HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DI UPT PUSKESMAS DARUL AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA HIPERTENSI
TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT DI UPT PUSKESMAS
DARUL AMAN KABUPATEN ACEH TIMUR
1 Muhammad Khairurrozi
1 Dosen Program Studi KeperawatanSTIKes Bina Nusantara
ABSTRAK
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanansistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg atau suatu kondisi medis yang ditandai dengan meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh arteri yang sempit. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengetahuan dan sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.
Desain penelitian Jenis penelitian ini bersifat Ana1itik yaitu yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi terhadap Kepatuhan Minum ObatDi UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur dengan menggunakan metode crosssectional study yaitu data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Popu1asi da1am pene1itian ini sebanyak 124 orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling.maka didapatlah besar sampel sebanyak 55 pasien. Hasil penelitian diketahui bahwa Kepatuhan minum obat sebagian besar adalah kategori tidak patuh dengan frekuensi 35 orang (63,6%).
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat P = 0,000(<0,05) di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur. Ada hubungan antara sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat P = 0,000 (<0,05) di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur.
Peneliti berharap dilaksanakanya suatu upaya penyuluhan kesehatan Kepada penderita hipertensi, agar mengubah kebiasaan hidupnya yang kurang sehat, yaitu dengan cara menjaga pola makan yang baik, melakukan olahraga agar berat badan tetap ideal sehingga tekanan darah tetap stabil.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penderita Hipertensi
PENDAHULUAN ke luar, sedangkan tekanan diastolik
Seseorang dinyatakan mengidap adalah tekanan dimana jantung sedang hipertensi bila tekanan sistoliknya mengalami relaksasi, menerima curahan mencapai di atas 140 mmHg dan tekanan darah dari pembuluh darah perifer diastolik di atas 90 mmHg. Tekanan (Myrank, 2009). Hipertensi merupakan sistolik adalah tekanan maksimum di mana faktor risiko utama dari penyebab penyakit jantung berkontraksi dan memompa darah jantung dan stroke; bila tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan kelumpuhan organ-organ gerak (Purwati et al. 2005).
Menurut Lubis (2008), hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit. Pada sekitar 1 - 2 %, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Pengendalian hipertensi di negara maju belum memuaskan. Rata-rata, pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi hingga 8%. Akan lebih baik jika penanganan hipertensi diintegrasikan dengan sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat-obatan. Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang memerlukan pengobatan jangka panjang (Infokes, 2007).
Menurut Rohman .M.S., et. al. (2011), penyebab tidak terkontrolnya tekanan darah tinggi sebanyak 53,2% adalah minum obat tidak teratur, keberhasilan suatu terapi tidak hanya dari ketepatan diagnosa, pemilihan dan pemberian obat yang tepat, namun kepatuhan pengobatan juga menjadi penentu keberhasilan. Khususnya untuk terapi jangka panjang pada beberapa kronis diantaranya hipertensi, kepatuhan sangatlah penting. Sebab ketidakpatuhan terhadap terapi pengobatan akan berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien itu sendiri.
Di negara-negara maju kepatuhan pasien hanya 50%, sedangkan dinegara- negara berkembang persentasenya bahkan lebih rendah daripada dinegara-negara maju (Asti, 2006). Penyebab lain tidak terkontrolnya tekanan darah adalah tidak mampu membeli obat sebanyak 28,4%, Masalah ekonomi menjadi kendala dalam mengotrol tekanan darah, status ekonomi juga menentukan fasilitas, karena orang sering beralasan tidak memeriksakan dirinya karena keterbatasan biaya untuk berobat dan mengecek kondisi kesehatannya secara rutin.
Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan secara tertahap dapat mencegah komplikasi. Kepatuhan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku dimana pasien harus mengikuti nasihat yang diberikan oleh dokter, disiplin terhadap pantangan dalam makanannya, istirahat yang cukup dan tidak melupakan minum obat sesuai dengan instruksi dokter. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga para penderita penyakit hipertensi harus bisa mengendalikan tekanan darah dalam batas normal, untuk itu diperlukan kontrol tekanan darah secara rutin ( Niven, 2005).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung. Telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi (Notoatmodjo, 2010 ). Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, Peningkatan pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh terhadap terkontrolnya tekanan darah (Mubarak dkk, 2007).
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap adalah suatu kondisi internal yang mempengaruhi pilihan untuk bertindak, dimana tindakan yang akan dipilih, Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap akan memberikan pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksikan secara otomatis, sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan seseorang dalam mengatasi unsur-unsur kepada kehidupan sehari-hari. Sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh (Mardiyati, 2009), menunjukkan bahwa penderita hipertensi mempunyai sikap yang buruk dalam menjalani kepatuhan hipertensi, hal tersebut disebabkan oleh faktor pengetahuan penderita hipertensi. Sikap merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari perilaku.
Kepatuhan berasal dari kata dasar “patuh”, yang berarti disiplin dan taat. Kepatuhan adalah suatu tingkat dimana perilaku individu (misalnya dalam kaitan dengan mengikuti pengobatan, mengikuti instruksi diet, atau membuat perubahan gaya hidup) sesuai atau tepat dengan anjuran kesehatan. Kepatuhan dalam mengonsumsi obat merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit- penyakit kronis. Kepatuhan dalam mengonsumsi obat harian menjadi fokus dalam mencapai derajat kesehatan pasien, jumlah pasien yang menderita penyakit kronis dan membutuhkan pengobatan jangka panjang terus meningkat. Sayangnya kepatuhan pasien dalam mengikuti anjuran pengobatan masih rendah. Penelitian menunjukkan, tingkat kepatuhan pada penyakit kronis seperti hipertensi, hanya berkisar 43 persen hingga 78 persen. Hampir setengah pasien yang mengonsumsi obat golongan statin menghentikan pengobatannya setelah 6 bulan. Padahal, agar penyakitnya terkendali dibutuhkan pengobatan seumur hidup. Ada banyak faktor yang menyebabkan pasien kurang disiplin dan berbagai hambatan dalam meminum obat, mulai dari dokternya yang kurang menjelaskan manfaat dan akibat tidak patuh minum obat, pasien yang sering lupa minum obat, hingga faktor yang mahal dan sulit mencari pengobatan di apotek. (Frain,2009). (Morrison, 2004). Shillinger (1983, dalam Isnanda, 2005), mengatakan bahwa kepatuhan mengacu pada proses dimana seorang klien mampu mengasumsikan dan melaksanakan beberapa tugas yang merupakan bagian dari sebuah regimen terapeutik. Akhir dari kepatuhan diimplikasikan individu pada tingkat yang lebih aktif, sukarela, dan keterlibatan pasien dalam melatih perilaku tersebut (Meichenbaum & Turk, 1998 dalam Mairani, 2006).
Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap keberhasilan dalam suatu terapi pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara sebesar 50%, sedangkan dinegara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi penyakit. Suka atau tidak, pada penderita hipertensi, kepatuhan minum obat adalah kendali utama agar terhindar dari risiko mematikan. Sayangnya, banyak yang merasa tidak perlu minum obat ketika sudah merasa "normal", padahal itu salah. Hipertensi atau darah tinggi termasuk penyakit berisiko. Selain menahun, risiko yang terjadi bisa memicu gangguan kardiovaskular hingga 3-4 kali lipat, stroke, bahkan kematian.
Namun ternyata, banyak pasien enggan atau bahkan memutuskan berhenti minum obat saat mereka merasa normal atau tidak lagi merasakan gejala hipertensi. Selain bosan, bisa jadi mereka mengkhawatirkan efek samping akibat pemakaian obat kimia terus-menerus. Ketidakpatuhan dalam minum obat hipertensi juga bisa memicu rebound. Artinya tekanan darah yang sudah turun saat diobati tiba-tiba bisa melonjak lebih tinggi saat obat dihentikan. Setelah ditelisik lebih lanjut, jumlah obat yang harus dikonsumsi pasien berkolerasi dengan kepatuhan mereka dalam menepati jadwal minum obat. Pasien yang hanya mengonsumsi obat dosis tunggal lebih patuh daripada pasien yang harus minum beberapa jenis obat sehingga pengendalian penyakit pun lebih baik. (WHO,2003).
Data awal yang penulis dapat dari slib bagian rekam medik Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, jumlah penderita Hipertensi sebanyak 124 orang, dengan pasien perempuan sebanyak 80 orang dan pasien laki-laki sebanyak 44 orang.Tujuan Penelitian untuk menganalisis pengetahuan dan sikap penderita hipertensi terhadap kepatuhan minum obat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat
Ana1itik yaitu yang bertujuan untuk
mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Hipertensi terhadap Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timurdengan menggunakan metode
crosssectional study yaitu data yang
menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
POPULASI DAN SAMPEL
a. Populasi Populasi adalah Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti (Arikunto, 2005). Popu1asi da1am pene1itian ini ada1ah semua pasien Hipertensi yang ada di Puskesmas Darul Berdasarkan rumus propersional Aman Kabupaten Aceh Timursebanyak tersebut maka jumlah sampel pada setiap 124 orang. desa adalah sebagai berikut
b. Sampel Tabel 4.1
Teknik pengambilan sampel yang
Proporsi jumlah sampel pada setiap
digunakan purposive sampling. Purposif DesaPuskesmas Darul Aman sampling yaitu penetapan sampel dari
Kabupaten Aceh Timur populasi berdasarkan tujuan tertentu dan
No Desa Populasi Jumlah
dengan kriteria yang dikehendaki oleh
Sampel peneliti (Arikunto, 2005).
1 Ulee Tanoh
5
2 Perhitungan besar sampel ditentukan
2 Blang Pauh Dua
7
3
dengan menggunakan rumus yang
3 Blang Uyok
8
4
dikemukakan oleh Slovin (Notoatmodjo,
4 Naleung
8
4
2002) sebagai berikut:
5 Paya bakong
14
6
6 Blang jambe
5
2
n =
( )
7 Buket Siraja
6
2
8 Ulee ateung
17
8 Keterangan :
9 Blang pauh sa
4
2 N = Besar Populasi
10 Mane rampak
5
2
n = Besar Sampel
11 Julok Tunong
18
7
12 Gampong baroe
7
3
d = Derajat presisi 10%
13 Buket dindeng
13
6
n =
( . )
14 Seumatang
3
2
15 Tanjong blang
n =
( . )
16 Blang gleum
4
2 Jumlah 124
55
n = = 54,91
,
Sumber : Data primer 2016 n = 55 orang Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan
Setelah dilakukan perhitungan di kriteria sebagai berikut : atas, maka didapatlah besar sampel sebanyak 55 pasien. Selanjutnya sampel a. Pasien yang bersedia menjadi tiap desa ditentukan dengan menggunakan responden teknik proporsi sampel,sebagai berikut : b. Pasien yang kooperatif
c. Sehat mental dan tidak tuna wicara
∑ Rata − rata pasien Hipertensi
d. Tidak buta huruf
x ∑ sampel ∑ Populasi
Cara pengambilan remaja putri di tiap kelas dapat ditentukan secara simple
random sampling atau secara acak yaitu Distribusi frekuensi umur
responden dapat dilihat pada tabel 5.1 dengan menyusun daftar dari keseluruhan berikut ini : remaja putri dan memberikan nomor urut.
Sampel yang telah ditentukan diambil dengan mengundi anggota populasi atau
Tabel 5.1
teknik undian (lottery technique). Setelah
Distribusi Frekuensi RespondenMenurut Kelompok Umur di UPT Puskesmas
dilakukan pengundian dari jumlah
Darul Aman Kabupaten
populasi yang ada diambil sesuai dengan
Aceh Timur Frekuensi Persenta jumlah sampel yang telah di tentukan. Umur (f) se (%) HASIL DAN PEMBAHASAN
1. < 20 tahun 2 3,64 2. 20– 45tahun 19 34,5
a. Hasil Penelitian
3. >45 tahun 34 61,82 Total 55 100
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal
Sumber : Data primer (diolah, 2016)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dapat 05 sampai dengan 15 Agustus Tahun 2016 disimpulkan bahwa umur responden pada penderita hipertansi di wilayah kerja sebagian besar adalah > 45 tahun dengan Puskesmas Julok Kabupaten Aceh Timur. frekuensi sebanyak 34 orang ( 61,82 % )
Jumlah responden sebagai penelitian
b. Jenis Kelamin
adalah 55 pasien sesuai dengan kriteria
Tabel 5.2
sampel yang ditentukan. Pengumpulan
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di UPT Puskesmas Darul Aman
data dilakukan menggunakan alat ukur
KabupatenAceh Timur
berbentuk kuesioner. Adapun hasil
Frekuensi Persenta Jenis
penelitian adalah sebagai berikut :
No (f) se Kelamin (%)
1. Univariat
1. Laki-laki 24 43,64
2. Perempuan 31 56,34 Total 55 100
a. Umur
Sumber : Data primer (diolah, 2016) Pengukuran kategori umur responden
Berdasarkan tabel 5.2 dapat dapat diukur dengan menggunakan studi disimpulkan bahwa distribusi jenis
Thondike. Kematangan umur adalah
kelamin sebagian besar adalah perempuan meningkatnya perkembangan memori, dengan frekuensi sebanyak 31 orang ( intelegensi dan kognitif yang dapat 56,34 % ) dibagikan dalam 3 tingkat : < 18 tahun
Tabel 5.3
dikatakan belum matang, 18-45 tahun
Distribusi Frekuensi Responden Menurut
dikatakan matang, dan > 45 tahun
Kelompok Pendidikan Terakhir di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten
terjadinya kemunduran tahap kematangan
Aceh Timur umur seseorang ( Desmita, 2010 ).
Frekuensi Persentase
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui
No Pendidikan (f) (%)
bahwa respondent yang memiliki tingkat
1. Tinggi 12 21,82
kepetuhan dalam minum obat tentang
2. Menengah 23 41,82
hipertensi adalah 20 (36,4%),yang
3. Dasar 20 36,36
memiliki tingkat ketidak patuhan dalam Total 55 100 minum obat adalah 35 (63,6%).
Sumber : Data primer (diolah, 2016) Berdasarkan tabel 5.3 dapat dapat
e. pengetahuan
disimpulkan bahwa distribusi pendidikan
Tabel 5.6
terakhir sebagian besar adalah pendidikan
Distribusi Frekuensi Respondent Berdasarkan
menengah atau lulus SLTP/SLTA dengan
Pengetahuan Penderita Hipetensi
frekuensi sebanyak 23 orang (41,82 %) No. pengetahuan F %
1. Baik 31 56,4
c. Pekerjaan
2. Cukup
14
25.5
3. Kurang
10
18.2 Tabel 5.4 Jumlah 55 100 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis
Pekerjaan di UPT Puskesmas Darul Aman Kabupaten
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui
Aceh Timur
bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang hipertensi
Frekue Persentase
adalah 31 (56,4%), yang memiliki tingkat
No Pekerjaan nsi (%)
pengetahuan cukup adalah 14 (25,5%) dan
(f)
1. PNS 12 21,82 yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
2. Wiraswasta 6 10,9 adalah 10 (18,2%).
3. Tani/Nelayan 15 27,27 4.
IRT 18 32,73
f. sikap
5. Dan lain-lain 4 7,28
Tabel 5.7
Total 55 100
Distribusi Frekuensi Respondent
Sumber : Data primer (diolah, 2016)
Berdasarkan Sikap Penderita Hipertensi Berdasarkan tabel 5.4 dapat dapat
No Sikap F %
disimpulkan bahwa distribusi pekerjaan
1. Positif
34
61.8
sebagian besar adalah
IRT dengan
2. Negatif
21
38.2 frekuensi sebanyak 18 orang ( 32,73% ). Jumlah 55 100
d. Kepatuhan minum obat
Tabel 5.5
Berdasarkan Tabel 5.7diketahui bahwa
Distribusi Frekuensi Responden Kepatuhan Minum
respondent yang memiliki sikap positif
Obat
tentang hipertensi adalah 34 (61,8%),yang
No Kepatuhan memiliki sikap negatif adalah 21(38,2%).
F % Minum Obat
1. Patuh 20 36,4
2. Tidak Patuh 35 63,6 Jumlah 55 100
1. Analisa Biivariat
a. Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan PenderitaBerdasarkan tabel 5.9, diketahui bahwa respondent yang memiliki sikap positif terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (57.1%) yang memiliki sikap negatif terhadap kepatuan minum obat (0%).
20 57.1% 15 42.9%
35 100% 0,
05 0,00
2 Negatif ,0% 20 100%
20 100%
value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka
Nursalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis ha diterima bila nilai p (p value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis ha. sebaliknya bila p
Tidak Patuh
hipotesis ditolak Berdasarkan hasil Uji Chiquer P value
= 0,000 (α = 0,05) dapat disimpulkan bahwa Ada Hubungan Sikap Penderita Hipertensi Terhadap Kepatuhan Minum Obat dipuskesmas julok.
2. Pembahasan
1. Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat kepetuhan dalam minum obat tentang hipertensi adalah 20 (36,4%), yang
1 Positif
P valu Patuh e
Hipertensi tehadap Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Darul Aman No Pengetah uan Kepatuhan
31 100 % 0,
Hipertensi Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Darul Aman N o
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Sikap Penderitab. Sikap Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Minum Obat Jlh α P valu e
Pat uh Tidak Patuh
20 64,5 %
11 35,5 %
Sikap Kepatuhan Minum Obat Jlh α
1 Baik
05 0,00
2 Cukup 0% 14 100%
3 Kurang 0% 10 100%
10 100 %
Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (64,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, cukup terhadap kepatuhan minum obat adalah (0%) Nurusalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis ha diterima bila nilai p (p value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis ha. sebaliknya bila p value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak
Berdasarkan Uji Chi-Square P value = 0,00 (α = 0,05) dapat disimpulkan Bahwa Ada Hubungan Pengetahuan Penderita Hipertensi Terhadap Kepatuhan Minum Obat.
14 100 % memiliki tingkat ketidak patuhan dalam minum obat adalah 35 (63,6%) Hasil penelian ini tidaksesuai dengan penelitian Tisna Nanda (2009) terlihat sebagian besar responden patuh minum obat antihipertensi lebih banyak (83,7%) dibandingkan dengan yang tidak patuh (16,3%).
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Caplan dkk, 1997). Kepatuhan berasal dari kata patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang ditetapkan (kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Haynes (1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.
Asumsi peneliti di lapangan terhadap penderita hipertensi adalah semakin patuh minum obat penderita hipertensi semakin kurang akan penyakit yang dialaminya sekarang dan juga hasil wawancara karena lupa, bosan.
2. Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa respondent yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (64,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, cukup terhadap kepatuhan minum obat adalah (0%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai Ali Ami Jaya Tisna Nanda (2009), menunjukan bahwa dari 77 responden yang patuh minum obat antihipertensi memiliki pengetahuan kurang (8,7%), memiliki pengetahuan cukup (22,8%) dan memiliki pengetahuan baik (52,2%) sedangkan dari
15 responden yang tidak patuh minum obat antihipertensi memiliki tingkat pengetahuan kurang (0%), memiliki pengetahuan cukup (4,3%), dan memiliki pengetahuan baik (12%).
Dari hasil uji statistik didapatkan P value = 0,773 (α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dengan alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Dinyatakan oleh notoatmodjo (2003) pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang, secara umum seseorang yang berpendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahun yang luas dibandingkan dengan seseorang yang bependidikan rendah
Asumsi peneliti ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat penderita hipertnsi, karena kepatuhan pasien dalam pengobatan atau minum obat bukan hanya refleksi dari pengetahuan saja tetapi faktor lain, seperti sikap, keyakinan, kehendak dan motivasi. Pengetahuan merupakan domain yang paling mudah untuk dirubah pada seseorang melalui pendidikan kesehatan. Namun belum tentu seseorang yang berpengetahuan yang baik akan melaksanakan apa yang dianjurkan, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
2. Sikap Terhadap Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa respondent yang memiliki sikap positif terhadap kepatuhan minum obat adalah 20 (57.1%) yang memiliki sikap negatif terhadap kepatuan minum obat
(0%).Berdasarkan uji chiquerP value = berkurang kepatuhan dalam menjalani 0,000(α = 0,05), dapat disimpulkan bahwa terapi yang direkomendasiakan. ada hubungan sikap penderita hipertensi Asumsi peneliti ada hubungan sikap terhadap kepatuhan minum obat. terhadap kepatuhan minum obat penderita
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipertensi dikarenakan Kepatuhan minum penelitian Jaksan Huragana (2016) pasien obat pada pasien hipertensi dapat di dengan kepatuhan minum obat pada pasien pengaruhi oleh motivasi, dalam hal ini hipertensi di Instalasi Gawat Darurat RS motivasi pada pasien itu sendiri. Bethesda GMIM Tomohon menunjukkan Kurangnya motivasi pada penderita presentasi sikap pasien paling besar adalah hipertensi dapat dipengaruhi oleh lamanya pada kriteria cukup yaitu 16 orang (41%). pasien menderita hipertensi. Berdasarkan Dari hasil analisis hubungan kedua hasil wawancara singkat, responden variable diatas dengan menggunakan uji mengatakan telah menderita hipertensi statistik Spearman Rho menunjukkan nilai sudah sejak lama. Hal ini menyebabkan koefisien korelasi dimana (r) = 0,133 dan kurangnya kepatuhan minum obat pada signifikan (p) = 0,421, yang berarti nilai pasien hipertensi karena terlalu lama signifikan (p) lebih besar dari (ɑ ) = 0,01. menjalani pengobatan. Dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima atau tidak terdapat hubungan PENUTUP yang bermakna antara sikap pasien dengan
a. Kesimpulan
kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di Instalasi Gawat Darurat RS Penelitian telah dilakukan untuk
Bethesda Tomohon . mengetahui hubungan pengetahuan dan
Menurut teori Notoatmojo 2010 (dalam sikap penderita Hipertensiterhadap Suparyanto 2014), motivasi merupakan kepatuhan minum obatdi UPT Puskesmas dorongan dari dalam diri seseorang yang
Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, menyebabkan seseorang tersebut dimana hasil dapat disimpulkan : melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
1. Kepatuhan minum obat sebagian mencapai suatu tujuan. Setiap orang besar adalah kategori tidak patuh memiliki motivasi yang berbeda-beda ada dengan frekuensi 35 orang yang memiliki motivasi yang kuat dan ada (63,6%). pula yang memiliki motivas yang lemah.
2. Ada hubungan yang signifikan Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam antara pengetahuan penderita diri manusia memiliki harapan dan hipertensiterhadap kepatuhan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya minum obatP = 0,000(<0,05) di dapat berprestasi Irwanto, 2008 (dalam
UPT Puskesmas Darul Aman Suparyanto 2014). Menurut WHO (Suhadi Kabupaten Aceh Timur.
2011 dalam Violita 2015) menyatakan
3. Ada hubungan antara sikap bahwa lama menderita hipertensi dan lama penderita hipertensiterhadap menjalani pengobatan mempunyai kepatuhan minum obatP = 0,000 hubungan negatifdengan kepatuhan, (<0,05) di UPT Puskesmas Darul sehingga semakin lama seseorang Aman Kabupaten Aceh Timur. menderita suatu penyakit makasemakin
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id/komunikasi- interpersonal . Retrieved 09 23,
Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC
IBG, dkk. (2010). Ilmu
Manuaba,
Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC
IBG, dkk. (2008). Ilmu
(2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum . Nuha Medika:Yogyakarta. Manuaba,
Bandung: Salemba Medika. Maryanti, Dwi, Majestika Septikasari.
Kusmiran, Eny (2011). kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012).. Available from URL: HIPERLINK http:// www. depkes. go. id/ downloads/ PROFIL_KESEHATAN_JATEN G2011.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2016.
Hidrah. (2008). Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta : Ganesha
2011, from http:// repository. usu. ac. id: http:// repository. usu. ac. id/ bitstream. chapter201.pdf
1. Kepada penderitahipertensi, agar mengubah kebiasaan hidupnya yang kurang sehat, yaitu dengan cara menjaga pola makan yang baik, melakukan olahraga agar berat badan tetap ideal sehingga tekanan darah tetap stabil.
2. Bagi perawat yang bekerja di UPT Puskesmas julok, diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada pasien hipertensi, sehingga pengetahuan pasien tentang Hipertensidapat bertambah serta pasien dapatbersikap lebih baik dalam pencegahan agar tidak terjadi komplikasi.
dan ditakuti itu bernama Kanker .Kalimantan Timur,
Dyayadi, M. T, (2009).Pembunuh Ganas
keperawatan medikal bedah , Edisi 8. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar
Society,Inc . (diakses 8 Desember 2013).
(2013).Atlanta: American Cancer
Cancer Fact & Figures,
American Cancer Society’s, Breast
6. Bagi PuskesmasPengetahuan perawat perlu dipertahankan agar keselamatan pasien terjaga dengan baik, hal ini akan mengoptimalkan kebijakan keselamatan.
5. Bagi Institusi Pendidikan KeperawatanPenelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehingga mahasiswa memahami betapa pentingnya pengetahuan.
4. Kepada peneliti lain, disarankan agar melakukan penelitian tentang faktor lain yang berhubungan dengan perilaku hipertensiterhadap kepatuhan minum obat seperti pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, motivasi dan faktor lainnya.
3. Kepada keluarga pasien, diharapkan agar terus memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien, sehingga dengan dukungan tersebut pasien dapat termotivasi dalam mengendalikan penyakitnya agar tidak sampai terkomplikasi.
Riz`ma. Eliyani, P. (2011). Mardiana, L. (2007). Kanker Pada Surabaya . Skripsi yang Wanita. Penebar Swadaya. Jakarta. dipublikasikan. Mansur (2009). Pendidikan Anak Usia Yuni Kusmiati, S. ST, dkk, (2009),
Dini dalam Islam . Yogyakarta: Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu Pustaka Pelajar. hamil) .Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. Wibisono, Nancy. (2009). Melawan (2012). Metodelogi Penelitian Kanker Payudara . Jakarta:Restu Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta. Agung.
Notoatmodjo S. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.
__________ S. (2007). Ilmu Perilaku . Jakarta: PT.Rineka
Kesehatan Cipta.
___________ S, (2007). Promosi
Kesehata dan Ilmu Perilaku , Jakarta: PT.Rineka Cipta.
__________ S. (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan . Jakarta: PT.Rineka
Cipta Pamungkas, Z. (2011). Deteksi Dini
Kanker Payudara . Jogjakarta: Buku Biru.
Pieter, Herry Zan. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan .
Cetakan
1.Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Saryono dan Roischa. (2009). Perawatan
Payudara . Yogyakarta: Mutia Medika.
Sibagariang, dkk (2010). Kesehatan
Reproduksi Wanita . Penerbit Trans Info Media, Jakarta.
Syahfitri. (2012). Analisis Faktor
Reproduksi Yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara di RS Onkologi