Kemajuan dan Kekurangan Modal docx

Kemajuan dan Kekurangan Modal
1.

Pendahuluan
Kemajuan dan kekurangan modal adalah keadaan ketidakseimbangan antara

peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam situasi kemajuan dan kekurangan modal, akan terjadi pertumbuhan yang mendekati
batas yang dapat dieliminasi atau ditunda bila dibuat kapasitas penanaman modal yang
memadai. Meskipun demikian, sebagai hasil dari kebijakan atau perlambatan di salam sistem,
permintaan yang menurun akan membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Penurunan permintaan
kemudian diikuti oleh pengurangan kapasitas penanaman modal yang menyebabkan
timbulnya kinerja yang lebih buruk.
Pada Gambar 1 diperlihatkan contoh diagram simpal kausal dari struktur model
kemajuan dan kekurangan modal dengan mengambil kisah sebuah perusahaan Alat Listrik.
Pada mulanya , sebuah perusahaan Alat Listrik telah meningkatkan usahanya dalam bisnis.
Hasilnya kebutuhan terhadap produk perusahaan ini meningkat. Peningkatan usaha dalam
bisnis ini menyebabkan kebutuhan terhadap profuk perusahaan melonjak. Pada akhirnya,
produksi perusahaan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan. Pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan terakumulasi sehingga pelanggan tidak lagi menggunakan hasil produksinya.
Akibatnya, penjualan semakin menurun.

Dengan berjalan waktu, peningkatan kapasitas berhasil dilakukan, kebutuhan produksi
di perusahaan Alat Listrik sejalan dengan pengambilan keputusan untuk peningkatan
kapasitas, namun siklus naik turunnya kebutuhan terhadap produksi di perusahaan Alat
Listrik berulang terus.
Gambar 1. Diagram Simpal Kausal Struktur Model Pertumbuhan dan Kekurangan Modal
Pada saat kita menyiapakan diagram model kemajuan dan kekurangan modal, maka perhatian
kita tercurah pada model dasar struktur osilasi dan penurunan penjualan. Pikirkan apakah
model “Batas Keberhasilan” yang merupakan bagian dari struktur ini dapat menjelaskan
dinamika ini. Pada saat kita menggambarkan bagian dari sistem tersebut, kita pun akan
sampai pada bagian dimana keputusan untuk menambah kapasitas penanaman modal harus
segera dibuat, yang akan membuat simpal keseimbangan kedua.
Struktur model ini bercirikan bahwa grafik fungsi waktunya terdiri atas 4 variabel, yaitu
kebutuhan, kapasitas, kebutuhan, untuk menanamkan modal, dan kapasitas penanaman
modal. Dinamika perilaku variabel dalam model saling berkorelasi. Kebutuhan untuk

menanamkan modal, dan kapasitas penanaman modal. Dinamika perilaku variabel dalam
model saling berkorelasi. Kebutuhan untuk menanamkan modal mengendalikan penanaman
modal yang sebenarnya, yang kemudian akan mempengaruhi kapasitas, dan selanjutnya akan
mempengaruhi jumlah pemenuhan kebutuhan. Perbedaan antara kebutuhan dan kapasitas
akan mempengaruhi kebutuhan untuk menanamkan modal berikutnya, yang kemudian akan

menutup simpal ini. Perilaku usaha peningkatan kapasitas akan berjalan dengan beberapa
cara, tergantung pada keadaan, dan akan berada pada tingkat tunak saat kebutuhan atau
kapasitas meningkat.
Grafik perilaku model baku kemajuan dan kekurangan modal menurut waktu terlihat seperti
pada Gambar 2 sebagai berikut:
Grafik 2. Grafik Fungsi Waktu Model Pertumbuhan dan Kekurangan Modal
Pembuatan Model:
Model: Perkembangan Populasi Manusia dan Produksi Pangan Dunia:
Soal:
Pada tahun 1798, Thomas Robert Malthus meramalkan bahwa perkembangan populasi
manusia dapat digambarkan seperti “deret ukur”, sedangkan perkembangan produksi pangan
dunia seperti “deret hitung”. Pada kenyataannya, apa yang diramalkan Malthus tidak
sepenuhnya benar, seperti yang akan digambarkan pada skenario.
Diumpamakan pada saat Malthus berpendapat, penduduk dunia telah berjumlah 1 milyar dan
produksi pangan saat itu lebih dari cukup memenuhi kebutuhan manusia. Dengan angka
pertumbuhan normal rata-rata (angka kelahiran-angka kematian normal) sebesar 0,7 persen
per tahun telah diupayakan penambahan jumlah populasi melalui penambahan modal.
Penanaman modal diupayakan berdasarkan dampak keterbatasan produksi terhadap standar
kinerja yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga kapasitas produksi tiap tahun meningkat dua
kali. Daya upaya telah dilakukan namun modal yang ditanam hanya bisa dilakukan hingga tahun ke120 karena setelah itu modal terpaksa dikurangi 0,01 dari modal dalam kapasitas yang ditanam.

Standar kinerja (Y) yang dimaksud berupa fungsi non linear dari waktu (X), yaitu:

X
Y

0
10

20
7,7

40
6,1

60
5,0

80
4,1


100
3,3

120
2,6

140
2,0

160
1,5

180
1,1

200
0,8

Ramalan Malthus di atas menjadi sangat tepat bila dicocokkan dengan kondisi Indonesia
dewasa ini terutama pada saat kritis ekonomi dimana pertumbuhan penduduk cenderung

meningkat dengan pesat sementara persediaan bahan pangan semakin menipis.
Tujuan:
1. Membuat diagram simpal kausal untuk menyatakan model di atas.
2. Membuat Diagram alirnya
3. Menyusun persamaan powersim dan buat analisis dimensinya
4. Simulasikanlah model yang dibuat dalam gambar fungsi waktu, tabel waktu, dan
gambar XY
5. Menganalisis hasil simulasi
6. Menganalisis kebijakan melalui uji kepekaan.
Asumsi-asumsi:
1. Hanya terjadi pertumbuhan penduduk tanpa pernah terjadi pengurangan baik karena
kematian secara alamiah, peperangan maupun bencana.
2. Tidak pernah dilaksanakan program pengendalian jumlah penduduk dunia, misalnya
lewat program keluarga berencara.
3. Hanya terjadi penambahan persedian pangan dunia tanpa pernah terjadi pengurangan.
Konsep Model:
Pada awalnya produksi pangan dunia, dalam hal ini sumber daya alam, mampu untuk
memenuhi kebutuhan penduduk dunia. Namun, dengan berjalannya waktu, penduduk dunia
makin terus bertambah sejalan dengan laju pertumbuhan. Makin tinggi laju pertumbuhan
makin tinggi juga pertambahan penduduk dunia, maka laju pertumbuhannya semakin besar.

Pada suatu waktu dengan semakin besarnya penduduk dunia maka produksi pangan
dunia tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan penduduk dunia mengingat produksi
pangan yang tidak secepat laju pertumbuhan penduduk dunia.
Untuk mengatasi ketimpangan antara produksi pangan dengan penduduk perlu adanya
kinerja yang mampu menyediakan modal produksi sehingga keterbatasan produksi dapat
diatasi dengan baik. Untuk itu perlu diselaraskan antara kebutuhan modal nyata dengan
standar kinerja.
Diagram Simpal Kausal:
Kebutuhan

: Penduduk dunia

Upaya Pertumbuhan : Laju pertumbuhan
Dampak faktor pembatas
Kapasitas

: dampak keterbatasan produksi

: produksi pangan dunia


Kapasitas penanaman modal: modal produksi
Pemenuhan kebutuhan modal : kebutuhan modal nyata
Gambar 3. Diagram simpal kausal pertumbuhan dan produksi pangan dunia
Gambar 4. Diagram Alir Pertumbuhan Penduduk dan Populasi Dunia
Persamaan Powersim:
Analisis Dimensi:
Aux Kebutuhan_Modal_Nyata= Dampak_Keterbatasan_Produksi/Standar_Kinerja
Kg pangan/tahun
Standar Kinerja

= orang/Standar Kinerja
= Tahun*orang/Kg pangan

Gambar 5. Grafik hubungan antara penduduk dan produksi pangan dunia dengan waktu tabel
waktu
Tabel 1. Tabel Hubungan antara penduduk dan Produksi pangan Dunia serta Laju Produksi
dan Pertumbuhan Penduduk dengan Waktu
Gambar Grafik Fungsi Graph:
Gambar 6. Grafik Hubungan antara standar kinerja dengan waktu dalam fungsi Graph
Analisis:

Dari Gambar 5 terlihat bahwa penduduk dunia dari awal tahun selalu mengalami
pertumbuhan seperti deret ukur, sementara produksi pangan dunia pada mulanya memang
mampu menopang jumlah penduduk yang ada, tetapi akhirnya justru menuju kegagalan.
Pertumbuhan penduduk yang eksponensial lebih disebabkan asumsi tidak adanya penduduk
yang meninggal dalam jumlah yang besar (misal akibat perang, bencana, alam atau
kelaparan) dan fraksi pertumbuhan yang cukup berarti, sementara produksi pangan yang
turun drastis disebabkan faktor modal produksi, seperti sumber daya alam dan standar
kinerja, yang bersifat membatasi pertumbuhannnya.
Standar kinerja seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6 menunjukkan
kecenderungan yang semakin menurun. Hal ini disebabkan sumber daya alam yang makin

menurun dengan bertambahnya waktu, seiring dengan eksploitasi yang berlebihan. Semangat
memaksimalkan eksploitasi akan membawa pada perilaku melewati batas (overshoot).
Misalnya pembabatan hutan tanpa rehabilitasi lahan. Eksplorasi bahan tambang dan minyak
tanpa rehabilitasi lahan. Lingkungan menjadi terancam, karena reklamasi pantai untuk
kepentingan penguasaha dan pengusaha.
Contoh-contoh tersebut di atas hanyalah sebagian kecil dari banyak kasus pengrusakan
lingkungan. Dan contoh –contoh inilah diantaratanya yang menurunkan standar kinerja
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7 tersebut.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka menurut Malthus, untuk mengatasi laju pertumbuhan

penduduk yang eksponensial hanya dilakukan jika ada perang, bencana alam, bahaya
kelaparan, dan wabah penyakit, Namun, dimulai pada awal abad ke-20 telah dipikirkan untuk
mengatasi laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan pendekatan ekonomi. Pertama,
melalui program keluarga berencana dan kedua, melalui revolusi hijau. Salah satu uji
kepekaan terhadap model struktur kemajuan dan kekurangan modal dilakukan dengan
penyediaan modal. Perlakuan melalui indeks mendekati terjadinya collapsed dengan
mengubah angka -0,01 dengan angka pertumbuhan 0,1. Diagram alir uji sensitivitas terlihat
pada Gambar 7.
Gambar 8 nampak adanya perubahan yang cukup bermakna setelah uji sensitivitas.Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan modal merupakan variabel yang peka. Karena variabel ini
menunjukkan modal yang tersedia mempengaruhi pemanfaatan sumber daya alam yang
sehemat mungkin, merupakan syarat utama bagi keberlangsungan pertumbuhan penduduk.
Pemanfaatan lahan masih diperkenankan sepanjang diiringi dengan usaha-usaha pemulihan
dan perbaikan serta tidak merusak lingkungan.
Gambar 7. Uji Kepekaan pada analisis kebijakan Pertumbuhan penduduk dan produksi
pangan dunia
Gambar 8. Grafik Hubungan antara persediaan antara persediaan pangan dan penduduk dunia
dengan waktu setelah dilakukan analisis kebijakan melalui kepekaan.
Kesimpulan
Dalam situasi kemajuan dan kekurangan modal akan terjadi pertumbuhan yang mendekati

batas yang dapat dieliminasi bila dibuat investasi

kapasitas yang memadai. Meskipun

demikian, sebagai hasil dari kebijakan atau perlambatan di dalam sistem, permintaan yang

menurun akan membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Penurunan permintaan kemudiaan diikuti
oleh pengurangan kapasitas investasi yang menyebabkan timbulnya kinerja yang lebih buruk.
Model kemajuan dan kekurangan modal adalah model yang relatif kompleks. Perilaku
terhadap “waktu penundaan” merupakan komponen penting. Model ini terdiri atas beberapa
model dinamik, termasuk di dalamnya komponen pertumbuhan, pembatasan, dan proses
penyeimbangan dengan sasaran. Pada dasarnya, kita dapat melihat gabungan antara model
“Batas Keberhasilan” dengan model “Sasaran yang Berubah” yang masing-masing
telah dibahas pada Bab dan Bab 15.
Model kemajuan dan kekurangan modal relevan untuk menjelaskan beberapa keadaan dan
organisasi, dari penjualan sampai produksi, karena secara grafis dapat menunjukkan
hubungan antara pertumbuhan dengan pengembilan keputusan dalam penanaman modal.