makalah A. Kebijakan desentralisasi dan

KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI
DAEERAH
A.Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dalam kontek
Negara kesatuan
1. Pengertian desentralisasi
Secara normatif, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, desentralisasi dipahami sebagai penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Adapun urusan-urusan pemerintahan yang di desentralisasikan ke daerah
sebagai berikut, pertama urusan wajib yang meliputi pendidikan, pemuda dan
olahraga, kesehatan, pekerjaan umum, lingkungan hidup, perumahan, penanaman
modal, UKM, kependudukan, tenaga kerja dan transmigrasi, pemberdayaan
perempuan, keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informasi
(kominfo), pertanahan, kesatuan bangsa, pemberdayaan masyarakat desa, sosial.
Sedangkan urusan pilihan meliputi kelautan dan perikanan laut,
pertanian, perkebunan, peternakan, tanaman pangan, perikanan darat, kehutanan,
pertambangan, pariwisata dan kebudayaan, industri, perdagangan.

2. Pengertian otonomi daerah

Menurut Sarundajang (1998), otonomi (autonomy) berasal dari bahasa
Yunani, auto berarti sendiri dan namous berarti hukum atau peraturan. Menurut
Encyclopedia of Social Science, otonomi dalam pengertian orisinal adalah the legal
self sufficientcy of social body and is actual independence. Sedangkan menurut
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi
daerah diartikan sebagai kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka terdapat dua
pandangan yang menjiwai makna otonomi, yaitu: pertama, legal self sufficiency
dan yang kedua, adalah actual independence. Berdasarkan pada pemahaman
otonomi daerah tersebut, maka pada hakekatnya otonomi daerah bagi
pembangunan regional adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu
daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan
pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah, yang dalam
penyelenggaraannya lebih memberikan tekanan pada prinsip-prinsip demokrasi,

peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keragaman daerah.
Sehingga otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang

diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum,
juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan
cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
3. Negara kesatuan
Negara kesatuan (unitary state) adalah merupakan agenda utama dalam
proses pembentukan Negara Indonesia yang ada di pusat. Ini terbukti bahwa
dalam amandemen konstitusi Republik Indonesia (UUD 1945) yang bisa
diwujudkan setelah reformasi politik tahun 1998. Amandemen terhadap UUD
1945 ini melarang mengubah bentuk negara kesatuan ke dalam bentuk. Asumsi
elitee politik di Jakarta adalah bahwa negara kesatuan adalah bentuk akhir dan
yang paling sesuai dengan realitas rakyat Indonesia yang pluralistik. Oleh kerana
itu, kenyataan ini harus disadari oleh semua elite yang berkuasa termasuk
rakyatnya bahwa bentuk NKRI adalah satu cara yang sesuai dan hal yang “final”

dalam proses mewujudkan “Indonesia.”
4. Keuntungan dan Kekurangan Otonomi Daerah
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan
mendesentralisasikan kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di
tangan pemerintah pusat. Dalam proses desentralisasi ini, kekuasaan pemerintah
pusat dialihkan dari tingkat pusat ke pemerintahan daerah sebagaimana mestinya
sehingga terwujud pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah kabupaten dan kota
di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula arus kekuasaan pemerintahan
bergerak dari daerah tingkat pusat maka diidealkan bahwa sejak diterapkannya
kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan bergerak sebaliknya,
yaitu dari pusat ke daerah.

a) Keuntungan
a.
b.

Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
Dalam menghadapi masalah yang amat mendesak yang
membutuhkan tindakan yang cepat, sehingga daerah tidak perlu
menunggu intruksi dari Pemerintah pusat.

c.
Dalam sistem desentralisasi, dpat diadakan pembedaan
(diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi
kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teretorial, dapat
lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan
khusu daerah.
d.
Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat
merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi
seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan
diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat
dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat
lebih muda untuk diadakan.
e.
Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dari
Pemerintah Pusat.
f.
Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan
kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah.

g.
Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat
dengan masyarakat yang dilayani.
b) Kekuranangan
a.
b.
c.
d.
e.

Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur
pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit
koordinasi.
Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam
kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu.
Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong
timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme.
Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena
memerlukan perundingan yang bertele-tele.
Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang

lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau
uniformitas dan kesederhanaan.

B.Tujuan otonomi daerah
Tujuan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang
Dalam Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pasal 2 ayat 3 disebutkan tujuan otonomi daerah sebagai berikut:
Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut disebutkan adanya 3 (tiga) tujuan otonomi
daerah, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya
saing daerah. Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat dipercepat
perwujudannya melalui peningkatan pelayanan di daerah dan pemberdayaan
masyarakat atau adanya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan di daerah. Sementara upaya peningkatan daya saing diharapkan
dapat dilaksanakan dengan memperhatikan keistimewaan atau kekhususan serta
potensi daerah dan keanekaragaman yang dimiliki oleh daerah dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.


C.Tujuan desentralisasi
Desentralisasi yang dilaksanakan tentu mempunyai tujuan utama adalah
untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di daerah demi terwujudnya
masyarakat sejahtera, adil dan makmur sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945
sebagaiaman yang tercantum dala alinea keempat UUD 1945. Berkenaan dengan
itu ,menurut Smith 1985) dalam Lili Romli tujuan Negara menerapkan
desentralisasi adalah:
1)

Desentralisasi diterapkan dalam upaya untuk pendidikan politik.

2)

Untuk latihan kepemimpinan politik.

3)

Untuk memelihara stabilitas politik.


4)

Untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di Pusat.

5)

Untuk memperkuat akuntabilitas public.

6)

Untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat.

Sehubungan dengan pendapat di atas, A.F.Leemans (1970) dalam
Sarundajang mengatakan tujuan desentralisasi:
I. .Terjadi kecenderungan untuk memangkas jumlah susunan daerah
otonom.
II. .Terjadi kecenderungan mengorbankan demokrasi dengan cara
membatasi peran dan partisipasi lembaga perwakilan rakyat daerah
sebagai lembaga kebijakan dan lembaga control.
III. .Kecenderungan keenganan pusat untuk menyerahkan wewenang dan

diskresi yang lebih besar pada daerah otonom
IV. . Kecenderungan mengutamakan demokrasi daripada desentralisasi
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa tujuan utama desentralisasi adalah untuk mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat dan utnuk mengurangi beban kerja pemerintah pusat
dalam upaya mensejahterakan masyarakat yang ada di daerah. dengan kata lain
tujuan desentralisasi adalah untuk merangsang kepekaan elit lokal terhadap
tuntutan dan kebutuhan masyarakat daerah.

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN POLITIK
INDONESIA

Kelompok 1
Ketua: hengky saputra (23.0212)
Moderator: Andryon nabuasa (23)
Sekretaris: Andra gusti ayu p.(23.
Anggota:


Aldio bima perkasa (23.




Anugrah el ramadhan (23.



Andira belagustra (23.



Baduen nowyagir (23.



Hendrik bryan e. (23.



Fatoniiqbal (23.1086)


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Kampus papua

2014 - 2015