BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”

  yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis (Soetjiningsih, 2004).

  Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode suatu pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum. 2010).

  Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah antara 10-19 tahun.Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional) (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum.

  2010).

  Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja dibagi atas:

  1. Masa remaja awal ( 10-12 tahun )

  2. Masa remaja tengah ( 14-16 tahun )

  3. Masa remaja akhir ( 17-19 tahun )

      7

       8 

  2. Perkembangan Remaja dan Tugasnya Menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and

  Education

  yang dikutip oleh Panuju dan Ida ( 1999 : 23-26 ), tugas perkembangan remaja wanita ada sepuluh, yaitu : a.

  Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

  b.

  Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing- masing.

  c.

  Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif mungkin dengan perasaan puas.

  d.

  Mencapai kebebasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya.

  e.

  Mencapai kebebasan ekonomi.

  f.

  Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.

  g.

  Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.

  h.

  Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. i.

  Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. j.

  Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan pandangan hidupnya.

  Menurut Pratiwi (2005, hlm.14) bahwa tugas-tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat, mengembangkan sikap yang benar tentang seks, mengenali pola-pola perilaku heteroseksual yang dapat diterima masyarakat, menetapkan nilai-nilai yang

       9 

  harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup, mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta.

3. Perubahan Fisik pada Remaja Perempuan

  Pada masa remaja ini, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual), sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi produksi.

  Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti timbulnya tanda- tanda sebagai berikut : a.

  Tanda- tanda seks primer pada Perempuan Semua organ reproduksi perempuan tumbuh pada masa puber. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause.

  b.

  Tanda-tanda Seks Sekunder pada Perempuan 1)

  Rambut Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap, dan agak keriting.

       10 

  2) Pinggul

  Pinggul pun menjadi berkembang, membesar, dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. 3)

  Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu, sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

  4) Kulit Kulit wanita akan lebih lembut.

  5) Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat

  Kelenjar keringat dan kelenjar lemak menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. 6)

  Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin kuat dan membesar.

  Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai kaki. 7)

  Suara Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada perempuan

       11  4.

  Perubahan Kejiwaan pada masa Remaja Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah : a.

  Perubahan Emosi Perubahan tersebut berupa kondisi : 1)

  Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri, lebih-lebih sebelum menstruasi. 2)

  Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. 3)

  Ada kecenderungan tidak patuh pada orangtua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

  b.

  Perkembangan Intelegensia Pada perkembangan ini menyebabkan remaja cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik dan cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

B. STATUS GIZI 1.

  Pengertian Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa arab yaitu ”ghidza”, yang berarti makanan dan pada bahasa sansekerta disebut “ geogos” yang artinya sumber-sumber makanan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan (Soekirman, 2000).

       12 

  Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur- unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh (Sunita, 2006).

  Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Sunita, 2006).

  2. Fungsi zat gizi Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan, sebagai pelindung dan pengatur.

  3. Pengelompokan zat gizi Zat-zat nutrient dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu makro nutrient (zat gizi makro) dan mikro nutrient (zat gizi mikro).

  a.

  Makro Nutrient Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untukkeperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Kelompok makro nutrient terdiri dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat putih telur), makro mineral dan air (ada yang tidak memasukkan air dalam zat gizi).

  b.

  Mikro Nutrient Dalam golongan zat gizi mikro ini, termasuk vitamin ( baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak ) dan sejumlah mineral yang hanya dibutuhkan dalam kuantitas yang hanya sedikit. Vitamin yang larut dalam air yakni vitamin C

       13 

  dan B kompleks ( meliputi vitamin B2 [riboflamin], niacin, vitamin B

  6 [piridoksin],

  asam folat, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B

  12 [kobalamin] ). Vitamin yang

  larut dalam lemak, vitamin A (retinol ), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol), dan vitamin K (quinon). Mikro mineral meliputi zat besi, yodium, fluor, zink, chromium, selenium, mangan, molipdenum dan kurfum. Kebanyakan diantaranya terikat pada enzim dan hormon serta berfungsi pada metabolisme (Erna, 2005).

  4. Penilaian Status Gizi Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian secara tidak langsung meliputi : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Penilaian status gizi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing.

  Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan peralatan, ketenangan dan dana (Nyoman, Bakri & Fajar. 2002).

  5. Jenis Parameter Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti lingkar lengan atas (LILA).

      14

  Lingkar Lengan Atas dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.

  Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.

  Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada tujuh urutan pengukuran LILA, yaitu : a.

  Tetapkan posisi bahu dan siku b.

  Letakkan pita antara bahu dan siku c. Tentukan titik tengah lengan d.

  Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan e. Pita jangan terlalu ketat f. Pita jangan terlalu longgar g.

  Cara pembacaan skala yang benar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata (Nyoman, 2002).

6. Klasifikasi Status Gizi

  Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975 dan Puslitbang Gizi dibagi menjadi tiga yaitu:

       15  a.

  Gizi Baik, dengan ukuran LILA 20,5cm-24,5cm b.

  Gizi kurang, dengan ukuran LILA 19,5cm-20,4cm c. Gizi Buruk, dengan ukuran LILA kurang dari 19,5cm

  ( Nyoman, Bakri & Fajar. 2002 ) 7. Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, ekonomi.

  C.

PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) 1.

  Pengertian Premenstrual syndrome (PMS) adalah gabungan dari gejala fisik dan psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang ( Mitayani, 2009).

  Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi ( Bruner and sunddart, 2001).

2. Insiden

  Insiden atau kejadian dari premenstrual syndrome (PMS) sedikitya 85 % dari wanita menstruasi yang mengalaminya. Study epidemiologi menunjukan kurang lebih 20 % dari wanita usia reproduktif mengalami gejala PMS sedang sampai berat (Freeman, 2007).

  Sekitar 3-8 % memiliki gejala hingga patah yang disebut disporic disorder atau Premenstrual Dysporc Disorder (PMDD) (Saryono, 2002). Penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum jelas. Beberapa penyebab premenstrual syndrome (PMS) antara lain: ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone (kelebihan estrogen atau kekurangan progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi), faktor-faktor evolusi dan genetik, gangguan fungsi serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak (dapat mengganggu mekanisme tubuh yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron), kelebihan atau defisiensi kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, defisiensi vitamin A, B

  1 , B

  6

  atau mineral seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid, stres dan masalah emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga, diet tinggi gula, minum alkohol, konsumsi tinggi garam.

  Wanita dapat mengalami berbagai macam gejala premenstrual syndrome (PMS), baik gejala fisik maupun gejala emosional.

  Tabel. Gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS) GEJALA FISIK GEJALA EMOSIONAL

  Perut kembung Nyeri payudara, bengkak, keras Sakit kepala atau migraine Kejang atau bengkak pada kaki Nyeri panggul Hilang koordinasi Nafsu makan bertambah Hidung tersumbat Tumbuh jerawat Sakit pinggul Suka makan manis atau asam Palpitasi Peka suara atau cahaya

  Depresi Cemas Suka menangis Sifat agresif atau pembantahan Pelupa Tidak bisa tidur Merasa tegang Irritabilitas Suka marah Paranoid Perubahan dorongan seksual Konsentrasi berkurang Merasa tidak aman Sumber : dikutip dari Rayburn et.al., (2001), halaman 287.

       16 

3. Penyebab

4. Gejala

  Menurut Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS membagi PMS menjadi 4 tipe menurut gejalanya, yakni tipe A, H, C, dan D.

  a.

  PMS (Premenstrual Syndrome) Tipe A PMS tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti : 1)

  Rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.

  2) Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron ; hormon estrogen lebih tinggi daripada hormon progesteron.

  3) Penderita PMS Tipe A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.

  b.

  PMS Tipe H PMS tipe H (Hyiperhydration) memiliki gejala : 1)

  Edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.

  2) Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.

  3) Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.

  4) Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.

  17  

5. Tipe Premenstrual Syndrome (PMS) berdasarkan gejalanya :

  c.

  PMS Tipe C PMS tipe C (Craving) ditandai dengan gejala seperti : 1)

  Rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).

  2) Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala, terkadang sampai pingsan.

  3) Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat.

  4) Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

  d.

  PMS tipe D PMS tipe D (Depression) ditandai dengan gejala : 1)

  Rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. 2)

  Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

  3) Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbale di tubuh atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6 ).

  18

  4) Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan tipe A (Saryono, 2009).

       19 

6. Penanggulangan Premenstrual Syndrome a.

  Kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, cokelat.

  c.

  Tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi.

  d.

  Makan makanan berserat dan perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia.

  Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan makanan berbumbu untuk mengurangi penahanan air berlebihan.

  Perbanyak minum air putih.

  f.

  Penatalaksanaan secara medis : 1)

  Untuk mengatasi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan biasanya diberikan pengobatan diuretika. 2)

  Pemberian hormon progesterone selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen.

  3) Pemberian hormon testosterone dalam bentuk metiltestosteron sebagai tablet isap untuk mengurangi kelebihan hormon estrogen (Mitayani, 2009).

  b.

  e.

       20  D.

   Hubungan Status Gizi dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

  Keadaan gizi seseorang sangat berkaitan dengan kesehatan tubuhnya, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.

  Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre- menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut Oakley (1998), setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang.

  Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan sindrom pre-menstruasi.

  Status gizi remaja puteri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche, maupun lamanya hari menarche. Dan secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa mules. Tetapi pada beberapa remaja keluhan- keluhan tersebut tidak dirasakan, hal ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur (Erna, dkk. 2004).

  Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya Premenstrual Syndrome (PMS), tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus premenstrual syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, selain menambah suplemen nutrisi, walaupun tidak secara khusus jenis nutrisinya apa. Dengan mengonsumsi rendah lemak, dengan tinggi karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara. Sedangkan

      21

  konsumsi tinggi karbohidrat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Erna, dkk. 2004).

  Pada remaja puteri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan premenstrual syndrome (PMS) selama siklus haid.