Integrasi perencanaan pembangunan dan ke (1)

Integrasi perencanaan pembangunan
dan keuangan dengan RB
Owen Podger dan Yuni Budiastuti
Asli Desember 2011 revisi Nov 2014.
Latar belakang
Pada bulan Agustus tahun 2011, Deputi Seswapres bidang tata kelola pemerintahan Eddy Purwanto
mengundang beberapa pejabat yang dianggap pro-reformasi kepada suatu seri pertemuan yang disebut Rapat
Kerja Integrasi Reformasi Perencanaan Pembangunan dan Keuangan dengan Reformasi Birokrasi, yang kami
sebut RIR. Setelah empat kali raker dan kunjungan studi ke Australian tanpa peserta mau mengusulkan
terobosan, dan setelah dua kali rapat dengan ketua RIR untuk merancangkan rekomendasi kepada Wapres,
kami tulis rekomendasi, tapi rekomendasi kami juga tidak berdampak sebagai mestinya. Rekomendasi kami
diupdate dalam tulisan berikut.

Implementasi UU ASN akan mengenalkan perubahan mendasar tentang kewenangan dan
tanggungjawab para manajer publik, karena memberdayakan para manajer untuk berkinerja, dan
memaksa pertanggungjawabannya atas kinerjanya. Pendekatan baru ini hanya dapat dilaksanakan
dengan suatu paradigma manajemen publik yang baru, suatu program pelaksanaannya yang tegas.
Demi dasar hukum yang sinkron, perlu ada perubahan beberapa peraturan perundang-undangan
yang lain.

Perubahan pola perencanaan jangka menengah

Perencanaan oleh aparatur seharusnya dipisahkan dari perencanaan politik. Siklus politik lima tahun.
Presiden terpilih berdasarkan janjiannya untuk memperbaiki kebijakan dalam lima tahun yang ia
akan memimpin. Alat untuk memenuhi janjiannya adalah kebijakan, yaitu undang-undang bersama
DPR serta peraturan lain, dan menteri membantu pelaksanaannya. Karena Presiden dipilih untuk
memperbaiki kebijakan, seharusnya ia merancangkan program perancangan dan pembahasan
peraturan perundang-undangan, yaitu Prolegnas, dan mengusulkan kepada dewan. Dewan
melengkapi. Jadwal untuk menyusun rencana strategis penyusunan perbaikan kebijakan disiapkan
dalam bentuk rencana jangka menengah kabinet. Berdasarkan rencana itu, Presiden menyusun
rancangan Prolegnas untuk disampaikan kepada dewan.
ASN netral secara politik. ASN melayani Presiden terpilih dan menterinya dari partai manapun. ASN
melaksanakan kebijakan yang ada, sesuai dengan perkembangan kemampuannya, perkembangan
kebijakan, dan keuangan yang dialokasikan. ASN perlu perencanaan berkelanjutan atas kinerjanya,
keuangannya dan perkembangan kapabilitas secara terintegrasi. Pengintegrasian inilah yang disebut
rencana strategis yang bergulir, dan sebaiknya dibuat untuk sekitar tiga tahun kedepan. dan
mengusulkan. Bagi ASN tidak benar bila dipaksa buat rencana berdasarkan siklus politik.
Kepala daerah (dan sebaiknya anggota DPRD) sebaiknya dipilih satu tahun setelah pemilihan
Presiden, agar setiap calon kepala daerah harus berkampanye dalam rangkaian yang diatur dalam
rencana strategis Presiden terpilih. Setelah dilantik, semua kepala daerah menyusun rencana
strategis jangka menengah secara terintegrasi, masing-masing provinsi bersama kabupaten/kota


Owen Podger dan Yuni Budiastuti

Integrasi perencanaan pembangunan dan keuangan dengan RB
didalamnya, berdasarkan program pembangunan nasional. Kepala daerah merancangkan Prolegda
sebagai bagian dari rencananya, karena ia dipilih untuk melaksanakan perubahan atas kebijakan yang
ada di daerahnya, dan rancangan Prolegda diberi kepada DPRD untuk dibahas bersama.
Kepala daerah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas seluruh kinerja pemda, mengambil
keputusan bersama DPRD tentang prioritas untuk implementasi inisiatif baru. Inisiatif baru adalah
perubahan atas program yang ada, misalnya perubahan prioritas investasi, serta pelaksanaan
kebijakan yang baru, misalnya pelaksanaan perda baru dan/atau pelaksanaan kebijakan nasional
yang baru.
ASN di daerah yang bertugas untuk melaksanakan kebijakan daerah yang sudah ada harus
merencanakan kegiatannya secara berkelanjutan dengan lihat beberapa tahun kedepan atas kinerja,
keuangan dan kapabilitas secara terintegrasi.

Penyempurnaan sistem keuangan
Demi peningkatan produktivitas, selalu uang dikaitkan dengan kinerja, kinerja dengan keuangan.
Dalam masing-masing Satuan Kerja, sistem medium term expenditure framework (MTEF) mendorong
efisiensi dan efektivitas. MTEF juga dipakai untuk mendorong efisiensi dan efektivitas pembagian
urusan diantara pusat dan daerah dalam masing-masing bidang.

Supaya dapat mengukur produktivitas program-program pemerintah, sistem keuangan perlu
disempurnakan. Standar akuntansi yang ada perlu diganti dengan international accounting standards
untuk meningkatkan kredibilitas negara. Sistem perbendaharaan dan anggaran (SPAN) sebaiknya
dilengkapi dengan modul lain termasuk pengelolaan aset. Desentralisasi fiskal dan pembinaan
disesuaikan dengan kebutuhan di daerah (misal daerah tertinggal dan daerah perkotaan). Untuk itu
perlu ada perkembangan prinsip public service obligation (kewajiban pemerintah tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota untuk mendanai sebagian dari ongkos pelayanan karena kepentingan
tingkat itu) untuk menghitungkan subsidi regional.

MTEF
Dengan memakai sistem MTEF tingkat kinerja selalu dapat diatur untuk jangka menengah, yaitu duatiga tahun kedepan, sesuai dengan kemampuan keuangan, jangka waktu untuk mencapai sasaran
tertentu, dan program peningkatan kapabilitas. Kepala Satuan Kerja bertanggungjawab atas
perencanaan kinerja, dan pejabat pengelola keuangan bertanggungjawab untuk mendorong efisiensi
penggunaan anggaran.
Kebanyakan program pemerintah adalah lanjutan dari program tahun-tahun sebelumnya. Kepala
masing-masing Satuan Kerja bersama manajer programnya wajib mendorong perbaikan
berkelanjutan dalam programnya, baik dalam peningkatan mutu layanan maupun peningkatan
efisiensi, agar belanja tahun depan dan tahun-tahun berikutnya dapat lebih hemat.
Bagi pejabat yang memegang pendapatan negara, perbaikan berkelanjutan menghasilkan
pendapatan naik setiap tahun, kecuali ada krisis ekonomi atau krisis fiskal.

Dengan ongkos program menurun dan pendapatan naik, selisih antara pendapatan dan ongkos
program memberi kesempatan makin besar kepada pemerintah untuk melaksanakan terobosan
Page 2 of 5

Owen Podger dan Yuni Budiastuti

Integrasi perencanaan pembangunan dan keuangan dengan RB
baru, baik tambahan investasi sarana dan prasarana, maupun melaksanakan kebijakan baru dalam
program yang ada, maupun melaksanakan program baru lainnya.
Hanya dengan suatu sistem perencanaan dan anggaran multi-tahunan seperti MTEF, pemerintah
dapat memproyeksikan kesempatan ini untuk melaksanakan terobosan baru. Dan bersama
melaksanakan terobosan baru dapat merencanakan program untuk membangun kapabilitas untuk
mengimplementasikannya.

Perencanaan profesional, politisi dan managerial
Perencana, planolog dan analis belanja (profesional) bertanggungjawab atas kualitas nasehat
perencanaan yang diberikannya. Para profesional memberi masukan kepada politisi supaya politisi
yang bertanggungjawab kepada masyarakat dapat mengambil keputusan yang benar secara teknis
tentang apa yang mereka janjikan kepada masyarakat. Dan kepada manajer program supaya manajer
program yang bertanggungjawab kepada pimpinan dapat mengambil keputusan yang benar secara

teknis tentang apa yang dipercayakan kepadanya.
Nasehat profesional tersebut tidak dapat disebut sebagai suatu rencana sampai para politisi atau
para manajer mengangkat nasehat tersebut menjadi rencana mereka. Profesional perencana,
planolog dan analis belanja tidak memiliki kuasa untuk memutuskan, namun tugas mereka sangat
dibutuhkan politisi dan manajer sehingga layak dihargai. Bersama-sama dengan politisi dan manajer,
profesional menerjemahkan nilai, prinsip, etika ke dalam visi dan misi strategis, yang kemudian
diterjemahkan dalam rencana strategis dan dokumen manajerial berbasis kinerja (performance
based management).
Dua profesi yang sangat penting dan belum diatur secara profesional adalah akuntan yang harus
bertanggungjawab atas keuangan dan ahli analisa belanja yang harus bertanggungjawab atas
perhitungan anggaran secara ilmiah. Profesi akuntan sudah ada, tapi kewajiban mereka atas

Dua Peran Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan pembangunan jangka panjang jangan lagi diatur dengan Undang-Undang, karena lebih
baik tidak ada daripada ada yang tidak sesuai. Tidak ada guna membuat rencana politik jangka
panjang hanya karena diatur dengan undang-undang. Tetapi, secara politik, silahkan presiden atau
menteri atau kepala daerah menyiapkan suatu rencana jangka panjang bila ada manfaat politiknya
dari penetapan visi yang kredibel jauh kedepan, agar membangun dukungan politik dan moral untuk
melaksanakan program pada masa baktinya untuk kepentingan masa-masa berikutnya. Tujuan
politiknya bukan untuk membatasi ruang gerak pimpinan yang berikut, tetapi pada saat ini untuk

mengatur kebijakan dan program yang dibutuhkan untuk kepentingan jangka panjang. Kebijakan
yang ditetapkannya untuk jangka panjang berlaku sampai ada penyempurnaan berikutnya.
Lebih penting adalah rencana teknis jangka panjang, yang menggambarkan proyeksi keadaan masa
depan berdasarkan ilmu. Rencana teknis jangka panjang adalah alat perencana untuk memberi
masukan kepada politisi tentang apa yang harus dilakukan sekarang dan seterusnya untuk
menghadapi masalah yang mengancam pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Misalnya,
perubahan cuaca dan jumlah penduduk yang berkembang terus, tetapi luas tanah dan sumber air
tetap sama. Dasar dan cara perencanaan jangka panjang teknis adalah ilmu profesi yang sebaiknya
diatur oleh profesi, bukan diatur undang-undang.
Page 3 of 5

Owen Podger dan Yuni Budiastuti

Integrasi perencanaan pembangunan dan keuangan dengan RB
Dua Fungsi Tata Ruang
Penataan ruang adalah bentuk rencana jangka panjang yang sangat dibutuhkan. Pertama, untuk
melindungi hak masyarakat. Pembangunan dan penggunaan lahan dan bangunan harus dikendalikan
supaya tidak merugikan masyarakat sekitarnya. Kedua sebagai alat koordinasi pembangunan
prasarana dan sarana umum, untuk mengendalikan investasi masyarakat dan swasta, dan untuk
mengatur investasi pemerintah swasta dan masyarakat yang efisien dan efektif.

UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang kurang lebih sudah sesuai dengan dua tujuan
penataan ruang tersebut, akan tetapi UU tersebut perlu dilengkapi dengan beberapa syarat baru. Di
kebanyakan negara, dewan perwakilan masyarakat daerah sangat aktif dalam perencanaan tata
ruang, demi transparansi. Sebaiknya anggota dari masing-masing dapil diatur untuk bertemu dengan
warga sekitar apabila ada proyek besar yang diduga dapat merugikan mereka. Aspirasi masyarakat
tersebut harus didengar, dan masukan dari para planolog yang menilai manfaat dari proyek besar
tersebut merupakan hal yang harus menjadi pertimbangan demi kepentingan masyarakat luas.
Juga sebaiknya masyarakat desa diberi wewenang terbatas untuk menata ruang sendiri, tanpa
mengurangi hak pemerintah daerah untuk menata ruang di desa demi kepentingan masyarakat yang
lebih luas.
Sebaiknya penataan ruang tidak disiapkan secara tergesa-gesa, seperti sering terjadi di tanah air. Ada
risiko tinggi bahwa rencana yang disusun dengan cepat menjadi kurang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan daerah. Risiko banyak pembangun dan pengguna tanah dan bangunan akan menuntut
agar usaha mereka diizinkan sebagai kecualian, dan revisi rencana tata ruang tidak sesuai dengan
aspirasi masyarakat atau kepentingan negara.

Bottom up planning dan perbaikan berkelanjutan
Di banyak daerah pembahasan RAPBD kecenderungannya lebih tentang pembagian “kue” daripada
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata. Sering DPRD mengulangulang perencanaan yang sesungguhnya merupakan tanggung jawab para birokrat (yaitu pelaksanaan
kebijakan yang ada), dan mengabaikan perencanaan yang menjadi tanggung jawab mereka bersama

kepala daerah, yaitu pembentukan kebijakan baru. Bila sudah ada kebijakan sebagai landasan
merancangkan anggaran, pembahasan RAPBD adalah bagian dari fungsi pengawasan, yaitu,
mengontrol bahwa RAPBD yang disampaikan oleh kepala daerah sesuai dengan kebijakan itu.
Sistem musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) dibentuk agar rencana pembangunan
daerah memenuhi kebutuhan masyarakat, akan tetapi secara formal tidak mengikutsertakan anggota
DPRD yang tugasnya menggali aspirasi masyarakat.
Para manajer program sebagai pengguna anggaran bertanggungjawab atas perencanaan dalam
sektornya supaya makin efisien dan berhasil. Untuk itu para manajer program wajib menggali aspirasi
masyarakat berdasarkan Prinsip Pelayanan dengan Best Value.
Musrenbang tingkat desa dan kecamatan sebaiknya menjadi ruang untuk membahas dengan
masyarakat usulan perbaikan pelaksanaan pelayanan dari masing-masing kepala SKPD, yang telah
disiapkan dengan masukan dari masyarakat berdasarkan pendekatan Best Value. Para manajer
program melaporkan tingkat pelayanan yang tercapai di masing-masing desa dan kecamatan
Page 4 of 5

Owen Podger dan Yuni Budiastuti

Integrasi perencanaan pembangunan dan keuangan dengan RB
dibandingkan dengan tingkat rata-rata untuk kabupaten/kota dan dengan standar pelayanan
minimal, agar masyarakat desa dan kecamatan sadar akan prioritas daerah di desa/kecamatan

mereka.
Juga dalam musrenbang dibahas usulan rencana untuk melaksanakan kebijakan baru dan bila
relevan, masukan dari masyarakat tentang perbaikan atas kebijakan lama. Dengan demikian
sebaiknya musrenbang desa dan kecamatan disponsori Bappeda bersama kelompok anggota DPRD
dari dapil yang bersangkutan, sebagai kelengkapan DPRD baru. Setiap Perda yang berdampak lain di
lain dapil dapat dibahas oleh kelompok dapil di dapil, dan dilaporkan ke pleno.
Musrenbang kabupaten/kota adalah forum pemerintah daerah untuk membahas prioritas sebagai
masukan untuk persiapan usulan kebijakan pra-penganggaran yang akan disampaikan kepada DPRD,
yaitu usulan plafon anggaran setiap program baik untuk melaksanakan kebijakan yang ada maupun
pelaksanaan kebijakan baru, dan usulan kebijakan baru yang belum dibahas dengan DPRD.
Musrenbang kabupaten/kota juga dapat membahas program provinsi dan pusat di daerah, baik reviu
pelaksanaan kebijakan mereka yang ada maupun usulan daerah daerah untuk kebijakan baru. Jadi
pemerintah provinsi, DPRD provinsi, dan anggota DPD sebaiknya diikutsertakan.
Dengan perubahan kebijakan tentang perencanaan yang diusulkan disini, pola ikut peraturan dan
pola proyek pembangunan diganti dengan pola peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara
berkelanjutan.

Owen Podger owenpodger@gmail.com Yuni Budiastuti yunibudiastuti@yahoo.co.id

Page 5 of 5