STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG.

(1)

No.Daftar/FPEB/116/UN40.7.D1/LT/2014

STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

ASTRI KHUSNUL KHOTIMAH 0707591

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG

Oleh:

ASTRI KHUSNUL KHOTIMAH

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Astri Khusnul Khotimah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG

Skripsi ini telah diperbaiki dan disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.H.Disman, MS Dr.H.Amir Machmud, SE., M.Si

NIP.19590209198412 1 001 NIP. 19710411201012 1 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan ”Studi Deskripsi

Kemiskinan Di Kota Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dengan pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014

Yang Membuat Pernyataan


(5)

ABSTRAK

“Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung”

Di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Disman, MS. Dan Dr.H.Amir Machmud, SE., M.Si

Oleh

Astri Khusnul Khotimah (0707591)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kemiskinan keluarga pra sejahtera di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei deskriptif. Data diperoleh melalui angket dan pengolahan data menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil penelitian smenunjukkan bahwa masyarakat pra sejahtera di kota Bandung memiliki beban tanggungan yang cukup tinggi sehingga mendorong pengeluaran yang lebih tinggi dibanding pendapatan yang mereka terima setiap bulannya. Hal tersebut juga mendorong belum bisa terpenuhinya kebutuhan pangan dan papan mereka secara layak. Jenis pekerjaan yang mereka umumnya adalah pekerja kasar seperti petani, buruh maupun pekerjaan kasar lainnya.


(6)

ABSTRACT

“Study Description of Poverty in Bandung”

Under the guindance of Prof.Dr.H.Disman, MS. and Dr.H.Amir Machmud, SE., M.Si

By

Astri Khusnul Khotimah (0707591)

Purpose of this study to describe the family poverty pre prosperous family in the city of Bandung. methods used in this study is a descriptive survey. Data obtained through the questionnaire and data processing using descriptive analysis with the help of the program SPSS 16.0.

The result showed that the underprivileged people in the city of Bandung has a dependency that is high enough to encourage higher spending than the income they receive each month. It also encourages food needs can not be fulfilled properly and their boards. This type of work they are generally blue-collar workers such as farmers, laborers, and other menial jobs.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO

PERNYATAAN BERITA ACARA ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... .. i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ………. ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Kemiskinan ... 8

2.1.1.1 Garis Kemiskinan ... 11

2.1.1.2 Kemiskinan Absolut ... 13

2.1.1.3 Kemiskinan Relatif ... 14

2.1.1.4 Kemiskinan Kultural ... 16

2.1.1.5 Kemiskinan Struktural ... 17

2.1.1.6 Penyebab Kemiskinan ... 18

2.1.2 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu ... 20


(8)

v

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 25

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4.1 Populasi …… ... 27

3.4.2 Sampel …….. ... 27

3.4 Operasionalisasi Variabel ... 30

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6 Teknik Analisis ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 33

4.1.2 Deskripsi Responden ... 34

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 35

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 35

4.1.3 Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung ... 36

4.1.3.1 Pendapatan ... 36

4.1.3.2 Beban Tanggungan ... 38

4.1.3.3 Pekerjaan ... 39

4.1.3.4 Intensitas Konsumsi ... 40

4.1.3.5 Tempat Tinggal ... 41

4.1.3.6 Analisis Jenis kelamin dan Usia dengan Pekerjaan ... 42

4.2 Pembahasan…….. ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan …… ... 50

5.2 Saran ……… ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kepala Keluarga Pra Sejahtera Di Kota Bandung

Berdasarkan Wilayah Tahun 2011 ... 3

Tabel 1.2 Data Penerima BLSM Di Kota Bandung Menurut Wilayah Tahun 2013 ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan Menurut Wilayah Tahun 2011 ... 5

Tabel 2.1 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Sampel Proporsional ... 29

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 30

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia ... 35

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.4 Gambaran Sumber Pendapatan dan Jumlah Pengeluaran Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 37

Tabel 4.5 Gambaran Jumlah Tanggungan dan Jumlah Pengeluaran Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 38

Tabel 4.6 Gambaran Pekerjaan dan Jumlah Pengeluaran Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 39

Tabel 4.7 Gambaran Intensitas Makan dan Jumlah Pengeluaran Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 40

Tabel 4.8 Gambaran Status Rumah Tinggal dan Jumlah Pengeluaran Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 41

Tabel 4.9 Gambaran Jenis Kelamin dan Pekerjaan Kepala Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 42

Tabel 4.10 Gambaran Usia dan Pekerjaan Kepala Keluarga Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung ... 43


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan itu sangatlah luas. Kemiskinan bisa saja terjadi dikalangan masyarakat manapun, bisa terjadi diberbagai tingkat usia manapun maupun diberbagai tingkat pendapatan masyarakat.

Persoalan kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrument tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka.

Umumnya ketika orang berbicara mengenai kemiskinan, maka yang dimaksud adalah kemiskinan material, dimana seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok. Padahal, kemiskinan tidak hanya terkait dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi kemiskinan juga terkait erat dengan berbagai dimensi kehidupan lainnya seperti kesehatan, pendidikan, jaminan masa depan, dan peranan sosial.

Garis kemiskinan adalah besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya baik kebutuhan hidup minimum untuk makanan atau bukan makanan. Konsep garis kemiskinan seringkali dipakai untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang dapat dipakai seseorang untuk


(11)

2

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan perumahan yang diharapkan mampu menjamin kehidupannya. Dari sini maka tidak terlalu sulit untuk mengatakan bahwa orang miskin akan nampak pada kurangnya bahan makanan, pakaian, dan perumahan yang dimiliki seseorang atau kelompoknya (Todaro, 2006:87).

Kemiskinan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional /BKKBN adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.

Miskin atau kurang sejahtera diidentifikasikan dalam keluarga sebagai berikut: 1. Pra Keluarga Sejahtera, adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keluarga berencana. Secara operasional mereka tampak dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut: a. Menjalankan ibadah sesuai agamanya,

b. Makan minimal 2 kali per hari, c. Pakaian lebih dari satu pasang,

d. Sebagian besar lantai rumahnya bukan dari tanah, dan e. Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis, seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Secara optimal mereka tidak mampu memenuhi salah satu indikator sebagai berikut:

a. Menjalankan ibadah secara teratur,

b. Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan, c. Minimal memilki baju baru sekali dalam setahun,

d. Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10 – 60 tahun yang buta huruf latin, e. Semua anak berusia 7 – 15 tahun bersekolah,


(12)

3

g. Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masing dapat melaksanakan fungsinya dengan baik (Roro, 2011:3).

Terkadang yang kita ketahui, kemiskinan banyak terjadi di daerah-daerah terpencil saja. Namun tentu saja, kemiskinan bisa terjadi di mana saja. Begitupun dengan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung. Berikut adalah jumlah kepala keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung berdasarkan wilayah tahun 2011:

Tabel 1.1

Jumlah Kepala Keluarga Pra Sejahtera di Kota Bandung Berdasarkan Wilayah Tahun 2011

No. Wilayah Jumlah Kepala Keluarga Pra Keluarga Sejahtera

1. Bojonagara 629

2. Cibeunying 2.552

3. Tegalega 6.641

4. Karees 4.369

5. Ujungberung 3.275

6. Gedebage 1.248

Jumlah 18.714

Sumber: BPS,Bandung Dalam Angka 2012

Berdasarkan Tabel 1.1 tampak bahwa jumlah KK Pra Keluarga Sejahtera di Kota Bandung berdasarkan wilayah tahun 2011 sebanyak 18.714 kepala keluarga, wilayah Tegalega memiliki jumlah kepala keluarga pra keluarga sejahtera tertinggi sebesar 6.641 kepala keluarga, sedangkan wilayah Bojonagara merupakan yang terendah yaitu 629 kepala keluarga.

Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengetaskan kemiskinan ialah dengan memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada rakyat miskin di Indonesia. Kebijakan pemerintah terkait dengan bantuan tersebut diakibatkan semakin bertambahnya jumlah masyarakat miskin, Jenis bantuan saat ini yang diberikan langsung oleh pemerintah kepada masyarakat Indonesia salah


(13)

4

satunya Kota Bandung yang dilatarbelakangi adanya kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak). Bantuan ini ditujukan kepada rakyat miskin karena ingin membantu dalam hal financial yaitu BLSM (Bantuan Langsung Sementara masyarakat). Berikut data masyarakat penerima BLSM di Kota Bandung menurut wilayah Tahun 2013:

Tabel 1.2

Data Penerima BLSM di Kota Bandung Menurut Wilayah Tahun 2013

No. Wilayah Jumlah Penerima

BLSM

1. Bojonagara 320

2. Cibeunying 1.100

3. Tegalega 4.234

4. Karees 2.350

5. Ujungberung 1.500

6. Gedebage 698

Jumlah 10.202

Sumber : Dinas Sosial Kota Bandung

Tingkat pendidikan dibagi kedalam 5 kategori yaitu tidak tamat SD, SD dan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan kepala keluarga di Kota Bandungkhususnya kepala keluarga pra keluarga sejahtera dan yang mendapatkan BLSM masih rendah terbukti bahwa kebanyakan kepala keluarga sekolah sampai tamatan SD dan SLTP. Data berikut menggambarkan bagaimana tingkat pendidikan di Kota Bandung berdasarkan Kepala Keluarga Pra KS.


(14)

5

Tabel 1.3

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan menurut Wilayah Tahun 2011

Wilayah Tidak

Tamat SD Tamat SD-SLTP Tamat SLTA Tamat AK/PT

Bojonagara 40 130 117 33

Cibeunying 280 320 372 28

Tegalega 578 1644 1923 89

Karees 43 1242 987 78

Ujungberung 98 410 900 92

Gedebage 98 300 270 30

Sumber : BPS Bandung Dalam Angka 2012

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya (Ala, 1996:6). Kemiskinan yang sedang diteliti di Kota Bandung ini penulis kategorikan ke dalam kategori kemiskinan absolut, karena penelitian difokuskan kepada golongan masyarakat miskin kepala keluarga pra keluarga sejahtera yang berarti bahwa hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan masyarakat tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan minimum mereka.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk dari minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan menjadikan orang berkeinginan untuk merantau ke kota-kota besar salah satunya Kota Bandung. Namun, hal tersebut belum tentu sesuai dengan yang diharapkan. Kehidupan di perkotaan menjadi semakin keras saat semua orang berusaha untuk mendapat kesejahteraan. Banyak orang yang mempunyai kemampuan di bidangnya dapat dengan mudah mencapainya, namun banyak juga yang malah menganggur di perkotaan tersebut.


(15)

6

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang kemiskinan di Kota Bandung dilihat dari jumlah penduduk dan sosial budaya. Selengkapnya judul penelitian yang akan penulis angkat adalah “STUDI DESKRIPSI KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana deskripsi pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera di KotaBandung?

b. Bagaimana deskripsi pengeluaran keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung?

c. Bagaimana deskripsi beban tanggungan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung?

d. Bagaimana deskripsi pekerjaan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung? e. Bagaimana deskripsi intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera di Kota

Bandung?

f. Bagaimana deskripsi tempat tinggal keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. b. Untuk mengetahui pengeluaran keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. c. Untuk mengetahui beban tanggungan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota

Bandung.

d. Untuk mengetahui pekerjaan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung. e. Untuk mengetahui intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera di Kota


(16)

7

f. Untuk mengetahui tempat tinggal keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang terkait diantaranya adalah:

a. Bagi penulis dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Bagi pembuat kebijakan dapat berguna sebagai bahan informasi dalam melakukan langkah-langkah yang perlu ditempuh guna mengurangi kemiskinan di Indonesia c. Bagi kalangan akademis dapat berguna sebagai bahan kajian dalam

mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan tentang betapa pentingnya adanya pemerataan kesejahteraan rakyat

d. Bagi masyarakat luas dapat berguna sebagai bahan informasi yang benar tentang kemiskinan di Kota Bandung, dan umumnya di Indonesia.


(17)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian, karena objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian ini adalah kemiskinan masyarakat. Subjek penelitian yaitu kepala keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu metode yang bertujuan meneliti, mengolah, dan menyajikan data-data untuk memberikan gambaran yang nyata dan jelas mengenai situasi-situasi sosial dalam penelitian yang menjelaskan hubungan diantara variabel-variabel yang terlibat di dalamnya. Hal ini diperjelas oleh Arikunto (1989:48) sebagai berikut:

“Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau

menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan klasifikasi dan analisa/pengolahan data, mebuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk mebuat pngambaran

tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi”.

Selanjutnya terkait dengan metode deskriptif analitik ini Nazir (1999:64) berpendapat bahwa :

“Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat akan situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung, dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.


(18)

26

Menurut Singarimbun (2005:4), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran secara faktual dan menghimpun fakta tanpa melakukan pengujian hipotesa.

Adapun ciri-ciri dari metode penelitian deskriptif analitik adalah tidak hanya memberikan gambaran saja terhadap suatu fenomena tetapi juga menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan impilikasi dari suatu permsalahan yang ingin dipecahkan.

3.3 Populasi dan Sample 3.3.1 Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dalam hal ini objek dapat berbentuk benda, manusia maupun peristiwa yang dapat dijadikan objek atau sasaran penelitian.

Adapun pendapat yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2006: 130). Pendapat lain dikemukakan oleh Singarimbun (1991 :152) menyatakan bahwa “populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Namun adakalanya objek penelitian atau populasi terlampau luas, oleh karena itu dalam mengadakan penelitian ini seorang peneliti harus mempertimbangkan khususnya yang berkaitan dengan tenaga, biaya dan waktu yang jelas tentang metode yang digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dalam hal tersebut.

Dalam penelitian ini yang dijadikan polulasi adalah Kepala Keluarga kategori pra keluarga sejahtera yang menerima bantuan dengan pendidikan tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Kota Bandung yang berjumlah 1.137 kepala keluarga.


(19)

27

3.3.2 Sample

Menurut Sugiyono (2008:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode random sampling, yaitu pengambilan sample secara acak sederhana, ialah sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satu elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sample.

Adapun yang menjadi sampel yaitu kepala keluarga pra keluarga sejahtera di enam kecamatan di Kota Bandung yaitu Bandung Kulon, Kiaracondong, Bojongloa Kidul, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kaler, dan Rancasari.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :131), Sampel adalah sebagian atau wakil

1 ) .( 2

N N S

ket: =0,05 keterangan :

S = Sampel N = Populasi

= Bilangan yang sudah ditentukan 0,05

Perhitungan di atas di dapat dengan menggunakan teknik sampling (Nazir, 2005:34).


(20)

28

Adapun tahap dalam pengambilan sampel menentukan besarnya alokasi sampel yang dibagi secara proporsional di setiap wilayah dengan menggunakan Rumus :

ni = Ni x n N

Dimana :

N = Jumlah populasi seluruhnya N1 = Jumlah populasi menurut sratum ni= Jumlah sampel menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya. (Riduwan, 2004 : 45)


(21)

29

Adapun sampel secara proporsionalnya yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1

Sampel Proporsional

Sumber: diolah dari hasil penelitian

Wilayah Kecamatan Jumlah Penduduk

Miskin

Ukuran Sample

1. Bojonagara 1. Cicendo

2.Sukasari 3. Andir 4. Sukajadi

40

n1 =

10

2. Cibeunying 1.Cidadap

2.Coblong 3.Cibeunying kaler 4.Cibeunying Kidul 5.Sumur Bandung 6.Bandung Wetan 280

n1 =

73

3. Tegalega 1.Bandung Kulon

2.Bojongloa Kaler 3.Astanaanyar 4.Bojongloa Kidul 5.Babakan Ciparay

578

n1 =

4.Karees 1.Lengkong

2.Kiaracondong 3.Regol 4.Batununggal 5.Buah Batu

43

n1 =

5.Ujungberung 1.Mandalajati

2.Arcamanik 3.Ujungberung 4.C.ibiru 5.Antapani 6.Cinambo 98

n1 =

6.Gedebage 1.Rancasari

2.Bandung kidul 3.Gedebage 4.Panyileukan

98

n1 =


(22)

30

3.4 Operasionalisasi Variabel

Pada dasarnya variabel yang akan diteliti dikelompokan dalam konsep teoritis, empiris dan analitis. Konsep merupakan variabel utama yang bersifat umum. Konsep empiris merupakan konsep yang bersifat operasional dan terjabar dari konsep teoritis. Konsep analitis adalah penjabaran dari konsep teoritis dimana data itu diperoleh. Penelitian ini hanya meneliti variabel kemiskinan saja yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Tingkat kemiskinan Kondisi kekurangan dalam memenuhi kebuthan dasar manusia seperti: kebutuhan akan makanan, pakaian, perumahan, hidup sehat, pendidikan, komunikasi sosial, dan lainnya (Tambunan 1996:53). Masyarakat yang termasuk dalam keluarga Pra keluarga sejahtera di Kota Bandung menggunakan indikator : - BKKBN 1.Pendapatan 2.Pengeluaran 3.beban tanggungan 4.intensitas konsumi 5.tempat tinggal. Ordinal


(23)

31

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder data yang sudah tersedia berupa catatan atau dokumentasi lembaga atau perusahaan. Unuk data primer pengumpulan datanya adalah dengan cara menyebar angket (kuesioner).

Menurut Arikunto (2010:268) sebelum menyusun angket harus melalui beberapa prosedur yaitu :

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner 2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan kuesioner

3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

Sedangkan untuk data sekunder teknik pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari literature, arsip-arsip, dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data hasil jawaban dari responden dilakukan analisa crosstab, yaitu merupakan analisa yang masuk dalam kategori statistik deskripsi di mana menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang menunjukkan suatu distribusi bersama dengan pengujian hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Singarimbun (2005:273), analisa tabulasi silang adalah metode analisa yang paling sederhana tetapi memiliki daya menerangkan cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antarvariabel.

Analisa crosstab termasuk ke dalam analisis statistik deskriptif. Deskripsi data yang dilakukan meliputi ukuran pemusatan data, yang meliputi mean, median, dan modus. Adapun pengertian dari mean, median, dan modus menurut Santosa dan Hamdani (2007:68) sebagai berikut:


(24)

32

a.Mean merupakan nilai rata-rata dari suatu jumlah populasi atau juga menjadi nilai rata-rata dari suatu jumlah sample atau bisa diartikan nilai yang dianggap dapat mewakili suatu kumpulan data.

b.Median adalah nilai tengah dari rangkaian data yang telah diurutkan, dari data dengan nilai paling kecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Dengan menghitung median suatu rangkaian data, distribusinya terbagi menjadi dua bagian yang sama yakni separuh berada di bawah nilai median, sedangkan separuhnya lagi berada di atas nilai median.

c.Modus adalah data yang memiliki frekuensi terbanyak atau palin g sering terjadi suatu rangkaian data dikatakan memiliki modus bila terdapat satu data yang mempunyai jumlah terbesar.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif terkait hasil penelitian tentang kemiskinan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Responden sebagian besar memiliki pendapatan kurang dari Rp. 500.000 per bulan artinya pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera berada di bawah garis kemiskinan di Kota Bandung pada tahun terakhir sebesar Rp. 407.437 per kapita per bulan. Pendapatan keluarga miskin terima setiap bulannya bersumber dari upah mereka bekerja serta sumbangan yang mereka terima baik dari keluarga maupun pemerintah.

2. Responden sebagian besar memiliki tingkat pengeluaran kurang atau sama dengan Rp. 500.000 dan memiliki tingkat pengeluaran melebihi tingkat pendapatan yang mereka peroleh tiap bulannya.

3. Jumlah tanggungan keluarga miskin di kota Bandung memiliki beban tanggungan lebih dari 5 orang dan sebagian responden lainnya memiliki jumlah tanggungan dibawah 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga pra keluarga sejahtera sebagian besar tidak mengikuti program KB sehingga memiliki keturunan lebih dari 5 orang.

4. Pekerjaan kepala keluarga sejahtera di Kota Bandung sebagian besar pekerja kasar seperti, buruh, pembantu rumah tangga, pemulung, tukang sampah, dan pekerjaan lainnya.

5. Intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera dominan intensitas konsumsinya 1 kali sehari, dan sebagian kecil intensitas konsumsinya 2 kali


(26)

51

sehari. Artinya, beban hidup yang mereka tanggung berimbas pada kualitas hidup yang mereka jalani seperti tampak pada intensitas konsumsi mereka.

6. Keluarga pra sejahtera di Kota Bandung belum bisa hidup mandiri tinggal di rumah sendiri ataupun mengontrak. Dalam hal ini mereka masih hidup menumpang di kerabat atau tinggal di fasilitas umum.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis ajukan berkaitan dengan hasil penelitian adalah :

1. Pemerintah Kota Bandung harus lebih meningkatkan lagi kualitas pendidikan baik formal maupun informal dengan cara pemberian beasiswa gratis bagi siswa yang berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, meyediakan fasilitas dan mengadakan kursus keterampilan.

2. Untuk mengatasi kepadatan penduduk dapat dilakukan dengan sosialisasi penyuluhan keluarga berencana KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Diharapkan keluarga pra sejahtera dapat mengikuti program KB guna meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga.

3. Memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga miskin. Di sisi lain peningkatan akses bterhadapa pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Perbaikan pelayanan kesehatan, status kesehatan yang lebih baik akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. 4. Pemerintah harus menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok untuk menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras seperti penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton dan stabilisasi/kepastian harga komoditas primer.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Bandung: Imperial Bakti Utama.

Ala, BA. (1996). Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. (2008). Perhitungan angka kemiskinan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2010). Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan,dan Distribusi Pendapatan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS JABAR. (2012). Bandung dalam Angka 2012. Bandung: Tidak Diterbitkan. Hafsah, Moch. Jafar. (2008). Pengetasan Kemiskinan melalui Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hamid. (2008).

Jhinghan, M.L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali. Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan.

Yogyakarta: UUP STIM YKPN.

Nazir, Mohammad. (2005). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Singarimbun, Masri. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta: CPES.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R². Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2009). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Suparmoko, M. (2002). Ekomomi Publik. Yogyakarta: Andi.


(28)

53

Todaro, Michael P. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sumber Lain

Arsita. (2009). Analisis Pengaruh Pengeluaran Publik untuk Pendidikan, Kesehatan, Investasi Swasta, serta Produktivitas pada sektor Pertanian dan Industri Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Periode Tahun 1990-2008. Skripsi Sarjana Pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Data Penerima BLSM di Kota Bandung Menurut Wilayah Tahun 2013. Dinas Sosial Kota Bandung.

Mahri, A. Jajang W. (2006). Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Vol 7(1) Januari. Bandung.

Mauludin, Ading (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemskinan Absolut di Jawa Barat (Suatu Kasus pada Masyarakat Desa Winduherang Kabupaten Kuningan. Skripsi Sarjana Pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan. Nurlita, Nella. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

masyarakat Petani Pedesaan di Desa Margahayu Selatan Kabupaten Bandung. Skripsi sarjana FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Raksawati, Ai Cucu. (2011). Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kesempatan Kerja Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat (2003-2009). Skripsi Sarjana pada FPEB UPI:Tidak Diterbitkan.

Rosmawati, Eulis. (2011). Pengaruh Pendapatan, Pendidikan dan Beban Tanggungan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut. Skripsi Sarjana pada FPEB UPI: Tidak diterbitkan.

Roro, Riski Dwi. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Perkotaan (Suatu Kasus di Kecamatan Antapani Kota Bandung). Skripsi Sarjana pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Sahdan, Gregorious. (2006). Menanggulangi Kemiskinan Desa dan Kota. Jurnal Ekonomi Nasional: UGM.


(29)

54

Widjayanto, Ravi Dwi. (2010). Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan. Skripsi Sarjana pada UNDIP: Tidak Diterbitkan.

http://id.wikipedia.org/2013. www.waspada.co.id/2013. www.worlbank.org/2013.


(1)

32

a.Mean merupakan nilai rata-rata dari suatu jumlah populasi atau juga menjadi nilai rata-rata dari suatu jumlah sample atau bisa diartikan nilai yang dianggap dapat mewakili suatu kumpulan data.

b.Median adalah nilai tengah dari rangkaian data yang telah diurutkan, dari data dengan nilai paling kecil hingga yang terbesar atau sebaliknya. Dengan menghitung median suatu rangkaian data, distribusinya terbagi menjadi dua bagian yang sama yakni separuh berada di bawah nilai median, sedangkan separuhnya lagi berada di atas nilai median.

c.Modus adalah data yang memiliki frekuensi terbanyak atau palin g sering terjadi suatu rangkaian data dikatakan memiliki modus bila terdapat satu data yang mempunyai jumlah terbesar.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis deskriptif terkait hasil penelitian tentang kemiskinan keluarga pra keluarga sejahtera di Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Responden sebagian besar memiliki pendapatan kurang dari Rp. 500.000 per bulan artinya pendapatan keluarga pra keluarga sejahtera berada di bawah garis kemiskinan di Kota Bandung pada tahun terakhir sebesar Rp. 407.437 per kapita per bulan. Pendapatan keluarga miskin terima setiap bulannya bersumber dari upah mereka bekerja serta sumbangan yang mereka terima baik dari keluarga maupun pemerintah.

2. Responden sebagian besar memiliki tingkat pengeluaran kurang atau sama dengan Rp. 500.000 dan memiliki tingkat pengeluaran melebihi tingkat pendapatan yang mereka peroleh tiap bulannya.

3. Jumlah tanggungan keluarga miskin di kota Bandung memiliki beban tanggungan lebih dari 5 orang dan sebagian responden lainnya memiliki jumlah tanggungan dibawah 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga pra keluarga sejahtera sebagian besar tidak mengikuti program KB sehingga memiliki keturunan lebih dari 5 orang.

4. Pekerjaan kepala keluarga sejahtera di Kota Bandung sebagian besar pekerja kasar seperti, buruh, pembantu rumah tangga, pemulung, tukang sampah, dan pekerjaan lainnya.

5. Intensitas konsumsi keluarga pra keluarga sejahtera dominan intensitas konsumsinya 1 kali sehari, dan sebagian kecil intensitas konsumsinya 2 kali


(3)

51

sehari. Artinya, beban hidup yang mereka tanggung berimbas pada kualitas hidup yang mereka jalani seperti tampak pada intensitas konsumsi mereka.

6. Keluarga pra sejahtera di Kota Bandung belum bisa hidup mandiri tinggal di rumah sendiri ataupun mengontrak. Dalam hal ini mereka masih hidup menumpang di kerabat atau tinggal di fasilitas umum.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis ajukan berkaitan dengan hasil penelitian adalah :

1. Pemerintah Kota Bandung harus lebih meningkatkan lagi kualitas pendidikan baik formal maupun informal dengan cara pemberian beasiswa gratis bagi siswa yang berprestasi dan kurang mampu. Selain itu, meyediakan fasilitas dan mengadakan kursus keterampilan.

2. Untuk mengatasi kepadatan penduduk dapat dilakukan dengan sosialisasi penyuluhan keluarga berencana KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Diharapkan keluarga pra sejahtera dapat mengikuti program KB guna meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga.

3. Memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga miskin. Di sisi lain peningkatan akses bterhadapa pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital). Perbaikan pelayanan kesehatan, status kesehatan yang lebih baik akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. 4. Pemerintah harus menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok untuk menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras seperti penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton dan stabilisasi/kepastian harga komoditas primer.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. (2009). Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Bandung: Imperial Bakti Utama.

Ala, BA. (1996). Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. (2008). Perhitungan angka kemiskinan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2010). Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan,dan Distribusi Pendapatan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

BPS JABAR. (2012). Bandung dalam Angka 2012. Bandung: Tidak Diterbitkan. Hafsah, Moch. Jafar. (2008). Pengetasan Kemiskinan melalui Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hamid. (2008).

Jhinghan, M.L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali. Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan.

Yogyakarta: UUP STIM YKPN.

Nazir, Mohammad. (2005). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Singarimbun, Masri. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta: CPES.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R². Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2009). Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Suparmoko, M. (2002). Ekomomi Publik. Yogyakarta: Andi.


(5)

53

Todaro, Michael P. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Sumber Lain

Arsita. (2009). Analisis Pengaruh Pengeluaran Publik untuk Pendidikan, Kesehatan, Investasi Swasta, serta Produktivitas pada sektor Pertanian dan Industri Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Periode Tahun 1990-2008. Skripsi Sarjana Pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Data Penerima BLSM di Kota Bandung Menurut Wilayah Tahun 2013. Dinas Sosial Kota Bandung.

Mahri, A. Jajang W. (2006). Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Vol 7(1) Januari. Bandung.

Mauludin, Ading (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemskinan Absolut di Jawa Barat (Suatu Kasus pada Masyarakat Desa Winduherang Kabupaten Kuningan. Skripsi Sarjana Pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan. Nurlita, Nella. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

masyarakat Petani Pedesaan di Desa Margahayu Selatan Kabupaten Bandung. Skripsi sarjana FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Raksawati, Ai Cucu. (2011). Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kesempatan Kerja Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat (2003-2009). Skripsi Sarjana pada FPEB UPI:Tidak Diterbitkan.

Rosmawati, Eulis. (2011). Pengaruh Pendapatan, Pendidikan dan Beban Tanggungan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut. Skripsi Sarjana pada FPEB UPI: Tidak diterbitkan.

Roro, Riski Dwi. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Perkotaan (Suatu Kasus di Kecamatan Antapani Kota Bandung). Skripsi Sarjana pada FPEB UPI: Tidak Diterbitkan.

Sahdan, Gregorious. (2006). Menanggulangi Kemiskinan Desa dan Kota. Jurnal Ekonomi Nasional: UGM.


(6)

Widjayanto, Ravi Dwi. (2010). Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan. Skripsi Sarjana pada UNDIP: Tidak Diterbitkan.

http://id.wikipedia.org/2013. www.waspada.co.id/2013. www.worlbank.org/2013.