Kepemimpinan dan Kelompok Strategis Pede

1

Praktikum ke : 11

Hari/Tanggal : Kamis,27 November 2014

MK. Sosiologi Pedesaan (KPM 230)

Ruang

: RK. Auditorium 1

PB 11: Kepemimpinan dan Kelompok Strategis
Kepemimpinan, Modal Sosial dan Kerja Kolektif dalam Pemberdayaan Desa Mandiri Energi
(Hartoyo)
Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan (Zessy AB)
Asisten Praktikum:
1. Rajib Gandi, S.K.Pm
1.
2.
3.

4.
5.
I.

Kelompok 5:
Sari Nurfiani
I34130052
Musa Darmawan I34130125
M. Rezky F.
I34130154
Annisa Idzni Y. I34130091
Siti Rifa’atul A. H54120071

Ikhtisar

Urgensi Kepemimpinan, Modal Sosial dan Kerja Kolektif dalam Pemberdayaan Desa
Mandiri Energi
Kepemimpinan desa dapat dilihat dari kapasitas pemimpin dalam mengambil
keputusan yang strategis untuk mengorganisir anggotanya agar turut serta berperan aktif di
dalam berbagai kerja kolektif dalam pembangunan desa. Kepemimpinan desa bukan hanya

pada level komunitas desa, tetapi juga pada level kelompok-kelompok yang lebih kecil yang
dibentuk sesuai dengan obyek kerja-kerja kolektif yang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan di desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, menunjukkan bahwa peranan dan fungsi
kepemimpinan dalam memperkuat bekerjanya modal sosial dan partisipasi anggota komunitas
dalam kerja-kerja kolektif ditentukan oleh level otoritas dan legitimasi pemimpin. Derajat
otoritas, legitimasi dan kharisma para pemimpin berhubungan erat dengan struktur
kepemimpinan formal pada tingkat desa.
Keberhasilan dalam meningkatkan kapasitas kepemimpinan di desa Pesawaran Indah
dilakukan dengan empat strategi. Pertama, memperkuat peran dan fungsi pemimpin sesuai
dengan posisinya dan kapasitasnya di dalam struktur kepemimpinan formal desa. Kedua,
memperkuat hubungan emosional dan fungsional para pemimpin pada level elit desa. Ketiga,
membuat dan mengefektifkan bekerjanya peraturan desa. Keempat, memperkuat kapasitas
jejaring sosial dengan berbagai pihak luar desa (multistakeholders), baik secara personal
maupun kelembagaan.
Dimensi interaksional kepemimpinan (hubungan antar pemimpin, dan antara
pemimpin dan para anggota komunitas desa) secara bersamaan memperhatian kapasitas
personal pemimpin dan kapasitas agensi aktor. Kapasitas kepemimpinan dapat dioptimalkan
fungsinya oleh para pemimpin dalam berbagai cara dalam merespon proses-proses internal
dan juga pada pengaruh faktor lingkungan eksternal.


2

Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan
Pembangunan dapat diwujudkan dari beberapa program-program pembangunan. Pada
desa Dramaga, program PNPM Mandiri Pedesaan merealisasikan program pembangunan
dengan membangun sarana irigasi dan Mandi Cuci Kakus (MCK). Pembangunan ini
merupakan pengajuan keinginan dari masyarakat Dramaga sendiri. Keberhasilan program
pembangunan ini pun tidak lepas dari peran pemimpin lokal di dalamnya. Pada desa
Dramaga, terdapat empat pemimpin lokal dengan basis dan kepemilikan modal yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemimpin lokal YT yang memilliki basis
institusi pemerintahan merupakan pemimpin lokal yang paling berpengaruh karena terlibat
dalam semua tahapan program. Masyarakat desa Dramaga merupakan masyarakat yang
melihat individu yang dapat dijadikan pemimpin ialah individu yang memiliki kemampuan,
namun karena pada dasarnya masyarakat desa Dramaga masih merupakan masyarakat
tradisional maka yang terjadi adalah masyarakat desa Dramaga masih memandang atribut
sosial yang dimiliki pemimpin lokal tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa modal simbolik merupakan modal yang penting untuk
mempengaruhi masyarakat. Namun, pemimpin yang mampu mengakumulasikan modalmodalnya maka pemimpi tersebut secara tidak langsung dapat membentuk modal simbolik
yang tidak dimilikinya, baik melalui orang lain, maupun didasari dari kemampuan dirinya.

Pemimpin lokal yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi modal-modal yang
dimilikinya serta mampu mempengaruhi pihak-pihak yang memiliki modal simbolik yang
kuat, secara tidak langsung dapat memperkuat posisi pemimpin lokal tersebut serta
menciptakan modal simbolik bagi pemimpin lokal.

II.

Kerangka Berpikir

Bacaan “Urgensi Kepemimpinan, Modal Sosial dan Kerja Kolektif dalam Pemberdayaan
Desa Mandiri Energi”
PERAN DAN FUNGSI
KEPEMIMPINAN DESA

MODAL SOSIAL

KERJA KOLEKTIF

Pemberdayaan Desa


PE

3

Keberhasilan dalam pembangunan desa mandiri energi ditentukan oleh kekuatan hubungan
antara tiga faktor, yaitu kepemimpinan desa, modal sosial dan kerja kolektif. Urgensi dari
kepemimpinan ditunjukkan dalam peran dan fungsinya dalam memperkuat bekerjanya modal
sosial dan mengarahkan anggota dalam kerja kolektif. Modal sosial bersinergi dengan kerja
kolektif.

Bacaan “Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan”
KETERLIBATAN DALAM
PERENCANAAN
KETERLIBATAN DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM

KETERLIBATAN DALAM
EVALUASI PROGRAM

PILIHAN WARGA


PEMIMPIN LOKAL

Karakteristik
tertentu

Kepemilikan
modal simbolik

Pemimpin lokal merupakan orang-orang yang biasanya dipilih oleh masyarakat pada desanya.
Pemilihan ini didasarkan pada karakteristik yang dimiliki oleh orang tersebut yang dinilai
cocok bagi masyarakat untuk menjadi pemimpin.
Dalam suatu program yang dijalankan di desa, keterlibatan pemimpin lokak mencakup 3 hal,
yakni keterlibatan dalam perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi program. Kepemilikan modal
simbolik sangat penting bagi pemimpin lokal untuk memperkuat pengaruhnya dalam
masyarakat.

III.

Analisis


Analisis “Urgensi Kepemimpinan, Modal Sosial da Kerja Kolektif dalam Pemberdayaan
Desa Mandiri Energi”
Menurut Sutardjo, kepemimpinan merupakan pertemuan antara pelbagai faktor: (1)
kepribadian; (2) sifat golongannya; dan (3) situasi atau kejadian. Pada bacaan Hartoyo,
seperangkat sumberdaya lokal dimanfaatkan secara optimal menggunakan strategi
pemberdayaan Integrated Community Development/ICD untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dalam bacaan dijeaskan urgensi kepemimpinan, modal sosial dan kerja kolektif dalam
pemberdayaan desa mandiri energi, dan dijelaskan bagaimana ketiga faktor tersebut dapat
diperkuat menjadi lebih produktif berkaitan dengan pengembangan model pemberdayaan
masyarakat desa mandiri energi. Serta berdasaarkan bacaan diketahui bahwa hasil penelitian
menemukan beberapa hal penting, pertama, keberhasilan dalam pemberdayaan desa mandiri
energi dilakukan melalui beberapa strategi integrative dalam satu kesatuan kekuatan
komunitas; mensinergikan semua sumberdaya untuk mewujudkan manfaat utamanya bagi
kehidupan melalui pengembangan produk; meningkatkan kapasitas kerja kolektif dalam
pembangunan; pengoptimalkan bekerjanya modal sosial (keanggotaan kelompok, jejaring
sosial, kepercayaan dan norma sosial); dan memperkuat kapasitas kepemimpinan desa.
Kedua, pengembangan model pemberdayaan desa mandiri energi perlu dilakukan dengan
mengembangkan pendekatan linking social capital.


4

Pada bacaan diketahui bahwa keberhasilan dalam meningkatkan kapasitas kepemimpinan
di desa Pesawaran Indah dilakukan dengan empat strategi. Pertama, memperkuat peran dan
fungsi pemimpin sesuai dengan posisinya dan kapasitasnya di dalam struktur kepemimpinan
formal desa. Kedua, memperkuat hubungan emosional dan fungsional para pemimpin pada
level elit desa. Ketiga, membuat dan mengefektifkan bekerjanya peraturan desa. Keempat,
memperkuat kapasitas jejaring sosial dengan berbagai pihak luar desa (multistakeholders),
baik secara personal maupun kelembagaan. Realitas tersebut menunjukkan bahwa dimensi
interaksional kepemimpinan secara bersamaan memperhatian kapasitas personal pemimpin
dan kapasitas agensi aktor. Berdasarkan hal diatas disimpulkan bahwa teori munculnya
kepemimpinan yang mendekati adalah Teori Sistem, yaitu Kepemimpinan adalah pertemuan
antar pelbagai faktor, meliputi: kepribadian, sifat golongannya, situasi dan kejadian.
Analisis “Pengaruh Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan”
Dalam bacaan ini terdapat empat tokoh yang dianggap memiliki pengaruh yang lebih
dibandingkan pemimpin lokal lainnya. Mereka yaitu AR, YT, DM, dan AQ. Klasifikasi
tentang kepemimpinan mereka berdasarkan definisi dari Karatodirdjo dan teori kepemimpinan
akan diuraikan secara rinci di bawah ini.
Pemimpin Lokal AR
Pemimpin lokal AR dianggap sebagai sesepuh desa yang paham akan sejarah dan

karakteristik warganya. Beliau berkepribadian tenang dan bijak. Selain itu dijadikannya AR
sebagai pemimpin lokal karena budaya dari masyarakat setempat untuk menghormati yang
lebih tua. Merujuk pada definisi Kartodirdjo, terlihat bahwa adanya interaksi kepribadian AR
yang bijak serta pengetahuan terhadap kondisi desa denagn situasi masyarakat desa yang
mulai tidak mengetahui dengan jelas sisilah maupun sejarah desanya. Berdasarkan teori
munculnya kepemimpinan, AR termasuk ke dalam teori sistem, yakni pertemuan pelbagai
faktor (kepribadian, sifat golongan, situasi dan kondisi).
Pemimpin Lokal YT
Kepemimpinan YT pada definisi Kartodirdjo merupakan pertemuan pelbagai faktor.
Kepribadian YT yang bijak dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang
dibebankan padanya baik sebagai Ketua RT maupun Kepala Desa. Sifat dan golongan YT
yang pedeuli terhadap masyarakat desa tanpa memandang status. Situasi dan kejadian dimana
warga ingin memiliki pemimpin yang peduli dan mengerti permasalahan warga. Merujuk
pada teori munculnya kepemimpinan, YT masuk dalam kategori teori kepribadian dalam
situasional, sebab adanya interaksi kepribadian YT yang kuat. Kepribadian YT yang kuat ini
berinteraksi dengan situasi warga yang menginginkan pemimpin yang peduli terhadap
warganyatanpa memandang status. Hal ini oleh Kartodirdjo juga disebut sebagai teori
kepribadian dalam situasi yang secara rinci merupakan interaksi dari tiga faktor: (1) sifat dan
golongannya, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian.
Pemimpin Lokal DM

DM adalah seorang ustadz yang aktif mengisi Majlis Ta’lim maupun ceramah di
mesjid. Selain itu beliau merupakan aktivis di salah satu partai politik. Merujuk kepada teori
kepribadian dalam situasi Kartodirjo, DM dapat disebut sebagai pemimpin dikarenakan
adanya interaksi kepribadian DM yang kuat dengan nilai-nilai agama. Kepribadian DM dan
pengalamannya berinteraksi dengan keadaan (masuknya budaya modern). Hal ini dijelaskan
lebih lanjut terkait tiga faktor yang diungkapkan oleh Kartodirdjo, yaitu (1) sifat dan
golongannya, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian, terlihat bahwa pertama, DM
memiliki sifat yang tegas khususnya pada nilai-nilai agama dan norma. Pemimpin lokal DM

5

juga termasuk ustadz yang dihormati di desa. Kedua, jika melihat kepribadian DM yang kuat,
khususnya dalam menangani perilaku warga maupun dalam menegakkan nilai-nilai agama,
serta ketiga, situasi dimana warga membutuhkan pemimpin yang tegas, maka interaksi ketiga
faktor ini dapat menyimpulkan bahwa DM merupakan pemimpin.
Pemimpin Lokal AQ
Pemimpin lokal AQ ini berasal dari keluarga yang cukup dihormati di desa tersebut
karena kakaeknya pemilik lahan yang luas disekitar tempat tinggalnya. AQ berkepribadian
supel, rajin, dan bertannggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan padanya.
Merujuk pada teori kepemimpinan, AQ termasuk dalam teori kepribadian dan situasi.

Kepemimpinannya merupakan gabungan pelbagai faktor yakni (1) sifat dan golongannya, (2)
kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
Kartodirdjo.

IV.

Penutup

Berdasarkan bacaan “Urgensi Kepemimpinan, Modal Sosial dan Kerja Kolektif dalam
Pemberdayaan Desa Mandiri Energi” tipe kepimimpinan yang dibutuhkan adalah pemimpin
yang memiliki derajat otoritas dan legitimasi lebih tinggi selain berposisi sebagai pemimpin
formal, pada tingkat desa dan dusun, mereka juga memiliki derajat kharisma yang berbeda.
Derajat otoritas, legitimasi dan karisma para pemimpin berhubungan erat dengan struktur
kepemimpinan formal para tingkat desa. Selain itu, pemimpin harus mampu mengefektifkan
bekerjanya modal sosial dan mengarahkan kerja-kerja kolektif sejalan dengan prinsip moral
ekonomi dan pilihan rasional individual.
Kepribadian yang harus dimiliki oleh pemimpin pada pedesaan ialah ramah, rajin,
bertanggung jawab, mengerti keadaan desa dan masyarakatnya, serta mampu menjalin kerja
sama dengan masyarakat dan aparat desa lain.
V.

Daftar Pustaka

Hartoyo, dkk. Urgensi kepemimpinan, modal sosial dan kerja kolektif dalam pemberdayaan
desa mandiri energi. Lampung (ID)
Barlan, ZA. 2011. Pengaruh pemimpin lokal terhadap keberhasilan program pembangunan
(Studi Kasus : Pembangunan Saluran Irigasi dan Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK)
dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Desa
Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor). Bogor (ID): IPB