ANALISIS BEBAN FISIK DAN BEBAN PSIKOFISIK PADA PROSES PEMBUATAN PRODUK MEBEL KAYU DENGAN KOMBINASI KAYU SOLID DAN KAYU LAPIS

  

ANALISIS BEBAN FISIK DAN BEBAN PSIKOFISIK PADA

PROSES PEMBUATAN PRODUK MEBEL KAYU DENGAN

KOMBINASI KAYU SOLID DAN KAYU LAPIS

1

2 Mustofa Mohtar , Miftahol Arifin 1.

  Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara 2. Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

  

Kontak Person:

Mustofa Mohtar

Jl. Taman Siswa No. 09 Tahunan Jepara

  

Jepara, 59427

Telp: 0291

  • – 595477, Fax: 0291 - 595477, E-mail: puraarsita@gmail.com

Abstrak

  

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keluhan akibat beban fisik yang dialami

pekerja dalam proses pembuatan mebel kayu dengan bahan kombinasi kayu solid dan kayu lapis,

mengetahui besarnya beban psikofisik serta solusi untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan

metode Penelitian kualitatif dengan mengembangkan dan menerapkan metodologi desain praktis dan

menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang ada. Pelaksanaan

penelitian dilakukan dengan menggunakan stetoskop, thermometer, serta lux meter sebagai pengukur

cahaya. Konsumsi energi adalah cara untuk mengetahui besarnya beban fisik setiap pekerja,

sedangkan besarnya beban psikofisik dapat diketahui menggunakan metode Rating of Perceived

Exertion (RPE) sehingga besarnya intensitas kerja dapat diketahui.

  Kata kunci: Psikofisik, beban kerja, Rating of Perceived Exertion, kelelahan

Pendahuluan

  Dewasa ini produk furniture di Indonesia sudah berkembang sedemikian pesat, produk-produk industri kecil tetap eksis di pasar nasional bahkan international. Furniture tradisional tetap digemari oleh konsumen sehingga industry kecil tetap memproduksi furniture tersebut. Banyak alasan mengapa kayu digunakan sebagai bahan bahan baku utama mebelair, satu diantaranya adalah adanya sentuhan seni kriya sehingga dalam pekerjaannya unsur manusia tetap menjadi perhatian utama.

  Terkadang pekerja mebel dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin tinggi, bekerja keras yang kadang-kadang kurang memperhatikan kondisi fisik dan psikologisnya. Pada dasarnya tipe kerja manusia dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental. Kedua tipe kerja ini sangat bertolak belakang, kerja fisik akan membutuhkan energi yang sangat besar dalam melakukan aktivitasnya. Sebaliknya kerja mental tidak melibatkan energi fisik yang cukup besar. Meskipun kedua aktivitas tersebut berbeda, namun keduanya saling berhubungan.

  Aktivitas manusia yang terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama akan menimbulkan kelelahan psikologis, kelelahan ini disebabkan beban kerja fisik yang terlalu besar akan berakibat munculnya beban kerja mental. Ketika kelelahan terakumulasi dan manusia tidak ada waktu yang cukup untuk beristirahat, maka kelelahan dan keluhan yang sebelumnya telah dirasakan semakin lama akan terasa semakin berat. Setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun mental pekerja yang menerima beban kerja tersebut agar tidak terjadi kelelahan [1].

  Lelah menurut Tarwaka dalam Rahardian [2] merupakan suatu kondisi dimana tubuh telah berada pada ambang batas kemampuannya dalam menjalankan suatu aktifitas sehingga diperlukan istirahat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri [3]. Rasa lelah dapat ditimbulkan dari berbagai macam hal, misalnya dari beban kerja pekerjaan yang dilakukan sehari-hari [2].

  V - 25

Metode Penelitian

  Objek utama yang diteliti adalah para pekerja mebel kayu dengan kombinasi kayu solid dan kayu lapis dengan mengetahui banyaknya keluhan yang dirasakan serta melakukan pengukuran beban fisik dan pengukuran psikofisik. Pemecahan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada kerangka pikiran yang disusun berdasarkan kajian teori yang berhubungan dengan pencapaian penelitian secara sistematis, diagram kerangka penelitian tersebut dapat dijabarkan pada Gambar 1.

  Gambar 1. Metodologi Penelitian Kusioner dilakukan untuk mengetahui tingkat kelelahan para pekerja dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis Pada tahap awal sebelum melakukan perancangan kuisioner, terlebih dahulu dilakukan observasi dan wawancara secara langsung pada obyek, terhadap keluhan- keluhan apa saja yang dirasakan sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan performansi mereka yang dapat mengakibatkan kelelahan pada saat bekerja. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk penyusunan kuisioner

Konsumsi Energi

  Konsumsi energi pada waktu bekerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran: a. Kecepatan denyut jantung

  Untuk menyatakan hubungan antara energi dngan kecepatan denyut jantung menggunakan kuantitatif yaitu analisis regresi. Adapun persamaannya sebagai berikut :

   4 2 Y  1 , 80411  , 0229038 X  4 , 71711 . 10 .

  X (1)

  V - 26 SENTRA b. Konsumsi energi Setelah besaran kecepatan dapat disetarakan dalam bentuk energi maka konsumsi energi untuk kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

  KE = Et (2)

  • – Ei

  Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih waktu antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat.

  Rating of Perceived Exertion (RPE)

  Salah satu bentuk skala interval pada metode skala psikofisik adalah RPE (Rating of Perceived

  

Exertion) merupakan kerja fisik yang dilakukannya. Skala tersebut bila dikalikan dengan dengan 10,

akan mendekati nilai denyut jantung untuk pekerja sehat dalam mengerjakan tingkat kerja yang sama.

  

Tabel 1. Skala Rating of Perceived Exertion (RPE)

Skala Kriteria skala Kriteria

  20

  12

  19 Sangat,sangat berat

  11 Ringan

  18

  10

  17 Sangat berat

  9 Sangat ringan

  16

  8

  15 Berat

  7 Sangat, sangat ringan

  14

  6 13 sedang

  RPE dapat pula diukur untuk bagian parsial tubuh, misalnya untuk kaki (Leg Rating or

  

Perceived of Exertion) , untuk tulang belakang (back RPE/BRPE), dan RPE untuk seluruh tubuh

dikenal dengan overall body (ORPE).

Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengukuran Beban Kerja Fisik

  Untuk mengetahui besarnya konsumsi energi selama bekerja, maka dilakukan pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja dan pencahayaan. Alat ukur yang digunakan adalah

  

stetoscope dan lux meter. Sebelum pengukuran denyut jantung dilakukan, maka dilakukan pengukuran

  suhu kerja / ruangan dengan menggunakan thermometer yang bertujuan untuk mengetahui suhu lingkungan kerja pada saat pengukuran.

  Tabel 2. Pengukuran Suhu Kerja dan Intensitas Cahaya Waktu Suhu rata-rata (°C) Lux

  Pagi ( 08.00-09.00 ) 23 361 Siang ( 12.00-13.00 ) 26 1110 Sore ( 16.00-17.00 ) 24 271

  Setelah dilakukan pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi yang dihasilkan karyawan. Berdasarkan rumus persamaan (1), perhitungan konsumsi energi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

   4 2 Y =  X

  X

  1 , 70411 , 042038 5 , 8711 .

  10 Dari rumus tersebut kita dapat mengetahui jumlah konsumsi energi yang dikeluarkan oleh setiap karyawan. Langkah-langkah untuk mencari konsumsi energi pada hari I adalah sebagai berikut : 1)

  Karyawan 1 Diketahui : Xi = 83 dan Xt = 88

   48 2 Maka : Yi =   = 3.15 kkal/menit

  1 , 70411 , 042038 ( 83 ) 4 , 1711 . 10 ( 83 )

   48 2 Yt =

  1 , 70411  , 042038 ( 88 )  4 , 1711 . 10 ( 83 ) = 3.44 kkal/menit KE = Et

  • – Ei KE = 3.44 – 3.15 KE = 0.29 kkal/menit

  V - 27

  2) Karyawan 2

  Diketahui : Xi = 92 dan Xt = 99

   4 2 Maka : Yi =   = 3.69 kkal/menit

  1 , 80411 , 0229038 ( 92 ) 4 , 71711 . 10 ( 92 )

   4 2 Yt =

  1 , 80411  , 0229038 ( 99 )  4 , 71711 . 10 ( 99 ) = 4.16 kkal/menit KE = Et – Ei KE = 4.16 – 3.69 KE = 0.47 kkal/menit

  Dari perhitungan tersebut maka akan diketahui besarnya konsumsi energi pada hari I, Tabel 3. Dan Tabel 4. merupakan hasil dari perhitungan konsumsi energi tahap I.

  Tabel 3. Hasil Pengukuran Konsumsi Energi Hari I Karyawan Denyut Awal Denyut Akhir K E Ei Et

  (pulse/menit) (pulse/permenit) (kkal/menit)

  1

  83

  88

  3.15 3.44 0,29

  2

  92

  99

  3.69 4.16 0,47

  3

  81

  91

  3.04 3.63 0,59

  4

  73

  78

  2.65 2.89 0,24

  5

  78

  87

  2.89 3.38 0,49

  6

  88

  94

  3.44 3.82 0,38

Tabel 4. Hasil Perhitungan Konsumsi Energi

  No Usia Karyawan Konsumsi Energi (KKal/menit)

  1

  19

  0.32

  2

  23

  0.41

  3

  23

  0.32

  4

  25

  0.29

  5

  34

  0.36

  6

  40

  0.18 Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa besarnya konsumsi energi setiap karyawan

  berbeda-beda yang disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan berbeda. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa besar-kecilnya tingkat konsumsi energi tidak dipengaruhi oleh usia, karena berdasarkan data diatas, karyawan yang berusia 23 tahun tercatat konsumsi energi yang paling besar dibandingkan karyawan yang berusia diatasnya, hal tersebut disebabkan oleh jenis pekerjaan karyawan ini yang cukup berat.

Pengukuran Psikofisik

  Dalam penelitian ini pengukuran intensitas kerja dilakukuan menggunakan metode RPE, karena metode ini menyediakan pengecekan ganda pada laju denyut jantung, khususnya ketika zona denyut jantung ditinjau dari usia. Tabel 1 menunjukkan skala pada RPE yang bernilai 6

  • – 20 dengan kategori kelas masing-masing, bila dikalikan dengan 10 akan menunujukan nilai yang hampir sama dengan denyut jantung yang hampir sama. RPE lebih didekatkan pada hubungan dengan denyut nadi akhir ( Dnt ) dari pada dengan konsumsi energi ( KE ). Langkah untuk memperoleh data mengenai intensitas kerja setiap karyawan adalah sebagai berikut : Karyawan I setelah dilakukan pengukuran diketahui denyut nadi akhirnya sebesar 134 jika dibagi dengan angka 10 akan menghasilkan angka sebesar 13.4, jika ditinjau dengan skala RPE maka angka tersebut diantara skala 13-14 yang termasuk dalam kriteria sedang, yang berarti intensitas kerjanya sedang.

  V - 28 SENTRA

  V - 29 Tabel 5. Hasil pengukuran Psikofisik Hari I

  2

  1

  3

  1

  1

  18 Merasa bosan - -

  2

  2

  1 3 -

  19 Sulit mengontrol sikap -

  1

  2 3 -

  20 Merasa Cemas -

  2

  3 1 -

  17 Kepercayaan diri berkurang -

  2

  2

  1

  2

  4

  13 Perasaan gugup -

  1

  1

  3

  14 Tidak berkonsentrasi -

  16 Mudah lupa -

  2

  1 3 -

  15 Sulit memusatkan pikiran -

  2

  2

  1

  1

  21 Emosi tidak stabil -

  2 2 -

  1

  29 Haus

  27 Nyeri di punggung -

  2 3 -

  1

  28 Merasa kurang sehat -

  2

  2 2 -

  2 4 - - -

  1

  30 Lapar -

  5 1 - - Jumlah

  5

  51

  61

  44

  22 Dalam penelitian ini diketahui bahwa karyawan yang mempunyai kekuatan fisik yang bagus

  2

  1 2 -

  22 Tidak tekun dalam pekerjaan -

  3 1 -

  1

  1

  1

  3

  23 Cepat marah -

  2

  24 Sesak nafas - -

  26 Kaku di bahu

  1

  2

  3

  25 Sakit kepala

  1

  1

  3 1 -

  12 Lelah untuk berbicara - - -

  1

  Karyawan Usia ( tahun ) Dno Dnt RPE Keterangan

  12 Ringan

  RPE Keterangan

  1

  19

  12 Ringan

  2

  23

  3

  Setelah hasil pengukuran psikofisik selama tiga hari berturut-turut diketahui, maka untuk mengetahui berapa besarnya intensitas kerja perharinya diambil rata-ratanya.

  23

  12 Ringan

  4

  25

  13 Sedang

  5

  34

  Tabel 6. Pengukuran Intensitas kerja karyawan Karyawan Usia ( tahun )

  17 Sangat berat

  6

  3

  1

  19 85 134

  13 Sedang

  2

  23 75 124

  12 Ringan

  23 81 136

  6 40 107 173

  13 Sedang

  4

  25 84 150

  15 Berat

  5

  34 80 140

  14 Sedang

  13 Sedang

  40

  3

  1

  8 Gerakan canggung dan kaku -

  2

  2

  1

  1

  9 Berdiri tidak stabil -

  1

  2

  2

  2

  10 Rasa ingin berbaring -

  3

  2 1 -

  11 Susah berfikir -

  1

  2 2 -

  7 Ada beban pada mata -

  16 Berat Tabel 7. Jumlah keluhan yang dirasakan karyawan.

  2

  No Pertanyaan Persepsi Karyawan SS S J JS TP

  1 Perasaan berat di kepala

  1

  1

  2 2 -

  2 Lelah diseluruh badan -

  1 3 -

  3 3 - -

  3 Berat di kaki - - 6 - -

  4 Menguap -

  2 5 - -

  5 Pikiran kacau -

  2

  3 1 -

  6 Mengantuk -

  akan menunjukan kenaikan denyut jantung yang lebih kecil dari pada karyawan yang lainya. Skala

  RPE yang ditunjukan karyawan berbeda-beda karena sesuai dengan aktivitas yang dilakukan pada saat pengukuran berlangsung, selain itu besarnya skala RPE dipengaruhi oleh usia karyawan dan tingkat beban mental karyawan. Penggunaan RPE dalam penelitian ini bertujuan untuk meminimasi besarnya subyektifitas pekerja dalam menentukan batas maksimal pembebananya, karena tinjauan fisiologis berupa konsumsi energi yang bersifat kuantitatif.

Analisis Hasil

  Sistem kerja yang diterapkan oleh bengkel mobil New 94 adalah sistem 6 hari kerja dengan jam kerja pada pukul 08.00 – 17.00. Pada saat penelitian dilaksanakan objek yang diteliti adalah enam karyawan, meskipun dalam penelitian ini semua objek yang diteliti melakukan pekerjaan yang sama namun aktivitas kesehariannya tidak sama, maka untuk menganalisa keluhan-keluhan dan intensitas kerja didalam penelitian ini dilakukan perkaryawan. Tabel 7. merupakan tabel analisis jumlah keluhan yang dirasakan karyawan.

  Berdasarkan data dalam table 7 dapat dianalisa bahwa ada 5 keluhan yang sering sekali dirasakan oleh karyawan. Dari semua karyawan yang diteliti keluhan yang paling banyak dirasakan adalah rasa haus. Jika ditinjau dari lingkungan kerja dan aktivitasnya, keluhan ini akan sering sekali dirasakan terutama pada siang hari karena pada siang hari suhu tempat bekerja mencapai 26

  C, sedangkan kondisi optimum untuk bekerja seseorang adalah pada suhu 24 C. Rentang temperatur dimana manusia merasakan kenyamanan sangat bervariasi tergantung pakaian dan aktivitas fisik yang dikerjakan. Oleh karena itu dianjurkan kepada para karyawan untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bahan yang tipis pada saat melakukan aktivitas.

  Ada 51 keluhan yang sering dirasakan oleh karyawan. Dari semua keluhan tersebut yang paling banyak dirasakan adalah rasa lapar. Jika ditinjau dari kondisi lingkungan kerja dan aklivitasnya, keluhan tersebut akan sering muncul yang disebabkan oleh besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan oleh setiap karyawan, besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan oleh setiap karyawan dapat dilihat pada Tabel 4.12. Besarnya konsumsi energi tidak tergantung pada kalori yang dikonsumsi saja, akan tetapi tergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Untuk itu maka dianjurkan mengkonsumsi makanan pada saat sebelum bekerja dan pada saat istirahat. Ada 61 keluhan yang jarang dirasakan oleh karyawan. Dari semua keluhan yang paling jarang dirasakan adalah berat di kaki. Pada Bab II dijelaskan bahwa dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia memiliki temperatur yang berbeda-beda, untuk bagian kaki lebih kurang 28 C. Sedangkan temperatur lingkungan kerja tertinggi adalah 26

  C. Selain itu aktifitas karyawan sehari- hari sifatnya dinamis, artinya jenis pekerjaan setiap harinya tidak tetap, sehingga tingkat kelelahan pada kaki tidak dirasakan.

  Ada 44 keluhan yang jarang sekali dirasakan oleh karyawan. Dari banyaknya keluhan, ada 5 keluhan yang paling jarang sekali dirasakan, yaitu : lelah di seluruh badan, perasaan gugup, tidak berkonsentrasi, mudah lupa, sulit mengontrol sikap. Keluhan ini dipengaruhi oleh beban mental yang menyebabkan terjadinya strain yang berdampak pada perubahan perilaku. Keluhan tersebut jarang sekali muncul dikarenakan lingkungan kerja masih berada dalam batas yang nyaman. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan tingkat kenyamanan lingkungan kerja para karyawan sehingga kenerja karyawan tidak mengalami gangguan. Ada 22 keluhan yang tidak pernah dirasakan oleh karyawan. Dari 22 keluhan tersebut yang paling tidak pernah dirasakan oleh karyawan adalah lelah untuk berbicara. Ditinjau dari linkungan kerja dan akitivitas yang dikerjakan oleh setiap karyawan, keluhan ini memang tidak pernah dirasakan oleh setiap karyawan karena lingkungan kerja dan jenis pekerjaan yang dikerjakan tidak banyak membutuhkan pembicaraan yang begitu banyak. Hal itu karena hampir setiap karyawan melakukan aktivitasnya masing-masing.

  Tabel 8. Analisis Keluhan, Beban Fisik, dan Psikofisik.

  Karyawan Usia Jumlah Keluhan Konsumsi Energi Intensitas Kerja (tahun) (kkal/menit) SS S J JS TP

  1

  19

  1

  7

  16

  2

  4 Ringan

  0.32 2 -

  23

  4

  10

  7

  9 Ringan

  0.41 3 - 23 -

  8

  18

  0.32

  4

  25

  1

  3

  8

  15

  3 Sedang

  0.29 V - 30 SENTRA

  5

  34

  20

  2

  8 Sedang - -

  0.36

  6

  40

  3

  14

  4

  3

  6 Berat

  0.18 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa banyaknya keluhan yang sering sekali dan sering

  dirasakan, apakah berpengaruh pada konsumsi energi dan intensitas kerja, walaupun kelelahan fisik yang biasanya diiringi oleh kelelahan mental. Pada tabel dapat dianalisis bahwa pada karyawan 2 merasakan 4 keluhan yang sering dirasakan yaitu mengantuk, ada beban pada mata, rasa ingin berbaring, haus. Keluhan tersebut timbul karena adanya beban fisik yang besar, sehingga besarnya konsumsi energi disebabkan oleh aktifitas yang terlalu besar, sedang intensitas kerjanya ringan. Dari hal itu diketahui bahwa beban fisik karyawan 2 lebih besar dari pada beban psikofisiknya, jika dibandingkan dengan karyawan 6 banyaknya keluhan yang sering sekali dan sering dirasakan tidak dipengaruhi oleh konsumsi energi akan tetapi dipengaruhi oleh beban psikofisiknya. Dari perbandingan tersebut dapat dianalisis bahwa hubungan antara banyaknya keluhan yang dirasakan, konsumsi energi yang dikeluarkan dan besarnya intensitas kerja akan saling berpengaruh atau tidak tergantung jenis keluhan yang dirasakan serta kondisi mental dan fisik untuk merespon beban kerja yang dirasakan oleh masing-masing karyawan.

  Setelah jumlah keluhan, besarnya beban fisik dan psikofisik sudah diketahui, yang perlu diperhatikan oleh para mekanik adalah kondisi fisik dan mental setiap mekanik dalam melakukan aktivitas saat bekerja maupun diluar pekerjaanya, karena setelah penelitian ini kemungkinan banyaknya keluhan dan tingginya beban kerja akan teridentifikasi, akan tetapi untuk kedepannya kemungkinan ada tingkat keluhan dan tingkat beban kerja yang dirasakan berbeda dari yang sekarang, oleh karena itu kondisi kesehatan baik fisik maupun mental para mekanik harus benar-benar diperhatikan baik perusahaan maupun para mekanik/karyawan itu sendiri, agar selama dalam melakukan segala aktifitas selalu dalam kondisi yang optimal.

Kesimpulan

  Besarnya tingkat keluhan, konsumsi energi, dan intensitas kerja yang dipengaruhi oleh besarnya tingkat beban fisik, dan psikofisik yang dirasakan oleh masing-masing pekerja berbeda-beda, karena kemampuan untuk menerima besarnya pembebanan setiap karyawan berbeda-beda tergantung kemampuan fisik dan mental yang dirasakan oleh setiap karyawan. Banyaknya keluhan dan besarnya tingkat beban yang dirasakan setiap karyawan berbeda-beda memerlukan keseimbangan/kenyamanan antara beban kerja dengan kondisi fisik dan mental masing-masing karyawan. Kenyamanan kerja masing-masing karyawan dapat dirasakan ketika beban kerja yang diberikan telah sesuai dengan kondisi setiap mekanik, tingkat kenyamanan lingkungan kerja dan aktivitas kerja masih dalam taraf nyaman bagi masing-masing karyawan.

  Notasi

  Y = energi (kkal/menit) X = kecepatan denyut jantung (denyut/menit) KE = Konsumsi energi (kkal/menit) Et = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kkal/menit) Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit)

  Referensi

  [1] Hart, Sandra G. (1990). “NASA Task Load Index (NASA-TLX): 20 Years Later”, Moffett Field:

  NASA-Ames Research Center [2]

  Rahadian Ramadhan, Ishardita Pambudi Tama, Analisa Beban Kerja Dengan Menggunakan Work

  Sampling Dan Nasa-Tlx Untuk Menentukan Jumlah Operator (Studi Kasus: Pt Xyz). Jurnal

  rekayasa dan manajemen sistem industry, VOL 2, NO 5 (2014) p. 926-973 [3] Nurmianto, Eko. (2004), Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prima Printing, Surabaya. [4]

  Pulat, B.M.1992. Fundamental of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. [5]

  Grandjean, E, 1986. Fitting The Task to The Man : An Ergonomic Approach. Taylor and Francis, London and Philadelphia,. [6]

  Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamtan Kerja. Guna Wijaya, Surabaya

  V - 31

  [7] Manuaba, Adnyana, 2006.Designing Shift Work System in Various Hospitals in Bali through Total

  Ergonomic Approach, Bridging Theory and Practice , Prosiding Seminar Nasional Ergonomi-K3, ITS Surabaya.

  [8] Sutalaksana, 1982. Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB, Bandung. [9] Wignjosoebroto, Sritomo, 2000. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya, Surabaya. [10]

  Widyanti, Ari dan Sutalaksana, Z. Iftikar, 2000. Psikofisik Sebagai Salah Satu Tinjauan Ergonomi . ITB, Bandung.

  V - 32 SENTRA