Pengemasan Informasi: sebuah usaha mendekatkan sumber informasi kepada pengguna

PENGEMASAN INFORMASI:
sebuah usaha mendekatkan SumberInformasi pada pengguna Perpustakaan
Oleh: Arif Surachman

PENGERTIAN
Secara umum sebetulnya konsep pengemasan informasi masih belum
jelas, namun dari berbagai diskusi yang pernah dilakukan berikut beberapa
pengertian pengemasan informasi.
a. Menurut Alan Bunch, 1984 (dalam Stilwell, 2004) menggambarkan
pengemasan informasi sebagai sebuah pendekatan untuk membantu diri
sendiri, menekankan pada permasalahan bahwa layanan informasi adalah
memilih informasi yang sesuai, dan memproses ulang informasi tersebut
dalam sebuah bentuk yang benar-benar dapat dipahami, mengemas informasi,
dan merancang semua bahan ini dalam sebuah media yang tepat bagi
pengguna, sehingga mengkombinasikan dua konsep yang melekat dalam
istilah pengemasan (yakni memproses ulang dan mengemas).
b. Menurut Webster’s New World College Dictionary, 1995 menyatakan bahwa
“repackaging is to package again in or as in a better or more attractive
package.” Jadi dapat dikatakan bahwa pengemasan merupakan sebuah usaha
mengemas kembali ke dalam bentuk yang lebih baik dan menarik.
LATAR BELAKANG MASALAH

Melihat pengertian di atas sebetulnya dapat kita lihat bahwa pengemasan
informasi adalah sebuah proses untuk mengolah kembali informasi yang ada
sehingga mampu ditampilkan ke dalam kemasan yang lebih baik dan siap pakai
bagi pengguna dan pencari informasi. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah,
mengapa pengemasan informasi ini penting bagi sebuah layanan perpustakaan
terutama bagi pengguna agar lebih “dekat” dengan sumber-sumber informasi yang
dibutuhkan? Ada beberapa permasalahan yang dapat dijadikan dasar mengapa
pengemasan informasi ini penting:


Staf Perpustakaan FE-UGM Yogyakarta

1.

Banjir Informasi. Banyaknya informasi yang ada dari berbagai sumber
informasi baik tercetak, non cetak, maupun digital membuat “kebingungan”
tersendiri bagi pengguna untuk mendapatkan informasi “terbaik” dan sesuai
dengan

kebutuhannya.


Banyaknya

informasi

seringkali

menjadikan

pengguna dihadapkan pada informasi yang tidak sesuai, kandungan
informasinya kurang tepat, tidak relevan sampai informasi “aspal”, asli tapi
palsu yang tidak dapat dipercaya. Untuk itu perlu sebuah tindakan dari
perpustakaan untuk mengantisipasi apa yang biasa disebut sebagai “banjir
informasi”. Pengemasan informasi yang menghasilkan produk terseleksi
adalah salah satu jawabannya.
2.

Kebutuhan Pemakai Informasi. Seiring dengan perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat, maka kebutuhan pemakai
informasi juga semakin meningkat, yakni kebutuhan akan informasi yang

cepat,

tepat

dan

mudah.

Perpustakaan

sebagai

institusi

yang

bertanggungjawab kepada transfer informasi ini juga harus dapat melihat
fenomena pergeseran orientasi kebutuhan pengguna akan informasi ini,
untuk itu perlu dilakukan inovasi berbasis kebutuhan pemakai informasi ini.
Pengemasan informasi adalah salah satu bentuk yang dapat dipakai oleh

perpustakaan sebagai bentuk inovasi menjawab kebutuhan pemakai
informasi ini.
3.

Kebutuhan Peningkatan Layanan Perpustakaan. Perpustakaan sebagai
pusat sumber informasi sudah semestinya dapat meningkatkan pelayanan
dari waktu ke waktu, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan tuntutan penggunanya. Perpustakaan yang tidak “mau” meningkatkan
dan menyesuaikan layanannya dengan perkembangan global di dunia
tentunya akan ditinggalkan oleh penggunanya. Peningkatan layanan
perpustakaan ini harus didukung berbagai aspek termasuk kemasan dari
informasi yang ingin ditampilkan dan disajikan kepada penggunanya. Untuk
itu pengemasan informasi menjadi penting agar pengguna dapat merasakan

2

sebuah peningkatan yang signifikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini.
4.


Orientasi Ekonomis. Informasi yang tak terbentung dan terus bertambah
akan menyebabkan perpustakaan menjadi “gudang” informasi yang apabila
tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan pengeluaran biaya yang
tidak sedikit. Penggunapun akan semakin sulit menemukan informasi yang
tepat dan uptodate. Untuk itu perlu diambil langkah penghematan (biaya,
ruang dan tenaga) diantaranya dapat dilakukan melalui pengemasan
informasi. Secara ekonomis, hasil kemas informasi merupakan produk yang
sangat mungkin untuk dijual kepada khalayak umum dengan segmentasi
tertentu, sehingga membuka peluang usaha bagi perpustakaan. Selain itu
pengguna akan menghemat banyak waktu, tenaga dan biaya untuk sekedar
mendapatkan informasi yang sesuai, mudah, cepat dan tepat.
Keempat permasalahan di atas terkait satu dengan lainnya sehingga tidak

dapat dipisahkan. Satu dengan lainnya akan membawa kepada sebuah sinergitas
dalam menentukan arah dan langkah dalam penyajian informasi yang lebih baik
demi kepentingan bersama. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk penyajian
informasi seperti apa yang layak dilayankan saat ini di perpustakaan. Kemasan
informasi sendiri harus dapat memberikan nilai lebih bagi informasi itu sendiri.
Informasi dikatakan mempunyai nilai (menurut Djatin) apabila diukur dari:
 Mampu menurunkan biaya penelitian, pengembangan dan pelaksanaan

 Menghemat waktu, sehingga implementasi dan inovasi bisa lebih cepat
 Membuat kebijakan lebih efektif
 Mendukung ke arah pencapaian tujuan/sasaran strategis organisasi
 Mengatasi Ke-ketidaktahuan
 Memuaskan manajemen dan pemakai

3

BENTUK PENGEMASAN INFORMASI
Berdasarkan analisa ketiga hal dalam permasalahan di atas maka
selanjutnya perpustakaan dapat menentukan sejauh mana bentuk kemasan
informasi tersebut harus diwujudkan. Berikut adalah beberapa contoh bentuk
kemasan informasi yang ada sampai saat ini dan relevan digunakan bagi pengguna
perpustakaan.
 Publikasi Cetak.
Pengemasan informasi biasanya dapat juga diwujudkan dalam bentuk
publikasi cetak seperti Brosur, Newsletter, Prosiding, Indeks Majalah, Indeks
Artikel, Kumpulan Artikel Terpilih, Bibliografi, dan bentuk publikasi
terseleksi lainnya. Kemasan dalam bentuk publikasi cetak ini akan sangat
membantu pengguna dalam menemukan informasi tercetak yang terpilih

sesuai dengan bidang kajian dan kebutuhannya. Sehingga pengguna tidak
perlu “membuang” waktu untuk menelusur satu demi satu kebutuhan
informasinya dalam “belantara” informasi di perpustakaan.
 Media Audio-Visual.
Informasi juga dapat dikemas dalam bentuk Audio-Visual seperti dalam
bentuk Audio-Video Cassette, CD- Interaktif, VCD, DVD, dan bentuk
lainnya. Kemasan informasi ini merupakan kemasan yang menarik karena
akan mengajak pengguna menggunakan informasi dalam bentuk gambar dan
suara.
 Pangkalan Data Lokal.
Kemasan informasi juga dapat diwujudkan dalam pangkalan data (database)
lokal. Sekitar 2 tahun yang lalu, konsep pangkalan data lokal ini banyak
digunakan di Indonesia, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan
informasi ilmiah bagi para pengguna melalui semacam server lokal, baik yang
berupa file maupun CD-ROM. Contohnya adalah CD Database ERIC, CD
Database Medline, CD-Database Agricola, dan sebagainya.

4

 Pangkalan Data Online.

Saat ini di Indonesia pangkalan data Online sedang mengalami perkembangan
yang cukup baik, baik dengan “membeli” kemasan yang sudah jadi,
mengambil dari sumber-sumber gratis maupun membangun sendiri. Kemasan
informasi dalam bentuk ini telah memberikan kesempatan akses informasi
secara lebih luas tidak terbatas dalam perpustakaan. Hal ini berkat kemajuan
teknologi internet yang mau tidak mau harus diikuti oleh perpustakaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan informasi pada penggunanya. Contoh beberapa
kemasan informasi siap pakai dalam bentuk pangkalan data online yang
diproduksi antara lain EBSCOHost, ProQuest, ScienceDirect, IEEE Database,
JSTOR dan lain sebagainya.
TAHAPAN PENGEMASAN INFORMASI
Keputusan sebuah perpustakaan untuk melakukan dan menggunakan
kemasan informasi harus diikuti dengan mempersiapkan langkah-langkah yang
tepat agar tidak terjadi kesia-siaan. Beberapa langkah yang secara umum
dilakukan oleh perpustakaan dalam rangka pengemasan informasi adalah:
1. Orientasi

kebutuhan

dan


tuntutan

pemakai/pengguna

informasi

di

perpustakaan
2. Seleksi dan Penetapan Topik informasi yang akan dikemas. Penetapan dan
seleksi ini biasanya akan melibatkan ide-ide dan masukan dari staf ahli,
produsen produk kemasan informasi, konsumen produk & jasa informasi,
karyawan, dan manajemen puncak.
3. Menentukan bentuk kemasan informasi
4. Penetapan strategi pencarian informasi yang akan dikemas
5. Penetapan lokasi informasi dan cara mengaksesnya
6. Pengolahan informasi, mengevaluasi, dan mensitir informasi
7. Mengemas informasi dalam bentuk yang telah ditetapkan
8. Mengevaluasi produk yang dikeluarkan dan proses pembuatannya


5

Pada kasus penentuan kemasan informasi dalam bentuk non cetak
terutama pangkalan data sering kali tidak semua langkah di atas dilakukan. Hal ini
dikarenakan produk dalam bentuk pangkalan data sering kali merupakan produk
kemasan informasi yang siap pakai, karena prosedur seleksi informasi dan proses
pengolahan hingga menjadi produk sudah dilakukan oleh produsen. Pada kasus ini
posisi perpustakaan adalah sebagai user selector dan user evaluator saja.
DAMPAK EKONOMIS PENGEMASAN INFORMASI
Pengemasan informasi merupakan bagian dari sebuah usaha ekonomis dari
perpustakaan atau penyedia informasi yang juga akan membawa dampak
ekonomis bagi perpustakaan /penyedia informasi dan juga masyarakat/pengguna
yang memanfaatkannya. Beberapa dampak ekonomis dari adanya pengemasan
informasi diantaranya adalah:
1. Perpustakaan mampu menyediakan kemasan-kemasan informasi yang siap
pakai yang dapat dijual kepada masyarakat/pengguna dengan segmentasi yang
telah ditentukan, misal informasi bidang kedokteran yang terkemas akan
sangat berguna bagi para praktisi dan pemerhati di bidang kedokteran.
2. Banjir informasi yang terus menerus apabila tidak ditangani oleh perpustakaan

akan membawa dampak pada pembengkakan cost perawatan dan pengelolaan,
sehingga

apabila

dibandingkan

dengan

biaya

yang

dihasilkan

dari

pemanfaatan informasi akan sangat tidak signifikan. Dengan pengemasan
informasi maka perpustakaan dapat menekan biaya (cost) bagi perawatan dan
pengelolaan, sekaligus dapat memanfaatkan hasilnya sebagai bentuk layanan
“penjualan informasi” di perpustakaan kepada pengguna yang membutuhkan.
3. Bagi pengguna, adanya kemasan informasi ini akan memotong biaya dan juga
waktu yang dibutuhkan oleh pengguna dalam mencari, memilih, dan
memperoleh informasi yang dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan pengguna
dengan mudah mendapatkan kemasan informasi yang siap pakai dan
disediakan oleh perpustakaan secara mudah, cepat, tepat dan hemat waktu.
Misalnya, untuk mendapatkan informasi tertentu di perpustakaan, pengguna

6

cukup mengakses database perpustakaan melalui internet yang menyediakan
berbagai koleksi digital hasil kemas informasi di berbagai bidang.
4. Pengemasan informasi ini merupakan peluang komoditas bagi perpustakaan
yang berpotensi sebagai bidang usaha informasi di perpustakaan yang akan
mampu menghasilkan pemasukan. Hal ini tentunya akan membantu
melepaskan image perpustakaan sebagai “cost institution” menjadi “benefit
institution”. Artinya perpustakaan tidak lagi dianggap sebagai lembaga yang
hanya “menyedot” biaya dan punya ketergantungan terhadap biaya, menjadi
perpustakaan yang mampu memberikan keuntungan dan membiayai
kegiatannnya sendiri. Misalnya perpustakaan mengeluarkan produk kumpulan
artikel dalam bidang X yang dikemas baik menggunakan media digital (CD,
Disket, etc) maupun cetak yang dapat dipasarkan (dijual) kepada pengguna
dengan segmentasi tertentu (sesuai dengan bidang X tersebut).

Contoh:

Perpustakaan Fakultas Kedokteran mengeluarkan produk “Kumpulan Artikel
Bidang Kedokteran khusus masalah Flu Burung” yang dapat dijual kepada
dokter maupun masyarakat umum yang “konsen” terhadap permasahan flu
burung ini.
PENUTUP
Pengemasan informasi ini merupakan usaha dari sebuah perpustakaan atau
pusat informasi untuk mendekatkan pengguna kepada sumber-sumber informasi
yang relevan, akurat, mudah dan terakses secara cepat. Namun informasi yang
terkemas ini tidak akan dapat dimanfaatkan secara maksimal apabila tidak
didukung

oleh

peran

tenaga

perpustakaan

atau

pustakawan

dalam

mensosialisasikan dan juga melakukan pendidikan pemakai perpustakaan. Intinya
adalah proses pengemasan informasi tidak selesai begitu saja sampai pada produk
terkemas dihasilkan. Akan tetapi juga pada pencapaian tujuan pengemasan
informasi tersebut, yakni memberikan informasi yang lebih baik dan menarik bagi
pengguna perpustakaan. Jadi perpustakaan akan selalu mempunyai tanggung
jawab dan pekerjaan rumah yang besar bagi proses tranformasi informasi yang
relevan dan sesuai tuntutan penggunanya dari waktu ke waktu.

7

Di sisi lain, pengemasan informasi akan membawa dampak ekonomis
yang cukup signifikan baik bagi perpustakaan maupun pengguna. Bahkan saat ini
dapat dikatakan bahwa produk hasil kemas informasi merupakan komoditas yang
dapat dijadikan alternatif usaha bagi perpustakaan, sehingga informasi tidak
berhenti sebagai hal yang akan “menguras” biaya perawatan dan pengelolaan,
tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan/pemasukan bagi perpustakaan.
Penggunapun akan semakin mudah, hemat waktu dan hemat biaya dalam
memperoleh informasi yang “instant” dan segera dibutuhkan oleh mereka. Jadi
tunggu apa lagi? Kini saatnya anda hadir dalam “bisnis informasi” di era
globalisasi informasi.
Bibliografi
Djatin, Jusni., dan Hartinah, Sri. (-). Pengemasan dan Pemasaran Informasi:
Pengalaman
PDII-LIPI.
Jakarta:
PDII-LIPI
:
www.consal.org.sg/webupload/forums/attachments/2277.doc
diakses
tanggal 20 September 2006.
Limb, Peter. (2004). Digital Dilemmas and Solutions. Oxford: Chandos
Publishing.
Neufeldt, Victoria., and Guralnik, David B. (ed). (1995). Webster’s New World
College Dictionary. Ohio: Macmillan General Reference.
Stilwell,
Christine.
(2004).
Repackaging
information:
a
review.
www.hs.unp.ac.za/infs/kiad/04stilw.doc. Diakses tanggal 20 September
2006.
Webb, Sylvia P., dan Winterton, Jules. (2003). Fee-Based Services in Library and
Information Centres. Second edition. London: Europe Publications Limited.

8