Bisnis konstruksi dan lingkungan bisnis

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pekanbaru kian hari kian tersingkir
dengan kian rakusnya pembangunan ruko-ruko, mal, apartemen,
perumahan elite hingga gedung perkantoran. Hutan kota berubah
menjadi hutan beton. Dari waktu ke waktu, Pekanbaru mengalami
perubahan yang sangat cepat. Sepertinya seketika saja kota ini berubah
wajah dari hutan alam hijau menjadi hutan beton yang kaku, dari
kawasan perkebunan sayur-mayur dan buah-buahan menjadi perkebunan
rumah.
Hal itu terus terjadi seolah tanpa kendali dan sudah menjadi kebutuhan
warga Pekanbaru. Alam mengalami “penyakit” ketidakseimbangan.
Akibatnya, satu demi satu keanekaragaman hayati mulai menghilang.
Pembangunan kota dianggap sebagai “biang kerok”-nya. Hubungan
antara alam dan kota cenderung tidak harmonis. Tindakan manusia
membangun kota dengan peradabannya secara langsung maupun tidak
langsung telah menganiaya bahkan meniadakan alam. Di sisi lain,
menjaga dan melestarikan alam bisa berarti menahan kota dari
pembangunan, terutama pembangunan fisik.
Predikat kota dengan keanekaragaman hayati tampaknya sudah jauh
pergi meninggalkan Pekanbaru. Predikat yang kini melekat pada Ibu
Kota adalah kota dengan ratusan bahkan ribuan gedung beton. Memang
menyedihkan bahwa wilayah hijau kota semakin terancam dan mulai

lenyap ditelan perkembangan kota. Namun, sebetulnya masih ada dan
banyak kantong serta serat hijau di sela-sela gedung beton menjulang
dan permukiman nan padat. Di tengah lebatnya gedung-gedung beton
yang kaku, beberapa lahan hijau masih mencoba bertahan hidup.
Beberapa di antaranya bahkan hidup di pusat polusi kota.
Ruang publik terbuka merupakan salah satu kebutuhan sebuah kota dan
menjadi paru-paru kota. Setiap bagian dari hutan kota yang hijau dapat
membantu mencegah kekurangan oksigen secara lokal. Penyebaran
hutan-hutan kota berperan sebagai sumber oksigen, yang juga
merupakan paru-paru kota.
Di tengah hiruk pikuk kota Pekanbaru, masih tumbuh pepohonan nan
hijau yang menjadi tempat favorit burung-burung singgah. Ada juga jenis
cempaka yang ulat-ulatnya menjadi makanan burung. Lihat saja
penghijauan di Alam Mayang berlokasi di Jl. H. Imam Munandar, lebih
kurang 8 Km dari pusat kota Pekanbaru Kecamatan Bukit Raya. Arena
Purna MTQ XVII berlokasi di Jl. Jendral Sudirman Pekanbaru, tidak jauh
dari kawasan bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II). Tempat
dibangun untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII, tahun 1994
yang lalu. Di arena ini kita dapat menikmati suasana santai yang
mengasyikkan di bawah pepehonan hijau sambil menyantap berbagai

macam makanan yang banyak di jual, mulai dari makanan ringan seperti
jagung bakar, hingga makanan yang mengenyangkan ada tersedia di sini.

Taman Puteri Kaca Mayang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman Pekanbaru,
tepatnya di depan kantor walikota Pekanbaru. Taman Puteri Kaca
Mayang ini merupakan tempat rekreasi keluarga dan merupakan paruparu yang berada di jantung kota Pekanbaru. Bagi anak-anak, arena ini
cukup menarik perhatian karena di tempat ini mereka dapat
menggunakan berbagai fasilitas hiburan yang ada seperti kolam renang,
komedi putar, bombom car, dan masih banyak lagi permainan yang
tentunya menyenangkan dan mengasyikkan. Untuk hari-hari libur,
tempat ini selalu dipadati pengunjung yang datang baik dari kota
Pekanbaru sendiri maupun dari luar daerah.
Penghijauan kota yang berada di belakang Balai Adat Riau terletak di Jl.
Diponegoro Pekanbaru. Hutan kota ini kini menjadi tempat rekreasi
alami yang menyenangkan. Di sini disediakan jogging track sepanjang
ratusan sampai ribuan meter. Mesjid Agung An-Nur merupakan mesjid
propinsi dengan bentuk bangunan yang menarik dilengkapi tiang besar
dan tinggi melambangkan kebesaran-Nya, terletak di pusat kota
Pekanbaru, mempunyai fasilitas taman hijau yang indah dan luas. Di sini,
sedikitnya puluhan bahkan ratusan orang menikmati hijaunya taman dan

segarnya udara di kawasan ini.
Meskipun letaknya di pinggiran kota. Taman Rekreasi Danau Buatan
Lembah Sari berlokasi di Kecamatan Rumbai Pekanbaru, Limbungan
adalah danau buatan berupa bendungan irigasi terletak kurang lebih 10
kilometer dari kota Pekanbaru. Pemandangan alam sekitar danau dengan
panorama yang indah, sejuk, nyaman dan bukit-bukit yang ditumbuhi
pepohonan, memungkinkan dikembangkan sebagai tempat atraksi wisata
tirta seperti berenang, memancing, bersepeda air dan lain-lain.
Untuk kota besar seperti Pekanbaru yang dikelilingi “hutan beton”, paruparu kota sudah menjadi kebutuhan utama. Warga kota butuh tempat
terbuka dengan pepohonan rindang yang menyegarkan. Apalagi
Pekanbaru sudah mulai sesak dan lingkungan hidupnya kian tercemar.
Jumlah penduduk Pekanbaru pada siang hari sudah semakin padat,
sementara jumlah kendaraan bermotor lebih dari ratusan ribu unit.
Banyak pengemudi yang mudah marah karena suasana kota yang kurang
nyaman, lalu lintas yang semrawut, dan kemacetan yang kian parah.
Hutan kota yang sejuk dan segar dapat menjadi obat yang mengurangi
stres tersebut.
Keinginan masyarakat terhadap kawasan hijau, pertama karena alasan
kepenatan lingkungan, dan kedua pentingnya kawasan hijau untuk
kesegaran jasmani dan rekreasi alam. Sementara kualitas lingkungan

hidup di perkotaan cenderung makin menurun akibat berbagai aktivitas
di permukiman, perindustrian, pusat-pusat kegiatan kota kian meningkat.
Peranan hutan kota sangat berpengaruh terhadap keseimbangan
lingkungan udara kota, selain penting terhadap keseimbangan gas CO2
(karbon dioksida).

Hutan kota juga berfungsi sebagai ventilasi kota. Aliran udara dalam
situasi panas yang membentur pepohonan, akan terpilah-pilah arahnya
dan semakin menjadi dingin dan bercampur dengan oksigen bebas hasil
fotosintesa. “Sehingga peranan fungsi hutan kota menjadi lebih nyata
sebagai ventilasi udara lapang dan menjadikan suasana kota lebih
nyaman. Ketika banyak orang “lapar” melihat lahan kosong untuk
dijadikan “hutan beton”, Pemko Pekanbaru seharusnya tetap serius
mempertahankan 40 persen lahan dari wilayah kota sebagai lahan hijau,
hal ini sesuai dengan Instruksi menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988.
Semoga.***

Coba lihat wajah kota bertuah kita. Depu-debu tanah timbunan
berterbangan di jalanan hingga menyerang paru-paru orang yang berlalu
lalang, banjir dan genangan terjadi dimana-mana akibat kekurangan

daerah resapan yang telah disulap menjadi bangunan-bangunan beton.
Kota menjadi semakin panas karena pepohonan telah ditebas dan
digantikan oleh jalan beraspal hitam legam. Hubungan antara bisnis
konstruksi dan lingkungan semakin menjadi pusat perhatian, sebab pada
dasarnya masalah lingkungan hidup timbul sebagai akibat kegiatan
bisnis konstruksi.
Kegiatan bisnis konstruksi yang katanya mempunyai peranan
besar dalam pembangunan nasional sering dianak-emas-kan sebegitu
rupa, sehingga kurang diawasi dan kenakalan mereka dibiarkan.
Hubungan antara bisnis konstruksi dan lingkungan hidup kemudian
menampakan wajah yang buruk. Misalnya, lahan dieksloitasi untuk
pembangunan perumahan tanpa memperhatikan keseimbangan
lingkungan yang berakhir dengan kerusakan lingkungan dan timbul
banjir dimana-mana. Mereka menggangap seolah-olah mereka hidup
tanpa tetangga, tanpa orang lain. Mereka tidak mau tahu bahwa
kelakuan mereka telah amat merugikan orang lain, juga merusak
lingkungan hidup. Para pelaku konstruksi seolah-oleh hanya mengejar
keuntungan diri sendiri dan merasa layak membuat rugi orang lain.
Bisnis konstruksi memang bertujuan mencari keuntungan.
Seseorang pelaku bisnis konstruksi bekerja untuk mencari untung, kalau

tidak mencari keuntungan ia bukan pelaku bisnis konstruksi.
Menurut Ir.Andy Kirana, mencari keuntungan adalah nafas pelaku bisnis
konstruksi. Akan tetapi, mengatakan bahwa tujuan hidup adalah mencari
keuntungan, sudah barang tentu akan analog dengan mengatakan bahwa
tujuan hidup adalah bernafas. Kita tidak bisa hidup tanpa bernafas,
tetapi agaknya sulit diterima kalau dikatakan bahwa tujuan hidup hanya

untuk bernafas. Di samping itu, ada batasan moral mengenai
keuntungan. Misalnya, jual beli manusia (seperti pada zaman
perbudakan dulu), obat terlarang, minuman keras, pornografi, sekalipun
mungkin amat menguntungkan, jelas bertentangan dengan moral
masyarakat. Begitu juga menipu pajak, mempekerjakan anak-anak,
menindas pekerja, manipulasi peraturan, semuanya bisa menguntungkan
tetapi bukan itu bisnis konstruksi yang bercorak etis.
Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, bisnis konstruksi
sering berjalan sendiri. Bisnis konstruksi sering dikelola dengan naluri
atau dorongan ketamakan, ketidak sabaran, kerakusan, kebodohan, dan
kecerobohan. Kalangan bisnis konstruksi sering menganggap bahwa
alam ini adalah suatu asset modal yang di dapat dengan gratis. Di pihak
lain, tenaga manusia yang melimpah menyebabkan sumber daya manusia

dihargai seminimal mungkin, ditekan serendah mungkin sebagai ”faktor
produksi” belaka.
Bisnis konstruksi dijalankan seolah-olah ”tiada hari esok”,
mengeruk dan mengeruk keuntungan, seolah-olah manusia tidak
mempunyai anak-anak yang harus tetap hidup. Bisnis konstruksi
dilakukan seolah-olah perusahaan sedang mengalami likuidasi. Cara kita
mengekspoitasi alam dan sesama manusia, bagaikan menjelang saat kita
sedang mengalami kebangkrutan, sehingga kita melakukan perusakan
habis-habisan terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Cara kita memperlakukan pekerja dan lingkungan alam seolah-olah kita
sedang terancam gulung tikar, sehingga semuanya hnedak dihabiskan
sekaligus.
Kebebasan dalam bisnis konstruksi ternyata ada batasbatasannya. Kebebasan itu berakhir ketika ia mengancam kehidupan
orang lain. Kalau menyangkut masalah lingkungan, lebih fundamental
lagi karena yang dipertaruhkan bukan hanya kehidupan orang lain saja,
akan tetapi seluruh umat manusia dalam seluruh sejarahnya.
Penghabisan sumber daya alam dan perusakan lingkungan alam
selalu bergandengan tangan dengan eksploitasi sumber daya manusia.
Kemiskinan selalu berhubungan dengan kekumuhan dan kekumuhan
selalu bergandeng kerusakan lingkungan. Pengabaian terhadap

lingkuingan hidup selalu mengakibatkan munculnya bentuk-bentuk
kemiskinan endemik yang menncuat khususnya di kalangan mereka yang
daya tawar-menawarnya rendah atau amat hemat. Diperlukan
lingkungan politik yang kondusif bagi munculnya kekuatan kontrol yang
m,emadai untuk menghalangi segala rupa kekuasaan yang represif dan
kegiatan bisnis yang merusak lingkungan. Oleh sebab itu, kita bisa
mengerti apabila gerakan lingkungan hidup sekarang ini selalu cederung
menjadi gerakan politik mencari paradigma baru yang mencari
keseimbangan baru antara kebebasan individu dalam bisnis konstruksi
dan masyarakat secara utuh. Hal tersebut memang didasarkan kepada
kenyataan bahwa sifat ganas dan tidak peduli (predatory) dunis bisnis
konstruksi pada hakikatnya memerlukan kontrol.***

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Bidang Lingkungan Hidup

Kebijakan
Rasa kepedulian TOTAL terhadap pelestarian lingkungan hidup telah tumbuh sejak
TOTAL berdiri di tahun 1970. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat serta generasi yang akan datang, setiap tahunnya, TOTAL secara
konsisten melaksanakan CSR dalam bidang lingkungan.

Kepedulian TOTAL terhadap kegiatan kepedulian lingkungan hidup ditunjukkan
dengan menjadikan perusahaan lebih ramah lingkungan, antara lain melalui green
construction dan green building. Sebagai langkah konkretnya, TOTAL
merancang program dan kegiatan CSR yang lebih baik, melalui perubahan konsep
pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang mengacu pada ISO 26000. Selain itu,
kebijakan CSR TOTAL dalam bidang lingkungan hidup juga mengacu pada standar
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 yang dilaksanakan dengan menetapkan
target perlindungan terhadap pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh proyek

konstruksi gedung. Sistem ini merupakan standarisasi internasional untuk Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) yang secara luas digunakan di dunia.
Kebijakan CSR TOTAL dalam bidang lingkungan hidup berisi kerangka arahan untuk
melaksanakan penerapan, pemeliharaan, pengembangan, perbaikan dan
pengelolaan lingkungan hidup untuk meminimalisasi kemungkinan dampak
lingkungan negatif, mengembangkan dampak positif, serta memanfaatkan sumber
daya alam secara bijak.
Melalui kebijakan program CSR lingkungan yang bertanggung jawab, kami sangat
optimis bahwa keberadaan Perusahaan sebagai kontraktor dalam proyek gedung
bertingkat akan diterima dengan baik oleh masyarakat, pemegang saham, serta
pemangku kepentingan lainnya. TOTAL senantiasa menyelenggarakan kegiatan

proyek gedung yang didasari dengan wawasan tentang lingkungan dan berperan
serta dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Kegiatan CSR Lingkungan
Sedangkan beberapa upaya konkret TOTAL dalam upaya memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan di setiap lokasi usaha dan lingkungan sekitar Perusahaan,
diimplementasikan dengan cara:


Menjaga kelestarian lingkungan.



Menaati peraturan perundang-undangan dan standar pengelolaan
lingkungan.



Menyediakan semua perlengkapan dan peralatan pengelolaan
lingkungan.




Melakukan penyesuaian dan perbaikan lingkungan hidup untuk
mengurangi dampak negatif lingkungan dan mengembangkan dampak
positif serta memanfaatkan sumber daya alam secara bijak.



Melakukan tindakan yang bersifat promotif dan preventif untuk
mengantisipasi keadaan darurat.



Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pencemaran
lingkungan yang terjadi.



Membuat laporan atas setiap pencemaran lingkungan yang terjadi.



Melakukan pemeriksaan, inspeksi, dan evaluasi secara berkala
terhadap semua sarana.



Melakukan pelatihan penanggulangan pencemaran lingkungan.



Penyuluhan penggunaan dan pembuangan bahan kimia berbahaya
Perseroan telah melaksanakan serangkaian program CSR bidang lingkungan.

Sertifikasi di Bidang Lingkungan
TOTAL telah memiliki sertifikasi dalam bidang lingkungan yang meliputi ISO
14001 Occupational Health and Safety Assessment Series OHSAS
18001:2007, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), serta Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001:2004.