Pembelajaan berbasis proyek masalah dan

RESUME BELAJARA DAN PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Otak, dan Masalah

Oleh :

ROBIATUL TRI WULANDARI
NIM : 201310070311140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

DESAIN PEMBELAJARAN

1

1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah
metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran
Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan

atau tantangan yang diajukan;
peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek
antara lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya
untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran,
dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa
contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class (teori),
discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab
tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah
suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman,
artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.

DESAIN PEMBELAJARAN

2

Keuntungan dan kerugian yang dapat diperoleh dari pembelajaran berbasis
proyek, adlah sebagai berikut
1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan

problem-problem yang kompleks.
d. Meningkatkan kolaborasi.
e. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
f. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
g. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang
pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek,
meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di
lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses
pembelajaran.

DESAIN PEMBELAJARAN

3

2. Pembelajaran berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah Pembelajaran artinya dihadapkan pada

suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui
masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar
(Jodion Siburian, dkk. 2010)
Ciri – ciri pembelajaran berbasis masalah yakni Strategi pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. Langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran berbasis ini antara lain
1. Merumuskan masalah
2. Menganalisis masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Pengujian hipotesis
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
Keunggulan dan kelemahan yang dapat diperoleh dari pembelajran berbasis ini adalah
a) Keunggulan
• dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran
• Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta

memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik
• Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik
• Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
• Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya
b) Kelemahan
 tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan
 Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari

3. Pembelajaran Berbasis Otak

DESAIN PEMBELAJARAN

4


Pembelajaran berbasis pemberdayaan otak adalah suatu metode
pembelajaran dimana dalam pelaksanaannya sangat memperhatikan penggunaan
dari seluruh potensi yang dimiliki oleh otak. McClean menyatakan bahwa otak
manusia terdiri dari tiga bagian penting yakni otak besar (neokorteks), otak
tengah (sistem limbik), dan otak kecil (otak reptil) dengan fungsi masing-masing
yang khas dan unik. Otak besar (neokorteks) memiliki fungsi utama untuk
berbahasa, berpikir, belajar, memecahkan masalah, merencanakan, dan
mencipta. Kemudian, otak tengah (sistem limbik) berfungsi untuk interaksi
sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang. Otak kecil (otak reptil) sendiri
menjalani fungsi untuk bereaksi, naluriah, mengulang, mempertahankan diri,
dan ritualis.

kesalahan, dan kurang mendapatkan penghargaan terhadap hasil
kerjanya. Situasi pembelajaran seperti ini jika terus dipertahankan akan
membawa dampak yang buruk bagi siswa, di mana kondisi ini akan
memunculkan sikap kegagalan dan mempertahankan diri. Siswa akan merasa
apa yang mereka kerjakan bukan merupakan apa yang mereka inginkan. Jika
terjadi sesuatu di luar keinginan siswa, maka dia akan berusaha untuk berbohong
atau menutupi apa yang mereka rasakan dan alami dalam kegiatan pembelajaran.

Kondisi ini jelas merupakan sebuah hal yang kontraproduktif terhadap
terciptanya kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Brain Based Learning (BBL) menawarkan sebuah konsep untuk
menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan
potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam
implementasi brain based learning


Pertama
menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir
siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru
memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan
berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan (knowledge) sampai tahap
evaluasi menurut tahapan berpikir berdasarkan Taxonomy Bloom. Soalsoal pelajaran dikemas seatraktif dan semenarik mungkin. Misal, melalui
teka-teki, simulasi games, dsb. Agar siswa dapat terbiasa untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan
potensi otak siswa.




Kedua
Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, hindarilah
situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak
senang terlibat di dalamnya. Lakukan pembelajaran di luar kelas pada

DESAIN PEMBELAJARAN

5

saat-saat tertentu, iringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang
didesain secara tepat sesuai kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan
pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainanpermainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa
tidak nyaman pada diri siswa. Howard Gardner dalam Buku Quantum
Learning karya De Porter, Bobbi, & Mike Hernacki menyatakan bahwa
seseorang akan belajar dengan segenap kemampuan apabila dia menyukai
apa yang dia pelajari dan dia akan merasa senang terlibat di dalamnya.


Ketiga
Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi

siswa(active learning ). Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui
kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka
melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Bangun situasi
pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa
beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca
dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa
bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa
aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan
lainnya. Merujuk pada konsep konstruktivisme pendidikan, keberhasilan
belajar siswa ditentukan oleh seberapa mampu mereka membangun
pengetahuan dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan
pengalaman belajar yang mereka alami sendiri. Pembelajaran merupakan
proses sederhana yang harus mereka lakukan dan alami sendiri untuk
membangun pengetahuan dan kebermaknaan belajar yang kelak akan
mereka dapatkan

DESAIN PEMBELAJARAN

6