Etika Produk dan Harga terhad

K
U
D
O
R
ETIKA P
A
G
R
A
H
DAN
KELOMPOK
7

MANEJEMEN
B/V

Rohimudin

(11280200 )


Resy Anggi Rajak

(1128020059)

Yuffie adi permadi

(1138020275)

Resi Apriliani

(1128020058)

20158)
Muhammad ali fahmi (11380
(1128020051)
Nanang fauzi
20076)
Sri Nurul Mulyanah (11280
(1128020084)

Yophy Chaerul Umam

KONSEP ETIKA PRODUK DAN HARGA
Pengertian Harga Dan Konsep Harga
Teori Harga Dalam Perspektif Islam
ETIKA PRODUK
DAN HARGA

Produk dan Konsepnya
Teori Produksi Dalam Islam
Etika Produksi Barang dan Jasa

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

rga
a
H
an
i
t

a
r
g
e
r
g
a
n
H
Pe
ep
s
n
o
K
Dan
Dalam menetapkan harga di perlukan suatu pendekatan
yang sistematis, yang mana melibatkan penetetapan tujuan
dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang
tepat. Harga adalah suatu nilai yang harus di keluarkan

oleh pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang
memiliki nilai guna beserta pelayanannya.
Tujuan Penetapan Harga
Harga bersifat fleksibel, dimana bisa disesuaikan. sebelum penenetapan
harga perushaan harus mengetahui tujuan dari penetapan harga itu sendiri
apabila tujuannya sudah jelas maka penetapan harga dapat dilakukan
dengan mudah.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Faktor-faktor Yamg Mempengaruhi Tingkat Harga
a. Keadaan perkonomian. keadaan perekonomian berpengaruh terhadap tingkat harga.
b. Kurva permintaan. Kurva yang memperlihatkan tingkat pembelian pasar pada berbagai tingkatan harga. Kurva
tersebut menjumlahkan reaksi berbagai individu yang memiliki kepekaan pasar yang beragam.
c. Biaya. Biaya merupakan faktor dasar dalam penentukan harga, sebab bila harga yang di tetapkan tidak sesuai
maka perusahaan akan mengalami kerugian. Biaya tetap adalah biaya - biaya yang tidak dipengaruhi oleh
produksi atau penjualan. - Biaya variable adalah biaya yang tidak tetap dan akan berubah menurut level
produksi. Biaya ini disebut biaya variabel karena biaya totalnya berabah sesuai dengan jumlah unit yang
diproduksi.
d. Persaingan

e. Pelanggan. Permintaan pelanggan didasarkan pada beberapa faktor yang saling terkait dan bahkan seringkali
sulit memperkirakan hubungan antar faktor secara akurat.
f.

Peraturan Pemerintah. Peraturan pemerintah juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Misalnya
pemerintah menetapkan harga maximum dan harga minimum.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Metode-Metode
Penetapan Harga

Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan

a. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-Plus Pricing Method)

Metode Penentuan

Harga Jual

b. Penetapan Harga Mark-Up (Mark-Up Pricing Method)
c. Penetapan Harga Break-even (Break-Even Pricing)
d. Penetapan Harga dalam Hubungannya dengan Pasar

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

lam
a
D
a
g
ar f Islam
H
ri ekti
o
e
T
sp

r
e
P

Dalam ekonomi bebas, permintaan dan suplai komoditi menentukan harga normal yang mengukur
permintaan efektif yang ditentukan oleh tingkatan kelangkaan pemasokan dan pengadaan
peningkatan permintaan suatu komoditi cenderung menaikkan harga, dan mendorong produsen
memproduksi barang-barang itu lebih banyak. Masalah kenaikan harga timbul karena
ketidaksesuaian antara permintaan dan suplai. Ketidaksesuaian ini terutama karena adanya
persaingan yang tidak sempurna di pasar. Persaingan menjadi tidak sempurna apabila jumlah penjual
dibatasi atau apabila ada perbedaan hasil produksi
Menurut Yahya Ibn Umar (213-289 H), harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni kekuatan penawaran (supply) dan permintaan
(demond). Namun ia menambahkan bahwa mekanisme pasar itu harus tunduk kepada kaidah-kaidah. Diantara kaidah-kaidah tersebut
adalah pemerintah berhak melakukan intervensi pasar ketika terjadi tindakan sewenang-wenang dalam pasar yang dapat menimbulkan
kemudaratan bagi masyarakat. Namun, dalam menetapkan harga, sebagian ulama tidak setuju. Asy-Syaukani menyatakan bahwa
(pematokan harga) merupakan suatu kezaliman. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. “dari Anas bin
Malik r.a. beliau berkata : harga-harga barang pernah mahal pada masa Rasululah SAW, lalu orang-orang berkata: “Ya Rasulullah,
harga-harga menjadi mahal, tetapkanlah standar harga untuk kami, lalu Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya Allah-lah yang
menetapkan harga, yang menahan dan membagikan rizki, dan sesungguhnya saya mengharapkan agar berjumpa dengan Allah dalam
keadaan tidak seorangpun diantara kamu sekalian yang menuntut saya karena sesuatu kezaliman dalam pertumpahan darah dan harga”.

(HR. Abu Daud dan Ibn Majah).

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Harga Monopoli

Ketentuan Harga

Kenaikan Harga Sebenarnya

Dalam Negara
Islam

Kenaikan Harga Buatan

Kenaikan Harga Disebabkan Oleh Kebutuhan-Kebutuhan Hidup

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Urgensi Penetapan Harga

Drs. H. Asmuni Mth., MA. Mengutarakan bahwa Ibnu Taimiyah membedakan dua tipe penetapan harga: tak adil dan
tak sah, serta adil dan sah. Penetapan harga yang tak adil dan tak sah, berlaku atas naiknya harga akibat kompetisi
kekuatan pasar yang bebas, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan suplai atau menaikkan permintaan. Ibnu
Taimiyah sering menyebut beberapa syarat dari kompetisi yang sempurna. Misalnya, ia menyatakan, “Memaksa
penduduk menjual barang-barang dagangan tanpa ada dasar kewajiban untuk menjual, merupakan tindakan yang tidak
adil dan ketidakadilan itu dilarang. Ini berarti, penduduk memiliki kebebasan sepenuhnya untuk memasuki atau keluar
dari pasar. Sedangkan penetapan harga yang adil dan sah sebagaimana pada penjelasan di atas yaitu penetapan harga
diberlakukan apabila ada kedzaliman dalam penentuan harga atau karena ada ketimpangan harga yang kiranya
diperlukan adanya tas’ir.
Penetapan Harga Pada Ketidaksempurnaan Pasar
Berbeda dengan kondisi musim kekeringan dan perang, Ibnu Taimiyah merekomendasikan penetapan harga oleh
pemerintah ketika terjadi ketidaksempurnaan memasuki pasar. Misalnya, jika para penjual menolak untuk menjual barang
dagangan mereka kecuali jika harganya mahal dari pada harga normal (al-qimah al-ma’rifah) dan pada saat yang sama
penduduk sangat membutuhkan barang-barang tersebut. Maka mereka diharuskan menjualnya pada tingkat harga yang
setara, contoh sangat nyata dari ketidaksempurnaan pasar adalah adanya monopoli dalam perdagangan makanan dan
barang-barang serupa.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Musyawarah untuk Menetapkan Harga

Patut dicatat dan diingat oleh kita para mahasiswa Jurusan Mu’amalah, meskipun dalam berbagai kasus
dibolehkan mengawasi harga, tapi dalam seluruh kasus tak disukai keterlibatan pemerintah dalam menetapkan
harga. Mereka boleh melakukannya setelah melalui perundingan, diskusi dan konsultasi dengan penduduk yang
berkepentingan. Dalam hubungannya dengan masalah musyawarah penetapan harga, Ibnu Taimiyah
menjelaskan sebuah metode yang diajukan pendahulunya Ibnu Habib, menurutnya Imam (kepala pemerintahan)
harus menjalankan musyawarah dengan para tokoh perwakilan dari pasar (wujuh ahl al-suq).
Penetapan Harga dalam Faktor Pasar
Drs. Asmuni, MA. mengemukakan pendapat yang dinukilnya dari Imam Jalaluddin As-Suyuti, bahwasanya
ketika labourers dan owners menolak membelanjakan tenaga, material, modal dan jasa untuk produksi kecuali
dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga pasar wajar, pemerintah boleh menetapkan harga pada tingkat
harga yang adil dan memaksa mereka untuk menjual faktor-faktor produksinya pada harga wajar.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Penetapan Harga Dalam Sistem Perekonomian Modern

Sebagaimana yang dimuat zonaekis.com(web khusus membahas ekonomi Islam)
bahwa secara teoritis tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik
dengan modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau
harga keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan

penawaran (suplai) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam
perekonomian modern teori dasar ini berkembang menjadi kompleks karena adanya
diversifikasi pelaku pasar, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun
perilakunya, yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

n
a
d
k
u
d
o
a
y
Pr
n
sep
n
o
K

Teori Produksi

Produksi Dalam

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat
dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital,
tenaga kerja, teknologi, managerial skill. Produksi atau
memproduksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu
barang.

Produksi dengan Menggunakan 2 Variabel

Jangka Pendek

Produksi Dalam Jangka Panjang

Produksi dengan Menggunakan Satu (1) Variabel

Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

si
k
u
od
r
P
i
Teor m Islam
D a la

7.

Kaidah-kaidah

dalam

Berproduksi
6. Prinsip-prinsip Produksi dalam
Islam
5. Tujuan Produksi

1. Pengertian Produksi
4. Modal
2. Pentingnya Produksi
3. Faktor-faktor Produksi

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

n
a
d
k
u
d
o
r
P
a
k
a
i
t
g
r
E
Ha

Kegiatan produksi berarti membuat nilai manfaat atas
suatu barang atau jasa, produksi dalam hal ini tidak di
artikan dengan bentuk fisik saja, sehingga mempunyai
fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah
yang tepat.

Oleh karena itu, dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang dihasilkan mengeluarkan
biaya yang murah, melalui pendayagunaan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan didukung dengan inovasi dan
kreativitas untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Misalknya berproduksi dengan cara konvensional/tradisional,
tetapi sekarang dengan pemanfaatan teknologi yang tepat guna. Jika kegiatan ini berstandar dunia, maka harus
berdasarkan standar dunia yang diakuin misalnya ISO 9000 tentang peningkatan kualitas produk ataupun ISO 14000
tentang peningkatan pola produksi berkawasan lingkungan pabrik atau perusahaan yang ramah lingkungan, membangun
pabrik atau perusahaan ramah lingkungan (go green) dengan sasaran pada keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan
maksimal dengan limbah nol.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Contoh kasus 1:
Produk MSG “Ajinomoto” beberapa waktu lalu pernah dilarang oleh MUI karena produk rersebut tidak halal.
Akibatnya Ajinomoto menarik semua produknya dipasaran. Dampak tertentu saja perusahaan mengalami kerugian.
Namun pihak manajemen melakukan pendekatan dengan pihak MUI dan kepada presiden Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) untuk melakukan uji lab dan pembuktian bahwa bahan=bahan yang digunakan adalah halal dan tidak
membahayakan masyarakat. Akhirnya Ajinomoto memproduksi kembali, dan pendapatannya juga lambat laun
meningkat tajam.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Kasus 2:
Biskuit “Arnotts” di Negara Australia. Pada suatu waktu ada penelepon yang hendak meremas perusahaan
tersebut, dengan menyatakan bahwa biscuit yang dibelinya mengandung racun. Perusahaan dihadapkan pada
dua pilihan membayar ganti rugi kepada penelepon tersebut atau membuktikan bahwa produk itu tidak beracun
dengan cara menarik produknya dan kemudian dilakukan penelitian ulang apakah mengandung racun atau tidak.
Pada akhirnya perusahaan melakukan alternatif penyeleseian keduan karena lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara baik kepada konsumen dan masyarakatnya.

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung

Sekian Dan
Terima Kasih

Universitas Sunan Gunung Djati Bandung