PENGARUH PENAMBAHAN ENZIM α -AMILASE PADA FERMENTASI KARBOHIDRAT EKSTRAK Ulva fasciata DARI BALEKAMBANG, MALANG MENGGUNAKAN RAGI ROTI FERMIPAN
PENGARUH PENAMBAHAN ENZIM α-AMILASE PADA FERMENTASI
Ulva fasciata® MENGGUNAKAN RAGI ROTI FERMIPAN
Fathia Shafa Banati, Enny Zulaika, Tutik Nurhidayati
Program Studi Biologi FMIPA
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRACT
Ulfa fasciata, is one of the Chlorophyta species which contains relative high amount
of carbohydrate 12,81% (w/w). The carbohydrate through the fermentation process can be
converted into ethanol. To accelerate the fermentation process of carbohydrate, it is need to
be changed into simple sugar (monosaccharide), which is used alpha amylase enzyme. The
concentration of α-amylase enzyme that used was without the addition of α-amylase enzyme;
0.03 gr; 0.06 gr, and 0.09 gr. Fermipan® bread yeast used was 0.5 mg, 1 mg, 1.5 mg and
Saccharomycess cerevisiae as a control. Ulfa fasciata extracts hidrolyzed with the α-amylase
enzyme then fermented with fermipan® and S. cerevisiae on fermentor bottle. The
fermentation time was 10 days. Ethanol leve was analyzed with a one-stage distillation
method AOAC table- ethanol level. The highest ethanol level reached 7.76% in the α-
amylase enzyme 0.09 gr and 1.5 mg fermipan® treatment, but the statistics test (α= 0.05)
indicated that the economic value of treatment was in the ethanol yielded by 0.06 gr α-
amylase enzyme and 0.5 mg fermipan®.Keywords: Ulfa fasciata, fermentation, α-amylase enzyme, bread yeast fermipan ®.
PENGANTAR dari proses fermentasi biomassa yang
mengandung karbohidrat dengan bantuan Energi merupakan salah satu mikroorganisme (Yetty, 2007). Bahan permasalahan utama dunia. Kebutuhan energi baku untuk produksi bioetanol cukup di dunia hingga saat ini cenderung dipenuhi melimpah, bisa didapatkan dari berbagai dengan bahan bakar fosil. Banyaknya tanaman yang mengandung karbohidrat, penggunaan mesin industri dan transportasi baik tanaman tingkat tinggi seperti tebu penunjang perekonomian dunia yang
(sugarcane), gandum manis (sweet umumnya masih memerlukan minyak bumi
sorghum ), jagung (corn), singkong
sebagai bahan bakar penggeraknya, menjadi (cassava) dan gandum (grain sorghum) faktor pendorong konsumsi bahan bakar fosil atau tanaman tingkat rendah seperti yang makin tinggi (Anonim, 2007). makroalga (Anonymus, 2007). Makroalga
Indonesia merupakan salah satu memiliki banyak jenis, ukuran, komposisi negara yang sedang menghadapi persoalan kimia, fisiologi, dan pigmen. Aplikasi energi yang serius akibat ketergantungan bioteknologi mutakhir untuk pemanfaatan yang sangat besar terhadap energi fosil, sumber makroalga tidak terbatas, seperti sementara pengembangan bioenergi digunakan sebagai bahan baku bioetanol. sebagai alternatif masih kurang mendapat
Pemanfaatan makroalga sebagai bahan perhatian. Indonesia memiliki potensi baku bioetanol disebabkan karena adanya untuk mengembangkan bioenergi. kandungan karbohidrat pada makroalga,
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif non fosil yang diperoleh sehingga diduga berpotensi sebagai bahan baku alternatif bioetanol (Lestari, 2000).
Berbagai jenis makroalga memiliki habitat di perairan yang jernih dan mempunyai substrat dasar berupa batu karang, dan hidup menempel pada bebatuan karang tersebut. Pada saat laut surut makroalga yang hidup menempel pada bebatuan karang tersebut tampak melimpah. Ulva fasciata belum dimanfaatkan secara ekonomis dan kandungan kimianya tercatat sekitar 15% air, 35% abu, 12% serat, 30% karbohidrat, 6% protein dan 1% lemak (Anonim, 2008). Alga hijau jenis ini umumnya tumbuh di daerah rataan terumbu melekat pada substrat batu. Perairan jernih dan mempunyai substrat dasar berupa batu karang salah satunya adalah Pantai BaleKambang, Malang, Jawa Timur. Pantai BaleKambang dipenuhi dengan karang laut, yang membentang sepanjang kurang lebih 2000 meter dengan lebar 200 meter ke arah laut (Kertaraharja, 2007).
fasciata dengan ragi roti fermipan ® .
dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu
fasciata, diinkubasi dalam rotary shaker
menjadi 4,5 dengan penambahan larutan HCl 30% (Munadjim, 1984), diinkubasi dalam rotary shaker dengan kecepatan 15 rpm pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi I) Sebanyak 1 ml dari aktivasi I dan diinokulasi kembali ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 9 ml ekstrak Ulva fasciata, diinkubasi dalam rotary shaker dengan kecepatan agitasi 15 rpm pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi II). Sebanyak 5 ml dari aktivasi II dan diinokulasi kembali ke dalam erlenmeyer 100 ml yang berisi 45 ml ekstrak Ulva
Ulva fasciata steril yang telah diatur pH
mengambil 1 ose diinokulasi ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 5 ml ekstrak
Pengukuran Kurva pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae
Pengukuran absorbansi diukur pada panjang gelombang 600 nm dengan interval tiap 1 jam sekali selama 24 jam. Grafik kurva pertumbuhan diketahui (Pudjiastuti, 1999).
. Diambil 1 ml medium Ulva fasciata dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades steril. Tabung reaksi yang berisi campuran tersebut divortex dengan vortex mixer dengan kecepatan 1400 rpm, dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berikutnya. Perlakuan diulangi sampai pengeceran ke 10 -9. Kurva pertumbuhan dibuat dengan mengukur absorbansi campuran Ulva
Fermentasi adalah peruraian senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi (Perry, 1999). Kebanyakan fermentasi etanol skala komersial dilakukan oleh khamir, salah satunya Saccharomyces cerevisiae yang menghasilkan etanol (Judoamidjojo, 1992).
Ekstrak Ulva fasciata sebanyak 50 ml dimasukkan erlenmeyer 100 ml, dihidrolisis di atas hot plate selama ± 2 jam dengan suhu pemanasan ± 100°C dan diatur pH dengan pH meter menjadi 4,5 dengan penambahan larutan HCl 30% (Munadjim, 1984). Didinginkan sampai suhu mencapai 30°C, kemudian diberi ragi roti fermipan ® sebanyak 1 mg (Prihandana, 2007). Dilakukan pengenceran dari 10
- -1 sampai dengan 10 -9
Pengukuran Kurva pertumbuhan fermipan ®
proses pembuatan kurva pertumbuhan, hidrolisis, pembuatan starter dan proses fermentasi.
fasciata yang telah selesai digunakan untuk
250 ml (Munadjim, 1984). Ekstrak Ulva
Sampel Ulva fasciata dicuci dengan air untuk membersihkan dari air laut, kemudian dikeringkan selama 3 hari. Ulva fasciata yang telah kering ditimbang sebanyak 50 gram, diberi akuades 100 ml, dihaluskan dengan diblender, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Ulva fasciata
Amilum merupakan karbohidrat yang tersusun oleh unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-α-glikosida. Ikatan tersebut hanya dapat dipecah oleh enzim (Hart, 1987). Molekul amilum yang merupakan polimer dari ikatan 1,4-α- glikosida akan dipecah oleh enzim α- amilase pada ikatan α-1,4 menghasilkan glukosa, maltose, dan dekstrin (Richana, 2000).
BAHAN DAN CARA KERJA Pembuatan ekstrak
30°C selama 24 jam (Aktivasi III) (Wignyanto, 2001).
Sementara dilakukan destilasi, piknometer dikalibrasi. Piknometer diisi akuades destilasi dan ditutup. Piknometer dan akuades ditimbang, berat yang didapat adalah W2. Kemudian piknometer dikosongkan, akuades yang tersisa diabsorbsi dengan aseton. Tabung piknometer dikeringkan dengan oven. Piknometer yang telah kering ditimbang, berat yang didapatkan adalah W1. Berat akuades (W) dihitung dengan cara W2-W1 (Purwanto, 2004).
dapat dilihat pada Tabel 1. Data kadar etanol pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Penambahan enzim
®
pada Gambar 1 dan Gambar 2. Hasil analisa secara statistika dengan uji Tukey pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05) untuk mengetahui perbedaan nyata antara kombinasi perlakuan konsentrasi enzim α- amilase dan ragi roti fermipan
Saccharomyces cerevisiae dengan ekstrak Ulfa fasciata pada jam ke-4 ditampilkan
pada jam ke-6 dan
Ulfa fasciata
dengan ekstrak
®
Dari hasil pengukuran kurva pertumbuhan diperoleh fase logaritmik ragi roti fermipan
Berat distilat adalah W3-W1=L. Berat air (L) dihitung dengan “specific gravity” atau spg = L/W. Nilai spg ditentukan dengan menggunakan Tabel AOAC (Analysis of the Association of Official Analitical Chemists) (terlampir), dan selanjutnya persentase etanol dihitung (Purwanto, 2004).
Distilat dipindahkan ke dalam gelas beaker kering. Distilat diaduk supaya homogen sebelum diisikan ke piknometer. Piknometer kering diisi dengan distilat, permukaan luar piknometer dikeringkan dan ditimbang. Hasil yang didapat adalah W3.
Tabung distilasi dan labu godok 250 ml disiapkan, selanjutnya 50 ml sampel cairan hasil fermentasi menggunakan labu ukur 50 ml, dan dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Dididihkan, destilasi campuran alkohol dan air sampai dapat dikumpulkan tepat 50 ml distilat (Purwanto, 2004).
Dilakukan pengenceran dari 10 -1 sampai dengan 10
- -9 . Medium aktivasi III diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades steril. Tabung reaksi yang berisi campuran tersebut divortex dengan vortex mixer dengan kecepatan 1400 rpm, dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berikutnya. Perlakuan diulangi sampai pengeceran ke 10 -9.
Pengukuran Kadar Etanol
Ekstrak Ulva fasciata yang relah terhidrolisis dipindahkan ke dalam botol fermentor 100 ml. Starter ditambahkan ke dalam erlenmeyer berisi ekstrak Ulva fasciata, diinkubasi selama 10 hari pada suhu kamar. Setelah 10 hari, proses fermentasi dihentikan, tutup botol dilepas, ditutup dengan kapas lemak dan dipasteurisasi pada suhu ±80°C selama 10 menit (Munadjim, 1984).
Proses fermentasi
dan dimasukkan ke dalam medium fermentasi tepat ketika fase logaritmik fermipan ® (berdasarkan kurva pertumbuhan)
cerevisiae (kontrol). Starter siap digunakan
Ekstrak Ulva fasciata diambil 5 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml (Purwanto, 2004). Selanjutnya, diatur pH penambahan larutan HCl 30% (Munadjim, 1984). Metode serupa dilakukan untuk masing- masing ekstrak Ulva fasciata dengan konsentrasi ragi roti fermipan ® sebesar 0,5 mg; 1 mg; 1,5 mg dan Saccharomyces
Pembuatan starter
Ekstrak Ulva fasciata sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer dipanaskan di atas hot plate. Proses pemanasan berlangsung ±2 jam dengan suhu pemanasan ±100°C. Didinginkan selama 3 jam sampai suhu mencapai ±40°C. Ditambah enzim α- amilase dengan masing- masing konsentrasi 0 gram, 0,03 gram, 0,06 gram, dan 0,09 gram (Prihandana, 2007). Diinkubasi pada suhu kamar selama 60 menit (Tamuri, 1981).
Proses hidrolisis
absorbansi Saccharomyces cerevisiae diukur pada panjang gelombang 600 nm dengan interval tiap 1 jam sekali selama 24 jam. Grafik kurva pertumbuhan diketahui (Pudjiastuti, 1999).
Saccharomyces cerevisiae . Pengukuran
Kurva pertumbuhan dibuat dengan mengukur absorbansi campuran Ulva fasciata dengan
HASIL
- amilase 0,06 gram dan ragi roti fermipan
enzim α- amilase Ragi roti
4 b 5,51 c 5,91 c
ontrol) 1,47 a
cerevi siae (k
7 d 7,74 d 1,5 mg 2,6 a 5,43 c 7,54 d 7,76 d S.
5 bc
0 gr 0,03 gr 0,06 gr 0,09gr 0,5 mg 1,64 a 4,26 b 6,31 cd*) 7,35 d 1 mg 2,34 a
- ) = Konsentrasi perlakuan enzim α- amilase dan fermipan
® hingga konsentrasi 1,5 mg. Produk etanol yang tertinggi (7,76%) terdapat pada perlakuan
Gambar 3. Pengaruh enzim α-amilase dan fermipan ® terhadap kadar etanol (%) Berdasarkan hasil penelitian, kadar etanol mengalami peningkatan sesuai dengan penambahan konsentrasi enzim α-amilase hingga konsentrasi 0,09 gr dan ragi roti fermipan
0.09 enzim alfa amilase (gr) k a d a r e ta n o l (% ) fermipan 0,5 mg fermipan 1 mg fermipan 1,5 mg S.cerevisiae
0.06
0.03
9
8
7
6
5
4
3
1
® yang optimal dan bermanfaat secara ekonomis.
Keterangan :
Tabel 1. Kadar Etanol dari perlakuan oleh S.cerevisiae dan fermentasi fermipan ® dan enzim α-amilase Catatan : Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata (α=0,05)
Gambar 2. Pertumbuhan ragi roti fermipan ® dengan ekstrak Ulfa fasciata
Gambar 1. Pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dengan ekstrak Ulfa fasciata
® tertentu ditampilkan pada Gambar 3.
® 0,5 mg menunjukkan beda yang signifikan diantara perlakuan yang lain. Secara umum etanol yang dihasilkan dari hasil fermentasi cenderung meningkat, sampai batas konsentrasi enzim α-amilase dan ragi roti fermipan
® 0,5 mg merupakan perlakuan yang optimum dan efisien. Sebab, perlakuan fermentasi penambahan enzim α-amilase 0,06 gram dan ragi roti fermipan
α
Page 4 / 7 dengan konsentrasi 1,5 mg menghasilkan kadar etanol yang berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih kecil. Semakin banyak konsentrasi fermipan
®
penambahan ragi roti fermipan
®
1,5 mg dan enzim α -amilase 0,09 gram. Sedangkan produk etanol yang terendah (1,47%) dihasilkan dari proses fermentasi
S.cerevisiae tanpa penambahan enzim α- amilase (Tabel 1).
®
yang digunakan maka semakin banyak kadar etanol yang dihasilkan. Fermipan
®
PEMBAHASAN
Perlakuan enzim α-amilase 0,03 gram, juga menghasilkan kadar etanol yang tidak berbeda nyata jika diberi penambahan ragi roti fermipan
®
0,5 mg, 1 mg dan S.cerevisiae. Perlakuan dengan konsentrasi enzim α-amilase yang sama dan ragi roti fermipan
merupakan mikroorganisme agen fermentasi yang enzim sendiri, yaitu enzim zimase untuk merubah glukosa menjadi etanol. (Ketchum, 1988). Tanpa adanya penambahan enzim α-amilase pada perlakuan di atas menyebabkan, proses hidrolisis amilum menjadi glukosa kurang sempurna, sebab tidak ada pemutusan ikatan spesifik pada homopolimer rantai ikatan α-1,4-glikosida amilum. Sehingga, glukosa (monosakarida) yang dihasilkan dari hidrolisis secara mekanis tidak optimal.
S.cerevisiae dan ragi roti fermipan ®
0,5 mg; 1 mg; 1,5 mg, dan S. cerevisiae (kontrol) tanpa penambahan enzim α-amilase menghasilkan etanol yang kadarnya tidak berbeda nyata. Tanpa penambahan enzim α-amilase, tidak ada hidrolisis pada α-1,4-glikosida dari ekstrak Ulva fasciata sehingga proses fermentasi berjalan sesuai kondisi in-vivo.
Produk etanol dari hasil fermentasi, dapat dipengaruhi oleh penambahan enzim α- amilase dimana enzim α-amilase dapat menghidrolisis amilum dengan memutus ikatan α-1,4-glukosida menjadi monomer- monomer glukosa sebagai gula sederhana yang digunakan untuk fermentasi alkohol. Gula reduksi ekstrak Ulfa fasciata 12,81%, sedangkan syarat gula reduksi yang dapat digunakan untuk proses fermentasi adalah ± 10% sehingga gula reduksi dari Ulfa fasciata dapat digunakan sebagai substrat pada proses fermentasi.Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi dua molekul piruvat. Pada kondisi anaerobik, piruvat direduksi menjadi etanol dan CO 2 (Lehninger, 1982). Fermentasi dengan ragi roti fermipan ®
merupakan S.cerevisiae yang mengandung nutrisi tambahan (additive nutrition) yang menunjang viabilitas sel S. cerevisiae yang diawetkan dalam kemasan. Sumber karbohidrat dalam bentuk monosakarida (sukrosa, fruktosa, dan glukosa) di dalam fermipan
®
berfungsi sebagai agen nutrisi untuk pertumbuhan. Sodium karbonat untuk kontrol pH, dan vitamin B sebagai pembawa gugus asetaldehida (Reed, 1991).
Perlakuan selanjutnya, konsentrasi enzim α-amilase 0,06 gram dan 0,09 gram dengan S.cerevisiae menghasilkan kadar etanol yang tidak berbeda nyata. Kedua perlakuan tersebut menggunakan
S.cerevisiae tetapi dengan konsentrasi
enzim α
- amilase yang berbeda menunjukkan adanya interaksi antara enzim α-amilase yang menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Glukosa kemudian digunakan oleh S.cerevisiae. Namun, hasil yang ditunjukkan tetap tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan enzim α-amilase dengan konsentrasi 0,06 gr dan 0,09 gr menghidrolisa amilum menjadi glukosa secara efektif, tetapi S.cerevisiae tidak dapat mengkonversi glukosa secara efektif karena S.cerevisiae tidak memiliki nutrisi tambahan seperti pada fermipan
® .
Perlakuan penambahan enzim α- amilase 0,06 gram dan 0,09 gram menunjukkan kadar etanol yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan penambahan enzim α-amilase 0,03 gram. Artinya, semakin banyak konsentrasi enzim α-amilase yang ditambahkan ke dalam ekstrak Ulfa fasciata yang telah dihidrolisis, maka semakin maksimal enzim tersebut untuk menghidrolisa amilum menjadi glukosa. Menurut Fogarty (2003), enzim α-amilase akan memotong
the Association Analytical of Official Chemist . London
Publishers. London Hart. 1987. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta Judoamidjojo, Muljono, Darwis, A.A, dan
Anonim, 2007. Membangun Industri Bioetanol Nasional sebagai Pasokan Energi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Energi Global.
http://mahasiswanegarawan.wordpr ess.com
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of
ikatan α-1,4 glikosida pada amilosa yaitu amilum dengan rantai lurus dengan produk akhir dekstrin, maltosa dan glukosa. Kecepatan reaksi enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, semakin besar jumlah enzim hingga konsentrasi tertentu akan semakin cepat reaksinya dan semakin banyak produk yang dihasilkan (Sari, 2004). Penambahan ragi roti fermipan
Fogarty, W.M.1983. Microbial Enzymes and
Technology. Applied Science
Sa’id, E.G. 1992. Teknologi
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fermentasi . Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor dengan Lembaga Sumberdaya Informasi Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kertaraharja, 2007. Wisata Pantai Balekambang .
http://www.malangkab.go.id/kabmal ang
Ketchum, P.A. 1988. Microbiology Concept
and Application
.Inc. New York Langejan, A. 1974. Preparation of Active Dry
Jilid 2 . Erlangga. Jakarta Lestari, S.A. dan Suhartono, M.T. 2000. Bioteknologi Hasil Laut . Pusat
Munadjim. 1984. Teknologi Pengolahan Nurrichana. 2000. Prospek dan Produksi
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia,
1,5 mg. Perlakuan penambahan enzim α-amilase 0,06 gram dan 0,09 gram relatif paling tinggi dibanding perlakuan yang lain.
®
0,5 mg dan enzim α-amilase 0,09 gram menunjukkan kadar etanol relatif sama bila dibandingkan dengan penambahan ragi roti fermipan
® 1 mg dan 1,5 mg S.cerevisiae.
Tetapi, pada perlakuan enzim α-amilase 0,06 gram dengan penambahan ragi roti fermipan
®
0,5 mg;1 mg; dan S.cerevisiae berbeda nyata dengan penambahan ragi roti fermipan
®
Penambahan enzim α-amilase 0,06 gram dan ragi roti fermipan
α
®
0,5 mg merupakan perlakuan yang optimum dan efisien. Sebab, perlakuan fermentasi penambahan enzim α-amilase 0,06 gram dan ragi roti fermipan
®
0,5 mg menunjukkan beda yang signifikan diantara perlakuan yang lain. Keuntungan yang didapat dari perlakuan di atas masyarakat dapat memperoleh ragi roti fermipan
®
dengan mudah di pasaran bila dibandingkan dengan menggunakan isolat
S.cerevisiae. Selain itu, penambahan enzim
Baker’s Yeast . United States
- amilase 0,06 gr lebih bersifat ekonomis dan tepat guna apabila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Fermipan merupakan ragi roti dengan merek dagang yang cukup populer di masyarakat (Langejan, 1974). Sedangkan apabila perlakuan diaplikasikan dengan menggunakan isolat S.cerevisiae, terdapat banyak kendala, mengingat isolat
//www.energiterbarukan.com
Anonim, 2007. Bioetanol . http:
S.cerevisiae relatif sulit didapat, dan memerlukan perlakuan spesifik.
Enzim Alfa-amilase dari Mikroorganisme . Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor
Pudjiastuti, Lily, Suwarsono, Nonot, dan Nurhatika.. 1999. Pemanfaatan
Limbah Padat Industri Tepung Tapioka menjadi etanol dalam usaha Minimasi Pencemaran Lingkungan.
Pusat Penelitian KLH. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Purwanto. 2004. Aktivitas Fermentasi
KEPUSTAKAAN
Alkoholik Cairan Buah . Jurnal Universitas Widya Mandala Madiun.
Widya Warta No. 1 th. XXXII/ISSN 0854-1981 Prihandana. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Eenglewood. Cliffs. Vol. 93. No. 407 Bakar Masa Depan, http: Wignyanto, Suharjono dan Novita. 2001.
//www.empatyheart.wordpress.com Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi
Reed, G, and Nagodawithana, T.W. 1991. Sari Kulit Nana dan Inokulum nd
Yeast Technology,2 ed: Van Saccharomyces cerevisiae Pada
Nostrand Reinhold, New York pp Fermentasi Etanol . Jurnal Teknologi 304-305
Pertanian. Vol. 2 No. 1: 68-77 Sari, Mutiara.I. 2006. Enzim. USU digital library. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sumatera Utara, Medan Yetti. 2007. Bioteknologi Industri Etanol dari Tamuri, Masaki. 1981. Heat and acid-stable Biomassa. Biotrends Majalah Populer
alpha-amylase enzymes and Bioteknologi: Vol. 2 no. 1 Tahun 2007 processes for producing the same .
United States Patent. August.