UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH SKRIPSI OLEH LINGHUAT LUMBAN RAJA NIM 040804064 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH LINGHUAT LUMBAN RAJA NIM 040804064 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Lembar Pengesahan Skripsi UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH OLEH LINGHUAT LUMBAN RAJA NIM 040804064

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Februari 2009

Pembimbing I

Panitia Penguji,

(Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.) (Dr. Edy Suwarso, SU., Apt.) NIP 131 283 717

NIP 130 935 857

(Drs. Nahitma Ginting, M.Si.,Apt.) Pembimbing II,

NIP 131 183 717

(Drs. Saiful Bahri, MS.,Apt.) (Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.) NIP 131 285 999

NIP 131 126 695

(Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt.) NIP 130 810 737

Dekan,

(Prof. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 131 283 716

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang hanya oleh karena berkat dan kasih karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda B. Lumban Raja dan Ibunda T. Br Naibaho, kakak – kakak dan abang dan seluruh keluarga yang telah sabar dan setia memberikan dukungan, doa, semangat, dan materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dari awal penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc, Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi yang telah meyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi.

4. Bapak Dr. Edy Suwarso, Apt., Ibu Suwarti Aris, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dosen-dosen di Fakultas Farmasi yang telah membimbing penulis selama perkuliahan sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.

6. Bang Bagus, Bang Dadang, Bang Emil, Bang Jhonson, Parna, Maunizar, dan Annisa atas bantuan dan masukan yang diberikan selama penelitian.

7. Sahabat-sahabat penulis stambuk 2004 atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

8. Abang, kakak, dan adik-adik Fakultas Farmasi atas dukungan dan semangat penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.

Medan, Februari 2009 Penulis,

(Linghuat Lumban Raja)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih menggunakan uji toleransi glukosa.

Ekstraksi serbuk biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian maserat dipekatkan dengan penguap vakum putar dan dikeringkan dengan freeze dryer. Selanjutnya dilakukan pengujian kadar gula darah terhadap tikus putih yang terdiri dari 4 kelompok yaitu sebagai pembanding negatif digunakan suspensi CMC 1% bb, setelah dilakukan orientasi dosis, dipilih 2 dosis ekstrak yaitu 50 m/kg bb dan 100 mg/kg bb dan sebagai pembanding positif digunakan glibenklamid dosis 1 mg/kg bb. Data yang diperoleh dianalisis secara analisis variansi (anava) kemudian dilanjutkan dengan metode duncan.

Pemberian ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb memberikan efek penurunan kadar gula darah dengan potensi yang sama dengan glibenklamid dosis 1 mg/kg bb.

ABSTRACT

The effect of ethanol extract from the seed of mahogani (Swietenia mahagoni Jacq.) in decreasing the blood glucose level of rats using glucose tolerance test method has been conducted.

Extraction of the seed powder of mahogani (Swietenia mahagoni Jacq.) has been done with maseration using 96 % ethanol and then maseract was concentrated using rotary evaporator and was dried using freeze dryer. The test treated to 4 groups of rats : CMC 1 % bw as a negative control, after the dose has been orientated, two doses were chosen : 50 mg/kg bw and 100 mg/kg bw, and glibenclamide 1 mg/kg bw as positive control. The result was analyzed by anova and continued by duncan method.

The administration ethanol extract from the seed of mahogani in a dose 50 mg/kg bw and 100 mg/kg bw were able to decrease blood glucose level as well as potention of glibenklamid dose 1 mg/kg bw.

4.4 Pengaruh Pemberian Larutan Glukosa Dosis 5 g/kg bb terhadap

Kadar Gula Darah Tikus ............................................................... 15

4.5 Pengaruh Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni dan Suspensi Glibenklamid terhadap Kadar Gula Darah Tikus .......... 16

3.5.1 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-60........ 17

4.5.2 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-90 ........ 19

4.5.3 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-120....... 21

4.5.4 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-150 ...... 22

4.5.5 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-180 ...... 24 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 27

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 27

5.2 Saran ........................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 28 LAMPIRAN .......................................................................................... 29

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan Acak Lengkap................................................................ 12

Tabel 2. Tabel Anava ..................................................................................... 12

Tabel 3. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Setelah Puasa 18 Jam (n=6) ...... 14

Tabel 4. Kadar Gula Darah Tikus Setelah 30 Menit Pemberian Larutan Glukosa Dosis 5 g/kg bb ...................................................... 15

Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-60 .............................................................................. 18

Tabel 6. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-90 .............................................................................. 20

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-120 ........................................................................... 22

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-150 ............................................................................ 24

Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-180 ............................................................................ 26

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alat Glukotest ............................................................................... 9

Gambar 2. Prosedur Penggunaan Glukometer ................................................ 10

Gambar 3. Grafik Kenaikan Rata-rata KGD Tikus Setelah 30 menit Pemberian Larutan Glukosa 50% Dosis 5 g/kg bb ....................... 16

Gambar 4. Grafik Pengaruh Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni dan Suspensi Glibenklamid Terhadap Kadar Gula Darah Tikus ......... 17

Gambar 5. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-60 Dibandingkan dengan Menit ke-30 ...................................................................... 17

Gambar 6. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-90 Dibandingkan dengan Menit ke-30 ...................................................................... 19

Gambar 7. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-120 Dibandingkan dengan Menit ke-30 ...................................................................... 21

Gambar 8. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-150 Dibandingkan dengan Menit ke-30 ...................................................................... 23

Gambar 9. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-180 Dibandingkan dengan Menit ke-30 ...................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ………………………………… 29

Lampiran 2. Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) ..................... 30

Lampiran 3. Biji Tumbuhan Mahoni ( Semen Swietenia mahagoni Jacq.) .. 31

Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Putih ........... 32

Lampiran 4.a. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Setelah Pemberian CMC 0,5% Dosis 1% bb ............................ 32

Lampiran 4.b. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Setelah Pemberian Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni 2% Dosis 100 mg/kg bb .................................................................. 32

Lampiran 4.c. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Setelah Pemberian Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni 2% Dosis 50 mg/kg bb .................................................................... 33

Lampiran 4.d. Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Setelah Pemberian Suspensi Glibenklamid 0,02% Dosis 1 mg/kg bb ..................................................................... 33

Lampiran 5. Data Penurunan Kadar Gula Darah Tikus ................................ 34

Lampiran 5.a. Penurunan Kadar Gula Darah Tikus pada Menit Ke-60 Dibandingkan dengan Menit Ke-30 …………………………. 34

Lampiran 5.b. Penurunan Kadar Gula Darah Tikus pada Menit Ke-90 Dibandingkan dengan Menit Ke-30 …………………………. 34

Lampiran 5.c. Penurunan Kadar Gula Darah Tikus pada Menit Ke-120 Dibandingkan dengan Menit Ke-30 …………………………. 34

Lampiran 5.d. Penurunan Kadar Gula Darah Tikus pada Menit Ke-150 Dibandingkan dengan Menit Ke-30 …………………………. 35

Lampiran 5.e. Penurunan Kadar Gula Darah Tikus pada Menit Ke-180 Dibandingkan dengan Menit Ke-30 …………………………. 35

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Anava .......................................................... 36

Lampiran 6.a. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus Puasa Selama 18 Jam...36

Lampiran 6.b. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus Setelah 30 menit Pemberian Larutan Glukosa 50% Dosis 50 g/kg bb ....................................................................... 36

Lampiran 6.c. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus pada Menit ke – 60 ...... 36

Lampiran 6.d. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus pada Menit ke – 90 ...... 36

Lampiran 6.e. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus pada Menit ke – 120 .... 36

Lampiran 6.f. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus pada Menit ke – 150 .... 36

Lampiran 6.g. Hasil Perhitungan Anava KGD Tikus pada Menit ke – 180 .... 37

Lampiran 7. Analisis SPSS .......................................................................... 38

Lampiran 8. Sertifikat Analisis Glibenklamid ……………………………. 42

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Rata- rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di Indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 juta penduduk sedangkan di Eropa mencapai 3-5% (Tjay dan Rahardja, 2007).

Diabetes merupakan sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan metabolisme lipid, karbohidrat dan protein dan peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah (Gilman, 2007). Diabetes mellitus disebabkan kekurangan hormon insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan sintesa lemak, kekurangan hormon insulin menyebabkan glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya disekresikan lewat kemih tanpa digunakan yang disebut juga dengan istilah glycosuria (Tjay dan Rahardja, 2007). Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% karbohidrat yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO 2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak, pada diabetes semua proses tersebut terganggu (Handoko dan Suharto, 1995). Penderita diabetes mellitus dapat metabolisme sempurna menjadi CO 2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak, pada diabetes semua proses tersebut terganggu (Handoko dan Suharto, 1995). Penderita diabetes mellitus dapat

Penyakit diabetes mellitus memerlukan pengobatan jangka panjang diabetes mellitus dan biaya yang mahal, sehingga perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah dengan melakukan penelitian tentang obat tradisional yang mempunyai efek hipoglikemia. Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman.(Kumar, et al, 2005)

Salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat untuk pengobatan diabetes mellitus ialah mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.). Bagian yang digunakan dari tumbuhan tersebut adalah bijinya. Biji mahoni memiliki efek farmakologis antipiretik, antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), kurang nafsu makan, rematik, demam, masuk angin, dan eksim (Hariana, 2007).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji efek ekstrak etanol biji mahoni terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan dengan uji toleransi glukosa.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan?

b. Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dalam menurunkan kadar gula darah dibandingkan dengan pemberian glibenklamid?

1.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini diduga bahwa :

a. Ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan.

b. Ada perbedaan antara ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) dengan glibenklamid dalam menurunkan kadar gula darah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk membuktikan efek ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan.

b. Untuk mengetahui perbedaan antara efek ekstrak etanol biji mahoni dan glibenklamid dalam menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Menjadi bahan informasi kepada masyarakat tentang efek dari ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) untuk menurunkan kadar gula darah.

b. Mendapatkan dosis yang tepat dari ekstrak etanol biji mahoni yang memberikan efek menurunkan kadar gula darah optimal.

c. Menambah inventaris tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Swietenia mahagoni merupakan satu spesies tanaman dari suku Meliaceae, Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir dekat dengan pantai. Di Indonesia mula-mula tumbuh secara liar di hutan-hutan, di kebun maupun di mana saja. Namun sejak

20 tahun terakhir ini sudah dibudi dayakan karena kualitas kayunya keras dan sangat baik, terutama untuk mebel dan kerajinan tangan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kayu mahoni untuk membuat dinding dan lantai. Kayu tua berwarna merah kecokelatan (Anonim, 2007)

Mahoni merupakan pohon tahunan dengan tinggi 5-25 m, batang bulat bercabang, daun majemuk, menyirip genap bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 3-15 cm, pertulangan menyirip. Buah bulat telur berlekuk lima berwarna coklat. Biji pipih,warna hitam atau coklat. Akar tunggang warna coklat (DepKes RI, 2000).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan mahoni : Divisi

: Spermatophyta Sub Divisi

: Angiospermae Kelas

: Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae Bangsa

: Rutales Suku

: Meliaceae Marga

: Swietenia Jenis

: Swietenia mahagoni Jacq (Tjitrosoepomo, 2000)

2.1.2 Nama Lain (Sinonim)

Sinonim : Swietenia macrophylla King Nama umum : Mahoni Nama daerah : Mahoni (Jawa tengah) (DepKes RI, 2000), mahok (Belanda),

acajou (Perancis), cheriamagany, caoba (Spanyol), mahogani (Inggris) (Anonim, 2007).

2.1.3 Kandungan Kimia

Biji mahoni mangandung saponin, flavonoid (Hariana, 2007), alkaloid

2.1.4 Khasiat dan Penggunaan

Biji mahoni memiliki efek farmakologis antipiretik, antijamur, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), kurang nafsu makan, rematik, demam, masuk angin, dan Eksim (Hariana, 2007).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid,

2.2.1 Metode Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Maserasi Maserasi adalah proses pangekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu selama dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan 3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu selama dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

4. Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus yang sampelnya dibungkus dengan kertas saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pangadukan kontinu) pada temteratur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan

pada temperatur 40-50 o C.

6. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 o C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

7. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

8. Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa 8. Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

2.3 Diabetes Mellitus (DM)

2.3.1 Defenisi

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Sodeman dan Sodeman, 1995)

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Secara umum diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Diabetes Tipe I (Diabetes mellitus tergantung insulin, IDDM) Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel beta langerhans, hilangnya fungsi sel beta mungkin disebabkan oleh invasi virus, kerja toksin kimia, atau umumnya melalui kerja antibodi autoimun yang ditujukan untuk melawan sel beta. Akibat dari dekstruksi sel beta, pankreas gagal berespons terhadap masukan glukosa (Mycek,et al, 2001). Diabetes tipe I ini merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati, lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa. Gangguan katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapatnya insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel beta pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik (Katzung, 2002)

2. Diabetes Tipe II (Diabetes mellitus tak tergantung insulin, NIDDM) Diabetes tipe II merupakan suatu kelompok heterogen yang terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan yang terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya jaringan. Obesitas, yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, sebagian besar pasien dengan diabetes tipe II ini bertubuh gemuk (Katzung, 2002). Pada NIDDM pankreas masih mempunyai beberapa fungsi sel beta yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa.Diabetes tipe II sering dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus disebabkan oleh penurunan jumlah atau mutasi reseptor insulin (Mycek, et al, 2001)

3. Diabetes Gestational Diabetes gestational adalah diabetes terjadi pada saat kehamilan, ada kemungkinan akan normal kembali namun toleransi glukosa yang terganggu juga bisa terjadi setelah kehamilan tersebut. DM tipe II atau DM tipe I mungkin terjadi pada wanita yang tidak menjalani penanganan pada saat diabetes gestational ini terjadi. Perlu dilakukan pemeriksaan sebelum 24 minggu kehamilan. Data statistik menunjukkan bahwa pengontrolan gula darah saat kehamilan bagi penderita diabetes gestational akan menghindarkan ibu dan bayi yang dilahirkan dari kematian atau cacat sama halnya dengan yang tidak mengalami diabetes.

Trisemester kedua merupakan saat terjadinya peningkatan stres kehamilan sehingga kadar glukosa darah meningkat (Guthrie and Guthrie, 2003).

2.3.3 Gejala Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus ditandai oleh poliurea (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan), walaupun banyak makan tetapi berat tubuh menurun, hiperglikemia, glikosuria, ketosis dan asidosis (Ganong, 1998)

2.4 Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi :

1. Komplikasi Metabolit Akut Seperti ketoasidosis diabetik dan hiperglikemia, hiperosmolaritas (Silbernagl dan Lang, 2006)

2. Komplikasi-komplikasi Vaskular Jangka Panjang Melibatkan pembuluh-pembuluh kecil (mikroangiopati), dan pembuluh- pembuluh sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangipati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler daan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), otot-otot dan kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologi berupa aterosklerosis (Price and Wilson, 1995). Lainnya adalah berupa impotensi, infeksi stafilokok pada kulit dan keluhan claudicatio ditungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri di betis setelah berjalan sejumlah meter. Infark jantung dapat juga terjadi yaitu di dinding aarteri timbul benjolan- benjolan yang mengganggu sirkulasi darah (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.5 Hormon yang Berperan untuk Mengatur Kadar Glukosa dalam Darah

2.5.1 Insulin

Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Salah satu efek terpenting dari insulin adalah untuk menyebabkan absorpsi bagian terbesar glukosa setelah makan untuk disimpan hampir segera di dalam hati dalam bentuk glikogen. Segera setelah makan banyak karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah menyebabkan sekresi insulin yang cepat. Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh hepar, otot dan jaringan lemak (Guyton, 1990). Insulin juga memiliki efek penting pada metabolisme lemak dan protein (Sherwood, 2001). Sekali insulin memasuki sirkulasi, maka insulin diikat oleh reseptor khusus yang terdapat pada membran sebagian besar jaringan sehingga memudahkan glukosa menembus membran sel (Katzung, 2002). Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (pengangkut glukosa). Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel, pengangkut-pengangkut tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respon terhadap peningkatan sekresi insulin sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel (Sherwood, 2001)

2.5.2 Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau langerhans, mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Penurunan kadar Glukagon adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau langerhans, mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Penurunan kadar

2.6 Resistensi Insulin

Resistensi insulin adalah peristiwa pada mana sel-sel menjadi kurang peka bagi insulin dengan efek berkurangnya penyerapan glukosa dari darah. Akibatnya kadar glukosa darah naik dan lambat laun terjadilah diabetes tipe 2. Penyebab lain adalah berkurangnya reseptor insulin atau tidak bekerja dengan semestinya (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.7 Pengaturan kadar glukosa dalam darah

Pengaturan kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hati dan pankreas. Hati dan pankreas ini memegang peranan penting untuk menjaga keseimbangan glukosa sehingga kadarnya bisa normal dalam darah.

2.7.1 Pankreas

Pankreas adalah suatu organ yang bentuknya lonjong kira-kira 15 cm yang terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren yang memproduksi enzim-enzim pencernaan (pankreatin) yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (Pulau Langehans) dengan sekresi intern yakni hormon-hormon insulin dan glukagon yang langsung disalurkan ke aliran darah (Tjay dan Rahardja, 2007).

Sel-sel yang berlokasi di pulau Langerhans pada pankreas adalah sel beta yang mensekresi insulin, sel alfa yang mensekresi glukagon, sel delta yang mensekresi somatostatin dan sel PP yang mensekresi polipeptida pankreas (Sodeman dan Sodeman, 1995)

2.7.2 Hati

Hati memegang peranan penting untuk keseimbangan kadar glukosa dalam darah. Setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus menjadi glukosa maka absorbsi glukosa ke dalam darah terjadi, kemudian glukosa ini dialirkan ke hati melalui vena porta. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen (Handoko, 1995).

Pada keadaan normal bila kadar glukosa darah tinggi maka insulin akan disekresikan oleh sel-sel beta untuk membantu penyerapan glukosa kedalam sel- sel tubuh dan glukosa ini dengan bantuan insulin akan disimpan sebagai sumber energi cadangan berupa glikogen dalam hati. Sebaliknya jika kadar glukosa darah rendah maka sel-sel alfa akan mensekresikan glukagon. Glukagon ini akan menstimulasi pengubahan glikogen menjadi glukosa sehingga kadar gula darah dinormalkan kembali (Guyton, 1990). Disamping itu juga hati berupaya untuk menormalkan kadar gula darah yaitu dengan mensintesa glukosa dari molekul- molekul beratom-3C yang berasal dari perombakan lemak dan protein (proses glukoneogenesis) (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.8 Obat Antidiabetes Oral

Berdasarkan cara kerjanya obat antidiabetes oral dapat dibagi dalam enam kelompok besar yaitu :

2.8.1 Sulfonilurea

Generasi pertama dari golongan ini mencakup tolbutamid, asetoheksamid, tolazamida, dan klorpropamida. Generasi kedua mencakup gliburida (glibenklamid), glipizida, gliklazida, dan glimepirida. Generasi kedua jauh lebih kuat efek hipoglikemianya dibandingkan generasi pertama. Sulfonil urea menyebabkan hipoglikemia dengan cara menstimulasi pelepasan insulin dari sel β pankreas. Pemberian akut sulfonilurea ke pasien DM tipe 2 meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Sulfonilurea juga selanjutnya dapat meningkatkan kadar insulin dengan cara mengurangi bersihannya dihati (Gilman, 2007). Sulfonilurea menyebabkan kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa darah diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita DM tipe 2 yang tidak begitu berat yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga mamperbaiki kepekaan organ tujuan terhadap insulin (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.8.2 Kalium chanel blokers

Repaglinida dan nateglinida adalah obat antidiabetes dari golongan ini. Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea (Tjay dan Rahardja, 2007). Repaglinida dan nateglinida menstimulasi sekresi insulin dengan cara memblok saluran kalsium sensitif-ATP pada sel beta pankreas (Gilman, 2007).

2.8.3 Binguanida

Metformin merupakan obat dari golongan ini, berbeda dengan sulfonilurea, obat ini tidak menstimulasi penglepasan insulin dan tidak menurunkan kadar gula darah pada orang sehat. Zat ini menekan nafsu makan hingga berat tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita yang kegemukan ( Tjay dan Rahardja, 2007). Metformin memiliki kemampuan untuk mengurangi hiperlipidemia, pasien sering kehilangan berat badan. Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukogenesis (Mycek, et al, 2001).

2.8.4 Glukosidase-inhibitors

Akarbose dan miglitol merupakan obat dari golongan ini. Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian polisakarida menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar gula darah dihindarkan (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.8.5 Thiazolidindion

Rosiglitazon dan pioglitazon merupakan obat dari golongan ini, dengan kerja farmakologi yang istimewa yang disebut juga dengan insulin sensitizer. Berdaya mengurangai resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena itu penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat, juga kapasitas penimbunannya di jaringan ini. Efeknya kadar insulin, glukosa dan asam lemak dalam darah menurun, begitu pula gluconeogenesis dalam hati (Tjay dan Rahardja, 2007).

2.8.6 Penghambat DPP-4 (DPP-blockers)

Sitagliptin dan vildagliptin merupakan obat golongan ini. Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan efek penurunan hormon incretin. Incretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu glukagon like peptide dan glucose dependent insulinotropic polypeptide. Increatin ini diuraikan oleh suatu enzim khas DPP4 (dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraiaan dan inaktifasi incretin, sehingga kadar insulin akan meningkat (Tjay dan Rahardja, 2007).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL), dilakukan pengujian langsung efek ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan di laboratorium dengan metode uji toleransi glukosa. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan meliputi : pengambilan dan pengolahan sampel, pembuatan ekstrak, dan pengujian efek penurunan kadar gula darah. Data di analisis secara anava (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata duncan menggunakan program statistical and product service solution (SPSS).

3.1 Alat-alat

Blender (Tecstar), penguap vakum putar, neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Chyo JP2-600), neraca hewan (Presica Geniweigher, GW-1500), Glucometer (EZ smart) dan Glucotest strip, freeze dryer, alat-alat gelas, syringe 1 ml (Terumo), syringe 3 ml (Terumo), oral sonde, aluminium foil, kertas saring, mortir dan stamfer serta alat penangas air.

3.2 Bahan-bahan

Biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), glibenklamid produksi Alphapharm, etanol 96%, glukosa, karboksi metil selulosa (CMC) adalah bahan- bahan berkualitas pro analis : E Merck, akuades.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150-200 g. Sebelum percobaan dimulai terlebih dahulu tikus dipelihara selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya (Ditjen POM, 1979).

3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

3.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkannya dengan tumbuhan serupa dari daerah lain, sampel diambil dari hutan tridharma Universitas Sumatera Utara. Sampel yang diambil adalah biji yang sudah tua yaitu yang telah jatuh dari pohonnya dan warna kulit biji hitam kecoklatan.

3.4.2 Pengolahan Sampel

Biji mahoni dibersihkan dari kulit yang membungkusnya, lalu ditimbang dan diperoleh berat basah, kemudian dikeringkan (tidak pada sinar matahari langsung), biji dianggap kering apabila ditumbuk tidak menggumpal lagi, kemudian diblender hingga menjadi serbuk.

3.4.3 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Taksonomi dan Identifikasi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi menunjukkan bahan tumbuhan adalah Swietenia mahagoni Jacq.

3.5 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96 %, cara kerjanya adalah sebagai berikut:

Serbuk biji mahoni yang diperoleh dimasukan ke dalam wadah botol berwarna gelap, kemudian ditambahkan pelarut etanol 96%, ditutup dan dibiarkan selama dua hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, disaring sehingga didapat maserat. Ampas dimaserasi dengan etanol 96% menggunakan prosedur yang sama, maserasi dilakukan sampai diperoleh maserat yang jernih. Semua maserat etanol digabungkan dan diuapkan dengan menggunakan alat penguap vakum putar

pada temperature ± 40 0 C sampai diperoleh ekstrak etanol kental kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer (Maksum, 2008).

3.6 Pembuatan Larutan dan Suspensi

3.6.1 Pembuatan Suspensi CMC 0,5%

Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi 10 ml akuades panas. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, setelah dikembangkan digerus lalu diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.6.2 Pembuatan Suspensi Glibenklamid 0,02 %

Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi akuades panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, dan digerus hingga terbentuk gel. Sebanyak 20 mg glibenkamid digerus dan ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus dan diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.6.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni 2% b/v

Sebanyak 0,5 g CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi akuades panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, dan digerus hingga terbentuk gel. Kemudian ekstrak etanol biji mahoni (2 g) digerus, dan ditambahkan gel CMC sedikit demi sedikit dan terus digerus hingga terbentuk suspensi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml.

3.6.4 Pembuatan Larutan Glukosa 50%

Sebanyak 50 g glukosa dimasukan ke dalam erlenmeyer yang telah dikalibrasi 100 ml lalu diaduk hingga larut.

3.7 Pengujian Efek Farmakologi

3.7.1 Prosedur Kerja Pengujian Efek Farmakologi

Untuk pengujian farmakologi ini digunakan tikus yang dibagi atas 4 kelompok (kontrol, bahan uji yang terdiri dari 2 dosis dan bahan pembanding), masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus.

3.7.1 Prosedur Uji Efek Penurunan Kadar Gula Darah dari Ekstrak Etanol

Biji Mahoni dengan Toleransi Glukosa pada Tikus Putih Jantan

Tikus dipuasakan (tidak makan tapi tetap minum) selama 18 jam. Kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar gula darah puasa. Diberikan larutan glukosa 50% dosis 5 g/kg bb secara oral. Lalu diukur kadar gula darah tikus pada menit ke-30. Kemudian masing-masing diberi perlakuan :

1. Kelompok I sebagai kontrol yaitu hanya diberikan suspensi CMC 0,5% (Dosis 1 ml), peroral.

2. Kelompok II diberikan suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni 2% (Dosis 100 mg/kg bb), peroral.

3. Kelompok III diberikan suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni 2% (Dosis 50 mg/kg bb), peroral.

4. Kelompok IV diberikan suspensi Glibenklamid 0,02% dalam CMC 0,5% (Dosis 1 mg/kg bb), peroral.

Lalu diukur kadar gula darah tikus pada menit ke-60, 90, 120, 150, 180 dengan memnggunakan glucotest EZ smart (Salim, 2007).

3.8 Penggunaan Glukometer

3.8.1 Prosedur Penggunaan

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah Gluko meter (EZ Smart), ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Alat Glukotest

Keterangan : 1. EZ Smart Check Strip

2. EZ Smart Meter

3. EZ Smart Test Strip

4. EZ Smart Vial Test Strip

Glukotest ini secara otomatis akan hidup ketika strip dimasukkan dan akan mati ketika strip dicabut. Dengan menyentuhkan setetes darah ke strip, reaksi dari wadah strip akan otomatis menyerap darah ke dalam strip melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah, alat akan mulai mengukur kadar glukosa darah, hasil pengukuran diperoleh selama 8 detik. Prosedur penggunaan Glukometer ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Prosedur Penggunaan Glukometer

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan prosedur penggunaan Glukometer sebagai berikut :

1. EZ Smart Check Strip dimasukkan ke EZ Smart Meter (seperti pada tanda panah pertama). EZ Smart Meter akan hidup secara otomatis.

2. dicocokkan kode nomor yang muncul pada layar EZ Smart Meter dengan yang ada pada vial EZ Smart Test Strip.

3. strip dimasukkan ke EZ Smart Meter (seperti pada tanda panah kedua).

4. darah disentuhkan pada strip sampai terisi penuh.

5. pada layar akan muncul angka 8 dan dibiarkan menghitung mundur hingga keluar hasil

6. untuk pengukuran selanjutnya digunakan strip yang baru.

2.8.2 Prinsip Pengukuran

Sampael darah akan masuk ke dalam test strip melalui aksi kapiler. Glukosa yang ada dalam darah akan bereaksi dengan glukosa oksidase dan kalium ferisianida yang ada dalam strip dan akan dihasilkan kalium ferosianida. Kalium ferosianida yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi glukosa yang ada dalam sampel darah. Oksidasi kalium ferosianida akan menghasilkan muatan listrik yang akan diubah oleh Glucometer untuk ditampilkan sebagai konsentrasi glukosa pada layar.

β-D-Glukosa + kalium ferisianida Glukosa oksidase as. Glukonat + kalium

ferosianida

Kalium ferosianida kalium ferisianida + e - (Anonim, 2001)

Oksidasi

2.9 Analisis Data

Untuk membandingkan penurunan kadar gula darah dari pemberian suspensi CMC 0,5% 1 ml, Ekstrak Etanol Biji Mahoni (EEBM) dosis 50 mg/kg

bb, Ekstrak Etanol Biji Mahoni (EEBM) dosis 100 mg/kg bb, dan Glibenklamid 1 mg/kg bb digunakan uji anava. Bila signifikansi < 0,05 ( α < 0,05), artinya ada perbedaan yang nyata antara kedua nilai rata-rata kadar gula darah tikus. Bila signifikansi > 0,05 ( α > 0,05), artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara kedua nilaita-rata kadar gula darah tikus.

Uji lanjutan yang digunakan untuk melihat perbedaan yang nyata antar perlakuan adalah uji rata-rata Duncan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Sampel

Setelah sampel dikupas dari kulit yang membungkusnya diperoleh berat basah 1780 g sampel dikeringkan diperoleh berat kering 1396 g.

4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak

Serbuk kering sampel yang diperoleh adalah 1380 g, berkurang 16 g karena pada proses pengolahan menjadi serbuk tertinggal pada blender dan wadah penampung serbuk. Ekstrak kental yang diperoleh adalah 178 g.

4.3 Pemilihan Dosis Ekstrak pada Pengujian Penurunan KGD Tikus

Sebelum uji penurunan KGD, terlebih dahulu dilakukan orientasi penentuan dosis ekstrak etanol biji mahoni yang akan diberikan. Variasi dosis ekstrak etanol biji mahoni yang diorientasi adalah 25 mg/kg bb, 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 400 mg/kg bb. Dari dosis yang diorientasikan, diperoleh dosis 50 mg/kg bb dan 100 mg/kg bb yang akan digunakan untuk pengujian penurunan KGD tikus karena memiliki efek penurunan KGD yang sama dengan glibenklamid 1 mg/kg bb. Data hasil orientasi dapat dilihat pada lampiran 1.

4.4 Hasil Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus Setelah Puasa 18 Jam

Sebelum pemberian larutan glukosa 50% dosis 5 g/kg bb terlebih dahulu tikus dipuasakan selama 18 jam. Rata-rata kadar gula darah tikus untuk tiap perlakuan setelah dipuasakan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Kadar Gula Darah Tikus Setelah Puasa 18 Jam (n = 6)

Kelompok Rata-rata KGD Puasa (mg/dl)

I 100,17

II 100,00 III

IV 91,67 Rata-rata

Berdasarkan analisis statistik diperoleh signifikansi 0,127 > 0,05, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisiologis tikus yang digunakan tidak berbeda nyata.

4.5 Pengaruh Pemberian Larutan Glukosa Dosis 5 g/kg bb terhadap Kadar Gula Darah Tikus

Hewan yang telah diukur kadar gula darah puasanya, kemudian diberi larutan glukosa dosis 5 g/kg bb. 30 menit setelah pemberian larutan glukosa tersebut terjadi peningkatan kadar gula darah tikus untuk masing-masing kelompok. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 3.

Tabel 2. Kadar Gula Darah Tikus Setelah 30 Menit Pemberian Larutan Glukosa Dosis 5 g/kg bb

Rata-rata Kel

Perlakuan

KGD (mg/dl)

1 Akan diberi suspensi CMC dosis 1 ml 200,83

2 Akan diberi suspensi ektrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb 204,33

3 Akan diberi suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg bb 205,33

4 Akan diberi suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg bb 190,17 Rata-rata

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa pemberian larutan glukosa dosis 5 g/kg

bb untuk semua hewan menghasilkan kadar gula darah rata-rata 200,17 mg/dl. Berdasarkan analisis statistik diperoleh signifikansi 0,131 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Artinya kadar gula darah masing-masing kelompok tikus setelah 30 menit pemberian glukosa dosis 5 g/kg

bb tidak berbeda signifikan.

0 30 60 Waktu (menit)

suspensi CMC 1 ml

EEBM 100

EEBM 50 Glibenklamid 1mg/kg bb

Gambar 3. Grafik Kenaikan Rata-rata KGD Tikus Setelah 30 menit Pemberian Larutan Glukosa 50% Dosis 5 g/kg bb

Keterangan : EEBM = Ekstrak Etanol Biji Mahoni

4.4 Pengaruh Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni dan Suspensi Glibenklamid terhadap Kadar Gula Darah Tikus

Masing-masing kelompok tikus yang telah diukur kadar gula darahnya setelah 30 menit pemberian larutan glukosa dosis 5 g/kg bb, diberi suspensi CMC dosis 1 ml, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg bb dan suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg bb. Terjadi penurunan kadar gula darah tikus untuk masing-masing kelompok yang dapat dilihat pada gambar 4.

KGD (mg/dl) 150

waktu (menit)

Suspensi CMC 1 ml EEBM 100 mg/kg bb EEBM 50 mg/kg bb

Glibenklamid 1mg/kg bb

Gambar 4. Grafik Pengaruh Suspensi Ekstrak Etanol Biji Mahoni dan Suspensi Glibenklamid Terhadap Kadar Gula Darah Tikus

4.4.1 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-60

Penurunan kadar gula darah tikus dengan pemberian suspensi CMC dosis

1 ml, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg bb dan suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg bb pada menit ke-60 dapat dilihat pada gambar 5.

Penurunan KGD (mg/dl) 20

Perlakuan

suspensi CMC 1 ml EEBM 100 mg/kg bb EEBM 50 mg/kg bb

Glibenklamid 1 mg/kg bb

Gambar 5. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-60 Dibandingkan dengan Menit ke- 30

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penurunan KGD pada pemberian suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg bb memberikan efek penurunan kadar gula darah paling besar dibandingkan dengan ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb dan ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg bb. Berdasarkan analisis statistik diperoleh signifikansi 0,048 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan maka dilakukan uji beda rata-rata duncan. Hasil uji beda rata-rata duncan terhadap kadar gula darah tikus pada menit ke-60 dapat dilihat pada data tabel 3

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-60

Taraf nyata α = 0.05 Perlakuan

1 2 Glibenklamid dosis 1 mg/kg bb

EEBM 100 mg/kg bb 188.0000 Suspensi CMC 1 ml

189.5000 EEBM 50 mg/kg bb

Hasil analisis uji beda nyata rata-rata duncan menunjukkan bahwa penurunan KGD pada tikus pada menit ke-60 dengan pemberian suspensi ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb, ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 50 mg/kg bb dan suspensi CMC dosis tidak berbeda nyata. Artinya, pada menit ke-60 ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb , ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 50 mg/kg bb memiliki potensi yang tidak berbeda dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus. Namun jika dibandingkan dengan pemberian glibenklamid dosis 1 mg/kg bb maka glibenklamid dosis 1 mg/kg bb memiliki efek yang berbeda nyata. Artinya, glibenklamid memilki potensi yang lebih besar dalam menurunkan KGD pada tikus dibandingkan dengan ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb, ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 50 mg/kg bb.

4.4.2 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-90

Penurunan kadar gula darah tikus dengan pemberian suspensi CMC dosis

1 ml, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb, suspensi ekstrak 1 ml, suspensi ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb, suspensi ekstrak

Penurunan 40 KGD (mg/dl) 30

Perlakuan

suspensi CMC 1 ml EEBM 100 mg/kg bb EEBM 50 mg/kg bb

Glibenklamid 1 mg/kg bb

Gambar 6. Grafik Penurunan KGD pada Menit ke-90 Dibandingkan dengan Menit ke-30

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penurunan KGD pada pemberian ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg/kg bb memberikan efek penurunan kadar gula darah paling besar dibandingkan dengan suspensi glibenklamid dosis 1 mg/kg bb dan ekstrak etanol biji mahoni dosis 50 mg/kg dan suspensi CMC dosis

1 ml . Menurut analisis statistik diperoleh signifikansi 0,002 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan maka dilakukan uji beda rata-rata duncan. Hasil uji beda rata-rata duncan terhadap kadar gula darah tikus pada menit ke-90 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata Duncan Terhadap KGD Tikus pada Menit Ke-90

Taraf nyata α = 0.05 Perlakuan

1 2 Glibenklamid dosis 1 mg/kgBB

EEBM 100 mg/kg bb

EEBM 50 mg/kg bb 164.1667 Suspensi CMC 1 ml

Hasil analisis uji beda nyata rata-rata duncan menunjukkan bahwa penurunan KGD pada tikus pada menit ke-90 dengan pemberian ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb, glibenklamid 1 mg/kg bb tidak berbeda nyata. Artinya, pada menit ke-90 ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb memiliki potensi yang tidak berbeda dengan glibenklamid 1 mg/kg bb dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus. Pada menit ke-90 pemberian ekstrak etanol dosis 50 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan suspensi CMC dosis

1 ml. Menurut analisis statistik, pada menit ke-90 ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 100 mg/kg bb dan glibenklamid 1mg/kg bb memiliki potensi yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol biji mahoni dengan dosis 50 mg/kg bb.

4.5.3 Penurunan Kadar Gula Darah tikus pada Menit ke-120

Penurunan kadar gula darah tikus dengan pemberian suspensi CMC dosis

Dokumen yang terkait

32 EFEK PEMBERIAN SUPLEMEN SINBIOTIK DAN ZAT GIZI MIKRO (VITAMIN A DAN ZINC) TERHADAP STATUS GIZI PENDERITA TBC PARU ORANG DEWASA YANG MENGALAMI KEKURANGAN ENERGI KRONIK Suparman1 ; Hardinsyah

0 0 11

EFEK SUPLEMENTASI Fe, ASAM FOLAT DAN VITAMIN B 12 TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEKERJA WANITA (DI KABUPATEN SUKOHARJO)

0 0 108

PERANAN MIKRONUTRIEN PADA MASA PERINATAL TERHADAP KEUTUHAN SUSUNAN SARAF PUSAT

0 0 16

IDENTIFIKASI DAN UJI KEAMANAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA UNTUK PRODUK PANGAN

0 1 9

KOMPOSISI KIMIA BIJI JAGUNG

1 22 9

PENGARUH MINUMAN FUNGSIONAL MENGANDUNG TEPUNG KEDELAI KAYA ISOFLAVON DAN SERAT PANGAN LARUT TERHADAP KADAR TOTAL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM TIKUS PERCOBAAN The Effect of Functional Drink Contain Soybean Flour Rich in Isoflavon and Soluble Dietary F

0 0 6

UJI FISIK BONGGOL JAGUNG OLAHAN SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU DALAM KONSEP PRODUK FUNGSIONAL

0 0 13

UJI ORGANOLEPTIK FORMULASI BISKUIT FUNGSIONAL BERBASIS TEPUNG IKAN GABUS (Ophiocephalus striatus)

0 0 6

POTENSI EKSTRAK DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) SEBAGAI BIOHERBISIDA PENGHAMBAT PERKECAMBAHAN Echinochloa colonum L. DAN Amaranthus viridis. ( Potencies of Pine leaf Extract (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) as Bioherbicides for Geminat

0 0 9

SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID PADA EKSTRAK n-BUTANOL KULIT BATANG BUNGUR (Lagerstroemia speciosa Pers.) I. A. R. Astiti Asih dan I M. Adi Setiawan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK - JURNAL PENELITIAN “SENYAWA FLAVONOID EKSTRAK

0 0 6