Desentralisasi dan Otonomi Daerah. pdf

Desentralisasi
dan Otonomi Daerah:
Teori,
Permasalahan,
dan Rekomendasi Kebijakan

Drs. Dadang Solihin, MA
www.dadangsolihin.com

1

Pendahuluan
?Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999
merupakan momentum yang sangat baik untuk
memacu reformasi Pemda menuju Pemda yang
transparan, partisipatif, dan akuntabel.
?Perubahan yang diharapkan tidaklah akan
berjalan secara mulus karena akan banyak
sekali menuntut perubahan pola pikir, pola
bertindak dan kemauan dari pihak Pusat
maupun Daerah.

www.dadangsolihin.com

2

Karakteristik Dasar Desentralisasi
1. Unit-unit pemerintahan setempat bersifat
otonom, mandiri, dan jelas-jelas sebagai unit
pemerintahan bertingkat yang terpisah dari
pusat. Pusat melakukan sedikit, atau tidak ada
kontrol langsung oleh pusat terhadap unit-unit
tersebut.
2. Pemerintah daerah mempunyai batas-batas
geografis yang jelas dan diakui secara hukum
di mana mereka menggunakan kekuasaan dan
menjalankan fungsi-fungsi publik.
www.dadangsolihin.com

3

Karakteristik Dasar Desentralisasi . . .

3.

4.

5.

Pemerintah daerah mempunyai status dan kekuasaan
mengamankan sumber daya yang dimiliki untuk
menjalankan fungsinya.
Implikasi desentralisasi adalah kebutuhan
mengembangkan pemerintahan lokal sebagai institusi,
yang dilihat warga setempat sebagai organisasi yang
memberikan pelayanan, dan sebagai unit
pemerintahan yang mempunyai pengaruh.
Dengan desentralisasi berarti ada hubungan timbal
balik, saling menguntungkan, dan hubungan yang
terkoordinasikan antar pemerintah pusat dengan
pemerintahan daerah.
www.dadangsolihin.com


4

Rationale Kebijakan Desentralisasi
1. Memungkinkan penyusunan rencana serta program
pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan wilayah
dan kelompok yang heterogen.
2. Mampu memotong red tape dan prosedur yang rumit
sebagai karakteristik perencanaan dan manajemen
terpusat dan over concentration kekuasaan serta
sumber daya di pusat.
3. Kontak/hubungan yang lebih dekat antara pejabat
pemerintahan dan masyarakat setempat
memungkinkan terbinanya informasi yang lebih baik
guna memformulasi perencanaan atau program yang
lebih realistik dan efektif.
www.dadangsolihin.com

5

Rationale Kebijakan Desentralisasi


...

4. Dalam pembuatan keputusan dan alokasi sumber daya,
desentralisasi memungkinkan terwakilinya bermacam-macam
kelompok kepentingan, seperti politik, agama, dan etnis.
5. Desentralisasi memberikan kesempatan kepada pejabat setempat
untuk mengembangkan kecakapan manajerial dan teknis. Dengan
desentralisasi juga dapat meningkatkan kemampuan pejabat
tersebut untuk menangani berbagai urusan yang biasanya tidak
ditangani secara baik oleh instansi pusat (seperti pemeliharaan
jalan dan infrasrtuktur yang jauh dari ibukota negara).
6. Efisiensi dari pemerintah pusat meningkat karena membebaskan
pejabat pusat dari tugas-tugas rutin, di mana tugas-tugas tersebut
bisa dilaksanakan secara lebih efektif oleh petugas lapangan atau
pejabat lokal. Ini akan memungkinkan pejabat pusat untuk
menyusun perencanaan dengan lebih hati-hati, serta mengawasi
kebijakan pembangunan secara lebih efektif.
www.dadangsolihin.com


6

Rationale Kebijakan Desentralisasi . . .
7. Desentralisasi memungkinkan pemerintahan yang
lebih fleksibel, inovatif dan kreatif. Daerah bisa
menjadi semacam laboratorium untuk eksperimen
kebijakan dan program baru dengan melokalisir
pada tempat-tempat tertentu.
8. Desentralisasi dalam perencanaan pembangunan
dan fungsi manajemen memungkinkan pemimpin
lokal untuk memberikan pelayanan dan fasilitas
lebih efektif, mengintegrasikan daerah terpencil
dan terbelakang ke dalam ekonomi regional,
memonitor, dan mengevaluasi proyek-proyek
pembangunan secara lebih efektif dibandingkan
instansi perencanaan dari pusat.
www.dadangsolihin.com

7


Alasan Dianutnya Desentralisasi
1.
2.

3.

Dilihat dari sudut politik, desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
akhirnya dapat menimbulkan tirani;
Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap
sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut
serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam
mempergunakan hak-hak demokrasi;
Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan, alasan
desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai suatu
pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama
untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya
diserahkan kepada daerah. Hal-hal yang lebih tepat di tangan
pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.
www.dadangsolihin.com


8

alasan dianutnya desentralisasi . . .
4. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan
supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan
kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi,
keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak
kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;
5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi,
desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah
dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
www.dadangsolihin.com

9

Permasalahan Pokok
1. Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan
otonomi daerah yang belum mantap

2. Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang
belum memadai dan penyesuaian peraturan
perundangan-undangan yang ada dengan UU 22/
1999 masih sangat terbatas
3. Sosialisasi UU 22 /1999 dan pedoman yang tersedia
belum mendalam dan meluas;
4. Manajemen penyelenggaraan otonomi daerah masih
sangat lemah;
www.dadangsolihin.com

10

Permasalahan Pokok . . .
5. Pengaruh perkembangan dinamika politik dan aspirasi
masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah
dikelola;
6. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang
sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah;
7. Belum jelas dalam kebijakan pelaksanaan perwujudan konsep
otonomi yang proporsional ke dalam pengaturan pembagian

dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan
keuangan Pusat dan Daerah sesuai prinsip-prinsip demokrasi,
peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka NKRI.

www.dadangsolihin.com

11

Permasalahan Pokok . . .
?Permasalahan pokok tersebut terefleksi dalam 7
elemen pokok yang membentuk pemerintah daerah
yaitu;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.


kewenangan,
kelembagaan,
kepegawaian,
keuangan,
perwakilan,
manajemen pelayanan publik, dan
pengawasan.
www.dadangsolihin.com

12

1. Kewenangan Daerah

Permasalahan:
1. Friksi antara Pusat dengan Daerah
2. Friksi antara Daerah Provinsi dengan
Kabupaten/Kota
3. Friksi antar Kabupaten/Kota itu sendiri


www.dadangsolihin.com

13

Rekomendasi
1. Penyesuaian terhadap pengaturan-pengaturan
yang tumpang tindih dan bertentangan
tentang suatu kewenangan
2. Perlu adanya penataan ulang kewenangan
antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dengan
memperhatikan aspek economies of scale,
akuntabilitas dan externalitas

www.dadangsolihin.com

14

2. Kelembagaan
Permasalahan:
Dengan adanya batas maksimum dalam
penetapan jumlah dinas, akan terjadi
pengurangan beberapa Pejabat Eselon II, III,
dan IV yang akan berpotensi mengganggu
iklim politik daerah.

www.dadangsolihin.com

15

Rekomendasi
1.

2.
3.

4.

Untuk mengatasi kekecewaan ataupun konflik
kepegawaian dan organisasi yang diakibatkan oleh para
pejabat yang dirasionalisasi, dapat dikembangkan
Jabatan Fungsional bagi mereka yang masih memenuhi
persyaratan.
Diperlukan adanya pengaturan secara tegas mengenai
kemungkinan optimalisasi kelembagaan Pemda.
Memilih kelembagaan publik dalam pembentukan unitunit organisasi otonom, atau menyerahkan urusan
kepada pihak swasta (privatisasi), atau kemitraan antara
pihak Pemda dengan swasta (public private partnership)
Perlu adanya standar kelembagaan baik besaran maupun
nomenklatur
www.dadangsolihin.com

16

3. Kepegawaian Daerah
Permasalahan:
1. Pegawai Daerah cenderung dikooptasi oleh kekuatankekuatan politik yang ada di Daerah
2. Status kepegawaian Daerah menjadi sangat statis
3. Mencuatnya isu "Putera Daerah" karena penafsiran
otonomi yang sempit
4. Tidak adanya tour of area akan membahayakan
keutuhan NKRI
5. Merangsang Daerah untuk mengangkat pegawai baru
6. Adanya kerancuan antara jabatan politis (political
appointee) dan jabatan karir (career appointee)
www.dadangsolihin.com

17

Rekomendasi
1. Pegawai pada tingkatan tertentu (misal Sekda)
sebaiknya menjadi kewenangan Pusat
2. Penyesuaian antara UU 22/1999 dengan UU
43/1999 beserta PP pelaksanaannya.
3. Pemisahan yang tegas dan jelas antara Pejabat
Karir dengan Pejabat Politik
4. Diperlukan adanya standar kompetensi yang
jelas
www.dadangsolihin.com

18

4. Keuangan Daerah
Permasalahan:
1.
2.
3.

Konflik penguasaan kewenangan yang menghasilkan penerimaan
Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial Insufficiency).
Kurangnya kepatuhan pada peraturan dan lemahnya penegakan
hukum.
4. Overhead cost pemda yang tinggi.
5. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD
6. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan
tugas pembantuan
7. Terbatasnya pemanfaatan DAK
8. Kurangnya manajemen aset
9. Mekanisme pinjaman dan kebijakan investasi yang belum jelas
10. Pemisahan keuangan eksekutif dengan legislatif
www.dadangsolihin.com

19

Rekomendasi
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

8.

Keuangan Pemda harus dikaitkan dengan pembiayaan pelayanan
yang dilakukan
Sumber-sumber perekonomian nasional yang ada di Daerah dikelola
oleh Pusat atau kemitraan antara Pusat dan Daerah
Sistem subsidi didasarkan atas fiscal gap yang muncul atas dasar
perbandingan antara fiscal capacity dengan fiscal need
Pembiayaan pelayanan khususnya untuk pelayanan kebutuhan dasar
disusun berdasarkan atas standar pelayanan yang ditetapkan oleh
Pemerintah
Diadakan pemisahan biaya gaji pegawai dari DAU
Untuk dapat meningkatkan dana DAU, maka perlu adanya
rasionalisasi dana Sektoral yang masih besar dalam alokasi APBN
Untuk mengoptimalkan kontrol dan fasilitasi Pusat dalam otonomi
Daerah, maka perlu revitalisasi peran Gubernur sebagai wakil Pusat
di Daerah
Untuk membantu Daerah dalam
memperbaiki prasarana Daerah 20
www.dadangsolihin.com
yang rusak, maka perlu adanya alokasi DAK

5. Perwakilan Rakyat Daerah
Permasalahan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kemitraan yang tidak jelas
Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD
Kerancuan LPJ
Kuatnya pengaruh parpol dalam proses pemilihan kepala
daerah
Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD
Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat
karir
Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan
perundangan
Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya
networking
www.dadangsolihin.com

21

Rekomendasi
1. Peningkatan hubungan DPRD dengan
masyarakat
2. Peningkatan akuntabilitas DPRD dan kepala
daerah
3. LPJ didasarkan atas pengukuran kinerja
4. Kepala daerah dipilih secara langsung

www.dadangsolihin.com

22

6. Manajemen Pelayanan Publik
Permasalahan:
1. Semakin rendahnya kualitas pelayanan
2. Kaburnya pemahaman konsep-konsep
perencanaan daerah
3. Masih besarnya peranan pemda dalam
penyediaan pelayanan
4. Tidak jelasnya standard pelayanan
5. Rendahnya akuntabilitas pelayanan
www.dadangsolihin.com

23

Rekomendasi
1. Identifikasi dan standarisasi pelayanan Pemda
2. Penentuan standar pelayanan baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif
3. Peningkatan kinerja pelayanan oleh Pemda

www.dadangsolihin.com

24

7. Pengawasan
Permasalahan:
1. Kurangnya pengawasan dari Gubernur kepada
daerah
2. Kurangnya sanksi terhadap pelanggaran
peraturan
3. Kurangnya supervisi dan sosialisasi ke daerah

www.dadangsolihin.com

25

Rekomendasi
1. Perlunya unit dekonsentrasi sebagai perangkat
Gubernur
2. Revitalisasi peran Gubernur sebagai wakil
pusat di daerah
3. Perlunya sosialisasi peraturan perundangan
4. Penegakan hukum yang tegas

www.dadangsolihin.com

26

Terima Kasih

www.dadangsolihin.com

27