Makalah tentang hukum asuransi dan conto

PENDAHULUAN
Asuransi umum merupakan penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Penjaminan ini bersifat
jangka pendek biasanya satu tahun. Sedangkan asuransi jiwa memberikan jasa dalam penanggulan
risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan dan
sifatnya jangka panjang.
Asuransi atau pertanggungan itu merupakan suatu perjanjian maka di dalamnya paling sedikit
tersangkut dua pihak. Pihak yang satu adalah pihak yang seharusnya menanggung resikonya sendiri
tetapi kemudian mengalihkannya kepada pihak lain pihak pertama ini disebut sebagai tertanggung
atau dengan kata lain ialah pihak yang potensial mempunyai resiko. Sedangkan pihak yang lain ialah
pihak yang bersedia menerima resiko dari pihak pertama dengan menerima suatu pembayaran yang
disebut premi. Pihak yang menerima resiko pihak yang satu tersebut disebut sebagai penanggung
(biasanya perusahaan pertanggungan/asuransi).
Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sejak tahun 1987 terus bertumbuh. Berdasarkan data BPS,
pada tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor yang ada di seluruh Indonesia mencapai 70,7 juta unit.
Jumlah ini terdiri dari 18,2 juta unit kendaraan roda empat dan 52,4 juta unit kendaraan roda dua.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor terus terjadi. Data dari Gabungan Industri Kendaraan
Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan
terdapat penambahan 8,1 juta unit kendaraan pada tahun 2010 yang terdiri dari 7,4 juta kendaraan
roda dua dan 764,7 ribu kendaraan roda empat dari berbagai tipe. Sehingga populasi kendaraan
pada tahun 2010 sebesar 78,8 juta unit.

Jumlah kendaraan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus bertumbuh secara signifikan.
Data Organisation Internationale des Constructeurs d’Automobiles (OICA) menunjukkan pada tahun
2010, produksi kendaraan roda empat di Indonesia meningkat sebesar 51,1 % dibanding tahun

sebelumnya. Kondisi ini menempatkan Indonesia dalam posisi kedua setelah Thailand dalam hal
produksi kendaraan roda empat di kawasan asia oceania. Produksi kendaraan roda dua juga
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data BPS, jumlah kendaraan roda dua pada
tahun 2005 sebesar 28,5 juta unit. Produksi kendaraan roda dua pada tahun yang sama sebanyak 5,1
juta unit. Pada tahun 2009 jumlah kendaraan mengalami peningkatan 84 persen dari kondisi pada
tahun 2005 menjadi 52,4 juta unit.
Produksi kendaraan juga mengalami peningkatan signifikan dengan rata rata pertumbuhan selama
tahun 2005 sampai dengan 2010 sebesar 12,8 persen pertahun. Pertumbuhan produksi kendaraan
bermotor memberi dampak positif terhadap pertumbuhan premi perusahaan asuransi umum.
Secara rata rata, pertumbuhan premi asuransi kendaraan bermotor mengalamai kenaikan sebesar
20,1 persen pertahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 28,3 persen dan
terendah pada tahun 2009 sebesar 7,8 persen.
Asuransi Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi tertanggung dari
risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan kepemilikan dan pemakaian kendaraan
bermotor. Sesuai dengan ketentuan UU No.2/1992 tentang usaha perasuransian, masing-masing
bidang Asuransi dikelola oleh perusahaan yang berbeda, kendati untuk beberapa produk, seperti

Asuransi kesehatan dan Asuransi kecelakaan diri dapat dikelola oleh baik perusahaan asuransi
kerugian maupun jiwa.
Asuransi Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari asuransi umum yang menjamin kerugian atau
kerusakan pada kendaraan bermotor yang dipertanggungkan terhadap resiko tabrakan, perbuatan
jahat orang lain, pencurian, kebakaran dan sambaran petir, sesuai dengan kondisi yang tercantum
dalam Polis Kendaraan Bermotor Indonesia. Secara garis besar, jenis pertanggungan Asuransi
Kendaraan Bermotor terbagi menjadi 2 (dua) yaitu dibagi menjadi 2 (dua) jenis:
1. Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan) memberikan jaminan terhadap:



Kerugian/kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan karena tabrakan, benturan,



terbalik, tergelincir dari jalan.
Kerugian keuangan/kerusakan kendaraan bermotor karena perbuatan jahat orang-orang
terkecuali oleh keluarga sendiri/orang yang bekerja dengan tertanggung atau membawa
kendaraan tersebut seizin tertanggung. tertanggung atau membawa kendaraan tersebut






seizin tertanggung.
Kebakaran yang diakibatkan oleh api yang muncul dari dalam maupun dari luar kendaraan.
Pencurian, termasuk pencurian yang dilakukan dengan kekerasan.
Sambaran petir.

2. Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan yang diasuransikan baik karena kecelakaan,
kebakaran, maupun pencurian, dimana kerugian tersebut memenuhi salah satu syarat berikut :


Akibat kecelakaan/kebakaran, dimana biaya kerugian/kerusakan mencapai 75% atau lebih





dari harga kendaraan.

Akibat pencurian, bila dalam batas waktu 60 hari kendaraan tersebut belum diketemukan.
Resiko sendiri untuk resiko kecelakaan (butir 1) dan pencurian (butir 2) berlaku
jumlah yang tercantum dalam polis.

Sejalan perkembangan zaman yang semakin maju, pola berpikir manusia dari masa ke masa pun
selalu meningkat. Usaha seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhannya sangat beragam, namun
pada umumnya mereka akan berusaha keras supaya dapat memenuhi kebutuhan itu. Setiap orang
juga memiliki tujuan yang berbeda dengan dipenuhinya kebutuhan tersebut, ada yang demi
kelangsungan hidupnya, kebahagiaan, kepuasan bahkan untuk prestise. Keinginan tersebut ternyata
diimbangi oleh kebutuhan seseorang untuk dapat menjalani hidup dengan tenang, terjamin
keselamatannya dan harta bendanya tanpa harus mencemaskan diri dengan berbagai hal.
Risiko-risiko yang tidak dijamin dicantumkan dengan jelas pada persyaratan polis, antara lain:
kehilangan keuntungan selama kendaraan tidak dapat digunakan akibat kecelakaan; kerugian akibat
penggelapan; hilangnya atau rusaknya peralatan tambahan atau non standar yang tidak disebutkan
dalam ikhtisar polis; akibat perbuatan jahat yang dilakukan oleh tertanggung atau keluarga
tertanggung; kendaraan digunakan untuk belajar mengemudi atau perlombaan atau karnaval, atau

tindak kejahatan; kelebihanmuatan; pengemudi tidak memiliki SIM atau melanggar peraturan lalu
lintas; barang muatan di dalam kendaraan; akibat bencana alam atau perang dan sejenisnya.
Hak dan kewajiban dari pihak penanggung dan tertanggung dalam perjanjian asuransi dicantumkan

dalam polis. Perjanjian atau kontrak asuransi ini merupakan suatu perjanjian timbal balik, yang
berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain.
Berkaitan dengan asuransi sebagai suatu perjanjian Pasal 255 KUHD menyatakan bahwa asuransi
harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis dimana menurut Pasal 258 ayat (1)
KUHD, polis merupakan satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah
terjadi. Di samping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat dan janji-janji khusus
yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk mencapai tujuan asuransi. Tumbuhnya
kepercayaan masyarakat terhadap asuransi bukan berarti tidak ada kekecewaan masyarakat terhadap
perusahaan asuransi. Sering terjadi keluhan dari nasabah/konsumen tentang sulitnya pengajuan
klaim asuransi, atau adanya penolakan klaim dari perusahaan asuransi padahal nasabah sudah
membayar premi asuransi. Penyelesaian permasalahan yang biasa terjadi antara konsumen dengan
pelaku usaha, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. Berkenaan dengan kerugian materiil yang disebabkan oleh pelaku usaha yaitu
perusahaan asuransi, maka konsumen mempunyai hak seperti yang diatur dalam Pasal 4 ayat (5)
UUPK yaitu : hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
Perjanjian asuransi berakhir apabila:
1. Jangka waktu berlaku sudah berakhir: Perjanjian asuransi biasanya dilakukan untuk jangka
waktu tertentu. Jangka waktu asuransi tersebut ditetapkan di dalam polis. KUHD tidak
mengatur secara tegas jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu yang ditentukan itu

habis, maka asuransi berakhir.

2. Perjalanan berakhir: Asuransi berdasarkan perjalanan ini umumnya diadakan untuk asuransi
pengangkutan.
3. Terjadinya evenemen diikuti klaim: Di dalam polis dinyatakan bahwa terhadap evenemen apa
saja asuransi itu diadakan. Apabila pada saat asuransi berjalan terjadi evenemen yang
ditanggung dan menimbulkan kerugian, penanggung akan menyelidiki apakah benar
tertanggung mempunyai kepentingan atas benda yang diasuransikan itu. Jika benar, maka
dilakukan pemberesan berdasarkan klaim tertanggung. Pembayaran ganti rugi ini dipenuhi
oleh penanggung berdasarkan asas keseimbangan. Dengan pemenuhan ganti kerugian
berdasarkan klaim tertanggung, maka asuransi berakhir.
4. Asuransi berhenti atau dibatalkan: Asuransi dapat berakhir apabila asuransi itu berhenti.
Berhentinya asuransi dapat berjalan karena kesepakatan antara tertanggung dan
penanggung. Berhentinya asuransi dapat juga terjadi karena factor di luar kemauan
tertanggung dan penanggung, misalnya terjadi pemberatan risiko setelah asuransi berjalan
(Pasal 293 dan 638 KUHD).
5. Asuransi gugur: Asuransi gugur biasanya terdapat di dalam asuransi pengangkutan. Jika
barang yang akan diangkut diasuransikan, kemudian barang tidak jadi diangkut, maka
asuransi gugur. Tidak jadi diangkut dapat terjadi karena kapal tidak jadi berangkat atau baru
akan melakukan perjalanan tetapi dihentikan. Dengan demikian, asuransi bukan dibatalkan

atau batal dengan asuransi adalah pada bahaya evenemen. Pada asuransi dibatalkan atau
batal, bahaya sedang atau sudah dijalani, sedangkan pada asuransi gugur, bahaya belum
dijalani sama sekali.
Tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap asuransi bukan berarti tidak ada kekecewaan
masyarakat terhadap perusahaan asuransi. Salah satu kasus sengketa yang terjadi yaitu penolakan
klaim yang dilakukan oleh PT Asuransi Bina Dana Arta kepada nasabah Rusli, SH. Menjadi pokok
permasalahan pada kasus ini adalah mengenai hilangnya mobil yang menjadi objek pertanggungan
didalam Polis Asuransi dengan Nama Tertanggung adalah PT. Astra Sedaya Finance Qq. Rusli, SH.
Penolakan klaim yang dilakukan oleh PT Asuransi Bina Dana Arta kepada nasabah Rusli, SH tentang

hilangnya mobil yang menjadi objek pertanggungan didalam Polis Asuransi No. SPCBK0021000004001235. Penanggung beranggapan kesalahan berada pada pihak tertanggung, klaim yang diajukan
oleh tertanggung bertentangan dengan polis asuransi yang sudah disepakati.
Pada tahap pemeriksaan di BPSK Kota Medan diketahui bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan
penelitian oleh PT Asuransi Bina Dana ternyata penyebab hilangnya mobil tersebut disebabkan
karena penggelapan yang dilakukan oleh Ayu Halizah Sirait. Berdasarkan klausula polis asuransi, Bab
II Pengecualian Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa pertanggungan ini tidak menjamin kerugian,
kerusakan, biaya atas kendaraan bermotor dan atau tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga
yang disebabkan olehpenggelapan, penipuan, hipnotis dan sejenisnya.
Selain itu alasan penolakan klaim asuransi yang diajukan oleh Tertanggung tidak memenuhi
kewajibannya dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan untuk memberitahu Penanggung secara

tertulis atau secara lisan yang diikuti dengan tertulis kepada Penanggung selambat-Iambatnya 5
(lima) hari kalender sejak terjadinya kerugian dan atau kerusakan sesuai dengan klausula polis
asuransi pada Pasal 11 ayat 1. Penolakan klaim tersebut, kemudian Rusli SH sebagai Tertanggung
menggugat PT Asuransi Bina Dana ke BPSK Kota Medan dan kasus inipun sampai pada tingkat
Mahkamah Agung.
BPSK Kota Medan mengabulkan permohonan klaim asuransi yang diajukan oleh Rusli SH namun
Pengadilan Negeri Medan membatalkan putusan BPSK Kota Medan. Mahkamah Agung mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : Rusli, SH. Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui
bagaimanakah perjanjian pertanggungan asuransi kendaraan bermotor antara tertanggung dan
penanggung pada kasus sengketa konsumen tersebut di tinjau dari KUHD dan pertimbangan hukum
Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam putusan Nomor No. 9 K/Pdt.Sus/2012 di hubungkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah yurisdis normatif dengan spesifikasi penelitian
deskriptif analisis. Menggunakan data hukum primer yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor No. 9
K/Pdt.Sus/2012 dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara yuridis
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, PT Asuransi Bina Dana/Penanggung berhak untuk menolak
pengajuan klaim oleh Rusli, SH, karena tidak sesuai dengan ketentuan polis yang disepakati. Gugatan
yang diajukan Rusli, SH kepada BPSK termasuk gugatan kurang pihak atau error persona. Gugatan

tersebut seharusnya mengikutsertakan PT. Astra Sedaya Finance sebagai pihak penggugat atau turut
tergugat, hal ini dikarenakan bahwa mobil yang menjadi obyek pertanggungan itu belum berpindah
kepemilikan atas nama Rusli, SH. Berdasarkan ketentuan Ketentuan Pasal 41 ayat (1) dan (2) Kepmen
Perindag Nomor : 350/Mpp/Kep/12/200 maka kalimat “pemberitahuan putusan” pada Pasal 56 ayat
(2) UUPK harus berbentuk surat secara tertulis yang harus disampaikan kepada alamat konsumen
dan pelaku usaha. Atas dasar uraian tersebut seharusnya Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung
dalam pertimbangannya menyatakan bahwa putusan judex facti/Pengadilan Negeri Medan dalam
perkara ini tidak salah menerapkan hukum atau tidak melanggar hukum yang berlaku.
RUMUSAN MASALAH
Untuk membatasi lingkup pembahasan maka penulis mengidentifikasikan permasalahan, mengenai
proses pengajuan dan penyelesaian klaim asuransi kendaraan bermotor dan dokumen – dokumen
klaim yang diperlukan. Selain itu, tentunya terkait dengan kasus yang diuraikan di atas yaitu kasus
klaim polis asuransi yang terjadi antara Rusli, SH melawan PT Asuransi Bina Dana, penulis
mengidentifikasikan permasalahan mengenai perjanjian pertanggungan asuransi kendaraan
bermotor antara tertanggung dan penanggung pada kasus sengketa konsumen tersebut di tinjau dari
KUHD dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam putusan Nomor No. 9
K/Pdt.Sus/2012 di hubungkan dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.

PEMBAHASAN

PROSES PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR
Tuntutan ganti kerugian oleh tertanggung kepada penanggung inilah yang biasanya disebut klaim
atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa klaim adalah tuntutan terhadap hak yang timbulnya
disebabkan karena adanya perjanjian asuransi yang telah berakhir. Besarnya uang santunan yang
wajib dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam hal meninggalnya tertanggung sesuai
kesepakatan yang tercantum dalam polis.
Prosedur Pengajuan Klaim Kendaraan Bermotor
Tindakan pertama yang harus dilakukan jika terjadi kerugian akibat kecelakaan atau kehilangan
1. tertanggung harus melapor kepada pihak Perusahaan Asuransi dalam jangka waktu
maksimum 72 jam setelah kejadian.
2. tertanggung tidak diperbolehkan mengambil tindakan apapun sebelum mendapat
persetujuan dari Perusahaan Asuransi.
Adapun data-data yang diperlukan saat tertanggung melaporkan masalah yang terjadi kepada
Perusahan Asuransi, antara lain:









Nomor polis asuransi
Tempat kejadian
Nama pemilik polis
Kerugian benda
Merek kendaraan
Nomor polis kendaraan jadinya kecelakaan/
Tanggal kejadian kerugian

DOKUMEN-DOKUMEN KLAIM YANG DIPERLUKAN
Dokumen–dokumen yang diperlukan apabila tertanggung hendak mengajukan klaim kepada
Perusahaan Asuransi antara lain:


tertanggung diminta untuk melengkapi dan menyerahkan dokumen – dokumen seperti






dibawah ini setiap kali tertanggung mengajukan klaim.
Mengisi formulir klaim (formulir dapat diminta)
Foto copy polis asuransi
Foto copy SIM dan STNK
Surat keterangan polisi setempat (B.A.P.) untuk klaim kendaraan jika kehilangan
perlengkapan sttertanggungrd / non sttertanggungrt maupun kehilangan kendaraan dan juga
jika kendaraan tertanggung mengalami rusak berat atau menyangkut pihak ketiga.

Khusus klaim kehilangan kendaraan atau Kerusakan total, selain dokumen – dokumen di atas,
tertanggung diminta untuk menyerahkan dokumen – dokumen lain seperti dibawah ini jika
tertanggung mengajukan klaim kehilangan kendaraan







STNK asli
Kunci kontak kendaraan
Surat keterangan KADIT RESERSE POLDA
BPKB asli dan faktur
Blanko kwitansi kosong rangkap tiga
Pemblokiran STNK

Khusus klaim yang melibatkan tanggung jawab Hukum terhadap pihak ketiga (third party Liability).
Jika tertanggung mengalami kecelakaan yang melibatkan kerugian pada pihak ketiga (TPL) dan
tertanggung dituntut untuk mengganti kerugiannya, maka tertanggung harus melengkapi dan
menyerahkan dokumen – dokumen sebagai berikut :





Surat keterangan polisi setempat (Berita Acara Pemeriksaan)
Foto copy STNK dan SIM dari pihak ketiga
Surat tuntutan dari pihak ketiga yang dittertanggungtangani diatas materai
Foto kerugian materi dari pihak ketiga

ANALISIS TERHADAP KASUS RUSLI SH MELAWAN PT ASURANSI BINA DANA DITINJAU DARI KUHD
DAN PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM MAHKAMAH AGUNG
Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata melahirkan beberapa asas antara lain asas
kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat. Asas kekuatan mengikat dari pasal tersebut
apabila dihubungkan dengan dengan perjanjian asuransi berarti bahwa pihak tertanggung/pemegang
polis dan penanggung terikat untuk melaksanakan ketentuan perjanjian yang disepakatinya. PT
Asuransi Bina Dana sebagai Penanggung berhak untuk menolak pengajuan klaim oleh Rusli, SH,
karena tidak sesuai dengan ketentuan polis asuransi yang disepakati. Pertimbangan BPSK Kota
Medan yang berpendapat menjadi kesalahan Penanggung/PT Asuransi Bina Dana karena tidak
memberikan polis asuransi kepada Tertanggung yaitu Rusli SH adalah pendapat yang tidak
berdasarkan ketentuan perundang-undangan karena dalam hal ini Penanggung/PT Asuransi Bina
Dana tidak terkait secara langsung dengan Rusli SH. Tidak diberikan polis asuransi bukanlah sebagai
kesalahan PT Asuransi Bina Dana, akan tetapi menjadi kesalahan PT. Astra Sedaya Finance karena PT.
Asuransi Bina Dana tidak ada kewajiban untuk memberikan langsung kepada Rusli, SH melainkan PT.
Astra Sedaya Finance yang semestinya memberikan polis asuransi tersebut.
Selain itu, ketentuan Pasal 41 ayat (1) dan (2) Kepmen Perindag Nomor : 350/Mpp/Kep/12/2001
tersebut menjelaskan, bahwa menjadi tugas BPSK untuk memberitahukan putusan Majelis secara
tertulis kepada alamat konsumen dan pelaku usaha yang bersengketa. Berdasarkan ketentuan
tersebut maka kalimat “pemberitahuan putusan” pada Pasal 56 ayat (2) UUPK harus berbentuk surat
secara tertulis yang harus disampaikan kepada alamat konsumen dan pelaku usaha. Pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan sudah benar, dengan menerima permohonan keberatan
dari pelaku usaha PT Asuransi Bina Dana berdasarkan bukti surat pemberitahuan putusan BPSK No.
42/BPSKMdn/2010 yang bernomor 542/BPSK/MDN/2011 yang diterima pada tanggal 24 Februari
2011. PT Asuransi Bina Dana selaku sebagai pelaku usaha mempunyai kesempatan untuk

mengajukan pemohon keberatan dalam waktu 14 hari sejak menerima surat pemberitahuan putusan
pada tanggal 24 Februari 2011. Seharusnya Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung dalam
pertimbangannya menyatakan bahwa putusan judex facti/Pengadilan Negeri Medan dalam perkara
ini tidak salah menerapkan hukum atau tidak melanggar hukum yang berlaku, Mahkamah Agung
seharusnya menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan.

PENUTUP
KESIMPULAN
PT Asuransi Bina Dana/Penanggung berhak untuk menolak pengajuan klaim oleh Rusli, SH, karena
tidak sesuai dengan ketentuan polis yang disepakati. Gugatan yang diajukan Rusli, SH kepada BPSK
termasuk gugatan kurang pihak atau error persona. Gugatan tersebut seharusnya mengikutsertakan
PT. Astra Sedaya Finance sebagai pihak penggugat atau turut tergugat, hal ini dikarenakan bahwa
mobil yang menjadi obyek pertanggungan itu belum berpindah kepemilikan atas nama Rusli, SH.
Berdasarkan ketentuan Ketentuan Pasal 41 ayat (1) dan (2) Kepmen Perindag Nomor:
350/Mpp/Kep/12/200 maka kalimat “pemberitahuan putusan” pada Pasal 56 ayat (2) UUPK harus
berbentuk surat secara tertulis yang harus disampaikan kepada alamat konsumen dan pelaku usaha.
Atas dasar uraian tersebut seharusnya Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung dalam
pertimbangannya menyatakan bahwa putusan judex facti/Pengadilan Negeri Medan dalam perkara
ini tidak salah menerapkan hukum atau tidak melanggar hukum yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, PT Intermasa, Jakarta, 1981.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransiaan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor : 350/Mpp/Kep/12/2001 Tentang
Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.