BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Sistem Saraf - Gambaran Psikologis dan Kognitif pada Pasien Gangguan Sistem Saraf di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.Sistem Saraf

  1.1. Pengertian Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau lingkungan.

  Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya ingat, serta merangsang pergerakan tubuh (Farley A et al, 2014).

  1.2.Fungsi saraf Fungsi sistem saraf secara umum adalah :

  1. Menerima atau menangkap rangsangan

  2. Mengontrol gerakan-gerakan otot-otot kerangka

  3. Otak sebagai pusat indera

  4. Otak besar sebagai pusat daya rohaniah yang tinggi

  5. Otak sebagai pengontrol fungsi pernapasan dan peredaran darah

  1.3.Gangguan Fungsi Saraf

  a. Stroke Stroke adalah sebagai suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.Berdasarkan patologi-anatomi stroke terbagi dalam stroke perdarahan dan stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah ke

  7 otak terhentisecara tiba-tiba karena adanya penyumbatan pembuluh darah ke otak. Stroke iskemik karena trombosis lebih sering terjadi dibandingkan stroke iskemik karena emboli. Stroke dapat terjadi baik di pembuluhdarah besar maupun di pembuluh darah kecil. Stroke perdarahan terjadi karena ruptur pembuluh darah serebral. Perdarahan intra serebral biasanya disebabkan oleh pecahnya berry aneurysm karena hipertensi. Sedangkan perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke rongga arachnoid. Dua penyebab utama perdarahan sub arachnoid adalah ruptur aneurisma dan malformasi pembuluh darah arteri dan vena ( Mulyatsih, 2003).

  b. Cedera Kepala Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks.Gangguan yang ditimbulkan dapat bersifat sementara maupun menetap, seperti defisit kognitif, psikis, intelektual, serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena trauma kepala dapat mengenai berbagai komponen kepala mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak (Tarwoto, 2013).

  c. Epilepsi Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karakteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel. Bangkitan kejang ini disebabkan karena danya fokus-fokus iriatif pada neuron sehingga letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebgaian atau seluruh daerah yang berada dalam otak ( Smeltzer dan Bare, 2002).

  d. Tumor otak Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dari infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa kejadian patofisiologis seperti peningkatan tekanan intrakranial, edema serebral, aktivitas kejang, tanda-tanda neurologis vokal, hidrosefalus, dan gangguan fungsi hipofisis ( Tarwoto et al, 2007).

  e. Multiple Sclerosis

Multiple Sclerosis merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling

  sering ditemukan paa usia muda. Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan pria. Usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun, dengan batas antara 18-40 tahun. Sklerosis ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang tersebar, diikuti dengan gliosis dari substansia alba sistem persarafan bercak-bercak. bercak-bercak berwarna kuning-kuningan dan keras yang ditemukan pada otopsi dipakai sebagai sumber nama penyakit ini. Sejumlah virus diduga sebagai agen penyebab multipel sklerosis. oleh beberapa peneliti, virus campak (rubella) diduga sebagai virus penyebab penyakit ini. Pada penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan seresbrospinal mengandung berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam otak. penyelidikan lain mengajukan kwmungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga ada orang-orang yang lebih rentan terhadap serangan berbagai virusyang bereaksi lambat pada sistem saraf pusat. virus lambat ini mempunyai masa inkubasi yang lama dan mungkin hanya berkembang dalam kaitannya dengan status imun yang abnormal atau terganggu (Batticaca, 2008).

  f. Parkinson Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor, dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare, 2002).Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap tidak diketahui atau idiopatik. Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit Parkinson atau paralisis agitans yang merupakan suatu penyakit progresif lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan awitan (onset) khas pada usia lima puluhan dan enam puluhan. Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Gejala awal yang dialami klien adalahkaku ekstremitas dan kaku pada semua gerakan. Klien mengalami kesulitan dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk aktivitas motorik dan lambat dalam menghasilkan aktivitas normal. g. Penyakit Alzheimer Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit alzheimer ditandai oleh hilangya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif.sampai sekrang belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utaman mengenai penyebabnya adalah Virus lambat, Proses autoimun , dan keracunan aluminium ( Tarwoto et

  al , 2007).

  h. Migrain Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama.1 Lama serangan pada anak adalah 2 sampai 4 jam, sedang pada dewasa 4 sampai 72 jam . i. Herniasi Nukleus Pulposus

  Herniasi Nukleus Pulpolus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai diskus invertebralis sehingga menimbulkan sobeknya anulus fibrosus. HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar menonjol untuk menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang sobek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di kolumna vetebralis pada diskus invertebralis/diskogenik. Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, retensi urine. sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki (Tarwoto et al, 2007).. j. Miastenia Gravis

  Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang parah , akibat menurunnya jumlah dan efektivitas reseptor acethylcoline pada persambungan antar neuron. Tand dan gejalanya bervariasi dari masing-masing individu. Gejala yang mungkin timbul adalah gangguan pada mata, otot wajah, otot palatal, otot leher, otot-otot pernapasan ( Tarwoto et al, 2007). k. Aniorisma Intrakranial

  Aniorisma Intrakranial adalah dilatasi dinding arteri cerebral yang berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri. Aniorisma mungkin terjadi karena aterosklerosis, yang mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dengan dilanjutkan kelemahan pada pembuluh darah, kerusakan kongenital, penyakit vaskular, trauma kepala atau pertambahan usia (Karren et al 2010). l. Low Back Pain

  Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

2. Tinjauan Psikologis

  2.1. Pengertian Psikologi Psikologi berasal bahasa Yunani “pshyce” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (Sunaryo, 2014).

  Psikologi kesehatan adalah istilah yang diberikan untuk disiplin akademik yang berusaha memahami peran dari proses-proses biologis didalam pengalaman sehat dan sakit, penyebab sehat dan sakit, dan konsekuensi sehat dan sakit. Psikologi kesehatan berupaya memahami relasi antara berbagai mekanisme psikologis dan biopsikologis didalam sehat, sakit, dan perilaku sehat (Albery dan Munafu, 2007 dalam Hardianti, 2013).

  2.2. Respon Psikologis terhadap Penyakit Fisik Semua Penyakit fisik mempunyai efek psikologi (Ingram, 1993). Penyakit- penyakit yang mempengaruhi pada kehidupan pasien. Penyakit akut dan penyakit kronis juga mengalami perubahan pada fisik, sosial dan psikologis. Pasien merasakan bahwa mereka tidak mampu mengatasi masalah sehingga memiliki perasaan seperti kecemasan dan depresi (Taylor, 1995). Kecemasan dan depresi ini merupakan respon yang lazim dan jelas. Respon ini dapat bervariasi sesuai dengan jenis penyakit yang dialami, kepribadian, dan latar belakang sosial dari pasien tersebut.

3. Depresi

  3.1.Pengertian Salah satu penyebab dari depresi pasa pasien dengan penyakit neurologis adalah kombinasi dari fisik dan psikologis yang beraspek kepada emosi kecemasan hingga akhirnya depresi( Schup dan Chaple 2010, Taylor, 2006 dalam Darussalam 2011 ).

  Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka secara berlebihan dan berkepanjangan. Kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi seperti menarik diri, tidak mau bicara, malas mandi dan makan (Sunaryo, 2014). Depresi adalah perasaan sedih, pesimis, dan merasa sendirian yang merupakan bagian dari depresi mayor dan gangguan masalah mood lainnya (Kaplan & Sadock, 1996).

  3.2. Gejala Klinis Gejala klinis depresi ialah keadaan emosi yang tertekan sebagian besar dalam satu hari, hampir setiap hari yang ditandai oleh laporan subjektif. Menurut Keltner

  (dkk, 1999 dalam Maulida, 2012) beberapa gejala yang mungkin terjadi pada seseorang yang mengalami depresi yaitu : Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua - kegiatan sebagian besar watu dalam satu hari, hampir setiap hari.

  Kehilangan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau - bertambah berat badan ssecara signifikan.

  Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari - Kegelisahan atau kelambanan psikomotor hampir setiap hari -

  Perasaan kelelahan atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari - Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau - tidak wajar hampir setiap hari.

  Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi - Berulang kali muncul pikiran untuk kematian atau untuk bunuh diri. -

  3.3.Instrumen Zung Self-rating Depression Scale (ZSDS)

  Zung Self-rating Depression Scale adalah alat pengukuran yang

  dikembangkan oleh William WK Zung pada tahun 1960. Inu wicaksono telah mengadaptasi instrumen ini dan telah menguji validitas dan reliabilitasnya. ZSDS terdiri dari 20 iteem, masing-masing dengan skor 1-4. Dari jumlah skor yang diperoleh dapat dikategorikan dengan skor total kurang 50 berarti tidak depresi, 50-59 mengalami depresi ringan, 60-69 mengalami depresi sedang dan 70 atau lebih mnegalami depresi berat.

4. Kecemasan

  4.1. Pengertian Setelah seseorang terdiagnosa oleh suatu penyakit makan ada respon yang muncul, yaitu kecemasan. Banyak pasien yang kewalahan karena perubahan pada kehidupan mereka seperti penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan sehingga menimbulkan perubahan emosi (Taylor, 1995).

  Kecemasan (ansietas) merupakan istilah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni menggambarkan keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang disertai berbagai keluhan fisik (Ermawati, dkk, 2009).

  Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup. Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia, 1998).

  4.2. Tingkatan Kecemasan Pieter(dll, 2011), meyebutkan beberapa tingkatan kecemasan yaitu :

  a. Kecemasan Ringan Respons-respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali mengalami nafas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif yaitu lapang peresepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

  b. Kecemasan Sedang Respons-respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalh sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah meninggi, mulut kering, anoreksia, diare, monstipasi, dan gelisah. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Respons perilaku dan emosi adalah gerakan-gerakan tersentak, mereams tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.

  c. Kecemasan Berat Respons-respons fisiologis adalah nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respons kognitif orang yang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat sempiy dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Respons perilaku dan emosinya addalah terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat, dan blocking .

  d. Panik (Berat Sekali) Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang rendah. Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk, dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol dan memiliki persepsi yang kacau.

  4.3. Instrumen Hamilton Rating Scale-Anxiety (HRS-A) Kecemasan dapat diuukur menggunakan alat ukur yang disebut Hamilton

  Rating Scale-Anxiety (HRS-A). Skala HRS-A merupakan pengukuran kecemasan

  yang didasarkan pada munculnya tanda dan gejala pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala tersebut terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item diberi tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Seluruh nilai total dapat dikategorikan, bila kurang 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kategori kecemasan ringan, 21-27 kategori kecemasan sedang, 28-41 kategori kecemasan berat, 42-56 kategori kecemasan berat sekali.Skala HRS-A telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

  Skala HRS-A menurut Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi : a. Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

  b. Ketegangan, merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

  c. Ketakutan seperti takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri, dan takut pada binatang besar.

  d. Gangguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun dimalam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

  e. Gangguan kecerdasan, seprti penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi f. Perasaan depresi seperti hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

  g. Gejala somatic nyeri pada otot-otot dan kaku, gertkana gigi, suara tidak stabil, dan kedutan otot h. Gejala sensorik misanlnya seperti ditusuj-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat seperti merasa lemah. i. Gejala kardiovaskuler seperti takikardi, nyeri di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek j. Gejala gastrointetinal seperti sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas diperut. k. Gejala pernapasan seperti rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek. l. Gejala urogenital seperti sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, reksi lemah atau impotensi. m. Gejala vegetatif seperti mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. n. Perilaku sewaktu wawancara seperti gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang , tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

5. Konsep Kognitif

  5.1.Pengertian Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Ahmad, 2012)

  .Fungsi kognitif dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan seseorang dalam belajar, menerima, dan mengelola informasi dari lingkungan sekitarnya.

  Kerusakan otak merupakan faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif, sehingga memunculkan manifestasi gangguan fungsi kognitif. Kerusakan hemisfer kiri dan kanan memberikan wujud gejala yang berbeda karena telah terjadi proses lateralisasi dari fungsi-fungsi tertentu ke salah satu hemisfer (dominasi serebral). Kerusakan hemisfer kiri akan menimbulkan gangguan kemampuan berbahasa, membaca, menulis, menghitung, memori verbal dan gerakan motorik terampil. Kerusakan hemisfer kanan akan menimbulkan gangguan fungsi visuospasial (persepsi), visuomotor, pengabaian (neglect), memori visual, dan koordinasi motorik (Harsono, 2007).

  5.2. Aspek Kognitif Menurut Kemenkes (2010), aspek kognitif meliputi:

  a. Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan pengalaman lampau. Orientasi terhadap waktu dan tempat dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka pendek, yaitu kemampuan pasien memantau perubahan sekitar yang kontinue. Bila orientasi pasien terganggu, hal ini dapat merupakan pentunjuk bahwa memori jangka pendeknya mungkin terganggu. b. Registrasi menggunakan perhatian untuk menduplikasi informasi, dan bagian dari kemampuan mengingat dengan mengulang kembali apa yang telah disebutkan.

  c. Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan (memusatkan) perhatian pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan hal yang penting dalam belajar. Hal ini memberikan kemampuan untuk memproses hal penting yang dipilih dan mengabaikan yang lainnya. Visuospasial merupakan fungsi kognitif yang kompleks mengenai kemampuan tata ruang, termasuk menggambar 2 maupun 3 dimensi. Pada gangguan visuospasial penderita mudah tersesat di lingkungannya.

  d. Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Memori membuat kita mampu menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi yang baru dengan mengacu kepada pengalaman lampau. Evaluasi yang akurat dan tepat dari fungsi memori merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam evaluasi fungsi kognitif. Mereka mungkin lupa tanggal, lupa rincian pekerjaan atau gagal mengingat janji di luar kegiatan rutin.

  e. Bahasa merupakan fungsi kognitif dasar bagi komunikasi pada manusia. Bila terdapat gangguan pada bahasa, penilaian faktor kognitif yang lain agak sulit untuk diperiksa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi seseorang.

  5.3. Penurunan Fungsi Kognitif Pada Pasien Saraf Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan yang terganggu yaitu (Stuart and

  Sundeen, 1995):

  a. Gangguan pada lobus frontalis, akan ditemukan gejala-gejala kemampuan memecahkan masalah berkurang, hilang rasa sosial dan moral, impilsif, regresi.

  b. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala amnesia dan demensia.

  c. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.

  d. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi seperti gangguan daya ingat, memori, dan disorientasi.

  5.4.Prinsip Dasar Stimulasi/Rehabilitasi Kognitif Menurut Kemenkes (2010), prinsip dasar stimulasi/rehabilitasi kognitif adalah menilai gangguan yang berkaitan dengan fungsi dan struktur otak tertentu dengan cara menganalisis proses kognitif. Adapun prinsip dasar stimulasi/rehabilitasi kognitif adalah sebaggai berikut: a. Stimulasi/rehabilitasi kognitif berkaitan erat dengan proses belajar dengan penekanan pada penguatan fungsi-fungsi yang hilang, kemampuan diri, dan kontrol diri. b. Stimulasi/rehabilitasi kognitif dilaksanakan dengan melakukan diagnostik medis dan diagnostik neuropsikologis, untuk melihat gangguan yang terjadi dan penyebabnya meliputi perspektif fisik, kognitif, emosi, dan sosial.

  c. Sesi stimulasi/rehabilitasi kognitif selalu terstruktur dan terencana dengan membangun aktivitas dengan referensi dari kedua pengukuran (pengukuran gangguan kognitif dan gangguan aktivitas sosial/sehari-hari) dengan data yang ada dan merespon kebutuhan evaluasi objektif untuk menilai efektivitas terapi.

  d. Rehabilitasi kognitif bersifat fleksibel dan memberikan pemahaman penderita untuk lebih memahami kondisi saat ini sehingga dapat beradaptasi dengan memunculkan kemampuan-kemampuan baru yang adaptif serta memodifikasi/merubah pemikiran, perasaan dan emosi negatif.

  e. Pendekatan stimulai/rehabilitasi sosial dilakukan dengan dukungan dari terapis, klien, dan anggota keluarga yang menyembuhkan. Pendekatan dilakukan dengan melalui partisipasi aktif dan berorientai pada tujuan yang terfokus untuk mengatasi problem pasien agar dapat membangun kepercayaan diri.

  5.5. Instrumen pengukuran kognitif Mini Mental Status Examination (MMSE)

  Mini Mental Status Examination merupakana pemeriksaan status mental

  singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikut perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling bnayak didunia(Zulsita,2010).

  Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan skala terstruktur

  yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori. Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif semakin parah. Skor 23-30 merupakan fungsi kognitif normal, 17-23 indikkasi mungkin terdapat gangguan kognitif (probable

  gangguan kognitif ), 0-16 indikasi mengalami gangguan kognitif (definite gangguan kognitif ).