Praktikum Pengenalan dan Penggunaan Alat

PRAKTIKUM II
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT VOLUMETRI
1.

Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah sebagai sebagai berikut:
1.1 Untuk mengenal dan mengetahui alat-alat yang digunakan dalam praktikum di
laboratorium,
1.2 Untuk mengetahui fungsi dan kegunaan masing-masing alat yang dipergunakan
dalam praktikum
1.3 Untuk mengetahui cara kerja masing-masing alat, dan
1.4 Untuk mengkalibrasi peralatan alat ukur volumetri dengan benar dan teliti.

2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
2.1 Bagaimana mengidentifikasi alat yang biasa digunakan pada saat praktikum?
2.2 Apa fungsi dari masing-masing alat tersebut?

2.3 Bagaimana cara yang tepat dalam penggunaan alat tersebut pada saat praktikum?
2.4 Bagaimana cara mengkalibrasi alat ukur volumetri dengan bebar dan teliti?

3.

Kajian Pustaka
Defenisi ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana benda atau materi di

alam raya dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-sifat tertentu menjadi bentukbentuk lain dengan sifat-sifat berbeda. Sebagai contoh, ilmu kimia memberikan pengetahuan
yang memungkinkan untuk perubahan bentuk minyak alami menjadi berbagai bahan bakar
dan sejumlah plastik, obat-obatan, dan pestisida (Petrucci, 1987).
Praktikum di laboratorium merupakan sarana yang efektif untuk melatih dan
mengembangkan aspek kognitif dan psikomotorik praktikan, serta jiwa kerjasama abtar
praaktikan. Pengamatan dan percobaan menghasilkan data kualitatif yang didapat melalui
pengukuran. Dalam mengukur harus memerhatikan keabsahan yang menyangkut alat ukur
dan kuantitas pengukuran yang menyangkut kecermatan dan ketelitian. Data hasil
pengukuran harus menggunakan satuan dengan aturan-aturannya (Tim Dosen Teknik Kimia,
2009).
Dalam praktikum, analisis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian. Mahasiswa
dengan meja praktikum yang tertib, kecil kemungkinan mencampuradukkan sampel, salah

menambah reagensia, menumpahkan larutan, dan memecahkan alat kaca. Kerapian dalam
laboratorium tentu saja harus melebar, mulai dari meja praktikumnya sendiri ke rak dimana
tersedia bahan-bahan untuk seluruh kelas. Banyak waktu terbuang untuk mencari sebuah
benda kecil dalam kumpulan alat kaca yang berantakan atau untuk mencuci suatu botol
reagensia tertentu yang salah ditaruh pada rak samping. Kerapian hendaknya mencakup juga

pemeliharaan perabot laboratorium yang permanen, seperti oven, lemari asam, dan bak meja.
Bahkan korosif yang tumpah harus segera dikeringkan dari peralatan, bangku, ataupun lantai.
Penting bahwa saluran pembuangan disterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan
banyak air (Day and Underwood, 1999).
Alat perngukur volume merupakan alat bantu yang penting untuk setiap penentuan
kuantitatif. Dari sifat dan fungsi dapat dibedakan : pipet, buret, dan labu takar. Pipet
merupakan alat untuk mengukur volume kecil . Pipet volume digunakan unuk mengukur
volume tertentu. Pipet harus ditera sebelum digunakan, yaitu pada penggunaan pipet volume
tertentu cairan harus mengalir keluar secara kuantitatif. Buret mempunyai ujung pelepasan
yang dapat diatur, berupa tabung kaca dengan ukuran isi, 5, 10, 20, atau 50 mL yang bagian
bawahnya ditutup dengan keran gelas. Buret ditera melalui pelepasannya.
Labu takar atau labu ukur adalah labu berleher panjang yang mempunyai bagian bundar
(perut) dengan volume 10, 25, 50, 100, 250 atau 1000 mL, yang ditutup dengan sumbat gelas
yang diasah atau sumbat dari zat sinafsis. Ruang isinya ditandai denga batas garis pada

lehernya (Herman, 1988: 146-147).
Hasil akhir analisis kimia secara kuantitatif biasanya menunjukkan konsentrasi suatu
senyawa di dalam sampel, hasil ini biasanya tidak selalu tepat. Oleh karena itu diperlukan
cara untuk mengurangi ketidaktepatan tersebut agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.
Akurasi merupakan tingkat ketepatan antara nilai terukur dengan nilai yang sebenarnya.
Presisi adalah tingkat atau derajat ketepatan antara ukuran-ukuran ulangan pada nilai yang
sama, jadi presisi merupakan derajat kedapatulangan suatu hasil pengukuran.
Ada dua kelompok kesalahan dapat mempengaruhi akurasi atau presisi dari nilai
terukur. Kesalahan pasti adalah suatu kesalahan yang dapat ditentukan dan dapat duhindari
atau koreksi. Kesalahan ini biasanya konstan, misalnya pada kasus timbangan yang tak
terkalibrasi yang biasanya digunakan untuk penimbangan. Kesalahan ini kadang-kadang
bervariasi, tetapi dapat dihitung dan dikorekksi, seperti suatu buret yang mempunyai
kesalahan pada pembacaan volumenya. Kesalahan tak pasti atau kesalahan acak yaitu suatu
kesalahan pengukuran yang terjadi secara tak tentu. Kesalahan ini tak dapat diramalkan atau
diduga. Kesalahan ini mengikuti pola distribusi acak, jadi persamaan matematika mengenai
probabilitas dapat diterapkan pada beberapa kesimpulan dari hasil pengukuran yang mungkin
pada sederetan pengukuran. Kesalahan tak pasti sesungguhnya dikarenakan kemampuan yang
terbatas dari analis (Anonim, 2000:2-3).

Prasyarat pertama untuk pengukuran yang tepat untuk pengukuran yang tepat dan

membuatnya sampai volume tertentu adalah alat gelas yang memenuhi syarat. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penetapan volume sebenarnya dari wadah gelas adalah:
4.1

Berat jenis air tergantung pada suhu, sehingga berat satu liter air bukan 1000 gram
untuk semua suhu.

4.2

Oleh karena gaya tekan udara yang pada suhu tertentu tergantung pada tekanan
barometer, satu wadah dengan volume besar beratnya akan lebih kecil dibanding
apabila ini ditimbang dalam hampa, dan seharusnya diadakan koreksi.

4.3

Volume wadah gelas berubah-ubah dengan suhu.

(Eckschlager, 1984)
Pengetahuan dasar tentang alat dan bahan merupakan syarat utama yang harus
dimiliki oleh setiap praktikan yang melakukan kegiatan dilaboratorium.Dalam kimia analitik

yang berhubungan dengan volumetri ada tiga alat pokok, yaitu:
4.1

Labu Takar
Digunakan untuk membuat larutan dengan volume tertentu.

4.2

Pipet Volume
Digunakan untuk memindahkan suatu volume tertentu (pipet transfer).

4.3

Buret
Digunakan untuk memindahkan suatu volume sembarangan.
(Tim Analitik, 2012)

Disamping itu, ada beberapa alat lain yang sering digunakan, misalnya:
4.1


Gelas Ukur
Digunakan untuk menuang volume sembarangan dengan ketelitian yang kurang
dibandingkan dengan buret.

4.2

Pipet Ukur
Merupakan pipet yang dapat memindahkan suatu volume tertentu, lebih teliti dari
gelas ukur.

4.3

Pipet Tetes
Digunakan untuk memberikan larutan setetes demi setetes.

4.4

Erlenmeyer

Merupakan bejana tempat melakukan titrasi.

4.5

Gelas Kimia
Untuk wadah larutan dengan volume sembarangan.
(Tim Analitik, 2012)
Ketelitian dan kualitas alat ini bermacam-macam, ada yang terbuat dari kaca khusus

dengan ketelitian yang tinggi, ada yang terbuat dari kaca biasa dengan ketelitian yang tidak
terlalu tinggi, ada yang dibuat dengan kualitas industri, dan ada yang untuk laboratorium
standar (Tim Analitik, 2012).
4.1 Labu Takar
Labu takar atau labu volumetrik adalah sebuah bejana gelas beralasar dan berleher
panjang yang relatif sempit. Sebuah garis tipis mengelilingi leher labu untuk menunjukkan
dengan tepat batas volume cairan tertentu dan terukur. Ukuran atau volumenya beragam
dengan ketelitian antara 0,02 s.d. 0,05 mL (Tim Analitik, 2012).
Labu takar digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu. Biasanya
volume dapat digunakan berkisar antara 100 sampai 1000 mL (Tim Analitik, 2012).
4.2 Membuat Larutan
4.2.1 Membuat larutan yang berasal dari zat padat
Zat yang dilarutkan dimasukkan kedalam labu takar (untuk praktisnya melalui corong),

kemudian dibilas kedalam labu takar. Selanjutnya labu diisi dengan pelarut yang lazim, yaitu
aquadest sampai kira-kira setengah penuh. Singkirkan corong yang digunakan tadi, kemudian
goyangkan labu, sehingga air didalamnya bergerak memutar sampai zat padat yang ada di
dalam labu melarut semuanya. Kemudian semprot sebelah dalam leher labu dengan aquadest
dan isi hampir sampai ke garis (Tim Analitik, 2012) .
Air yang membasahi leher labu harus diberi waktu secukupnya untuk mengalir
kebawah. Dengan sendirinya tidak boleh ada tetesan yang melekat pada leher labu di atas
permukaan cairan. Jika hal ini terjadi, maka bersihkan leher labu dengan kertas tisu, tetapi
kertas tidak boleh menyentuh permukaan larutan (Tim Analitik, 2012).
Penambahan air pada akhirnya dilakukan dengan pipet tetes sampai bagian bawah
miniskus cairan berimpit dengan garis batas volume. Setelah itu, labu ditutup dengan tutup
bersih dan kering, kemudian larutan dicampurkan homogen dengan cara membalik labu
berulang kali. Larutan yang sudah dicampurkan dengan baik segera dipindahkan ke botol
penyimpanan yang bersih dan kering. Setelah itu diberi etiket dengan botol dengan

mencantumkan nama dan rumus kimia larutan, konsentrasi, dan tanggal pembuatan larutan
(Tim Analitik, 2012).

Kalium Dikromat
0,1 N

4 Oktober 2005
Natrium Hidroksida
0,1 N
4 Oktober 2005

Gambar 2.1

(Tim

K2Cr2O7

Etiket

NaOH
Analitik,

2012)

Penimbangan zat padat yang akan dilarutkan disesuaikan dengan konsentrasi yang
dibutuhkan.

Contoh:
Membuat 500 mL larutan

K 2 Cr 2 O7

0,01 M. Berarti kristal

K 2 Cr 2 O7

yang harus

ditimbang adalah ....
Jawab: 0,01 x Mr

K 2 Cr 2 O7

gram/L

0,01 x 294,184 gram/L
2,94184 gram/L

1,47092 gram/500 mL
147092 miligram/500 mL
Jika kita membutuhkan satuan konsentrasi dalam bentuk normal atau normalitas, maka
kita harus menggunakan berat ekivalen yang diketahui melalui persamaan reaksi (Tim
Analitik, 2012).
4.2.2

Membuat larutan yang berasal dari bahan pekat

Membuat larutan dari bahan pekat berarti melakukan pengenceran. Sebagai pelarut
biasanya digunakan aquadest. Dalam mengencerkan larutan pekat perlu diketahui hal-hal
yang akan menimbulkan bahaya, misalnya pembuatan larutan dari bahan yang korosif (HCl,
NaOH, dan lain-lain) hendaknya memakai sarung tangan. Pengenceran zat yang mudah

terbakar, seperti alkohol dan aseton harus dikerjakan jauh dari api, demikian pula pembuatan
larutan yang berasal dari asam pekat hendaknya dilakukan dilemari asam atau diruang
terbuka. Dan yang paling penting yang harus diingat “Jangan sekali-kali menuangkan air ke
dalam bahan pekat terutama asam pekat.” Jadi, kalau kita ingin mengencerkan asam pekat
harus diisikan dulu aquadest sedikit kedalam labu takar, baru bisa dituangkan asam pekat
sesuai dengan yang dibutuhkan (Tim Analitik 2012).
Untuk mengambil volume larutan pekat yang dibutuhkan, kita menggunakan perhitungan
tertentu. Jika konsentrasi larutan pekat diketahui, maka rumus:
V 1 . N 1=V 2 . N 2
Jika normalitas larutan pekat tidak diketahui, sifat fisiknya diketahui, maka digunakan rumus:
a=

N xV x M
10 x K x L x n

Keterangan :

A
N
V
M
K
L
N

= Volume asam pekat yang dibutuhkan
= Normalitas larutan yang akan dibuat
= Volume larutan encer yang dibutuhkan
= Massa molekul relatif
= Kadar asam pekat
= Dencity
= Valensi asam

Catatan:
Jika membuat larutan dari bahan padat yang agak sukar larut, sebaiknya dilarutkan dulu
dalam gelas kimia dengan sedikit aquadest sambil diaduk. Untuk bahan seperti NaOH atau
zat yang bersifat mengeluarkan panas sebaiknya sebelum memasukkan zat kedalam labu
takar, terlebih dahulu labu telah diisi sedikit aquadest (Tim Analitik, 2012).

4. Alat dan Bahan Praktikum
4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan dan penggunaan alat volumetri ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Alat Praktikum Pengenalan dan Penggunaan Alat Volumetri
No
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
.
1
Batang pengaduk
4

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
4.1

Buret
Botol bersih
Botol penyimpanan
Erlenmeyer
Gelas kimia
Kaca arloji
Labu takar
Penggaris
Penjepit tabung reaksi
Pipet tetes
Tabung reaksi
Timbangan
Stopwatch
Sudip

500 mL
50 mL
100 mL
50 Cm

3
1
1
2
2
2
1
1
4
1
4
1
1
4

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan dan penggunaan alat volumetri ini

adalah sebagai berikut
Tabel 4.2 Bahan Praktikum Pengenalan dan Penggunaan Alat Volumetri
No. Nama Bahan
Rumus Kimia
Bentuk (Wujud)
1
Aquadest
H2O
Cair
2
Asam Nitrat
HNO3
Cair
3
Asam Sulfat
H2SO4
Cair
4
Etiket (Kertas)
(C6H10O5)n
Padat
5
Natrium Klorida
NaCl
Padat
5
Natrium Klorida
NaCl
Padat
6
Natrium Oksalat
N2C2O4
Padat
7
Rhodamin ( Zat warna C28H31N2O3Cl
Padat
merah)
8
(Zat warna hijau)
9
Selotipe
Padat

5.

Prosedur Kerja
5.1

Membuat larutan
5.1.1
Membuat larutan dari bahan padat
5.1.1.1
Membuat 100 mL larutan NaCl 0,5 M
5.1.1.1.1 Timbang kristal NaCl sebanyak yang dibutuhkan.
5.1.1.1.2 Larutkan dalam labu takar 100 mL (lakukan sesuai
5.1.1.1.3
5.1.1.1.4

petunjuk teori).
Simpan larutan ini dalam botol bersih lalu beri etiket.
Berapa mg NaCl harus ditimbang untuk membuat larutan
tersebut diatas?

5.1.1.2

Membuat 100 mL larutan Natrium Oksalat 0,1 N
5.1.1.2.1 Lakukan penimbangan seperti kegiatan 5.1.1.1.

5.1.1.2.2
5.1.1.2.3

Larutkan serta beri etiket pada botol penyimpanan.
Berapa mg kristal Natrium Oksalat yang dibutuhkan untuk
membuat 100 mL larutan Natrium Oksalat 0,1 N tersebut?

5.1.2 Membuat larutan dari bahan pekat
5.1.2.1
Membuat 100 mL larutan HNO3 0,01 N
5.1.2.1.1 Hitung volume HNO3 pekat yang diperlukan
5.1.2.1.2 Sediakan aquadest, lalu buat larutan HNO 3

tersebut

sesuai petunjuk teori.
Membuat 100 mL larutan H 2 SO 4
5.1.2.2.1 Lakukan kegiatan seperti pada kegiatan
Pengaruh Waktu Pengaliran Pipet
5.1.2.2

5.2

Untuk kegiatan ini digunakan pipet tetes dengan ujung lancip. Berilah tanda dengan
selotipe kira-kira pada 2/3 bagian pipet tersebut (1/3 bagian dari atas). Anda juga memerlukan
pencatat waktu atau stopwatch atau jam tangan yang ada jarum detiknya, tetapi kurang teliti.
Prosedur:
5.2.1

Buatlah larutan berwarna dari zat warna makanan merah
atau hijau dengan konsentrasi 1 s.d 2% (warna harus jelas

5.2.2

terlihat).
Sedot larutan ini kedalam pipet sampai ke tanda dan
biarkan mengalir keluar. Tandai ujung lancip pipet itu pada

5.2.3

suatu tempat: 2x diatas larutan (a).
Sedot larutan kedalam pipet, sentuhkan ujung-ujungnya ke
ujung bejana yang berisikan cairan berwarna. Lalu tiup
keluar sampai ketanda (a) dan angkat pipet ini dengan

5.2.4

segera
Gantung atau jepit pipet tetes ini tegak lurus tanda ada
sesuatu yang menyentuh ujungnya dan biarkan selama lebih

5.2.5
5.2.6

kurang 2 menit.
Ukur panjang larutan dalam ujung lancip pipet dan catat.
Ulangi kegiatan ini, tetapi sekarang tutup pipet dengan jari
dan buka sedikit hingga air mengalir keluar dengan lambat,

5.2.7

selanjutnya kegiatan sama dengan di atas.
Ulangi kegiatan, tetapi sekarang bairkan air mengalir
dengan bebas keluar sampai ke tanda (a) dan lakukan juga
sama dengan diatas.

5.2.8

Kegiatan sama dengan kegiatan 6.2.7, tetapi sekarang
biarkan ujung pipet menyentuh dinding selama 2 detik dan

5.2.9

kegiatan selanjutnya sama dengan di atas.
Kegiatan sama dengan kegiatan 6.2.8, tetapi ujung pipet

5.2.10

menyentuh dinding bejana, cairan berwarna selama 5 detik.
Tiap kali ukur panjang larutan dalam ujung pipet yang

5.2.11

lancip tersebut, lalu dicatat.
Bandingkan panjang larutan dalam ujung lancip itu pada
berbagai waktu pengaliran. Kesimpulannya apa yang

5.3

terjadi? Berikan alasan yang tepat!
Menera buret
5.3.1
Siapkan buret dengan cara yang telah dijelaskan diatas, isi
5.3.2
5.3.3

dengan aquadest sampai volume 0 mL, catat V 0 .
Sediakan gelas kimia 50 mL, timbang, dan catat beratnya
Alirkan 5 mL air kedalam gelas kimia yang sudah diketahui
beratnya tadi, catat

Va

dan dapatkan pertambahan berat

5.3.4

gelas kimia dengan menimbang lagi.
Dengan demikian, anda akan mendapatkan berat air dengan

5.3.5

suatu volume tertentu.
Alirkan lagi 5 mL air dari buret kedalam gelas kimia dan

5.3.6
5.3.7

timbang lagi pertambahan beratnya.
Ulangi kegiatan ini sampai delapan kali
Hitung volume air yang ditimbang itu dari beratnya dan
massa jenis air pada suhu tertentu (suhu kamar). Sebut
volume ini V (sebenarnya) dan volume yang dibaca pada

5.3.8

buret V (buret).
Buat tabel pengamatan dan hitung V (sebenarnya), sedang
V (buret) = 5 mL. Dari V (sebenarnya) ini anda dengan
mudah mendapatkan penyimpangan baku yang memberikan
ketelitian buret anda.

6.

Data Pengamatan
6.1

Membuat larutan
6.1.1 Membuat larutan dari bahan padat
6.1.1.1 Membuat 100 mL larutan NaCl 0,5 M
Pengamatan
NaCl

0,5

Hipotesis
M

dilarutkan Larutan berwarna bening

dengan aquadest sebanyak
100 mL
K2Cr2O7 0,1 M dilarutkan Larutan berwarna orange pekat
dengan aquadest 100 mL

6.1.1.2Membuat larutan 100 mL Natrium oksalat K2Cr2O7
Pengamatan
Hipotesis
Kalium kromat(K2Cr2O7) Larutan tersebut akan menghasilkan
sebanyak

2,94

dilarutakan
aquadest
takar

gram warna orange diaman warna diatas
dengan tidak

didalam

sampai

terlalu

pekat

dan

yang

labu dibawah pekat

larutan

homogeny
6.1.2 Membuat larutan dari bahan pekat
6.1.2.1 Membuat 100 mL larutan
Pengamatan

HNO3 0,01 N

Hipotesis

Dihitung volume

HNO3

0,07 mL

pekat yng dibutuhkan
HNO3 pekat

6.2

Larutan

Pengaruh

dilautkan dengan aquadest

Waktu Pengaliran Pipet
Pelakuan
Waktu(s)
Pipet berisi cairan ditutup 9

Panjang Larutan(cm)
15

keluar (pipet volume)
Pipet berisi cairan ditutup 7

1

keluar (pipet volume)
Pipet
volume
ditutup 1 menit 40 detik

1,1

dengan jari dan dibuka
sedikit
Pipet volume

dibiarkan 9

1,2

mengalir bebas
Pipet volume

ujungnya 13

1

menyentuh

dindingnya

bejana 2 detik
Pipet volume

ujungnya 18

1

menyentuh dinding bejana
5 detik

6.3

Menera Buret

GELAS KIMIA
Vo(gr)
Vt(gr)
64
69,50
74,10
79
84
88,95
93,50

69,50
74,10
79
84
88,95
93,50
98,40

SELISIH

BURET
Vo(mL)

Vt(mL)

SELISIH

5,5 gr
4,60 gr
4,9 gr
5 gr
4,95 gr
4,55 gr
4,92 gr

50
45
40
35
30
25
20

45
40
35
30
25
20
15

5 mL
5 mL
5 mL
5 mL
5 mL
5 mL
5 mL

98,42
103,35
4,93 gr
15
10
Jumlah volume : Gelas( 40 mL) + Buret (10 mL) = 50 mL

7.

5 mL

Pembahasan
Sebelum mengerjakan pengerjaan – pengerjaan volumetri, terlebih dahulu alat-alat

harus di kalibrasi agar kita mendapatkan hasil yang akurat dan presisi.
Dalam praktikum ini, kami akan mempraktikan beberapa hal, antara lain:,
1.1. Bagaimana membuat larutan dari berbagai senyawa?
1.2. Bagaimana pengaruh waktu pengaliran pipet?
1.3. Bagaimana cara menera buret?
1 Membuat larutan
1.1. Membuat larutan dari bahan padat
1.1.1 Membuat 100 mL lautan NaCl 0,5 M
Mencari gram NaCl dapat menggunakan rumus :
gr 1000
M=
×
Mr
V
gr 1000
0,5=
×
58,5 100
gr=2,92

Setelah kita mencari gram NaCl yang akan kita gunakan, kita langsung masukkan NaCl
kedalam labu takar. Lalu kita larutkan dengan aquadest sebanyak 100 ml. Goyangkan sampai
tidak ada lagi endapan yang tersisa, warna yang dihasilkan yaitu warnaa bening.
Reaksi yang terjadi dalam membuat larutan NaCl yaitu:
NaCl+ H 2 O → NaOH + HCl
1.1.2 Membuat larutan K2Cr2O7 0,1 N
Pertama kita kita hitung berat K2Cr2O7 dalam 1 N, dengan rumus yang sama.
N=α × M

0,1=1 × M
M =0,1 molaritas

M=

gr 1000
×
Mr
V

0,1=

gr 1000
×
294 100

gr=2,94
Setelah kita mengetahui berat K2Cr2O7 yang dibutuhkan, lalu kita masukkan ke labu
takar kemudian kita campurkan aquadest 100 ml, aduk hingga tidak ada lagi larutan K 2Cr2O7
yang menggedap. Warna yang dihasilkan dari reaksi tersebut adalah orange pekat. Dengan
reaksinya sebagai berikut:
K 2 Cr 2 O7 → 2 KOH + H 2 Cr 2 O7
Namun warna orange yang dihasilkan tidak merata, terdapat perbedaan antara bagian
atas dengan bagian bawah. Hal ini membuktikan bahwa tekanan mempengaruhi jalannya
reaksi.
1.2

Membuat larutan dari bahan pekat
1.2.1 Membuat 100 mL larutan HNO3 0,01 N
Saat kita ingin membuat suatu larutan dari bahan pekat, maka kita harus melakukan

pengencenran dengan cara penambahan aquadest kedalam laruran pekat yang kita butuhkan
tersebut.
Volume asam pekat yang akan kita butuhkan dapat dicari, perhitungannya sebagai
berikut:
× 10× ρ
65 × 10× 1,4
M=
=14,44 M
=
Mr
63 gr /mol
M 1 V 1=M 2 V 2
0,01∙ 100=14,44 ∙V 2

V 2=0,07 mL
Dalam perhitungan diatas menunjukkan bahwa pengenceraan asam nitrat dalam100 ml
aqudest kita membutuhkan 0,07 ml asam nitrat perkat
2 Pengaruh Waktu Pengaliran Pipet
Dalam percobaan kedua ini yaitu praktikum pengenalan dan penggunaan alat
volumetri, penggunaan pipet volume dalam mengukur pengaruh waktu pengaliran pipet.
Percobaan kali ini dilakukan dengan memberikan 5 (lima) macam perlakuan terhadap pipet
volume. Semua perlakuan awal yang diberikan sama yaitu perlakuan dimana larutan
berwarna merah disedot hingga batas 10 cm. Perlakuan yang pertama setelah disedot, pipet
berisi cairan ditiup keluar, hal ini dilakukan dengan dua kali pengulangan. Waktu pengaliran
pipet dan panjang sisa larutan di dalam pipet yang pertama dengan kedua hanya berbeda
sedikit yaitu 9 detik dengan panjang larutan 1,5 cm dan 7 detik dengan panjang 1 cm yang
berarti memilikis selisih waktu 2 detik dan selisih panjang 0,5 cm. Perlakuan kedua pipet
volume yang telah berisi larutan ditutup engan jari dan dibuka sedikit memiliki waktu
pengaliran pipet yang cukup lama yaitu 1 menit 40 detik tetapi panjang sisa larutan dipipet
hanya beda sedikit dengan perlakuan sebelumnya yaitu 1,1 cm. Perlkuan ketiga pada saat
pengaliran larutan dibiarkan mengalir bebas yang memiliki waktu pengaliran yag sama
dengan perlakuan satu yaitu 9 detik dan panjang sisa larutan yang hampir sama juga yaitu 1,2
cm.Perlakuan keempat pipet volume ujungnya menyentuh dinding bejana selama 2 detik baru
setelah itu dibiarkan mengalir bebas membutuhkan waktu pengaliran selama 13 detik dengan
panjang sisa larutan di pipet 1 cm. Perlakuan kelima sama dengan perlakuan keempat hanya
saja waktu menyentuh ujung pipet dengan dinding bejana yaitu selama 5 detik memerlukan
waktu pengaliran selama 18 detik dengan panjang sisa larutan di pipet 1 cm.Bisa dilihat
hasilnya dimana perlakuan yang berbeda memerlukan waktu pengaliran yang berbeda dengan
selisih waktu yang agak jauh tetapi memiliki panjang sisa larutan diujung pipet yang hampir
sama atau selisihnya hanya sedikit sekali bahkan ada yang sama.

3 Menera buret
Dalam praktikum ketiga ini kami melakukan percobaan menara buret akhirnya
kami mendapatkan hasil / data yang terdapat pada tabel data percobaan dimana volume
sebenarnya dapat kita hitung dengan cara :
V (sebenarnya) = ( Massa air sesudah . ρ air ) x ( Massa air sebelum .
Maka :
V1 (sebenarnya) = 3,8 ml
V2 (sebenarnya) = 4,3 ml

ρ air

)

V3 (sebenarnya) = 4 ml
V4 (sebenarnya) = 3,7 ml
V5 (sebenarnya) = 2,6 ml
V6 (sebenarnya) = 4 ml
V7 (sebenarnya) = 4,7 ml
V8 (sebenarnya) = 4 ml

8.

Diskusi
Pada percobaan pertama membuat larutan terbagi menjadi 2 ( dua ) yaitu :
1) membuat larutan dari bahan padat
(i) pertama membuat 100 ml larutan NaCl 0,5
(ii) kedua adalah membuat 100 ml larutan Natrium Oksalat 0,1 N
pada percobaan ini praktikan tidak mendapatkan kendala yang berarti.
(2) membuat larutan dari bahan pekat
(a) membuat 100 ml larutan HNO3 0,01 N
(b) membuat 100 ml larutan H2SO4
karena kurangnya alat dan bahan untuk membuat 100 ml larutan H2SO4 maka
praktikan hanya mendapatkanya dari literatur.
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh waktu pengaliran pipet dapat dilihat hasilnya
dimana perlakuan yang berbeda memerlukan waktu pengaliran yang berbeda dengan
selisih waktu yang agak jauh tetapi memiliki panjang sisa larutan diujung pipet yang
hampir sama atau selisihnya hanya sedikit sekali bahkan ada yang sama.
Pada percobaan ketiga yaitu dari perhitungan yang telah dibahas dalam pembahasan
praktikan dapat menyimpulkan bahwsa volume sebenarnya dalam delapan kali percobaan
berbeda – beda, padahal dalam literatur seharusnya volume sebenarnya harusnya sama
dengan volume gelas ukur. Mungkin diakibatkan kelalain praktikan dan kurangnya
pemahaman saat kalibrasi buret dan timbangan.

9.

Kesimpulam
Dari praktikum kali ini praktikan dapat menyimpulkan :
1) Alat perngukur volume merupakan alat bantu yang penting untuk setiap penentuan
kuantitatif. Dari sifat dan fungsi dapat dibedakan : pipet, buret, dan labu takar.
2) Prasyarat pertama untuk pengukuran yang tepat untuk pengukuran yang tepat dan
membuatnya sampai volume tertentu adalah alat gelas yang memenuhi syarat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penetapan volume sebenarnya dari wadah
gelas adalah:

I.

Berat jenis air tergantung pada suhu, sehingga berat satu liter air bukan

II.

1000 gram untuk semua suhu
Oleh karena gaya tekan udara yang pada suhu tertentu tergantung pada
tekanan barometer, satu wadah dengan volume besar beratnya akan lebih
kecil dibanding apabila ini ditimbang dalam hampa, dan seharusnya

diadakan koreksi.
III.
Volume wadah gelas berubah-ubah dengan suhu.
3) Labu takar digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
Biasanya volume dapat digunakan berkisar antara 100 sampai 1000 mL

10. Daftar Pustaka
Day,R.A., 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Eckschlager,K. 1984. Kesalahan Pengukuran dan Hasil Dalam Analisis Kimia.PT.Ghalia
Indonesia. Jakarta
Roth, Herman J. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soesatyo, Boedi., 2000. “Standar Filter Untuk Kalibrasi Microplate Reader”,Standar Filter untuk
Kalibrasi Microplate Reader (Boedi Soesatyo dan Mega Pinandito).
Sunaryati, Sri Inang., 2005. “Pengujian Stabilitas Peralatan Standar Sebagai Jaminan Kualitas
Kalibrasi Alat Ukur Radiasi”. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir.