Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswatentang Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan Menggunakan Model Think Pair Share (TPS) di Kelas VI SDN 1 Masiangai II

  

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswatentang

Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan Menggunakan Model

Think Pair Share (TPS) di Kelas VI SDN 1 Masiangai II

  • Tamsi

  

Sekolah Dasar Negeri 1 Masiangai II

Tabalong Kalimantan Selatan

  • • Terima: 25-04-2018 • Revisi: 29-05-2018 • Terbit Daring: 30-05-2018

  

Abstrak

Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran IPA adalah kemampuan dan keaktifan siswa yang masih kurang dalam

memahami dan menguasai materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam memahami materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan, digunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dengan

harapan dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi kreatifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di SD

serta dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan

menggunakan model kooperatif learning tipe Think Pair Share di kelas VI SDN 1 Masiangai II. Setting penelitian adalah

semua siswa kelas VI yang berjumlah 21 orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan pada semester 1 tahun

pelajaran 2017/2018. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah lembar observasi

kegiatan pembelajaran guru, lembar observasi aktivitas siswa, tes tertulis dan lembar respon siswa. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik tes hasil belajar, observasi sedangkan analisis data menggunakan teknik persentase. Penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan 2 pertemuan untuk tiap siklusnya. Hasil penelitian yang

dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar siswa

dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan juga dinyatakan meningkat dan berhasil serta tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model kooperatif learning tipe

Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan

hewan pada pembelajaran IPA di kelas VI SDN 1 Masiangai II dan disarankan kepada guru supaya menerapkan model

kooperatif learning tipe Think Pair Share pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan untuk meningkatkan hasil

belajar secara lebih maksimal. © 2018 Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Aktivitas, siswa, guru, hasil belajar * ———

  Korespondensi Tamsi: E-mail: tamsi@gmail.com

1. Pendahuluan

  Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk menghadapi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas saat sekarang ini. Hal itu dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa semakin pesat,dampak globalisasi semakin meningkat. Akibat dari hal ini antara lain munculnya persaingan dan tantangan dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. Untuk itulah dibutuhkan peningkatan mutu dalam pendidikan.

  Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikanyaitu dengan adanya berbagai pembaharuan dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan paradigma yang masih dianggap baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan KTSP ini diharapkan dapat membawa perubahan dan perbaikan di dunia pendidikan.

  Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi- tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Mikarsa (2008) mengatakan bahwa “Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakikatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun bagi warga negara atau warga masyarakat lainnya”.

  Tugas guru secara profesional meliputi tugas mendidik, mengajar, dan melatih. Wahyudin (2007) menerangkan” Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik)”.

  Proses belajar mengajar bukan hanya melingkupi aktivitas dari segi aspek fisik semata yang perlu dikembangkan oleh guru tetapi juga mencakup aspek mental siswa, dalam belajar siswa dilatih untuk berani bertanya, mengajukan pendapat, berdiskusi dengan siswa yang lain, selain dari membaca, menulis dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru dan mengerjakan tugas, sehingga aktivitas fisik dan mentalnya dapat dilatih.

  Secara umum, karakteristik anak SD terbagi menjadi 4 karakter. Karakter yang pertama adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerjadalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung”.

  Saat ini pelajaran IPA masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami oleh sebagian siswa. Untuk mengatasi masalah ini guru dapat mengadakan pembelajaran yang bersifat menyenangkan bagi siswa.

  Trianto (2010) menyatakan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

  Mata pelajaran IPA perlu diajarkan di sekolah karena dapat mempersiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, serta menjadi warga negara yang mencintai lingkungan hidupnya. Pembelajaran IPA di sekolah juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan meningkatan keterampilan siswa. Pembelajaran IPA di sekolah merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Konsep-konsep yang terdapat dalam mata pelajaran IPA disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan dasar siswa SD. IPA berhubungan langsung dengan menggali pengetahuan tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya dalam hal penguasaanpengetahuan yang berupa fakta, konsep maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga dalam suatu proses penemuan.

  Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa dapat menanamkan rasa kebersamaan pada diri siswa. Adanya interaksi sosial serta keterampilan bekerja sama dalam kelompok dapat berguna bagi siswa pada saat mereka nanti hidup bermasyarakat.

  Rusman (2011) menyatakan model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

  Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda salah satunya yaitu tipe Think Pair Share (TPS). Arends (Trianto, 2010) menerangkan

  Think Pair Share pertama kali dikembangkan

  oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran”.

  Cara penyampaian materi IPA khususnya mengenai materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di sekolah dasar memang kebanyakan guru hanya menggunakan model ceramah dan tidak melibatkan keaktifan siswanya secara penuh dalam proses pembelajaran. Tapi pada kenyataannya siswa sudah mendapat latihan soal-soal dari guru yang mengajar, tetapi karena penanaman konsepnya belum matang jadi siswa masih banyak yang belum menguasai konsepnya secara utuh.

  Penelitian ini dilakukan karena ada beberapa permasalahan yang terjadi pada siswa kelas VI di SDN 1 Masiangai II khususnya dalam proses pembelajaran seperti siswa kurang termotivasi dalam belajar, kurang memperhatikan pelajaran seperti mata

  pelajaran IPA karena dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Respon siswa terhadap pembelajaran ini juga masih kurang hal itu disebabkan keterlibatan siswa secara langsung pada proses pembelajaran masih belum maksimal seperti kegiatan percobaan yang berhubungan dengan materi dan masih banyak siswa yang malu untuk bertanya serta mengungkapkan pendapatnya di kelas.

  Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa kelas

  VI yang cukup rendah, dengan rata-rata kelas 64 dan KKM untuk pelajaran IPA di SDN 1 Masiangai II yaitu 70, sehingga ketuntasan belajarnya belum tercapai. Kemungkinan hal ini disebabkan karena siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang bersifat monoton yaitu guru menerapkan model ceramah dalam mengajar, pembelajaran bersifat satu arah, kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan percobaan dan pembelajarannya tidak bersifat menyenangkan bagi siswa. Mengenai pelajaran tentang perkembangbiakan tumbuhan dan hewan kebanyakan siswa juga masih mengalami kesulitan karena penanaman konsep yang masih belum maksimal dan masih kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan percobaan sehingga hasil belajar yang didapat oleh siswa masih kurang.

  Apabila keadaan seperti ini tidak diatasi dengan penanganan yang tepat dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya maka siswa akan kurang berminat dan termotivasi mengikuti pelajaran, siswa mudah jenuh dan bosan sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaran menjadi tidak fokus dan kurang. Hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi terhambat. Dari permasalahan ini diharapkan ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan bisa lebih mengaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dan semangat mengikuti pelajaran.

  Berdasarkan hal tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan mencoba untuk mengatasi masalah yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA khususnya yang berkenaan dengan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di kelas VI SDN 1 Masiangai II menggunakan model Think Pair Share (TPS).

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menemukan masalah, yaitu (1) Bagaimanakah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair Share (TPS) pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan bagi siswa kelas VI di SDN 1 Masiangai II?; (2) Apakah dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan bagi siswa kelas VI di SDN 1 Masiangai II?; dan (3) Apakah dengan menggunakan model Think Pair

  Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

  pada materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan bagi siswa kelas VI di SDN 1 Masiangai II? Adapun rencana untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

  IPA tentangperkembangbiakan tumbuhan dan hewan di kelas VI penulis melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model Think

  Pair Share (TPS). Penelitian ini diharapkan dapat

  meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA terutama pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan.

  Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif”.

  Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

  Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

  Siswa dilatih untuk menemukan sendiri berkenaan dengan permasalahan/topik dalam materi pelajaran dengan bimbingan guru sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan pada pelajaran IPA. Model pembelajaran ini juga dapat melatih sehingga siswa menjadi lebih aktif dan mandiri dalam pembelajaran.

  Wragg dalam Aunurrahman (2009) ciri-ciri umum kegiatan belajar adalah (1) Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; (2) Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya; (3) Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

  Tujuan Penelitian adalah (1) Mengetahui aktivitas guru dalam mengajarkan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think

  Pair Share (TPS) di kelas VI SDN 1 Masiangai II (2)

  Mengetahui aktivitas siswa kelas VI dalam mempelajari materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di SDN 1 Masiangai II; (3) Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menggunakan model Think Pair Share (TPS) di SDN.

  Berdasarkan definisi belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha manusia untuk membangun dan mengembangkan pola pikir agar berubah kearah yang lebih maju. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan.

  Menurut Piaget tentang teori belajar Kognitif dalam Trianto (2010) bahwa perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi- interaksi mereka. Mikarsa (2008) menyatakan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak”

  Belajar konstruktivisme Amri & Ahmadi (2010) adalah belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya. Selanjutnya Trianto (2010) menerangkan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

  Hanafiah dan Cucu (2010) adapun secara garis besar langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran TPS sebagai (1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru; (3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; (5) Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para sisw; (6) Guru memberikan kesimpulan; dan (7) Penutup.

  Secara konseptual Fontana dalam Winataputra (2008) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Sementara menurut Burton dalam Aunurrahman (2009) belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehinggan mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Tinjauan Pustaka 2.1.

  skills, and attitudes. Kemampuan (competencise),

  Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli tidak selalu sama. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dari para ahli tersebut. Bell- Gredler dalam Winataputra (2008) menjelaskan belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,

   Teori Belajar

  2.2. Penilaian Hasil Belajar Siswa

  Penilaian hasil belajar siswa dilakukan untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa berupa pencapaian kecakapan yang meliputi pemahaman konsep, prosedur, penalaran dan komunikasi,

  keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. pemecahan masalah dan menghargai kegunaan dari mata pelajaran yang bersangkutan.

  Hasil belajar itu sendiri merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan.

  Model pembelajaran yang digunakan yaitu kerja kelompok (Cooperative Learning) tipe Think Pair

  kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk

  Cooperative learning mencakup suatu kelompok

  Slavin (2009) menyatakan pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Selanjutnya Johnson & Johnson dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.

  Banyak pendapat para ahli menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang sulit. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok. Keterampilan ini juga sangat dibutuhkan anak pada saat mereka nanti hidup bermasyarakat.

  2.5. Cooperative Learning

  Share (TPS).

  IPA di Sekolah Dasar harus memperhatikan keterkaitan di antara hakikat IPA, hakikat anak didik, teori-teori belajar, dan kurikulum IPA di sekolah dasar yang berlaku.

  Bloom dalam Wahyudin (2007) menyebutkan bahwa “Aspek hasil belajar dibedakan dalam tiga ranah yaitu ranah (domain) kognitif (intelektual), ranah afektif (sikap), dan ranah psikimotorik (keterampilan).

  Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Dalam merancang model-model pembelajran

  Aunurrahman (2009) menyatakan keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Soekamto dalam Trianto (2010) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

  2.4. Model pembelajaran yang digunakan

  IPA serta mendapatkan keterampilan dan hasil yang optimal.

  Pembahasan dari teori-teori diatas dapat disimpulkan, ternyata bahwa beberapa ahli mempunyai kesamaan pendapat, yaitu anak dalam belajar IPA hendaknya pelajaran yang diberikan dihubungkan langsung dengan alam dan lingkungan sekitar serta diadakan kegiatan eksperimen untuk menerapkan pengetahuan yang didapat. Dalam penerapannya di sekolah akan lebih baik bila teori- teori tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi dikombinasikan sesuai kebutuhan. Semua teori diperlukan agar anak mendapatkan drill, maupun pengertian, penguatan dan motivasi dalam belajar

  Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini dapat disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, maka para guru perlu memahami akan pentingnya pengertian dan tingkatan tiap domain serta cara menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar maupun pada proses penilaian.

  Pada kenyataannya dalam dunia pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama diaplikasikan dalam 4 kelompok mata pelajaran yaitu: bahasa, matematika, sains, dan ilmu- ilmu sosial. Domain psikomotorik yang terutama diaplikasikan dalam mata-mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan dan kesenian yang cenderung tidak terlalu diperhatikan. Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama diaplikasikan dalam mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.

2.3. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA.

  learning lebih menekankan akan adanya interaksi

  Share adalah (1) Berpikir (Think): Guru mengajukan

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara terus- menerus, selama kegiatan tindakan dilakukan. PTK ini disusun menjadi sebuah siklus dengan pola: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan revisi (perencanaan ulang). Pola ini merupakan ciri

  3. Metodologi

  untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

  Think-Pair-Share memberi siswa kesempatan

  pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan- pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

  (Share) Pada langkah akhir ini guru meminta

  dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi; (3) Berbagi

  (Pair) : Guru meminta para siswa untuk berpasangan

  pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri; (2) Berpasangan

  Tahapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-

  antar sesama siswa sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

  Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

  Model TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

  Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif”.

  waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selanjutnya menurut Widodo (2009) model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran”.

  Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak

  Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam

  Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

  Arends dalam Trianto (2010) menerangkan Think

  Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsifnya terdiri dari empat tahap yaitu penjelasan materi, belajar dalam kelas, penilaian dan pengakuan tim (Sanjaya, 2009). Sementara keunggulan pembelajaran kooperatif adalah siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide-ide secara verbal, membantu siswa untuk respek pada orang lain, siswa dilatih untuk lebih bertanggung jawab, dan meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

  Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri (1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah; dan (3) penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing. Selanjutnya menurut Ibrahim dalam Amri dan Ahmadin (2010), tujuan pembelajaran kooperatif meliputi hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan social.

2.6. Think Pair Share (TPS)

  khas sebuah PTK yaitu adanya pengulangan tindakan sampai didapat hasil yang terbaik

  Model pembelajaran Think Pair Share ini merupakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif, mandiri, menghargai pendapat teman, mewujudkan interaksi antar teman dan juga membuat siswa termotivasi dalam belajar. Tetapi untuk mencapai keberhasilan juga harus didukung oleh kinerja guru yang baik. Guru harus bisa membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model Think Pair Share.

  Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VI semester 1 SDN 1 Masiangai II pada tahun ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang terdiri dari 11 orang laki- laki dan 10 perempuan.

  Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru, siswa, dan hasil belajar. Penelitian ini teridiri dari dua siklus dengan siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Skenario penelitian adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Sumber data penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari guru dan siswa yang ada di SDN 1 Masiangai II. Adapun jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) data aktivitas guru dan siswa; (2) Data hasil belajar. Selanjutnya teknik pengambilan data dengan teknik observasi dan tes hasil belajar yang dilakukan diakhir pelajaran yang selanjutnya dianalisis dengan secara kuantitatif dan kualitatif prosentase. Ketuntasan klasikal dianggap tuntas apabila terdapat ≥ 80% siswa dapat menguasai pelajaran. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila siswa dapat menyelesaikan soal-soal dari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan ketuntasan klasikal

  ≥

  80% siswa mendapat nilai

  ≥

  70 dan adanya peningkatan-peningkatan pada kegiatan belajar mengajar.

  Model Think Pair Share sangat membantu dalam pembelajaran IPA pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Materi ini merupakan materi yang cukup sulit untuk dimengerti oleh siswa dan juga kebanyakan siswa merasa bosan karena tidak ada variasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu model Think Pair Share dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan semangat dan senang, karena saat pelajaran diadakan kegiatan percobaan/pengamatan dan kuis. Para siswa menjadi lebih semangat untuk belajar juga karena nanti diakhir pelajaran mereka akan memperebutkan gelar juara dan hadiah dari guru. Hal ini lah yang mendorong siswa untuk berusaha menjadi yang terbaik sehingga membuat mereka menjadi semakin akrab dengan teman sejawatnya.

  .

  Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran.

  Selanjutnya pada pertemuan pertama dan kedua di siklus II hampir tidak ada masalah lagi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan semua aspek hanya perlu diperbaiki sedikit saja pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus II ini. Guru sudah secara efisien dan maksimal untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya oleh.

4. Hasil dan Pembahasan 4.1.

  Pada pertemuan kedua di siklus I seluruh kegiatan yang direncanakan oleh guru dapat berjalan dengan lebih baik, proses pembelajaran pun dapat berjalan lebih maksimal dan siswa pun banyak mengalami peningkatan-peningkatan dalam pembelajaran, baik itu keaktifan atau pun hasil belajar siswa tersebut. Tetapi masih terdapat sedikit kendala yaitu masih ada sebagian orang siswa yang kurang aktif dalam kegiatan percobaan/pengamatan dan kuis.

   Hasil

  Model pembelajaran Think Pair Share membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dapat dilihat mulai dari pertemuan pertama pada siklus I sampai dengan pertemuan kedua di siklus II siswa semakin aktif dalam belajar. Hal ini menunjukkan mereka menjadi lebih aktif, senang dan kreatif di dalam belajar dengan menggunakan model kooperatif learning tipe Think

  Pair Share . Keaktifan tersebut membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.

  Hasil pengamatan pada pertemuan pertama di siklus I menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan masih belum berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan adanya tahapan dalam perencanaan yang belum terlaksana seperti penyampaian matei pelajaran yang belum maksimal, tidak ada pemberian tugas rumah bagi siswa pada pertemuan yang pertama, dan kurangnya pengelolaan waktu yang efisien.

  Adanya model kooperatif learning tipe Think Pair

  Berdasarkan data-data yang telah disajikan di atas maka dapat dilihat bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran sudah terlaksana dengan baik karena langkah-langkah yang telah direncanakan oleh guru sudah berjalan dengan efektif dan efisien. Begitu pula halnya dengan keaktifan siswa, hasil belajar siswa maupun ketuntasan belajar yang mencapai indikator ketuntasan belajar dan hasil respon siswa juga semakin baik.

  Disarankan (1) bagi siswa disarankan untuk banyak melatih kemampuannya dalam menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dengan model kooperatif learning tipe Think Pair Share (TPS) secara rutin di sekolah; (2) Bagi guru kelas VI khususnya dalam pelajaran IPA agar dapat kiranya menerapkan model kooperatif learning tipeThink Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan; dan (3) bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu mengupayakan dalam meningkatkan metode dan model-model pembelajaran khususnya untuk pembelajaran IPA agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan (1) aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair Share (TPS) pada materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan bagi siswa kelas VI di SDN 1 Masiangai IImengalami peningkatan; (2) Penerapan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VI dalam mempelajari materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di SDN 1 Masiangai II; dan (3) Penerapan model Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada materiperkembangbiakan tumbuhan dan hewan di SDN 1 Masiangai II.

  5. Simpulan dan Saran

  untuk menyelesaikan materi perkembangbiakan tumbuhan dan hewan yang meliputi perkembangbiakan secara vegetatif (tidak kawin) dan secara generatif (kawin).

  Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa

  Penerapan model kooperatif learning tipe Think

  mencapai kemajuan hasil belajar dengan memotivasi mereka agar para siswa merasa semangat, senang dan bergairah dalam belajar sehingga dapat melebihi dari

  Share maka siswa merasa lebih termotivasi untuk

  Think Pair Share dapat membantu siswa dalam

  Karena hal itulah peneliti banyak melakukan perbaikan pada siklus II ini sehingga penulis memperoleh nilai yang memuaskan yaitu rata-rata siswa yang mencapai 83,33 dengan ketuntasan klasikal 100% pada pertemuan pertama dan ada beberapa orang siswa yang nilainya dibawah 70. Pada pertemuan kedua di siklus II guru lebih menekankan lagi tentang pemberian materi pelajaran dan memberikan bimbingan kepada siswa yang masih belum memahami materi pelajaran dengan baik serta membiasakan siswa untuk bertanya dengan guru maupun siswa lain yang lebih pandai apabila mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga rata-rata nilai meningkat menjadi 83,33 dan ketuntasan sebesar 100% hal ini menunjukkan model

  Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

  Model TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.

  Model pembelajaran Think Pair Share memang sangat berperan dalam mencapai kemajuan hasil belajar siswa yang seperti disebutkan pada kemajuan aktifitas siswa, sehingga terdapat adanya hubungan antara motivasi siswa dengan hasil belajar yang dicapai. Seperti pada penelitian ini, siswa selalu berusaha keras untuk menjadi yang terbaik, baik secara kelompok maupun individu mereka selalu berusaha karena setiap pemenang akan mendapatkan penghargaan baik itu berupa hadiah ataupun pujian sehingga mereka akan belajar dengan giat untuk memperoleh tujuan yang mereka ingin capai yaitu menjadi sang juara.

  belajar karena model pembelajaran ini sangat baik untuk mengajarkan siswa untuk saling bekerja sama, membantu dan berinteraksi sosial dengan teman sejawatnya.

  Daftar Rujukan Abadi. (2011). Strategi Pembelajaran. Semarang: Depdiknas. Anni, C.T. (2007). Psikologi belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Aunurrahman. (2009). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and

  Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology , November. 714-721.

  Hanafiah, N., & Cucu, S. (2010). konsep strategi pembelajaran.

  Bandung: Refika Aditama. Mikarsa, H. L. (2008). Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

  Rusman. (2011). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Slavin, R. E. (2009). Cooperative learning teori, riset dan praktik.

  Bandung: Nusa Media. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

  Wahyudin, D. (2007). Pengantar pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra, U.S. (2008). Teori belajar dan pembelajaran.

  Jakarta: Universitas Terbuka.

Dokumen yang terkait

1 OBESITY AND SOCIAL APPETITE IN COMMUNITY Heni Hendriyani

0 0 7

74 PERBEDAAN POLA PERTUMBUHAN TINGGI BADAN, TINGGI DUDUK, INDEKS SKELIK ANTARA ANAK-ANAK DAERAH RURAL DAN URBAN USIA 7-15 TAHUN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bayu Wijanarko1 ; Neni Trilusiana Rahmawati2; dan Toto Sudargo3

0 0 8

1 EFFECTS OF ORAL CLEAR KEFIR PROBIOTICS ON GLYCEMIC STATUS, LIPID PEROXIDATION, ANTIOXIDATIVE PROPERTIES OF STREPTOZOTOCIN INDUCED HYPERGLYCEMIA WISTAR RATS Judiono1 ; Djokomoeljanto2 ; dan Hadisaputro.S2

0 0 6

143 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL (Analisis Data of The Indonesian Family Life Survey 20072008) Mamat1 dan Sudikno2

0 0 7

82 PENGARUH KONSUMSI KOPI TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 (Studi Follow up Gangguan Toleransi Glukosa di Depok Jawa Barat Tahun 2001-2008)

0 0 14

129 HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) Sudikno1 ; Bona Simanungkalit2 ; Yekti Widodo1 dan Sandjaja2

0 0 14

Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Membuat Mainan (Realia) Dengan Teknik Menggunting, Melipat dan Menempel Melalui Metode Demontrasi di Kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 20162017

1 9 6

Kemampuan Berbahasa Anak Dalam Mengurutkan dan Menceritakan Isi Gambar Seri Sederhana Melalui Model Picture and Picture di Kelompok A TK Kartika V-33 Barabai

0 0 6

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Membuat Kolase Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Kelompok A TK Nurrahman Kecamatan Labuan Amas Selatan

0 1 6

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Tanjung Menggunakan Pendekatan Eksperimen

0 0 8