implikasi

Pelayanan dokter keluarga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dengan lebih meningkatkan perhatian secara menyeluruh dari fungsi keluarga. Peran dokter keluarga diharapkan dapat memberikan upaya diagnosis yang holistik, komprehensif, dengan memperhatikan peran dan fungsi keluarga. Dokter dapat memberikan informasi dan edukasi (promotif dan preventif) kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga sehingga kualitas hidup lansia menjadi lebih baik.

C. Saran

1. Pemerintah dan pusat layanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan tingkat primer hendaknya meningkatkan pelayanan kesehatannya


(6)

commit to user

keluarga-keluarga dengan berorientasi pada fungsi keluarga dan memberi perhatian lebih untuk pelayanan kesehatan kepada lansia secara holistik dan komprehensif

2. Kepada keluarga lansia diharapkan dapat meningkatkan fungsi

keluarganya, sehingga dapat selalu mendukung para lansia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Kepada para lansia hendaknya lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, selalu bersosialisasi di masyarakat dan tetap produktif.


Dokumen yang terkait

Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Lansia di Lingkungan IX Kelurahan Petisah Hulu Medan.

15 112 98

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA DI KELURAHAN MAGETAN KABUPATEN MAGETAN.

0 1 15

Hubungan Determinan Biopsikososial dengan Kualitas Hidup Lansia di Surakarta.

0 0 14

Hubungan antara Fungsi Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta | Putri | Jurnal Mutiara Medika 921 2655 1 PB

0 1 7

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS (1)

0 0 8

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia di Desa Pogungrejo Porworejo - DIGILIB UNISAYOGYA

1 1 15

HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PADUKUHAN KARANG TENGAH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PADUKUHAN KARANG TENGAH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA -

0 1 14

HUBUNGAN FUNGSI FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI DESA ADISARA KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

0 1 16