BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembayaran Dividen 2.1.1 Pengertian Dividen - Pengaruh corporate governace, struktur modal dan struktur kepemilikan manajerial terhadap pembayaran dividen Pada perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembayaran Dividen

2.1.1 Pengertian Dividen

  Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai (Warsono, 2003:271). Menurut Hanafi (2004:361) menyatakan bahwa “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pimpinan”.

  Menurut Brigham dan Houston (2010:113), perusahaan membayar dividen dan dividen yang dibayarkan umumnya bukan merupakan beban yang dapat menjadi pengurang pajak. Jadi perusahaan dapat mengurangi bunga yang dibayarkan, tetapi tidak dapat mengurangkan deviden.

  Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. (James & John, 2007: 270)

2.1.2 Jenis-Jenis Pembayaran Dividen

  Menurut Skousen (2004:907) dividen dilihat dari alat pembayarannya dibagi menjadi lima jenis yaitu: 1) Dividen tunai (Cash Dividend)

  Dividen jenis ini dibagikan dalam bentuk kas atau uang tunai. Dividen tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham.besar kecilnya pembagian dividen tergantung pada pembatasan- pembatasan, undang-undang, kontrak-kontrak dan jumlah uang yang dimiliki atau tersedia dalam perusahaan. 2) Dividen saham (Stock Dividend)

  Pembayaran dividen dalam bentuk saham yaitu berupa pemberian tambahan saham kepada para pemegang saham tanpa diminta pembayaran dan dalam jumlah saham yang sebanding dengan saham yang dimiliki. 3) Sertifikat dividen (Script Dividend)

  Dividen dalam bentuk skrip maksudnya perusahaan tidak membayar pada saat itu tetapi memilih membayar pada masa yang akan datang karena saldo kas yang ada di tangan tidak mencukupi. Dividen ini dibagikan dengan tujuan agar perusahaan tetap dapat mempertahankan citra dan nama baik perusahaan. 4) Dividen harta

  Aktiva yang dibagi dapat berupa surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan lain,barang-barang persedian lain atau aktiva lain.

  5) Dividen likuiditas Dividen likuiditas merupakan pembayaran kembali modal yang disetor atau ditanam. Pembagian dividen dalam bentuk ini biasanya berasal dari selain laba ditahan.

  2.1.3 Prosedur Pembayaran Dividen

  Menurut James & John (2007:308), Proses pembayaran deviden dimulai dengan dewan komisaris perusahaan yang pada tanggal tertentu (tanggal/pengumuman) mengumumkan dividen, yang akan dibayarkan pada tanggal setelahnya (tanggal pembayaran) kepada para pemegang saham dari catatan di tanggal tertentu (tanggal pencatatan).

  Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya adalah sebagai berikut (Brigham & Houston, 2001:84): 1) Tanggal pengumuman(declaration date), 2) Tanggal pencatatan pemegang saham(holder of record date), 3) Tangal pemisahan dividen (ex-dividen date), 4) Tanggal pembayaran(payment date).

  2.1.4 Bentuk Pembayaran Dividen

  Ada tiga jenis kebijakan pembayaran dividen yang biasa dilakukan oleh perusahaan, yaitu (Sawir, 2004:5) a.

  Stable amount per share: dividen diberikan dalam nilai rupiah yang relatif stabil per sahamnya.

  b.

  Constant Payout Ratio: dividen atas dasar persentase tetap dari laba bersih perusahaan. c.

  Low Regular Dividend plus Extra: tingkat dividen yang relatif rendah tetapi sudah pasti jumlahnya ditambah suatu ekstra, yang besarnya disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan.

  

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Suatu

Perusahaan

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan dapatlah disebutkan antara lain sebagai berikut (Atmaja, 2008:36) :

  1. Dividen Stabil Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan disebabkan oleh asumsi bahwa investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek cerah, demikian sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan “aman” yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Dan investor juga cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil). Walaupun menjaga kestabilan dividen tidak berarti menjaga dividend payout

  

ratio tetap stabil karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada

  penghasilan bersih perusahaan (EAT). Jika DPR dijaga kestabilannya, misalnya ditetapkan sebesar 50% dari waktu ke waktu, tetapi EAT berfluktuasi, maka pembayaran dividen juga akan berflukutasi. Dividen tahun sebelumnya dalam penelitian ini diukur dengan Dividend per Share tahun sebelumnya (DPSmin1).

  (Tranggono, 2007) menyimpulkan perusahaan pada umumnya tidak bersedia untuk mengurangi besarnya dividen, sehingga dividend per share (DPS) tahun sekarang dipengaruhi oleh dividen tahun sebelumnya (Dev-1). Atribut Dividen dalam penelitian ini yaitu Dividend per Share tahun sebelumnya (DPSmin1).

  2. Perjanjian Hutang Pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan dan atau rasio-rasio keuangan menunjukkan perseroan dalam kondisi sehat. Debt to equity ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya. Oleh karena itu semakin besar DER semakin kecil pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, hal ini dikarenakan adanya bunga dan pinjaman yang harus dibayarkan oleh perusahaan.

  3. Pembatasan dari Saham Preferen Tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.

  4. Tersedianya Kas Dividen berupa uang tunai (cash divdend) hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup. Jika likuiditas baik, perusahaan dapat membayar dividen.

  5. Pengendalian Jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, ia cenderung untuk segan menjual saham baru sehingga lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana/baru. Akibatnya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi penting pada perusahaan yang relatif kecil.

  6. Kebutuhan Dana untuk Investasi Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost). Oleh karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividend payout ratio .

7. Fluktuasi Laba

  Jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba- tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilannya terjaga. Selain itu, perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak menggunakan hutang guna mengurangi risiko kebangkrutan. Konsekuensianya laba ditahan menjadi lebih besar dan dividen mengecil.

  Rasio ROE berguna untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegangang saham. Oleh karena itu, ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan (Mardiyanto, 2009:33).

  Menurut Sumarto (2007:45) mengungkapkan pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah.

2.2 Corporate Governance

2.2.1 Pengertian Corporate Governance

  Corporate governance dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

  dengan “pengendalian perusahaan” atau “tata kelola perusahaan”. Menurut Hidayah (2008 : 17), definisi corporate governance merupakan sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham yang berkepentingan dengan perusahaan (stake holders) seperti kreditur, supplier, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pimpinan dan masyarakat luas. Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan (agency problems). Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

  

Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan

antara pemilik dan manajer (Isnanta, 2008 : 19).

  Menurut Sutedi (2011:7), definisi Corporate Governance seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

  Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang

  menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dankewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Sedangkan menurut Pranata (2007), good corporate governance adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

  Menurut Darmawati (2006 : 41), inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Persoalan yang muncul dalam perusahaan sehingga tidak dapat berkembang dengan baik adalah adanya tata kelola (governance) yang buruk.

  Kegagalan operasi perusahaan-perusahaan di Indonesia sejak terjadinya krisis ekonomi diindikasikan oleh para pakar dan peneliti karena adanya praktik

  

corporate governance yang buruk. Buruknya tata kelola perusahaan adalah akibat

  adanya perilaku yang tidak diharapkan dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Untuk itulah mengetahui sebab yang mengakibatkan terjadinya agency conflict perlu dilakukan, sebelum aturan demi aturan dibuat oleh pihak regulator (Arifin, 2005 : 23). Oleh karena itu good corporate

  

governance menjadi suatu konsep untuk mengelola perusahaan secara baik

terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (investor).

  Konsep Corporate Governance mempunyai tujuan agar tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Apabila konsep Corporate Governance tersebut diterapkan dengan baik oleh perusahaan, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang semakin baik dan akan menguntungkan berbagai pihak. Dengan adanya penerapan Corporate

  

Governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang

  diperoleh, yaitu: 1.

  Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

  2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

  3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

  4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

2.2.2 Konsep Corporate Governance

  Menurut Sutedi (2011:41), Konsep Corporate Governance pada intinya adalah pertama internal balance antar organ perusahaan RUPS, Komisaris dan Direksi dalam hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut. Kedua, external balance, yaitu pemenuhan tanggungjawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat dan stakehoders.

1. Unsur-unsur Corporate Governance

  Jika diperhatikan terdapat unsur-unsur Corporate Governance yang berasal dari dalam perusahaan (dan yang selalu diperlukan di dalam perusahaan) serta unsur-unsur yang ada di luar perusahaan (dan yang selalu diperlukan di luar perusahaan) yang bisa menjamin berfungsi

  Corporate Governance .

  a.

  Corporate Governance-Internal Perusahaan Unsur yang berasal dari dalam perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, kita namakan corporate governance- internal perusahaan. Unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan/serikat pekerja, sistem remunerasi berdasar kinerja, kdan omite audit.

  Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, antara lain meliputi: keterbukaan dan kerahasian (disclosure), transparansi,

  accountability, fairness dan aturan dari code of conduct.

  b.

  Corporate Governance-External Perusahaan Unsur yang berasal dari luar perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan, dinamakan Corporate Governance- external perusahaan. Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum, investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman dan lembaga yang mengesahkan legalitas.

  Unsur-unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan antara lain meliputi: aturan dari code of conduct, fairness, accountability, dan jaminan hukum. Perilaku partisipasi pelaku Corporate Governance yang berada di dalam rangkaian unsur-unsur tersebut (eksternal dan internal) menentukan kualitas

  Corporate Governance .

2. Model Corporate Governance a.

   Principal-Agent Model Principal Agent Model atau dikenal dengan Agent Model, dimana

  korporasi dikelola untuk memberikan win-win solution bagi pemegang saham sebagai pemilik di satu pihak, dan manajer sebagai agent di lain pihak. Dalam model ini, diasumsikan bahwa kondisi Corporate

  Governance suatu perusahaan akan direfleksikan secara baik dalam bentuk sentimen pasar.

  b.

   The Myopic Market Model

  Masih memfokuskan perhatian pada kepentingan-kepentingan pemegang saham dan manajer, di mana sentimen pasar lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar Corporate Governance. Oleh karena itu, principal dan agent lebih berorientasi pada keuntungan- keuntunga jangka pendek.

  c.

   Stakeholder Model

  Model ini memberikan perhatian kepada kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan korporasi secara luas. Artinya, dalam mencapai tingkat pengembalian yang menguntungkan bagi pemegang saham.

3. Cakupan atau lingkup Corporate Governance

  Hal-hal yang perlu diperhatikan agar terciptanya Corporate Governance dalam suatu perusahaan, yaitu: a.

  Hak dan tanggungjawab pemegang saham b. Hak dan tanggungjawab stakeholder c. Perlakukan yang wajar terhadap pemegang saham d. Keterbukaan dan transparansi e. Wewenang dan tanggungjawab Board of Directors

2.2.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

  Tujuan good corporate governance pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yangberkepentingan (stakeholders).

  Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat

prinsip ini juga menjadi prinsip Corporate Governance (Linan, 2000:51), diantaranya

adalah: a.

  Keadilan (fairness) yang meliputi: (a) perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham (b) perlakuan yang sama bagi para pemegang saham. b.

  Transparansi (transparancy) yang meliputi: (a) pengungkapan informasi yang bersifat penting (b) informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas (c) penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien.

  c.

  Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa: (a) anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham (b) penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen (c) adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.

  d.

  Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi (a) menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan (b) para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti- rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka (c) dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan (d) jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.

  Secara umum, penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut : a.

  Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

  b.

  Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan ekonomi perusahaan.

  c.

  Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap perusahaan.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Governance

  Menurut Pratiwi (2012:34), ada dua faktor dalam Corporate Governance yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

  1. Faktor Internal Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek Corporate Governance yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain: a.

  Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan Corporate Governance dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.

  b.

  Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai Corporate Governance.

  c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah- kaidah standar Corporate Governance.

  d.

  Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

  e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

  2. Faktor Eksternal a.

  Pelaku dan lingkungan bisnis Meliputi seluruh entitas yang mempengaruhi pengelolaan perusahaan, seperti business community atau kelompok-kelompok yang signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, serikat pekerja, mitra kerja, supplier dan pelanggan yang menuntut perusahaan mempraktekkan bisnis yang beretika. Kelompok-kelompok di atas dapat mempengaruhi jalannya perusahaan dengan derajat intensitas yang berbeda-beda.

  b.

  Pemerintah dan regulator Pemerintah dan badan regulasi berkepentingan untuk memastikan bahwa Perusahaan mengelola keuangan dengan benar dan mematuhi semua peraturan dan undang-undang agar memperoleh kepercayaan pasar dan investor.

  c.

  Investor Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan pemegang saham dan pelaku perdagangan saham termasuk perusahaan investasi. Investor menuntut ditegakkannya atau dijaminnya pengelolaan perusahaan sesuai standar dan prinsip-prinsip etika bisnis.

  d.

  Komunitas Keuangan Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan persyaratan pengelolaan keuangan perusahaan termasuk persyaratan pengelolaan perusahaan terbuka.

2.3 Struktur Modal

2.3.1 Pengertian Struktur Modal

  Struktur modal menurut Riyanto (2008:22) adalah pembelanjaan permanen didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:137), struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.

  Rodoni dan Ali (2010:137), struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

  Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinsai atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

  Menurut Rodoni dan Ali (2010:138), kapital struktur pada intinya terdiri dari dua bagian penting yaitu debt dan equity. Menurut Riyanto (2001 :25), struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Modal asing yang dimaksudkan adalah hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek, sedangkan modal sendiri bisa terdiri dari laba ditahan (retained earning) dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.

  Kebijakan struktur modal perusahaan antara lain menyangkut dengan keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Kebijakan tersebut merupakan perimbangan tentang jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.

  2.3.2 Komponen-komponen Struktur Modal

  Menurut Riyanto (2008:240), struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

  1. Modal Sendiri Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Oleh karena itu, ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tentu waktunya.

  2. Utang Jangka Panjang Modal asing atau utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.

  2.3.3 Faktor-faktor Struktur Modal

  Seorang manajer keuangan harus mampu mengambil kebijakan yang tepat dalam hal pendanaan. Tugas manajer keuangan dihadapkan pada adanya siklus dalam pendanaan, dalam arti terkadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari utang, tetapi terkadang perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity). Oleh karena itu, manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara utang dengan modal sendiri tersebut, yang tercermin dalam struktur modal perusahaan sehingga perlu diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

  Menurut Sartono (2010:248), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah:

  1. Tingkat penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

  2. Struktur aset. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian, besarnya asset tetap dapat dijadikan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan.

  3. Tingkat pertumbuhan perusahaan. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan masa mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.

4. Profitabilitas. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang.

  5. Variabel laba dan perlindungan pajak. Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas atau volatibilitas laba perusahaan kecil, maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang.

  6. Skala perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

  7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro. Sebagai contoh, perusahaan membayar deviden sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang prospek perusahaan, dan kemudian menjual obligasi. Strategi itu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Dengan kata lain, agar menarik minat investor dalam hal pendanaan.

  Sedangkan menurut Eugene dan Houston (2001:39-41), menyatakan bahwa: Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian manajemen, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, keadaan pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.

  Adapun menurut Riyanto (2008:297), mengemukakan bahwa: Faktor- faktor utama yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari “earning”, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan.

2.4 Struktur Kepemilikan Manajerial

  Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini diharapkan manajer dapat menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. adalah tingkat

  Kepemilikan Manajerial (managerial ownership)

  

kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002:54).

  Menurut Melinda (2008:61), kepemilikan manajerial didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.

  Kepemilikan manajerial harus dapat disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham agar dapat meminimumkan biaya keagenan yang muncul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan control tersebut. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham termasuk mereka sendiri. Kepemilikan manajer yang tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol manajemen namun juga kontrol voting di dalam perusahaan. Tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol manajemen namun juga kontrol voting di dalam perusahaan.

  Menurut Soesetio (2007:390) Semakin besar proporsi kepemilikan

manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk

kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Argumentasi

  di atas menjustifikasi perlunya managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. notabene adalah mereka sendiri. Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian- penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

  1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Serviana Wijayanti tahun 2008 dengan judul Pengaruh corporate governance terhadap pembayaran deviden (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Data penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap pembayaran deviden yang diukur melalui dividend payout ratio.

  Artinya bahwa semakin kuat Corporate governance yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin tinggi pembayaran deviden yang ditetapkan sehingga semakin tinggi pula dividend payout ratio 2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Agnes Sulistyowati, Suhadak dan

  Achmad Husaini tahun 2013 dengan judul pengaruh struktur modal terhadap pembayaran deviden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan dari struktur modal (leverage) terhadap kebijakan dividen. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 dengan 12 sampel perusahaan yang didapatkan melalui purposive

  

sampling . Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil

  penelitian menunjukkan struktur modal (leverage) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ninik Zulaikah dan Mienati Somya

  Lasmana tahun 2013 dengan judul Pengaruh Kepemilikan manajerial, Kebijakan Pembayaran Dividen dan Efek Moderasi Terhadap Penurunan Tarif PPh Dividen WPOP Dalam Negeri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2007 hingga 2009. Sampel penelitian ini adalah 88 Perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan ter-hadap kebijakan pembayaran dividen perusahaan, dan penurunan tarif pajak penghasilan dividen wajib pajak orang pribadi dalam negeri memoderasi pengaruh kepemilikan mana-jerial terhadap peningkatan kebijakan pembayaran dividen perusahaan.

4. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarto tahun 2004 dengan judul

  Analisis Pengaruh kepemilikan Manajerial, investment opportunity Set, return

  

on asset dan debt to equity Ratio terhadap dividend payout ratio (studi kasus

  pada saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta). Populasi pada penelitian ini adalah 332 perusahaan (Bursa Efek Jakarta, 2003 dan Bapepam, 2003). Tidak semua anggota populasi ini akan menjadi obyek penelitian sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel. Semua sampel yang mampu memenuhi kriteria pertama yaitu sebanyak 39 perusahaan memiliki data yang lengkap. Sehingga 39 perusahaan tersebut menjadi sampel pada penelitian ini. Variabel kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

  

Dividend Payout Ratio . Variabel kepemilikan manajerial, Investment

Opportunity Set (IOS), ROA, Debt to Equity Ratio secara bersama-sama

  berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

5. Made Pratiwi Dewi tahun 2011 dengan judul Pengaruh struktur modal dan

  Struktur kepemilikan terhadap Free cash flow dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang Go Public di bursa efek Indonesia. Sampel penelitian dipilih berdasarkan purposive sampling yaitu perusahaan- perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2009 yang mengeluarkan kebijakan inisiasi dividen setahun setelah melakukan IPO didapat sebanyak 47 perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur. Struktur Modal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Free Cash

  Flow ; Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap Free

Cash Flow; Struktur Modal berpengaruh negatif signifikan terhadap

  Kebijakan Dividen; Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen; Free Cash Flow berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

  Tinjauan peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ringkasan tinjauan Peneliti Terdahulu

  Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Serviana Wijayanti Pengaruh corporate governance terhadap pembayaran deviden (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

  Independen = Corporate governance Dependen = Dividend

payout ratio (DPR)

  Hasil penelitian menunjukkan Corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap pembayaran deviden yang diukur melalui dividend payout ratio

  Agnes Sulistyowati, Suhadak dan Achmad Husaini

  Pengaruh struktur modal terhadap pembayaran dividend (studi pada perusahaan yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2010- 2012) Independen = Struktur

  Modal Dependen = Pembayaran deviden Hasil penelitian menunjukkan struktur modal (leverage) berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen. Ninik Zulaikah dan Mienati Somya Lasmana Pengaruh Kepemilikan manajerial, Kebijakan Pembayaran Dividen dan Efek Moderasi Terhadap Penurunan Tarif PPh Dividen WPOP Dalam Negeri

  Independen = Kepemilikan manajerial, kebijakan pembayaran dividen dan efek moderasi Dependen = Tarif PPh Dividen WPOP

  Hasil penelitian menunjukkan Kepemilikan manajerial, kebijakan pembayaran dividen dan efek moderasi secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap tarif PPh Dividen WPOP

  Sunarto Analisis Pengaruh kepemilikan Manajerial, investment opportunity Set, return on asset dan debt to equity Ratio terhadap dividend payout ratio (studi kasus pada saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta)

  Variabel utama = Kepemilikan manajerial, investment opportunity Set, return on asset dan

debt to equity Ratio

Variabel Kontrol = dividend payout ratio

  Struktur Kepemilikan manajerial, investment opportunity Set, return on asset dan debt to equity Ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) mempengaruhi investment opportunity Set, Return On Asset (ROA). Debt to Equity Ratio (DER) dengan arah hubungan positif. Made Pratiwi Dewi

  Pengaruh struktur modal dan Struktur kepemilikan terhadap Free cash flow dan kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan yang Go public di bursa efek indonesia

  Independen = struktur modal dan Struktur kepemilikan Dependen = Free cash flow dan kebijakan dividen Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Free Cash Flow dan Kebijakan Dividen; Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap Free Cash Flow Kebijakan Dividen;

  Sumber : data diolah (2014)

2.6 Kerangka Konseptual

  Menurut Sugiyono (2003 : 56) Kerangka konseptual merupakan kerangka mengenai konsep masalah yang sedang dibahas agar penelitian menjelaskan konsep yang dipakai agar terjadi pemahaman yang sama antara peneliti dan pembaca penelitian.

  Krisis perekonomian yang melanda di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia dimulai dengan adanya isu mengenai corporate governance. Salah satu penyebab lamanya proses pemulihan ekonomi ini dikarenakan lemahnya

  

corporate governance . Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan

  yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Keberhasilan penerapan corporate

  

governance tidak terlepas dari struktur corporate governace, karena struktur

corporate governance mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada

  akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya kontrol yang mereka miliki. Kontrol yang mereka miliki tersebut diterapkan melalui good

  

corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik sehingga membantu

terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan.

  Indikator struktur modal optimal dapat diidentifikasikan menggunakan perubahan nilai total perusahaan melalui harga perlembar saham di pasar modal.

  Penilaian struktur modal optimal ini dapat ditelaah melalui kerangka teoritis yang tidak hanya melihat strukturmodal itu sendiri, namun juga melihat tingkat efisiensi operasional berkenaan dengan kegiatan investasi dan kondisi yang berkenaan dengan potensi pasar.

  Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang dan struktur kepemilikan

manajerial dikemukakan oleh Handono Mardianto (2009:285) yang menyatakan

bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh faktor alternatif sumber dana (kebijakan

hutang) yaitu perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) daripada

menerbitkan saham baru, yang mana akan menurunkan rasio pembayaran dividen.

Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang dan struktur kepemilikan manajerial

dikemukakan oleh Handono Mardianto (2009:285) yang menyatakan bahwa

  

kebijakan dividen dipengaruhi oleh faktor alternatif sumber dana (kebijakan hutang)

yaitu perusahaan akan memilih sumber dana internal (laba ditahan) daripada

menerbitkan saham baru, yang mana akan menurunkan rasio pembayaran dividen.

  Struktur kepemilikan manajerial yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan rasio pembayaran dividennya, artinya manajer yang mempunyai persentase kepemilikan yang lebih besar mempunyai pengendalian penuh untuk melakukan kebijakan dividen, bila jumlah kepemilikan manajerial besar maka dividen akan turun begitupun sebaliknya struktur kepemilikan manajerial, manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak menjual saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan rasio pembayaran dividennya, artinya manajer yang mempunyai persentase kepemilikan yang lebih besar mempunyai pengendalian penuh untuk melakukan kebijakan dividen, bila jumlah kepemilikan manajerial besar maka dividen akan turun begitupun sebaliknya.

  Selain struktur modal, kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen dalam manajemen juga merupakan indikator penting. Kebijakan dividen adalah persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, pembagiandividen saham dan pembelian kembali saha. Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio), ikut menentukan besar jumlah laba yang ditahan perusahaan harus dievaluasi dalam kerangka pemaksimalan kekayaan para pemegang saham.

  Dengan demikian model teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1

  Corporate Governance H2

  Dividen Struktur Modal payout ratio

  H3 Struktur Kepemilikan Manajerial

  H4

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

  Sumber : Hasil Pengolahan Penulis

2.7 Hipotesis

  Menurut Noor (2013 : 49), hipotesis berasal dari kata yaitu hipo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui hasil penelitian. Adapun hipotesis dari permasalahan di atas adalah : H1 : Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen H2 : Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen H3 : Struktur Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen H4 : Corporate Governance, Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan

  Manajerial baik secara parsial maupun simultan terhadap pembayaran dividen.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

0 0 8

Gambaran Pemberian ASI oleh Ibu dan Manajemen Laktasi di PTPN IV Kebun Bah Butong Kabupaten Simalungun

0 0 12

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan Peristaltik Usus Pasca Pembedahan dengan Anestesi Umum di RS Haji Medan

0 0 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan Peristalik Usus Pasca Pembedahan dengan Anestesi Umum di RS Haji Medan

0 0 18

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan Peristaltik Usus Pasca Pembedahan dengan Anestesi Umum di RS Haji Medan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Pelindung Telinga (APT) 2.1.1 Definisi dan Jenis APT - Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petugas Ground Handling terhadap Penggunaan APT di Avron Bandara Polonia Medan Tahun 2013

0 1 33

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petugas Ground Handling terhadap Penggunaan APT di Avron Bandara Polonia Medan Tahun 2013

0 0 9

Perilaku Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

0 1 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perilaku Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

0 0 14

Perilaku Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

0 0 13