KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR DI TAMAN NASIONAL WASUR

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR
DI TAMAN NASIONAL WASUR
(Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)

Hadi Warsito dan Titiek Setyawati
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari
Jl. Inamberi, Susweni Po. Box. 159 Manokwari 98131, Papua Barat
Telp. (0986) 213440 Fax. (0986) 213441; 213437; website : www.balithutmanokwari.com.
email: warsito08@gmail.com; ; titiek29@yahoo.com

Abstrak
Taman Nasional Wasur adalah salah satu kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan
dijaga kelestariannya. Baik flora dan fauna di dalamnya merupakan aset bagi negara dari
bidang konservasi jenis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan

pengelompokan jenis pakan burung di beberapa tipe hutan di kawasan hutan Seksi Ndalir.
Dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) ditemukan sedikitnya 63 jenis
dari 32 famili di daerah tersebut. Dari lokasi pengamatan hutan monson ditemukan 21 jenis,
hutan pantai 17 jenis, hutan, melalueca 10 jenis dan 15 jenis pada ketiga tipe hutan
tersebut. Dari kelompok jenis pemakan diketahui Carnivora 34 (54%) merupakan jenis
burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa
hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan
kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu
kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%)
Kata kunci: keanekaragaman burung, komposisi jenis, tipe habitat, Ndalir Wasur.

Pendahuluan
Kawasan konservasi adalah suatu unit kesatuan ekologi sangat penting sebagai
upaya pelestarian fungsi-fungsi ekologis dan penjaga keseimbangan alam. Penetapan
dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara untuk dapat menjamin
agar sumberdaya alam dapat dilestarikan dalam memenuhi kebutuhan umat manusia dan
mahluk hidup lainnya sekarang dan dimasa yang akan datang. Konsep pelestarian yang
modern adalah pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya bumi secara bijaksana bukan
hanya sekedar melindungi yang menutup peluang pemanfaatan (MacKinnon et al.,
2005). Konsep kawasan konservasi di Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang membagi
kawasan konservasi menjadi dua yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA). Taman Nasional termasuk dalam KPA dan termasuk kawasan

189

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

konservasi terpenting yang dikelola dalam bentuk zonasi dan diharapkan dapat
memberikan jalan tengah dalam pengelolaan kawasan yaitu guna tujuan perlindungan
dan pemanfaatan.
Secara geografis Taman Nasional Wasur (TNW) terletak pada 8o04’ – 9o07’ LS
dan 140o29’ – 141o00’ BT.

Luas kawasan TNW sesuai dengan SK Menhut No.

282/Kpts-VI/1997 adalah sebesar 413.810 Ha. Secara umum kawasan TNW dibagi
menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan dataran berbukit yang
bergelombang (plato), terbentang mulai dari pantai laut Arafuru ke arah utara melalui
dataran pantai yang rata dana perlahan-lahan bergelombang (kemiringan lahan kurang

dari 12o), serta dataran rata yang terpotong oleh plato yang bergelombang di bagian
utara kawasan dengan titik tertinggi 90 meter diatas permukaan laut yaitu terdapat di
daerah Waam.
Seksi Ndalir adalah salah satu dari 3 unit Seksi yang ada di TN. Wasur yang
terletak sebelah timur kota Merauke. Wilayah kerja dari seksi ini, hingga pada daerah
perbatasan wilayah Papua dengan Papua Nugini. Kawasan di seksi ini secara umum
dapat dibagi dalam kelompok hutan yang beragam, antara lain hutan pantai mangrove,
melalueca dan hutan monson (dek). Data dan informasi keberadaan burung di hutan
tersebut masih sangat minim. Padahal burung merupakan indikator perubahan
lingkungan yang dapat diandalkan (Primack et al., 2007). Sehingga adanya data dan
informasi yang terhimpun diharapkan menjadi bahan masukan dan rujukan dalam
pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan dan lestari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan pengelompokan feeding
guilds pada tipe hutan di Seksi Ndalir TN. Wasur.
Metode
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada tanggal 15-28 Juli 2013 yang berlokasi di kawasan
hutan Seksi II Ndalir, Taman Nasional Wasur. Merauke.

190


Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Gambar 1. Lokasi penelitian (research location)

Bahan dan Alat Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan kegiatan pengamatan seperti: Binocular Taxon
18x35, GPS Garmin 76CSx, peta 1:50.000 Km., alat tulis menulis dan kamera sebagai
alat dokumentasi.
Metode
Pengamatan keanekaragaman burung di kawasan ini dengan menggunakan
metode Timed Count Species (TSCs) (Bibby et al., 2000), dimana mencatat semua jenis
yang dijumpai di lokasi pengamatan dengan interval waktu selama 20 menit pertama.
Dan pada 20 menit berikutnya mencatat semua jenis yang baru ditemukan dan
seterusnya, sehingga akan diperoleh akumulasi jenis burung yang dilakukan di lokasi

pengamatan. Pengamatan dilakukan pada keterwakilan kawasan pantai, melalueca dan
monson di Seksi II Ndalir. Observasi lapang terlebih dahulu dilakukan dan sekaligus
mendata keragaman jenis burung yang ditemukan.
Data yang diperoleh di analisis dengan menggambarkan persentase komposisi
jenis dan kurva akumulasi spesies. Data yang terhimpun dikelompokan dalam beberapa
kategori seperti: kehadiran di habitat, kelompok jenis dan jenis yang dimakan/ feeding
guilds. Sementara untuk mengetahui status perlindungan dilakukan dengan telaah
pustaka dengan mengacu beberapa literatur yang ada seperti: Burung-burung Terancam
Punah di Indonesia dan Jenis-jenis hayati yang dilindungi Perundang-Undangan
Indonesia (Noerdjito & Ibnu M., 2007). Sedangkan untuk identifikasi burung
menggunakan Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace (Coates &

191

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

Bishop, 1997) dan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Papua (Beehler
et al., 2001).
I. Hasil dan Pembahasan
Keragaman Jenis Burung

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini keragaman burung
dikawasan Ndalir, dimana sejak tahun 1999 BTN Wasur tidak lagi melakukan
pendataan mengenai keragaman burung di kawasan ini. Kegiatan penelitian yang
dilakukan di kawasan hutan Seksi II Ndalir selama 13 (tigabelas) hari efektif
pengamatan, telah mendapatkan data dan informasi keanekaragaman burung. Penemuan
jenis burung ini merupakan hasil pengamatan di beberapa daerah pengamatan, yaitu:
hutan pantai, melalueca (bush) dan monson (dek). Dimana telah ditemukan sedikitnya
63 jenis burung dari 32 famili yang berada di kawasan tersebut (Lampiran 1.).
Penemuan jenis ini tergolong sedikit bila dibandingkan penemuan jenis yang dilaporkan
Purba (1999) terdapat sedikitnya 419 spesies, dan TN Wasur (1999) mengidentifikasi
403 spesies (74 jenis endemik, 114 jenis dilindungi). Hasil yang dilaporkan tersebut
merupakan pengamatan di seluruh kawasan TN Wasur dan dengan waktu pengamatan
lebih dari setahun untuk mengetahui keberadaan dan jenis burung di kawasan tersebut.
Sedangkan Gunawan (2002) melaporkan 68 jenis burung dari 29 famili yang ditemukan
di daerah mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sementara itu, pada
kawasan yang sama diketahui 30 famili burung yang terdiri dari 76 jenis terdapat di
hutan mangrove Lonoluwu (Gunawan dan Anwar, 2004). Perbedaan jumlah penemuan
jenis burung di kawasan tersebut kemungkian disebabkan waktu pengamatan, kondisi
lokasi dan kondisi pengamat dalam melakukan penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan burung di kawasan seksi Ndalir, ditemukan

sedikitnya 17 jenis burung di pantai, melalueca 10 jenis dan monson 21 jenis burung.
Sementara itu, diketahui terdapat 15 jenis burung yang tercatat di habitat ketiganya
yaitu: pantai/melalueca dan monson. Komposisi jenis burung yang ditemukan di
beberapa habitat dapat ditampilkan pada Gambar 2.:

192

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

Gambar 2.

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Komposisi jenis burung yang ditemukan pada tipe hutan
(Composition bids spesies on type forest)

Pada kawasan melalueca dan monson tercatat 10 jenis burung di kawasan

tersebut (Lampiran 1.), dimana beberapa jenis dijumpai di keduanya merupakan
kelompok dari famili Alcedinidae, Myiagridae dan Sturnidae. Halcyon macleayi dan
Dacelo gaudichaud adalah salah satu jenis dari famili Alcendinidae dan Aplonis
cantoroides dari famili Sturnidae merupakan kelompok satwa burung yang menyukai
habitat yang terbuka untuk mendapat makannya berupa serangga (insektivora) maupun
beberapa jenis buah yang berukuran kecil. Jenis dari kelompok tersebut merupakan jenis
burung yang menyukai daerah terbuka dalam mencari makan dan beraktifitas lainnya
(Beehler et al., 2001; Stefan et al., 2008 ). Lambert & Collar (2002) kelompok spesies
sikatan Rhinomyas dan Ficedula yang merupakan kerabat Myiagridae di pengaruhi
secara negatif oleh kegiatan penebangan dan/atau fragmentasi hutan, meskipun ada
salah satu diantanya yaitu Kehicap Ranting (Hypothymis azuareai) meningkat secara
nyata setelah pembukaan lahan (Hussin, 1994). Sedangkan pada Monson penemuan
jenis burung relatif lebih tinggi, hal ini kemungkinan adanya faktor pendukung yang
mempengaruhi keberadaan burung didaerah tersebut seperti; ketersedianan pakan, jauh
dari gangguan dan aman untuk tempat berkembang biak.
Burung merupakan jenis satwa yang dapat dijadikan indikator kualitas dalam
suatu habitat berdasarkan keragaman jenis yang ditemukan (Schultze et al., 2004;
Walter et al., 2004). Keragaman dan keberadaan jenis burung yang ditemukan relatif
sedikit atau kurang dalam suatu kawasan, dapat menandakan/ditengarai bahwa habitat
yang ada telah terdegradasi atau terfragmentasi. Reed (1999) bahwa tingkah laku yang


193

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

menyebar terbatas atau jarak penyebarannya pendek akan berefek pada penurunan
hubungan antara habitat terfragmentasi. Pada kondisi tersebut, spesies akan terikat
dengan habitat yang terbatas, tidak mampu bertahan mendapatkan habitat baru, dan bila
terjadi perubahan kualitas habitat maka spesies akan mati. Sedangkan bila suatu
kawasan hutan yang habitatnya masih utuh atau tidak terganggu oleh aktifitas manusia
yang dapat merusak, mempunyai kecenderungan lebih tinggi keragaman jenis satwa
yang berada dalam kawasan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudjatnika et al.
(1995) serta Shannaz et al. (1995) yang mengemukakan bahwa burung dengan
penyebaran sempit akan mengalami ancaman yang relatif besar dengan menurunnya
kualitas dan kuantitas habitat.
Sementara itu dari ketiga daerah pengamatan yang dilakukan, secara sederhana
dapat digambarkan kurva akumulasi jenis burung di daerah tersebut yang disajikan pada
Gambar 3. sebagai berikut:
25


20

pantai

Jumlah jenis

melalueca
monson

15

10

5

0

1

2


3

4

5

6

7

Hari pengamatan

Gambar 3. Kurva akumulasi jenis burung di lokasi pengamatan. Seksi II Ndalir.
Taman Nasional Wasur. Merauke ((Accumulation of bird species
during observation Ndalir II Secsion Wasur National Park Merauke)
Pada Gambar 3. nampak bahwa hari pengamatan di pantai lebih panjang
dibandingkan lokasi pengamat lainnya. Hal ini disebabkan, pondok kerja/camp terletak
di sekitar pesisir pantai. Sehingga mudah dalam melakukan pengamatan, baik pagi
maupun sore hari. Ini berbeda dari waktu pengamatan yang dilakukan di hutan monson.
Karena keterbatasan tenaga pengamat dan waktu kegiatan, dimana lokasi tersebut jauh
dari pondok kerja/pengamatan dan aksebilitas untuk masuk lokasi tersebut cukup sulit,

194

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

sehingga pengamatan dilakukan hanya beberapa hari saja. Meskipun terdapat
kemungkinan masih ditemukan penambahan jenis burung di daerah tersebut. Sedangkan
pada pengamatan di hutan melalueca dilakukan selama 4 (empat) hari pengamatan. Hal
ini disebabkan akses untuk menuju hutan tersebut masih dapat dijangkau hanya dengan
bantuan kendaraan roda 2 (dua). Waktu pengamatan di hutan melalueca tidak
dilanjutkan pada hari (kelima) berikutnya disebabkan tidak ditemukan lagi penambahan
jenis burung di daerah tersebut, sehingga pengamatan di akhiri pada hari tersebut.
Habitat dan Komposisi Pakan
Hutan monson atau dek adalah hutan yang umumnya berada pada daerah yang
tidak pernah tergenang air atau hutan yang berada pada daerah yang bertanah tinggi.
Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di kawasan monson adalah: Decaspermum
fructicosum Forst, Neuburgia sp., Ixora sp, Phaleria macrocarpa Scheff., Acacia
mangium Willd, Dillenia indica L, dan Ficus sp., Acacia auriculiformis Benth, Vitex
pinnata Linn, Syzygium sp, Buchanania macrocarpa Merr dan Xanthomyrtus sp.
Hutan pantai (Littoral Forest) merupakan hutan yang tumbuh di sepanjang
pantai laut berpasir dengan tanah kering, tidak pernah tergenang air dan tidak lebar
tetapi justru memanjang. Keadaan hutan ini telah menyesuaikan diri dengan situasi
tempat tumbuh yang kering, tidak terdapat air tawar secara terus menerus dan air hujan
(Arief, 2003). Hutan pantai pada seksi Ndalir terdapat pada sepanjang pesisir pantai.
Kondisi hutan tersebut tidak terlalu luas karena umumnya berbatasan langsung dengan
lokasi pemukiman masyarakat dan keadaan hutan pantai di lokasi ini telah banyak
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya abrasi air laur. Vegetasi pada hutan
pantai seksi Ndalir diketahui sedikitnya 5 (lima) jenis yang dominan pada kawasan
tersebut, jenis tersebut adalah Exocaria agallocha Linn., Premna corymbosa Burm.f.,
Terminalia catappa Linn., Pongamia pinnata L. dan Thespesia populnea Correa.
Hutan Melaleuca adalah hutan yang terdapat pada daerah yang sering tergenang
air pada musim hujan. Tipe hutan ini umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi
Melaleuca spp. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada hutan dominan melaleuca adalah
sebagai berikut; Melaleuca cajuputi Powell., Laphostemon sp., Terminalia sp.,
Alpitonia macrocarpa Mansf., Trichospermum sp., Decaspermum fruticosum J.R.
Forst & G. Forst. dan Eucalyptus alba Reinw.

195

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

Berdasarkan Gambar 2., penemuan jenis burung di monson lebih tinggi dan
beragam dibandingkan kawasan lainnya. Kondisi hutan monson (dek) merupakan hutan
primer yang masih lebat dan rapat vegetasinya yang kemungkinan membuat burung
merasa lebih nyaman akan kondisi lingkungannya. Hutan primer pada umumnya
merupakan tipe habitat yang mendukung lebih banyak bentuk kehidupan (Schultz et al.,
2004; Primack et al., 2007; Indriyanto, 2006). Pada hutan ini (monson), penemuan jenis
burung (Lampiran 1.) umumnya merupakan dari jenis burung teristerial yang relatif
lebih beragam dibandingkan jenis burung pantai. Selain itu, adanya vegetasi yang rapat
dan ketersediaan pakan bagi burung yang cukup melimpah menjadikan kawasan
tersebut menjadi habitat ideal bagi burung teristerial.
Penemuan jenis burung di kawasan melalueca sangat rendah, hal ini
kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan melalueca bukan habitat yang ideal bagi
beberapa jenis burung. Jenis tanaman melalueca merupakan jenis invasif dan tidak
menghasilkan buah yang tumbuh di daerah tersebut, sehingga ketersedian berupa pakan
buah alami bagi burung tidak diperoleh. Hal ini yang kemungkinan menyulitkan bagi
beberapa jenis burung lainnya untuk mencari makan. Namun ketersediaan pakan berupa
insekta relatif lebih mudah. Sehingga pada penemuan jenis burung pemakan insektivora
relatif banyak dijumpai pada hutan ini (Lampiran 2.).
Ketersedian pakan di suatu habitat berpengaruh pada kehadiran satwa di daerah
tersebut (Guevera, 1986; Hietz-Seifert et al., 1996; Primack et al., 2007). Jenis burung
yang ditemukan di hutan Monson diketahui sebagian besar adalah dari jenis pemakan
buah, nektar dan seranga lainnya. Sedangkan pada penemuan jenis burung di pantai
yang pada umumnya dari kelompok pemakan vertebrata kecil, artropoda dan kadal.
Dari hasil komposisi jenis berdasarkan kelompok jenis makanannya (feeding
guild) ditampilkan pada Gambar 4.
Ve/Invertebrata,ikan,
artropoda; 34; 54%

Buah/nektar; 11; 17%

Serangga/nektar/buah
; 13; 21%
Serangga; 5; 8%

Gambar 4. Kelompok pakan jenis burung di Seksi II Ndalir (Fiding guild bird spesies
in Seksi II Ndalir)

196

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Berdasarkan kelompok jenis makanannya (Lampiran 1.), diketahui 34 jenis atau
54% dikelompokan dalam Carnivora (serangga, ikan, av/invetebrata, crustacea,
artropoda dan kadal), Omnivora 13 jenis atau 21% (buah, kadal dan serangga),
Herbivora 17% (buah) dan tercatat 8% dari kelompok hanya pemakan serangga.
Gunawan et al. (2005) mencatat 30 jenis burung yang ditemukan di Wanariset Malili
dikelompokan berdasarkan jenis pakan, diketahui 35% merupakan kelompok herbivora
dan 24% dalam kelompok pemakan serangga. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena kondisi hutan Wanariset Malili pada sebagian kawasannya telah
menjadi habitat buatan dimana didalamnya perkebunan rakyat. Sementara kawasan
hutan Ndalir lebih cenderung pada kawasan perairan, dimana jenis burung yang
sebagian kehidupan atau seluruhnya tergantung pada perairan sangat mendominasi
kawasan tersebut.
Diketahui famili Alcidinidae dari jenis raja udang yang termasuk dalam
kelompok carnivora, jenis ini banyak di jumpai di kawasan hutan mangrove dan
merupakan penghuni tetap kawasan tersebut. Beehler (2001), banyak jenis dari
kelompok famili Alcidinidae di pulau Papua, hidup di hutan dan savana dan memakan
artropoda, jenis-jenis kadal dan katak kecil, beberapa lainnya memangsa burung dan
mamalia kecil. Sedangkan pada jenis burung yang dikelompokkan dalam herbivora
diketahui dari famili Psittacidae dan Columbidae. Famili Psittacidae dari jenis Cacatua
galerita dan Psittaculilostris desmarestii merupakan jenis yang dapat di jumpai di hutan
mangrove maupun di kawasan hutan lainnya. Watling (1983); Coates and Bishop
(1997), mengatakan di Sulawesi, burung Kakatua jambul kuning merupakan burung
yang hidup di hutan primer dan sekunder yang tinggi di dataran rendah, perbukitan dan
pinggiran hutan, di antara perdu dan lahan pertanian. White & Bruce (1986),
MacKinnon & Phillipps (1993), Jones et al. In prep. dalam Shannaz et al. (1995)
melaporkan, di Sulawesi ditemukan di habitat berhutan di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m dan di Nusa Tenggara sampai pada ketinggian 800 m, kadang-kadang
1.200 m. Sementara itu, Beehler et al. (2001) mengemukakan jenis kakatua dapat
dijumpai sendirian, dalam kelompok kecil (lek) di hutan, tepi hutan dan lahan yang
ditumbuhi pepohonan. Sedangkan pada famili Columbidae dari jenis D. bicolor dan D.
pristrinaria merupakan kelompok burung yang menyinggahi kawasan pulau-pulau
kecil, mangrove, hutan pamah, semak dan tepi hutan. Sementara itu, hasil

197

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

pengelompokan berdasarkan status burung (Lampiran 2.) yang ditemukan di kawasan
hutan mangrove selama pengamatan yang mengacu telaah pustaka (Noerdjito. M &
Ibnu M., 2007., Shannaz et al., 1995. dan Beehler et al., 2001 ), diketahui terdapat 12
(35,29%) jenis burung yang termasuk kedalam status endemik Papua dan 13 jenis
burung yag mendapatkan perlindungan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kawasan hutan seksi Ndalir diketahui sebanyak 63 jenis dari 32 famili burung
yang ditemukan di kawasan tersebut. Penemuan jenis burung di hutan Ndalir yang
terbagi dalam seksi pengamatan, di ketahui hutan Pantai 17 jenis burung, Monson 21
jenis burung, Melalueca 10 jenis burung dan ketiganya (Pantai, Monson, Melalueca )
diperoleh sebanyak 15 jenis burung. Berdasarkan kelompok jenis pemakan terbagi
dalam Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan
serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok
Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora
pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora
pemakan serangga sebanyak 5 (8%).
Saran
Perlunya pengawasan secara menyeluruh di kawasan hutan Ndalir, hal ini
disebabkan karakteristik yang dimiliki hutan ini cukup beragam (pantai, Monson dan
melalueca), demikian pula kawasan ini merupakan akses penghubung antara kota
Merauke dengan daerah perbatasan Papua New Guinia (PNG). Selain itu perlu
dilakukan inventarisasi satwa burung secara berkala untuk mengetahui tren (naikturunnya) jenis burung dikawasan Ndalir, dimana berkaitan adanya burung migran yang
datang dari benua lain (Australia) di pesisir pantai Ndalir.
Daftar Pustaka
Arief, A. 2003. Hutan dan Kehutanan.. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Wasur.
Buku II. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke.
Beehler, T.K. Pratt dan. D.A. Zimwerman. 2001. Panduan lapangan burung-burung di
Papua. Jakarta. Puslitbang Biologi LIPI

198

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Bibby., C. M. Jones and Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan.
survey burung. BirdLife International Programme.
Coates, B.J. dan K.D. Bishop. 1997. Panduan lapangan burung-burung di Kawasan
Wallacea. Bird Life International-Indonesia Programme and Dove Publication.
Guevera, S. S. 1986. Plant spesies availability and regeneration in Mexican tropical
rain forest. Acta Universitatis Upsaliensis, Comprehensive Summaries if
Uppsala Dissertations for the Faculty of Science 48.
Gunawan, H. 2002. Peranan hutan mangove sebagai habitat satwaliar di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian
Kehutanan 8 (2) : 17-35.
Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004. Keanekaragaman jenis burung mangrove di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam I (3) : 294-308.
Gunawan, H., I.A.S.L.P. Putri dan M. Qiptiyah. 2005. Keanekaragaman jenis burung di
Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam Vol II No. 3 Tahun 2005; 241-250. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Hussin, Bin. M. Z. 1994. Ecologial effec of selective logging in lowland dipterocarp
forest on avifauna, with special reference to frugivorous birds. Thesis tidak
diterbitkan. University Kebangsaan, Kuala Lumpur. Malaysia.
Hietz-Seifert, U., P. Hietz dan S. Guvera. 1996. Epiphyte vegetation and diversity on
remmant trees after forest clerance in southren Veracus Mexico. Biological
Conservation 72 : 103-111.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Lambert, F. R dan N.J Collar 2002. The future for Sundaic lowland forest birds:longterm effects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18 : 125-146
MacKinnon, J. K, MacKinnon. G, Child. Dan J, Thorsell. 2005. Pengelolaan kawasan
yang dilindungi di daerah tropika. Gadjah Mada University Press (Cetakan II).
Yogyakarta
Noerdjito. M & Ibnu Maryanto. 2007. Jenis-jenis hayati yang dilindungi perundangundangan Indonesia. LIPI.
Purba, M. 1999. Prospek dan kontribusi Taman Nasional Wasur terhadap
pembangunan daerah. Makalah dalam Prosiding, Pertemuan Regional
Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Indonesia Timur. Kerjasama
Departemen Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Protected Areas and Forest.
Manado, 12-14 Oktober 1999.
Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 2007. Biologi
konservasi. Indonesia. Yayasan Obor.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999. Jakarta

199

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

Reed, J. M. 1999. The role of behavior in recent avian extinctions and endangerements.
Conservation Biology, Vol. 13 (2) : 232-241.
Sudjatnika, P. Jepson, T. R. Soehartono, M. J. Crosby & A. Mardiastuti. 1995.
Melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia pendekatan daerah burung
endemik. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Jakarta.
Stefan L., A. Weiss., S. Calme and Chrisian K. 2008. Bird communitas in rainforest
fragments: guild respon to habitat variables in Tabosco, Mexico. Biodiversitas
Conservasi 2008 17 : 173-190.
Shannaz, J., P. Jepson & Rudyanto. 1995. Burung-burung Terancam Punah di
Indonesia. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor
Schultze, C.H., M. Waltert, P.J.A. Kess-ler, R. Pitopang, Shahabuddin, D. Veddeler, M.
Mühlenberg, S.R. Gradstein, C. Leuschner, I. Steffan-Dewenter, and T.
Tscharntke. 2004. Biodiversity indicator groups of tropical land use systems:
comparing plants, birds, and in-sects. Ecological Applications 14 (5):13211333.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumber daya Alam dan
Ekosistemnya. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1990. Jakarta.
Waltert, M., A. Mardiastuti, and M. Mühlenberg. 2004. Effects of land use on bird
species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology 18 (5) : 13391346
Watling. D. 1983. Ornitological notes from Sulawesi. Emu 83 : 247-261

200

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Lampiran (Appendix) 1. Jenis burung yang dijumpai selama pengamatan di Seksi II Ndalir Taman
Nasional Wasur. Merauke (Bird species found in Seksi II Ndalir Nasional Park Wasur. Merauke
during observation).
Jenis
(Spesies)

Famili
(Family)

Nama Ilmiah
(Scientific name)

Habitat
(Habitat)

1

Egretta sacra Gmelin, 1789

Ardeidae

Eastren Reef-Egret

Pantai

2

Egretta intermedia Wagler, 1829

Ardeidae

Intermdiate Egret

Pantai

3

Egretta alba Linn, 1758

Ardeidae

Great White Egret

Pantai

4

Egretta garzetta Linn, 1766

Ardeidae

Little Egret

Pantai

5

Egretta ibis Forster, 1817

Ardeidae

Catle Egret

Pantai

6

Ardeola striata Boie, 1822

Ardeidae

Striated Heron

Pantai

7

Ardea pasifica Latham 1801

Ardeidae

Pasific Heron

Pantai

8

Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824

Pelecanidae

Pelecanus conspicillatus

Pantai

9

Threskiornis aethiopicus Latham, 1790

Threskiornithidae

Black-necked

Pantai

10

Platalea regia Gould, 1838

Threskiornithidae

Royal Spoonbill

Pantai

11

Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817

Accipitridae

Collared Sparrowhawk

Pantai/Melalueca/Monson

12

Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788

Accipitridae

Grey Goshawk

Pantai/Melalueca/Monson

13

Heliastus leucogaster Gmelin, 1788

Accipitridae

White-billed Sea-eagle

Pantai/Melalueca/Monson

14

Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875

Accipitridae

New Gueinea Harpy-eagle

Pantai/Melalueca/Monson

15

Heliastus indicus Boddaert, 1783

Accipitridae

Brahminy Kite

Pantai/Melalueca/Monson

16

Vanellus miles Boddaert, 1783

Charadriidae

Masked Lapwing

Pantai

17

Pluvinalis dominica Muller, 1776

Charadriidae

Lesser Golden Plover

Pantai

18

Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758

Charadriidae

Grey Plover

Pantai

19

Charadrius lescahenaultii Lesson 1826

Charadriidae

Large Sand Plover

Pantai

20

Calidris tenuirostris Horsfield, 1821

Scolopacidae

Gereat Knot

Pantai

21

Himantopus leucochepalus Gould, 1837

Recurvirostridae

White-headed Stilt

Pantai

22

Haemotopus longirostris Vieillot, 1817

Haematopodidae

Pied Oystercather

Pantai

23

Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818

Rhipiduridae

Northen Fantaill

Pantai/Melalueca/Monson

24

Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874

Rhipiduridae

Freindly Faintail

Pantai/Melalueca/Monson

25

Rhipidura leuchophrys Latham, 1802

Rhipiduridae

Willie-wagtail

Pantai/Melalueca/Monson

26

Merops ornatus Latham, 1802

Meropidae

Rainbow Bee -eater

Pantai/Melalueca/Monson

27

Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830

Maluridae

Emperor Fairy-wren

Melalueca

28

Eurystomus orientalis Linn, 1766

Corciidae

Oriental Dollar bird

Monson

29

Dicrurus hottetontus Linn, 1766

Dicruridae

Spangled Drongo

Monson

30

Nectariania jugularis Linn, 1766

Nectaridae

Yellow -Billed Sunbird

Pantai/Melalueca/Monson

31

Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828

Nectaridae

Black Sunbird

Pantai/Melalueca/Monson

32

Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858

Meliphagidae

Papuan Black Myzomela

Pantai/Melalueca/Monson

33

Toxorhamphus novaeguineae Lesson, 1827

Meliphagidae

Yellow-billed Longbill

Monson

201

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

34

Collocalia esculenta Linnaeus, 1758

Apodidae

Glossy Swiftlet

Pantai/Melalueca/Monson

35

Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798

Hirundinidae

Pacific Swallow

Pantai/Melalueca/Monson

36

Megapodius freycinet Gaimard, 1823

Megapodiidae

Dusky Scrubfowl

Pantai/Melalueca/Monson

37

Centropus phasianinus Latham, 1802

Cuculidae

Pheasant Coucal

Monson

38

Centropus bernsteini Schlegel, 1866

Cuculidae

Black Billed Coucoll

Monson

39

Centropus menbeki Less & Garnet, 1828

Cuculidae

Greater black Coucal

Monson

40

Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878

Zoesteropidae

New Guinea White-eye

Melalueca

41

Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824

Alcedinidae

Rufous-billed Kookaburra

Melalueca

42

Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830

Alcedinidae

Forest Kingfisher

Melaluce

43

Halcyon chloris Boddaert, 1783

Alcedinidae

Collared Kingfisher

Melalueca

44

Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859

Alcedinidae

Common Paradise-Kingfisher

Melalueca

45

Gerygone magnirostris Gould, 1843

Acanthizidae

Large-billed Gerygone

Melalueca

46

Ducula bicolor Scopoli, 1786

Columbidae

Pied Imperial Pigeon

Monson

47

Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855

Columbidae

Rainbow Bee-eater

Monson

48

Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826

Psittacidae

Large Fig Parrot

Monson

49

Lorius lory Linn, 1758

Psittacidae

Western Black-capped Lory

Monson

50

Eclectus roratus Muller, 1776

Psittacidae

Electus Parrot

Monson

51

Micropsitta keiensis Salvadori, 1876

Psittacidae

Yellow-capped Pygmy-parrot

Monson

52

Cacatua galerita Lath, 1790

Psittacidae

Sulphur-crested Cockatoo

Monson

53

Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858

Psittacidae

Red-cheeked Parrot

Monson

54

Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871

Psittacidae

Geelvink Pygmy-parrot

Monson

55

Rhyticeros plicatus Forster, 1781

Buceroidae

Blyth's Hornbill

Monson

56

Myagra alecto Mathews, 1912

Myiagridae

Shining Monarch Flycatcher

Melalueca

57

Coracina lineata Swainson, 1825

Campephagidae

Yellow-eyed Cuckoo-shrike

Monson

58

Aplonis cantoroides Gray, 1862

Sturninae

Singing Starling

Melalueca

59

Aplonis magna Schlegel, 1871

Sturninae

Long-tailed Starling

Melalueca

60

Cracticus cassicus Boddaert,1783

Cracticidae

Hooded Butcherbird

Monson

61

Corvus orru Bonaparte, 1851

Corvidae

Torresian Crow

Monson

62

Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827

Pachycephalidae

Variable Pitohui

Monson

63

Mino dumonti Lesson 1827

Sturnidae

Yellow- faced Myrna

Monson

202

Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016

p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726

Lampiran (Appendix) 2. Keragaman jenis burung berdasarkan makananya dan status perlindungan di
Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird spesies diversity, fiding guild and
protection status in Seksi II Ndalir, National Park Wasur. Merauke).

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Jenis
(Spesies)

Egretta sacra Gmelin, 1789
Egretta intermedia Wagler, 1829
Egretta alba Linn, 1758
Egretta garzetta Linn, 1766
Egretta ibis Forster, 1817
Ardeola striata Boie, 1822
Ardea pasifica Latham 1801
Pelecanus conspicullatus
Temminck, 1824
Threskiornis aethiopicus Latham,
1790
Platalea regia Gould, 1838
Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817
Accipiter novaehollandiae Gmelin,
1788
Heliastus leucogaster Gmelin, 1788
Harpyopsis novaguinea Salvadori,
1875
Heliastus indicus Boddaert, 1783
Vanellus miles Boddaert, 1783
Pluvinalis dominica Muller, 1776
Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758
Charadrius lescahenaultii Lesson
1826
Calidris tenuirostris Horsfield, 1821
Himantopus leucochepalus Gould,
1837
Haemotopus longirostris Vieillot,
1817
Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818
Rhipidura albolimbata Salvadori,
1874
Rhipidura leuchophrys Latham, 1802
Merops ornatus Latham, 1802
Malurus cyanocephalus Quoy &
Gaimard, 1830
Eurystomus orientalis Linn, 1766
Dicrurus hottetontus Linn, 1766
Nectariania jugularis Linn, 1766
Nectariania aspia Lesson &Garnot,
1828
Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858

Famili
(Family)

Jenis makan
(Fiding guilds)

Kelompok
(Claster)

Status
perlindungan
(Protection
status)

Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae
Ardeidae

Invertebrata/ikan/artropoda
Invertebrata/ikan/artropoda
Invertebrata/ikan/artropoda
Invertebrata/ikan/artropoda
Invertebrata/ikan/artropoda
Invertebrata/ikan/artropoda
Ikan

Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora

P
P
P
P
P

Pelecanidae

Ikan

Carnivora

P

Threskiornithidae

Vertebrata kecil

Carnivora

P

Threskiornithidae
Accipitridae

Vetebrata kecil
Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora
Carnivora

P
P

Accipitridae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora

P

Accipitridae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora

P

Accipitridae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora

P

Accipitridae
Charadriidae
Charadriidae
Charadriidae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal
Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan
Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan
Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan

Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora

P
P

Scolopacidae

Invertebrata/ikan/artropoda

Carnivora

Scolopacidae

Invertebrata/ikan/artropoda

Carnivora

Recurvirostridae

Invertebrata/ikan/artropoda

Carnivora

Haematopodidae

Invertebrata/ikan/artropoda

Carnivora

Rhipiduridae

Serangga

Carnivora

Rhipiduridae

Serangga

Carnivora

Rhipiduridae
Meropidae

Serangga
Serangga/nektar/buah

Carnivora
Omnivora

Maluridae

Serangga/nektar/buah

Omnivora

Corciidae
Dicruridae
Nectaridae

Serangga/nektar/buah
Serangga/nektar/buah
Nektar

Omnivora
Omnivora
Herbivora

Nectaridae

Nektar

Herbivora

Meliphagidae

Serangga/nektar

Omnivora

203

P

Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....

33
34
35
36
37
38

Toxorxampus novaguenia Lesson,
1827
Collocalia esculenta Linnaeus, 1758
Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798
Megapodius freycinet Gaimard,
1823
Centropus phasianinus Latham,
1802
Centropus bernsteini Schlegel, 1866

Meliphagidae

Serangga/nektar

Omnivora

Apodidae
Hirundinidae

Serangga
Serangga
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah
Vertebrata
kecil/artropoa/kadal/buah
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah

Carnivora
Carnivora

Zoesteropidae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora

Alcedinidae

Vertebrata kecil/artropoda/kadal

Carnivora

Alcedinidae

Artropoda/kodok/reptil kecil

Carnivora

P

Alcedinidae
Alcedinidae
Acanthizidae
Columbidae
Columbidae

Artropoda/kodok/reptil kecil
Serangga/kodok/reptil kecil
serangga/buah
Buah
Buah

Carnivora
Carnivora
Omnivora
Herbivora
Herbivora

P
P

Psittacidae

Buah/nektar

Herbivora

Psittacidae
Psittacidae
Psittacidae
Psittacidae

Buah/nektar
Buah/nektar
Buah/nektar
Buah/nektar

Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora

Psittacidae

Buah/nektar

Herbivora

Psittacidae

Buah/nektar

Herbivora

Buceroidae

Buah/nektar
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah
Serangga/nektar/buah
Serangga/nektar/buah
Serangga/nektar/buah
Serangga/nektar/buah
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah
Vertebrata
kecil/artropoda/kadal/buah
Serangga/nektar/buah

Herbivora

Megapodiidae
Cuculidae
Cuculidae

55

Centropus menbeki Less & Garnet,
1828
Zosterops novaeguineae Salvadori,
1878
Dacelo gaudichaud Quoy &
Gaimard,1824
Halcyon macleayii Jardin & Selby,
1830
Halcyon chloris Boddaert, 1783
Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859
Gerygone magnirostris Gould, 1843
Ducula bicolor Scopoli, 1786
Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855
Psittaculirostris desmarestii
Desmarest, 1826
Lorius lory Linn, 1758
Eclectus roratus Muller, 1776
Micropsitta keiensis Salvadori, 1876
Cacatua galerita Lath, 1790
Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray,
1858
Micropsitta geelvinkiana Schlegel,
1871
Rhyticeros plicatus Forster, 1781

56

Myagra alecto Mathews, 1912

Myiagridae

57
58
59
60

Coracina lineata Swainson, 1825
Aplonis cantoroides Gray, 1862
Aplonis magna Schlegel, 1871
Cracticus cassicus Boddaert,1783

Campephagidae
Sturnidae
Sturnidae
Sturnidae

61

Corvus orru Bonaparte, 1851

Cracticidae

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

62
63

Pitohui kirhocephalus Lesson &
Garnot, 1827
Mino dumonti Lesson 1827

Cuculidae

Corvidae
Pachycephalidae

204

Carnivora
Carnivora
Carnivora
Carnivora

P
P
P

P

Omnivora
Omnivora
Omnivora
Omnivora
Omnivora

P

Omnivora
Omnivora
Omnivora

P

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS MULTIKULTURAL DI MADRASAH ALIYAH NEGERI MODEL PALANGKA RAYA TESIS

0 0 22

STUDI KEANEKARAGAMAN TERIPANG (HOLOTHURIDAE) DAN BULU BABI (ECHINOIDAE) DI PERAIRAN PANTAI DESA SUNGAI BAKAU KECAMATAN KUMAI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

0 0 25

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI MADRASAH ALIYAH (MA) MUSLIMAT NU KOTA PALANGKA RAYA TESIS Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

0 0 26

PERSEPSI MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH TERHADAP PELAKSANAAN OPAK TAHUN 2014 DI STAIN PALANGKA RAYA

0 0 19

INSEKTA PARASITIK POTENSIAL DI KEBUNKAKAO (Theobroma cacao) DESA BATU RAYA II KECAMATAN GUNUNG TIMANG KABUPATEN BARITO UTARA

0 0 18

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA PADA PERILAKU SISWA KELAS VIII R2 DI SMPN 3 MENTAYA HILIR UTARA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

0 0 17

BAB IV KONSTRUKSI KELEMBAGAAN PENYELESAIAN SYIQAQ DI INDONESIA DAN REKONSTRUKSI KEDUDUKAN KELEMBAGAAN PENYELESAIAN SYIQAQ BERDASARKAN ASAS MEMPERSULIT PERCERAIAN A. Kelembagaan Penyelesaian Syiqaq di Indonesia - Rekonstruksi kedudukan kelembagaan penyeles

0 1 46

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI KELAS IV-A MIS MUSLIMAT NU PALANGKA RAYA

0 0 19

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ELABORASIUNTUK MENGETAHUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FISIKA KELAS VIII SEMESTER I DI MTsN 1 MODEL PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan Islam PadaFakulta

0 0 18

ANTESEDEN AUDIT DELAY PADA EMITEN LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 19