BAB 2 PENGELOLAHAN KASUS 2.1 KONSEP DASAR - Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas

BAB 2 PENGELOLAHAN KASUS

2.1 KONSEP DASAR

  Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan Hidup (Torwoto,2009). Sedangkan gangguan aktivitas/intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan (Nanda, 2007).

  Fisiologi pergerakan aktivitas yaitu merupakan rangkaian yang berintegrasiantara sistem musculoskeletal dan sistem persarafan. Adapun Fungsi dari sistem musculoskeletal yaitu mendukung dan memberi membentuk jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal otak, tempat melekatnya otot dan tendon, sumber mineral seperti garam dan fosfat dan tempat produksi sel darah. Antara tulang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan sendi yang memngkinkan terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi membentuk rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai pergerakan, membentuk postur, produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi (Torwoto, 2009). Adapun tipe-tipe Kontraksi yaitu: 1.

  Kontraksi isometrik terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus memendek untuk memindahkan suatu beban misalnya gerakan mendorong meja dengan tangan lurus, tagangan yang terbentuk dalam otot untuk mempertahankan kepala dan tubuh untuk tetap tegak.

2. Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk mengangkat atau memindahkan suatu beban.

  Batasan karakteristik menurut Nanda pada pasien yang mengalami intoleransi aktivitas didapatkan dengan data subjek yaitu ketidakyamanan atau dypnea yang membutuhkan pergerakan tenaga dan melaporkan keletihan atau kelemahan keletihan secara verbal. Data objek menurut Nanda yaitu denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas dan perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia. Faktor yang berhubungan pada gangguan aktivitas yaitu tirah baring/imobilisasi yang terlalu lama, nyeri, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen serta gaya hidup yang monoton (Nanda,2010).

  3

  Body Mechanic

  Body mechanic adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya. Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur tubuh, seperti pada orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang bedrest terlalu lama akan menurunkan tonus otot. Tonus adalah istilah yang lama kemungkinan terjadi kontraktur sehingga body mechanic juga terganggu. Untuk mempermudah pembahasan body mechanic maka perlu dipahami body mechanic, keseimbangan, dan koordinasi pergerakan (Torwoto, 2009).

  1. Bodiy alignment atau postur

  Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut secara vena. Misalnya 2. Keseimbangan

  Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbuh dengan sentralnya adalah gravitasi.

  3. Koordinasi pergerakan tubuh Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mengangkat benda, maksimal 57% dari berat badan. Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan di pengaruhi oleh 6 faktor yaitu tingkat perkembangan tubuh, kesehatan fisik, keadaan nutrisi, emosi, kelemahan neuromuscular dan skeletal dan pekerjaan.

  1. Tingkat perkembangan Tubuh Usia akan memepengaaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh secara proporsional, postur, pergerakan dan refleks akan berfungsi secara optimal.

  2. Kesehatan Fisik Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.

  3. Keadaan Nutrisi Kurangnya Nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

  4

  4. Emosi Rasa nyaman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat yang kemudian sering di manifestasikan dengan kurangnya aktivitas.

  5. Kelemahan neuromuskuler dan skeletal Adanya abnormal postur seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh terhadap pergerakan.

  6. Pekerjaan Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan petani dan buruh (Torwoto, 2009).

  Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Pergerakan atau Imobilisasi

  Ada beberapa yang mempengaruhi gangguan aktivitas yang pertama, gangguan musculoskeletal seperti penyakit osteoporosis yang biasanya terjadi pada usia lanjut yang terjadi pengeroposan tulang, atropi pada otot ekstrsmitas seperti otot kaki akan mempengaruhi gangguan aktivitas, dan kekakuan dan sakit sendi yang terjadi diakibatkan karena kerja didepan ac sehingga otot menjadi kaku, kedua yaitu gangguan kardiovaskuler seperti postural hipotensi, vasodilatasi vena, peningkatan penggunaan valsava maneuver, ketiga, gangguan sistem respirasi dikarenakan penurunan gerak pernafasan, bertambahnya sekresi paru contohnya pada penyakit Tb paru seperti yang di jelaskan diatas kekurang O2 dapat mempengaruhi aktivitas karena O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang banyak, dan arelektasis dan hipotesis pneumonia juga terjadi pada penyakit paru (Torwoto, 2009). Masalah yang terjadi yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas yaitu:

  1. Atropi otot merupakan keadaan dimana otot menjadi mengecil karena tidak terpakai dan pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan diganti dengan jaringn fibrosa dan lemak.

  2. Hypertropi otot merupakan pembesaran otot, terjadi akibat aktivitas otot yang kuat dan berulang, jumlah serabut tidak bertambah tetapi ada peningkatan diameter dan panjang serabut terkait dengan unsur – unsur filamen.

  3. Nekrosis ( jaringan mati ) terjadi akibat trauma atau iskemia dimana proses regenerasi otot sangat minim.

  5

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Gangguan Aktivitas

2.2.1 Pengkajian 1.

  Aktivitas/istirahat Kaji tanda dan gejala pada gangguan aktivitas seperti keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, nyeri dada dengan aktivitas ditandai gelisa, perubahan status mental misalnya letargi.

  2. Neurosensori Kaji neurosensori pada pasien gagal jantung kronis tanda dan gejala. Gejala yang terjadi pada chf yang mempengaruhi aktivitas yaitu kelemahan yang terjadi pada pasien chf dan tandanya tidak tenang, mudah tersinggung dan perubahan perilaku.

  3. Nyeri Pada pasien chf sering terjadi nyeri khususnya setelah melakukan aktivitas sehingga pasien malas untuk melakukan aktivitas dan biasanya penderita pasien menjadi terlalu banyak berbaring di tempat tidur. Timbulnya gejala nyeri yaitu karena kelemahan dan tandanya gelisa, tidak tenang.

  4. Pernafasan Pada pasien chf terjadi gangguan pernafasan yang dapat mengganggu aktivitas misalnya pada pasien chf dypnea dating pada saat aktivitas, tidur, duduk, yang ditandai dengan pernafasan dangkal.

  5. Sirkulasi dan Eliminsi Mengkaji riwat hypertensi, gjk sebelumnya yang ditandai dengan tanda aktivitas meruhah tekanan darah akan menurun, dan penurunan berkemih, urine berwarnah gelap (Doenges,

  2002).

2.2.2 Analisa Data

  Tahap pengkajian dari proses keperawatan yang merupakan proses yang merupakan proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar yang pertama mengumpulka data secata sistematis, kedua menyortir dan mengatur data yang di kumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali. Data dasar pasien adalah kombinasi data yang dikumpulkan dari wawancara dan observasi untuk pengambilan riwayat pasien (data subjek) dan data objek. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi

  6 tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapat data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutkan data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit, selama pasien dirawat dirumah sakit secara terus menerus (on going assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data re-assessment (Sigit, 2010). Adapun tujuan pengumpulan data yaitu 1.

  Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien 2. Untuk menentukan keperawatan dan kesehatan klien 3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya

  Pada analisa terdapat tipe - tipe analisa data dalam pengkajian antara lain: 1.

  Data subjektif Data yang didapat dari klien dari klien sebagai suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, perasaan, ide klien klien terhadap status kesehatannya, misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual, perasaan malu.

2. Data objektif

  Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indra (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, misalnya frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, tekanan darah, berat badan, tingkat kesadaran, berat badan, tinggi badan.

2.2.3 Rumusan Masalah

  Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan. Pada data yang di dapat pada pasien chf ditemukan bedrest yang terlalu lama, adanya pembatasan pergerakan, nyeri, dan kelemahan pada pasien chf dan data yang ditemukan yaitu verbal mengatakan adanya kelemahan, kesulitan bergerak, sesak nafas/pucat dan tekanan darah yang

  7 tidak normal. Tujuan yang diharapkan kelemahan berkurang, berpatisipasi dalam perawatan diri dan mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin.

2.2.4 Perencanaan

  Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung yang ditandai dengan klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, klien tampak berbaring di tempat tidur, tungkai tampak edema, keringat dingin, lemah”.

  Intervensi Mandiri

  Pada pasien dengan gangguan aktivitas, adapun tindakan-tindakan mandiri seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu (1) Anjurkan Istirahat baik fisiologis dan psikologis dengan lingkungan yang tenang, (2) Periksa tanda vital sebelum dan sesudah setelah aktivitas, (3) Berikan bantuan aktivitas perawatan diri sesuai indikasi dan selingi periode aktivitas, (4) Evaluasi Peningkatan intoleransi aktivitas.

  Kolaborasi

  Adapun tindakan kolaborasi dalam memberikan asuhan keperawatan dalam menangani ganggauan aktivitas yaitu (1) Kolaborasi kepada keluarga untuk memotivasi pasien untuk berpatisipasi dalam beraktivitas, (2) Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet

  Rasional Mandiri 1.

  Kelelahan dan Stres emosi dapat meningkatkan vasokontriksiyang terkait dengan meningkatnya tekanan darah dan meningkatnya frekwensi/ kerja jantung

2. Hypotensi ortostatik dapat terjadi karena aktivitas 3.

  Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress 4. Peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan

  Kolaborasi 1.

  Peningkatan aktivitas bertahap menghindari kerja jantung berlebihan 2. Metabolisme membutuhkan energi

  8

  9 PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DIRUMAH SAKIT

BIODATA

  I. IDENTITAS PASIEN

  Nama : Tn. M Jenis kelamin : Laki - Laki Umur : 70 Tahun Status perkawinan : Sudah Menikah Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Pensiunan Pns Alamat : Jl. X Kec.Medan Kota Tanggal masuk RS : 31-05-2014 No. Register : 00.41.36.95 Ruangan / Kamar : No. 2 Golongan darah : A Tanggak pengkajian : 2 -06 -2014 Diagnosa Medis : CHF

  II. KELUHAN UTAMA

  Pasien mengatakan bahwa tungkai kaki dan tumit bengkak serta badan lemas, lemah sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan pasien hanya tirah baring di tempat tidur.

  III. RIWAYAT KESEHATAN A.

  Provocative/ Paliative 1. Apa Penyebabnya

  Pasien mengatakan bahwa penyebab pasien terkena penyakit jantung di karenakan pasien jarang olahraga yang di sebabkan pasien sibuk dalam bekerja dan menurut pengkajian, bahwa penyebab pasien terkenah chf di karenakan dari komplikasi penyakit DM dan Hypertensi yang dimana itu merupakan factor resiko penyakit chf.

  2. Hal-hal yang dapat memperbaiki keadaan Jika sesak dan nyeri pada pasien kambuh karna diakibatkan aktivitas, pasien biasanya langsung istirahat, setelah beberapa menit, sesak dan nyeri berkurang.

  B.

  Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan

  Pasien sangat lelah pada saat berjalan pada hal berjalan tidak terlalu lama dan kadang timbul nyeri seperti tertusuk. Bagaimana dilihat

  Pasien terlihat menggunakan otot bantu pernafasan dan pasien terlihat lemas pada saat melakukan aktivitas dan wajah meringis kesakitan karena nyeri.

  C.

  Region 1. Dimana lokasi

  Nyeri terjadi di ekstremitas bawah pada tungkai dan lutut sehingga mengganggu aktivitas dan nyeri yang dirasakan pasien setelah berativitas pada dada sebelah kanan.

  2. Apakah menyebar Nyeri yang di timbulkan karena aktivitas tidak menyebar.

  D.

  Severity Pasien merasa bahwa penyakit yang di deritanya ini sangat mengganggunya dalam beraktivitas sehari - hari misalnya pasien tidak dapat berjalan terlalu lama, bila pasien berjalan terlalu lama pasien muda letih dan terkadang timbul sesak sehingga mengganggu aktivitas.

  E.

  Time Nyeri pada lutut, tungkai serta dada yang dialami pasien timbul pada saat berjalan terlalu lama.

  10

  IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

  Pasien mempunyai riwayat penyakit masa lalu yaitu pasien pernah mengalami penyakit DM dan pasien tidak mengigat obat yang diberikan dan pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 3 minggu.

  V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

  Riwayat kesehatan keluarga pasien bahwa bapak pasien mengalami penyakit DM sedangkan ibu tidak diketahui penyakitnya karna pasien tidak mengingatnya.dan abang pasien juga mengalami penyakit yang sama dengan pasien yaitu DM, jantung. Pasien mempunyhai penyakit keturunan yaitu hypertensi dan diabetes militus.

  VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A.

  Persepsi pasien tentang penyakitnya Pasien mengatakan bahwa penyebab pasien terkena penyakit jantung di karenakan pasien jarang olaraga di karenakan pasien sibut dalam bekerja.

  B.

  Konsepsi Diri

  • : Pasien senang dengan bentuk tubuhnya

  Gambaran Diri : Pasien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah

  • : Pasien ingin diperhatikan oleh istrinya.

  Ideal Diri

  • : Pasien sebagai kepala keluarga

  Harga Diri

  • : Pasien anak ke 2 dari 5 bersaudara

  Peran Diri

  • C.

  Personal Identity

  Keadaan emosi Mudah tersinggung dan mudah marah

VII. PEMERIKSAAN FISIK A.

  Keadaan Umum Compos mentis B. Tanda-tanda vital

  Pada saat melakukan pemeriksaan fisik dirumah sakit tanggal 2 juni 2014 didapatkan suhu tubuh 36,7 C,pernafasan 23 kali /menit,tekanan darah 130/70 mmhg, tinggi badan 163 dan berat badan 70 kg.

  C.

  Pemeriksaan Head to Toe

  11 Pada pemeriksaan fisik terdapat wajah pasien pucat, warna kulit kuning langsat dan terdapat dua telinga dan dua mata,satu hidung dan mulut. Pada pemeriksaan mata tidak ada masalah keadaan mata normal, sedangkan pada hidung tidak ada cuping hidung dan lubang hidung bersih tidak kotoran, keadaan bibir pasien tidak ada tanda sianosis dan jumlah gigi pasien masih normal dan pengecapan pasien masih baik, pada pemeriksaan leher teraba vena jugularis keras dan membesar dan pada pemeriksaan kulit tugor kulit terlihat jelek crt > 1 menit, pada pemeriksaan dada terlihat pembesaran dada pada sebelah kanan, dan ada kesulitan dalam bernafas setelah beraktivitas dan pada saat di auskultasi terdengar suara gallop pada dada sebelah kanan, pada pemeriksaan paru fremitus taktil meningkat terhadap udara dan cairan dan pada saat di perkusi terdenmgan suara dullness tetapi suara pasien jelas berbicara dan pada pemeriksaan abdomen bentuk simetris dan warna kulit kuning langsat.

  VIII. Pemeriksaan neurologi dan Nervus cranial

  Tingkat kesadaran pasien dengan gcs 15 dan pada pemeriksaan Nervus cranial pasien bermasalah pada nervus cranial yang kedelapan yaitu nervus vestibule bahwa pasien tidak dapat berdiri tegak, pasien tidak dapat menjaga keseimbangan di karenakan adanya edema pada tungkai dan tumit dan pesien terlihat lemah sehingga pasien tidak dapat beraktivitas. .

  IX. POLA KEBIASAAN SEHARI- HARI

  Pada pola makan dan minum pada pasien, pasien makan dalam sehari 3 kali dan selera makan pasien baik, tidak ada mual muntah, alergi tidak ada, jenis makanan pasien yaitu MB (nasi), waktu pemberian makan jam 07.00: makan pagi,12.00: makan siang, 20.00: makan malam. Pada saat makan pasien di sulangi sama saudaranya dan dalam perawatan diri pasien juga di bantu oleh saudaranya misalnya ke toilet dan mandi, ganti pakaian dan dalam pola kebiasaan sehari-hari pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

  12

  13

  2.3.2 Analisa Data No Symptom Etiologi Problem

  1. DS: Klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, nafsu makan menurun” DO: ฀ Klien tampak berbaring di tempat tidur, lemah, lemas dan kuku, tungkai tampak edema, keringat dingin.

  Curah jantung menurun Aliran darah menurun Suplai nutrisi dan oksigen menurun Kelemahan Intoleransi aktivitas

  Intoleransi Aktivitas

  2.3.3 RUMUSAN MASALAH

  Masalah Keperawatan 1.

  Pasien mudah lelah dan lemas dan terkadang timbul nyeri sehingga pasie sulit beraktivitas sehingga mengganggu pasien dalam beraktivitas.

  2. Pasien mengeluh tidak bisa beraktivitas di karenakan adanya edema yang terjadi pada tungkai kaki dan lutut pasien

  3. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas di karenakan adanya edema pada lutut pasien dan tumit, dan timbul sesak serta nyeri setelah beraktivitas misalnya berjalan terlalu lama jalan sehingga pasien malas beraktivitas dan pasien hanya tidur di tempat tidurnya dan pasian tidak melakukan aktivitas.

  Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

  ke jaringan dengan kebutuhan dengan akibat sekunder dari penurunan curah jantung yang ditandai dengan klien mengeluh “tenaganya lemah, cepat lelah, sesak nafas, klien tampak berbaring di tempat tidur, tungkai tampak edema, keringat dingin, lemah.

2.3.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

  Hari/ No. Dx Perencanaan Keperawatan Tanggal Selasa/3 Tujuan dan Kriteria Hasil : Juni

  1. 1-24 jam pasien tidak mengalami koagulasi intravaskuler difusi, 2014 dengan criteria hasil : Klien dapat berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan TTV dalam batas normal selama beraktivitas.

  2. 1-24 pasien dapat melukan aktivitas tanpa adanya keluhan, criteria pasien mengalami tingkatan dalam melakukan aktivitas misal pasien mulai dapat berjalan sampai bisa memenuhi kebuhannya sendiri seperti makan,minum,dan perawatan dirinya sendiri.

  Rencana Tindakan Rasional Mandiri

  1. Irama gallop umumnya dihasilkan Periksa Vital sign sebelum dan sesudah sebagai aliran darah ke dalam serambi aktivitas distensi, murmur dapat menunjukkan inkonpeten dan penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, dan tekanan darah karena penurunan cardiac output tampak pada nadi dan tekanan darah..

  Kelelahan dan Stres emosi dapat 2. Beri bantuan dalam meningkatkan vasokontriksiyang terkait aktivitas fisik, dengan meningkatnya tekanan darah kognitif, sosial dan dan meningkatnya frekwensi/ kerja spiritual yang jantung. spesifik 3.

  Adanya Peningkatan tekanan ventrikel Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas kiri klien tidak dapat menoleransi peningkatan volume cairan (preload),

  14 klien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard. Kolaborasi Kolaborasi kepada keluarga untuk memotivasi pasien

  Peningkatan aktivitas bertahap untuk beraktivitas. menghindari kerja jantung berlebihan .

  Kolaborasi pemberi diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung sehingga akan meningkatkan kebutuhan miokard

  15

2.3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

  1 Mandiri

  S: Pasien mengatakan, pasien tidak dapat melakukan aktivitas. O: Pasien hanya berbaring ditempat tidur, kondisi pasien lemah

  Hari/ Tanggal No.

  Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

  Selasa

  3 Juni 2014

  • Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik
  • Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas
  • Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
  • Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.
  • Kolaborasi pemberian Diet anti garam

  Kolaborasi

  • Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien
  • Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
  • Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas
  • Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas
  • kolaborasi pemberian obat ferosemid
  • Kolaborasi pemberian diet anti garam
  • Memberi bantuan dalam aktivitas S: Pasien mengatakan,
  • Mengvaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
  • Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas

  O: Td: 130/90 mmhg sesudah aktivitas, kondisi pasien lemah

  1 Mandiri

  5 Juni 2014

  Kamis

  P: Intervensi dilanjutkan karena pasien masih lemah

  HR: 73 kali/menit A : Masalah teratasi sebagian karena pasien sudah mampu duduk di tempat tidur

  Kolaborasi

  S: Pasien mengatakan, bahwa sudah ada kemajuan, pasien sudah dapat duduk di tempat tidur dan dapt makan sendiri

  16

  1 Mandiri

  4 Juni 2014

  Rabu

  A : Masalah belum teratasi karena pasien belum mampu melakukan aktivitas

  TD: 100/70/70 mmhg HR: 72 kali/menit

  P: Intervensi dilanjutkan karena pasien bedrest tidak bisa melakukan aktivitas

  • Kolaborasi dengan keluarga dalam meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas
  • Kolaborasi pemberian anti garam bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tetapi di bantu.
  • Memberi bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik
  • Mengevaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
  • Mengukur vital sign sebelum dan sesudah aktivitas
  • Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan realibilitas jantung / beraktivitas.
  • Kolaborasi pemberian anti garam

  17

  fisik, kognitif, sosial dan spiritual yang spesifik pada pasien

  Kolaborasi

  O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas Kondisi lemah Nadi: 70 kali/menit T: 36 C A : Masalah teratasi sebagian karena pasien belum mampu melakukan aktivitas secaara bebas

  P: Intervensi dilanjutkan karena kondisi pasien masih lemah

  Jum’at

  6 Juni 2014

  1 Mandiri

  Kolaborasi

  S: Pasien mengatakan, bahwa pasien sudah mulai bisa berjalan waupun hanya sebentar tanpa di bantu. O: Td: 140/80 mmhg sesudah aktivitas,

  Kondisi lemah T: 37 C Hr: 74 kali/menit A : Masalah teratasi sebagian karena pasien sudah mampu melakukan aktivitas yang ringan seperti berjalan walaupun sebentar. P: Intervensi dilanjutkan karena pasien masih lemah dan dapat melakukan aktivitas secara bebas.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Sayuran Selada dan Kol yang Dijual di Pasar Kampung Lalang Medan Berdasarkan Jarak Lokasi Berdagang dengan Jalan Raya Tahun 2015

0 0 7

I. IDENTITAS KELUARGA - Pola Makan, Kecukupan Gizi dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru

0 0 33

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Kontrol Diri Pada Remaja yang Berasal dari Keluarga Utuh dan Keluarga Bercerai

1 3 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbedaan Kontrol Diri Pada Remaja yang Berasal dari Keluarga Utuh dan Keluarga Bercerai

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 2.1.1 Defenisi - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid di Wilayah Kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten Mandaialing Natal Tahun

0 0 20

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

0 0 11

BAB II PERANAN DEWAN KEAMANAN PBB DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA INTERNASIONAL A. Sejarah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjatuhkan Sanksi Resolusi Terhadap Israel

0 0 16