III K ETERTERAPAN PSAK

  B AGIAN

  III K ETERTERAPAN PSAK 50, 55, DAN

  60 III.1 DEFINISI INSTRUMEN KEUANGAN 01.

  Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan liabilitas keuangan entitas atau instrumen ekuitas entitas lain.

  02. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk: a.

  Kas.

  b.

  Instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain.

  c.

  Hak kontraktual untuk: i. menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain, atau ii. mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan.

  d.

  Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan: i. non-derivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

  03. Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa: a.

  Kewajiban kontraktual: i. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau ii. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi merugikan entitas tersebut.

  b.

  Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu: i. non-derivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.

  04. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.

III.2 KLASIFIKASI

A. Aset Keuangan

  Aset keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori sebagai berikut:

  01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

  Persyaratannya adalah: a.

  Aset keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading); atau b. Aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

  (fair value option). Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain reksadana Syariah dan forward.

  02. Dimiliki hingga jatuh tempo.

  Persyaratannya adalah: a.

  Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan, dan jatuh temponya telah ditetapkan; dan b.

  Entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

  03. Pinjaman yang diberikan dan piutang.

  Persyaratannya adalah: a.

  Aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan; dan b.

  Tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain pembiayaan murabahah yang menggunakan metode anuitas dan tagihan reverse repo Syariah.

  04. Tersedia untuk dijual.

  Persyaratannya adalah: a.

  Aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual; atau b.

  Aset keuangan non-derivatif yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, atau pinjaman yang diberikan dan piutang. Contoh aset keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain reksadana Syariah dan penyertaan.

B. Liabilitas Keuangan

  Liabilitas keuangan selain sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori sebagai berikut:

  01. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

  Persyaratannya adalah: a.

  Liabilitas keuangan untuk tujuan diperdagangkan (trading); atau b.

  Liabilitas keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value option). Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain forward yang diterbitkan.

  02. Diukur pada biaya perolehan diamortisasi. dalam kategori diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Contoh liabilitas keuangan yang dimiliki Bank dalam kategori ini antara lain kewajiban segera.

III.3 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

A. Pengakuan dan Penghentian-Pengakuan 01.

  Aset keuangan diakui pada saat Bank terikat dengan ketentuan dalam perjanjian. Khusus untuk aset keuangan yang diperoleh di pasar reguler diakui pada tanggal perdagangan (trading date).

  02. Aset keuangan dihentikan-pengakuannya jika: a. hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut telah berakhir; atau b. telah ditransfer dan transfer tersebut memenuhi kriteria penghentian pengakuan.

  03. Liabilitas keuangan diakui pada saat Bank terikat dengan ketentuan dalam perjanjian.

  04. Liabilitas keuangan dihentikan-pengakuannya ketika liabilitas keuangan berakhir, yaitu diselesaikan, dilepaskan, dibatalkan, atau kadaluarsa.

B. Pengukuran 01.

  Aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar, dimana biaya transaksi yang terjadi diakui sebagai beban.

  b.

  Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di laba rugi.

  02. Aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi.

  b.

  Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada nilai wajar dimana perubahannya diakui di penghasilan komprehensif lain.

  03. Aset keuangan dalam kategori ‘dimiliki hingga jatuh tempo’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. b.

  Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate.

  04. Aset keuangan dalam kategori ‘pinjaman yang diberikan dan piutang’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi.

  b.

  Pada pengukuran selanjutnya, aset keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate.

  05. Liabilitas keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar, dimana biaya transaksi yang terjadi diakui sebagai beban.

  b.

  Pada pengukuran selanjutnya, liabilitas keuangan tersebut rugi.

  06. Liabilitas keuangan dalam kategori ‘diukur pada biaya perolehan diamortisasi’.

  a.

  Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi.

  b.

  Pada pengukuran selanjutnya, liabilitas keuangan tersebut diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan effective rate.

C. Penurunan Nilai 01.

  Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan. Peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang.

02. Peristiwa-peristiwa yang merugikan antara lain: a.

  Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam (nasabah). b.

  Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bagi hasil/marjin/ujrah.

  c.

  Pemberian keringanan pada pihak peminjam (nasabah) yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam (nasabah) tidak mengalami kesulitan.

  d.

  Terdapat kemungkinan pihak peminjam (nasabah) akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lain.

  e.

  Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan.

  f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan, meskipun belum dapat diidentifikasi secara individual, termasuk: i. memburuknya status pembayaran pihak peminjam (nasabah) dalam kelompok. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok.

03. Aset keuangan dalam kategori ‘diukur pada nilai wajar melalui laba rugi’ tidak diterapkan ketentuan penurunan nilai.

  Sedangkan aset keuangan dalam kategori ‘tersedia untuk dijual, dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan dan piutang’ diterapkan ketentuan penurunan nilai.

  04. Penurunan nilai diakui di laba rugi. Untuk pembalikan dari penurunan nilai diakui juga di laba rugi, kecuali untuk instrumen ekuitas pembalikan tersebut diakui di penghasilan komprehensif lain.

D. Nilai Wajar 01.

  Nilai wajar ditentukan dengan hirarki sebagai berikut: a.

  Kuotasi harga di pasar aktif dimana harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin, dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. b.

  Teknik penilaian yang meliputi penggunaan harga transaksi- transaksi wajar yang paling kini dan referensi nilai wajar instrumen lain yang secara substansi sama.

  

III.4 ESTIMASI PENURUNAN NILAI KOLEKTIF DENGAN

KETERBATASAN PENGALAMAN KERUGIAN SPESIFIK

  A. Cakupan 01.

  Penerapan estimasi ini hanya berlaku untuk penurunan nilai aset keuangan dalam bentuk Pembiayaan dalam yang dilakukan secara kolektif (collective impairment).

  02. Penerapan estimasi ini hanya dapat dilakukan oleh Bank-Bank tertentu yang memiliki kondisi keterbatasan sebagaimana pada huruf C.

  B. Penerapan 01.

  Evaluasi penurunan nilai harus dilakukan berdasarkan suatu proses estimasi yang dapat menghasilkan satu nilai kerugian atau kisaran nilai kerugian terbaik yang mungkin terjadi. Estimasi penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok aset pernah dialami aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok aset keuangan tersebut. Jika Bank tidak atau kurang memiliki pengalaman kerugian yang spesifik, maka Bank juga dapat menggunakan pengalaman

  

peer group atas kelompok aset keuangan yang sebanding.

  02. Dalam hal Bank belum dapat melakukan proses estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Pembiayaan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55, termasuk pedoman pelaksanaannya dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah. Acuan pada ketentuan Bank Indonesia dilakukan dengan pertimbangan bahwa penyusunan ketentuan tersebut telah didasarkan pada analisis kondisi perbankan di Indonesia mengenai estimasi besarnya kebutuhan pencadangan yang didasarkan pada probability of default dan kerugian historis.

  03. Penerapan estimasi ini dilakukan setelah Bank melakukan proses sebagai berikut:

  a. Bank harus mengklasifikasikan Pembiayaan yang akan

  dievaluasi secara kolektif; dan

  b. Bank harus mengevaluasi terdapatnya bukti obyektif

  mengenai penurunan nilai secara periodik atas Pembiayaan yang dinilai secara kolektif tersebut.

  04. Pembentukan CKPN atas Pembiayaan secara kolektif sebagaimana dimaksud pada angka 02. di atas dilakukan dengan mengacu pada pembentukan cadangan umum dan cadangan khusus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Syariah, yaitu sebagai berikut: a.

  1% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Lancar, agunan tunai sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud;

  b. 5% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Dalam

  Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud;

  c.

  15% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud;

  d. 50% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Diragukan

  setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud; dan/atau

  e. 100% atas Pembiayaan yang memenuhi kualitas Macet

  setelah dikurangi nilai agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia dimaksud.

  05. Perhitungan CKPN sebagaimana pada angka 04. di atas dihitung atas dasar jumlah tercatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi.

C. Kondisi Keterbatasan 01.

  Bank dapat menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B angka 04. di atas sepanjang berada dalam kondisi berikut: a.

  Bank tidak atau kurang memiliki data tentang pengalaman kerugian yang spesifik dan andal untuk menentukan besarnya penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif; dan b. Tidak terdapat data pengalaman kerugian historis dari peer

  group atas kelompok Pembiayaan yang sebanding sebagai

  dasar untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas Pembiayaan secara kolektif.

02. Bank yang tidak menghadapi kondisi sebagaimana pada angka

  01. di atas, tidak diperkenankan untuk menggunakan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04. di atas.

  03. Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas atas yang memungkinkan Bank menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04.

  04. Bank harus menyusun dan mendokumentasikan hal-hal berikut: a.

  Hasil self-assessment sebagaimana dimaksud pada angka 03. untuk menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif; b.

  Rencana tindak (action plan) yang memuat langkah-langkah yang akan dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari

  peer group atas Pembiayaan secara kolektif dengan

  memperhatikan batas waktu sebagaimana pada huruf D.; dan c.

  Progres pemenuhan rencana tindak paling kurang secara triwulanan.

  D. Periode Penerapan Estimasi

  Estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. angka 04. dapat diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2014. Terhitung sejak 1 Januari 2015, Bank harus mengukur penurunan nilai dan membentuk CKPN atas Pembiayaan secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group.

  E. Pengungkapan

  Bank yang menerapkan estimasi penurunan nilai Pembiayaan secara kolektif sebagaimana pada huruf B. harus mengungkapkan hal tesebut dalam kebijakan akuntansi pada Catatan Atas Laporan Keuangan.