Fungsi dan Peran dan PBB

Sejarah dan Perkembangan PBB
A.
Latar Belakang
Setiap peperangan selalu menimbulkan kehancuran, baik pihak yang dikatakan
menang maupun pihak yang kalah, bahkan banyak peristiwa perang
mengakibatkan lenyapnya sebuah bangsa atau sebuah negara. Upaya menghindari
peperangan yang mengancam manusia, diusahakan dengan membentuk suatu
lembaga perdamaian yang merupakan persatuan seluruh bangsa atas kehendak
bebas negara masing-masing. Untuk bersama-sama menjaga dan menjamin
keamanan dan ketertiban bersama.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka setelah perang Dunia Pertama (1914-1919)
yang berakhir dengan adanya perjanjian Versailles 1919 antara pihak yang
berperang Jerman Raya, Austria, Turki Raya vs Inggris dan Perancis, terbentuklah
Liga Bangsa-Bangsa atau League Of Nations. Tetapi LBB sebaagai organisasi
perdamaian dunia tidak memiliki umur panjang karena dua puluh tahun kemudian
ternyata LBB tidak mampu bertindak dan akhirnya perdamaian dunia tidak dapat
dipertahankan lagi.
B.
Terbentuknya PBB
Pada saat Perang Dunia II sedang berkecamuk, dua negarawan yakni Winston
Churchill (PM Inggris) beserta Franklin Delano Roosevelt (Presiden Amerika

Serikat) mengadakan pembicaraan khusus diatas sebuah kapal milik AS “Agusta”
diperairan New Foundland Samudera Atlantik, untuk meredakan peperangan.
Pertemuan tanggal 14 Agustus 1941 menghasilkan suatu piagam yang merupakan
suatu deklarasi tentang hak kebebasan, kemerdekaan, dan perdamaian dunia.
Piagam tersebut telah ditandatangani oleh kedua pihak sehingga disebut juga
Piagam Atlantik atau Atlantic Charter yang pokoknya berisi antara lain sebagai
berikut:
 Tidak dibenarkan adanya perluasan daerah sesamanya
 Segala bangsa berhak untuk menentukan bentuk pemerintahannya dan
menentukan nasibnya.
 Semua negara berhak turut serta dalam perdagangan dunia
 Mengusahakan perdamaian dunia yang membuat setiap bangsa dapat hidup
bebas dari rasa takut dan bebas dari kemiskinan.
Dengan demikian Piagam Atlantik merupakan dasar-dasar pertama dalam usaha
pembentukan PBB.

C.
Lahirnya PBB
Langkah pertama kearah pembentukan PBB ialah ditandatanganinya deklarasi
antara negara-negara Sekutu tertanggal 12 Juni 1941 di St. James’s Palace London

oleh wakil-wakil Australia, Kanada, Selandia Baru, Uni Afrika Selatan, Kerajaan
Inggris serta pemerintah pelarian/pengungsian Belgia, Chekoslovakia, Yunani,
Luksemburg, Negeri Belanda, Norwegia, Polandia dan Yugoslavia serta turut pula
Jenderal De Gaulle dari Perancis.
Dalam Deklarasi London tersebut dinyatakan antara lain bahwa satu-satunya dasar
yang sejati bagi pemeliharaan perdamaian adalah kehendak bekerjasama antara
bangsa-bangsa yang bebas didunia, dimana semua orang bebas dari ancaman
agresi, dapat menikmati ketentraman ekonomi dan sosial serta bahwa mereka
bersedia untuk bekerja sama demi tujuan itu dan juga bekerja sama dengan
bangsa-bangsa bebas lainnya, dalam masa perang maupun damai.

Piagam Atlantik (Atlantic Charter)
Dua bulan setelah itu, yaitu tanggal 14 Agustus 1941, diadakan deklarasi bersama
di Samudera Atlantik antara Presiden Franklin Delano Roosevelt dari Amerika
Serikat dan Perdana Menteri Winston Churchill dari Inggris, kemudian
menghasilkan apa yang terkenal dengan nama Atlantic Charter. Piagam ini pada
dasarnya memuat beberapa prinsip bersama dalam menjalankan kebijaksanaankebijaksanaan nasional dua Negara. Selain itu dinyatakan pula dalam dokumen
tersebut kehendak untuk melaksanakan kerjasama sepenuhnya antara semua
bangsa dibidang ekonomi dengan tujuan menetapkan bagi semua orang
perbaikan standar harga, kemajuan ekonomi dan jaminan sosial.


Deklarasi PBB (Declaration by United Nations)
Deklarasi ini ditandatangani pada tanggal 1 Januari 1942 oleh wakil-wakil 26
negara di Washington, yang menentang negara-negara Axis. Istilah PBB muncul
dalam usulan presiden Roosevelt dari Amerika Serikat.

Konferensi Moskow
Selanjutnya pada tanggal 30 Oktober 1943, di Moskow ditandatangani suatu
deklarasi oleh V.M. Molotov dari USSR, Anthony Eden dari Inggris, Cardell
Hull dari AS dan Foo Ping Sheung (tentara Tiongkok di Moskow) dimana
keempat negara mengemukakan bahwa: “Mereka menganggap perlu dalam
waktu secepat mungkin membentuk suatu organisasi internasional umum, yang
berdasarkan prinsip persamaan kedaulatan dari semua negara yang mencintai

perdamaian dan terbuka keanggotaannya bagi sermua negara besar dan kecil,
demi untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional.”
 Konferensi Teheran
Satu bulan kemudian setelah konferensi Moskow pada tanggal 1 Desember
1943, Presiden Roosevelt, Presiden Stalin dan PM Churchill mengeluarkan
deklarasi di Teheran yang antara lain berbunyi: “Kami mengakui sepenuhnya

tanggung jawab yang luhur atas pundak kami dan atas semua bangsa yang
bersatu untuk mewujudkan suatu perdamaian yang akan meliputi kehendak
rakyat seluruh dunia dan menghalau bencana dan teror peperangan bagi
generasi-generasi.”
 Konferensi Dumbarton Oaks
Pada tanggal 21-28 Agustus 1944, diselenggarakan perundingan di Washington
DC, tepatnya di Dumbarton Oaks berupa pembicaraan tingkat pertama antara
wakil-wakil USSR, Inggris, dan Amerika Serikat. Perundingan tingkat kedua
dilakukan Cina, Inggris, dan Amerika Serikat pada tanggal 29 September 1944 –
7 Oktober 1944. Seluruh persetujuan yang dapat dicapai keempat kekuatan
tersebut dihimpun menjadi usul-usul bagi pembentukan sebuah organisasi
internasional umum.
Konferensi Dumbarton Oaks membicarakan tentang tujuan dan asal organisasi,
keanggotaan dan kelengkapan utama dan keamanan internasional serta
kerjasama internasional dibidang ekonomi dan sosial. Pada konferensi itu
diusulkan badan yang paling menentukan pemeliharaan perdamaian dunia yaitu
lima negara besar: Cina, Perancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat harus
menjadi anggota tetap.
 Konferensi di Yalta
Pada tanggal 4 – 11 Febuari 1945 yang dihadiri Presiden Roosevelt, PM

Churchill dan Premier Stalin. Ditegaskan kembali niat yang serius untuk
mendirikan organisasi internasional umum demi memelihara perdamaian dan
keamanan, yang sangat hakiki guna menghindarkan agresi serta menyingkirkan
sebab politik dan sosial juga peperangan dengan jalan kerjasama yang erat dan
langgeng antara semua bangsa yang cinta damai.
Konferensi ini menghasilkan Yalta Agreement pada tanggal 11 Febuari 1945,
memutuskan antara lain bahwa pada tanggal 25 April di San Fransisco AS akan
diundang sebagai sponsor adalah Pemerintahan Republik Cina, pemerintah

sementara Perancis, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat. Persoalan yang
timbul dalam konferensi ini adalah masalah veto, yang menyebabkan Soviet
berbeda pendapat dengan Inggris dan Amerika Serikat. Namun tercapai pula
rumusan kompromi, veto dapat digunakan sekalipun salah satu negara besar
menjadi pihak yang bersengketa. Disepakati pula, bahwa Inggris dan Amerika
Serikat mendukung permintaan Soviet agar Ukraina dan Byelo Rusia diterima
menjadi anggota PBB.

Konferensi San Fransisco
Konferensi San Fransisco tanggal 25 April 1945 yang dikenal sebagai “The
United Nations Conference Of Intenational Organization”, dihadiri oleh lima

negara termasuk lima pemerintah sponsor. Bertindak sebagai ketua delegasi
negara-negara sponsor ialah Anthony Eden dari Inggris, Edward R Jr dari
Amerika Serikat, T.V. Soong dari Cina dan V.M. Molotov dari Uni Soviet.
Namun Presiden Roosevelt wafat dan tidak sempat membuka konferensi yang
telah lama diidam-idamkannya itu.
Pada tanggal 25 Juni 1945 diselenggarakan Sidang Pleno terakhir di Gedung
Opera San Fransisco pada kesempatan itu keseluruhan Piagam PBB disetujui
secara bulat, dan keesokan harinya tanggal 26 Juni 1945 piagam tersebut
ditandatangani dalam suatu upacara mulia dan anggun di Auditorium Veterans
Memoriam Hall. Pada tanggal 24 Oktober 1945 Piagam PBB mulai mempunyai
daya berlaku, bertepatan dengan saat Cina, Perancis, Uni Soviet, Inggris dan
Amerika Serikat serta sebagian besar negara penandatangan lainnya
menyampaikan kelengkapan ratifikasi mereka. Pada tanggal 31 Oktober 1947
ditetapkan bahwa tanggal 24 Oktober hari ulang tahun berlakunya Piagam PBB,
dinyatakan secara resmi sebagai Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

D.

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
1.


1)

Kerangka Dasar:

Preamble atau Mukadimah, yang diawali dengan empat tujuan dan

kemudian disusul oleh 4 sarana atau syarat untuk mencapai tujuan itu dan satu
dictum
2)
19 Bab atau Chapter, yang dibagi dalam 111 pasal

3)

Status dari Mahkamah Internasional yang terdiri dari 5 Bab dan dibagi

dalam 70 Pasal.
2.




Asas dan Tujuan
Tujuan PBB ialah:
Memelihara perdamaian dan keamanan
Mengembangkan hubungan persahabatan

antara

bangsa-bangsa

berdasarkan penghargaan atas asas persamaan hak-hak dan penentuan nasib
sendiri dari bangsa-bangsa, dan mengambil tindakan-tindakan lain yang tepat
guna memperkokoh Perdamaian Dunia.

Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalahmasalah internasional yang bercorak ekonomi, sosial, kebudayaan atau
kemanusiaan, dalam memajukan dan mendorong penghargaan terhadap hak-hak
manusia dan kebebasan-kebebasan dari dan bagi semua orang tanpa membedakan
bangsa, kelamin, bahasa atau agama.

Menjadi pusat untuk menyerasikan tindakan-tindakan bangsa-bangsa

dalam mencapai tujuan bersama.. Organisasi ini dinyatakan diatas, akan bertindak
sesuai dengan asas-asas berikut :
i)
Organisasi ini didasarkan atas asas persamaan kedaulatan dari semua
anggotanya
ii)
Semua anggota dengan maksud untuk menjamin bagi dirinya masingmasing semua hak dan manfaat yang timbul dari keanggotaannya akan memenuhi
dengan jujur kewajiban yang diterimanya sesuai dengan piagam ini.
iii)
Semua anggota akan menyelesaikan dengan jalan damai sengketa-sengketa
internasional mereka sedemikian rupa, sehingga perdamaian, keamanan
internasional dan keadilan tidak terancam.
iv)
Semua anggota dalam hubungan

internasional

mereka

akan


menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap keutuhan
wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara atau dengan cara apapun yang
bertentangan dengan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
v)
Semua anggota akan memberikan setiap bantuan kepada PBB dalam
tindakan apapun yang diambilnya sesuai piagam ini dan tidak akan memberikan
kepada negara manapun, yang oleh PBB sedang ditindak secara preventive atau
dengan kekerasan.

vi)

Organisasi ini akan menjamin agar negara-negara yang bukan anggota

PBB bertindak sesuai dengan asas-asas ini sejauh diperlukan bagi pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional.
vii)
Tidak satu ketentuan pun dalam piagam ini dapat memberi kuasa kepada
PBB untuk mencampuri urusan pada hakikatnya termasuk yuridiksi dalam negeri
suatu negara atau yang dapat menurut anggota-anggota mengajukan penyelesaian

urusan tersebut menurut piagam ini.
3.
Masalah Keanggotaan
Masalah keanggotaan PBB diatur dalam Bab II Pasal 3 – Pasal 6 Piagam. Pasal 3
mengatur tentang kedudukan anggota asli/pemula PBB.
Mereka yang termasuk anggota pemula PBB adalah:

Negara-negara yang telah ikut serta dalam konferensi San Fransisco
tanggal 25 April 1945

Negara-negara yang

terlebih

dahulu

menandatangani

Deklarasi

Washington tanggal 1 Januari 1942

Negara pada point 1 dan 2 diatas yang telah menandatangani piagam dan
meratifikasinya sesuai dengan pasal 110 piagam. Pasal 4 mengatur tentang
penerimaan anggota-anggota baru :

Keanggotaan dalam PBB terbuka untuk semua negara lain yang cinta
damai dan menerima kewajiban-kewajiban yang tertera dalam piagam ini dan
yang berdasarkan pertimbangan organisasi ini sanggup dan bersedia
menyelesaikan kewajiban-kewajiban ini.

Penerimaan suatu negara yang demikian kedalam keanggotaan PBB
dilakukan dengan keputusan Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan.
Pasal 5: Mengatur tentang suatu negara yang sedang dikenakan tindakan preventif
ataupun kekerasan dapat diskors atau dikenakan penangguhan dari penggunaan
hak-hak dan hak-hak istimewa tersebut dapat dipulihkan kembali oleh Dewan
Keamanan.
Pasal 6: Suatu anggota PBB yang terus menerus melanggar asas-asas yang tertera
dalam piagam dapat dikeluarkan dari organisasi oleh Majelis Umum atas anjuran
Dewan Keamanan.
Riwayat keanggotaan Indonesia dalam PBB pernah menimbulkan persoalan.
Republik Indonesia menjadi anggota PBB ke 60 pada tanggal 28 September 1950
dengan prosedur biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Piagam. Akan tetapi
pada tanggal 20 Januari 1965 dalam rangka politik konfrontasi terhadap

Malaysia/Inggris semasa pemerintahan Soekarno, Indonesia menyatakan menarik
diri dari keanggotaan PBB dan sekaligus dalam berbagai badan khusus PBB.
Dengan alasan masuknya Malaysia kedalam keanggotaan Dewan Keamanan,
sewaktu Indonesia dan Filipina masih berada dalam sengketa dengan Malaysia.
Surat pengunduran diri pemerintah Republik Indonesia oleh Menteri Luar Negeri
kepada Sekjen PBB tertanggal 20 Januari 1965. Sebagai Sekjen PBB, U Thant
ketika itu dalam suratnya kepada Pemerintah Republik Indonesia tertanggal 26
Febuari 1965 bahwa keluarnya Indonesia dari PBB itu telah menimbulkan sesuatu
yang tidak mempunyai ketentuan-ketentuan yang tegas dalam piagam. Republik
Indonesia kembali masuk menjadi anggota PBB dan badan khusus lainnya pada
bulan September 1966, dengan cara menempuh suatu “Simple Procedure” yaitu,
suatu cara sederhana yang tidak tersedia pengaturannya dalam piagam.
4.
Sistem PBB
Sistem PBB berdasarkan lima organ (sebelumnya enam):
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa: Majelis ini terdiri dari anggota dari
seluruh negara anggota yang bertemu setiap tahun dibawah seorang Presiden
Majelis Umum yang dipilih oleh wakil-wakil.
Tugas Majelis Umum PBB:

Pelaksanaan Perdamaian dan Keamanan Internasional

Kerjasama di lapangan perekonomian internasional

Sistem perwakilan internasional

Keterangan-keterangan mengenai daerah-daerah yang belum mempunyai
pemerintah sendiri.

Urusan keuangan

Penerapan keanggotaan dan penerima anggota

Perubahan piagam
Tugas Dewan Keamanan PBB:

Menginvestigasi keadaan apapun yang mengancam perdamaian dunia

Merekomendasikan prosedur penyelesaian sengketa secara damai

Menjalankan keputusan Dewan Keamanan PBB
Tugas Dewan Ekonomi dan Sosial PBB:

Mengadakan penyelidikan dan menyusun laporan sosial, pendidikan dan
kesehatan diseluruh dunia.

Mengadakan pertemuan-pertemuan internasional tentang hal-hal yang
menyangkut wewenangnya
Sekretariat PBB:
Memberikan dukungan kerja dan pelayanan untuk semua badan PBB lainnya
dalam sistem keseluruhan dan mengatur program serta kebijakan yang dijalankan

oleh mereka. Sekretariat PBB bertanggung jawab atas pengaturan agenda dari
Sekertaris Jendral PBB.
Mahkamah Internasional:
Merupakan badan kehakiman yang terpenting dalam PBB. Mahkamah terdiri dari
lima belas hakim yang dikenal sebagai “anggota mahkamah”.

5.

Peranan dan Fungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa

PBB mempunyai peran yang cukup banyak, antara lain sebagai berikut:
1) PBB mengambil tindakan tegas dalam masalah dekolonialisasi dengan
mendesak kepada pemerintah koloni, jika perlu dengan tindakan paksaan melalui
Dewan Keamanan PBB.
2) Sikap PBB terhadap politik “Appartheid” di Afrika Selatan yang menganggap
politik tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan.
3) PBB berusaha mengumpulkan para pemuda di seluruh dunia dalam suatu
wadah “World Youth Assembly” dengan harapan mereka menjadi penerus yang
baik dalam usaha mempertahankan perdamaian dunia.
4) PBB juga menyadari pentingnya penanggulangan peledakan penduduk yang
menyebabkan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Sebagaimana sejarah kelahirannya, PBB diharapkan dapat menjalankan
fungsinya, yaitu sebagai berikut:
Fungsi proteksi, yaitu PBB berusaha memberikan perlindungan kepada seluruh
anggota.
Fungsi integrasi, yaitu PBB sebagai wadah atau forum untuk membina
persahabatan dan persaudaraan bangsa–bangsa.
Fungsi sosialisasi, yaitu PBB sebagai sarana untuk menyampaikan nilai–nilai dan
norma kepada semua anggota.
Fungsi pengendali konflik, yaitu PBB sebagai lembaga internasional diharapkan
dapat mengendalikan konflik–konflik yang muncul dari sesama anggota sehingga
tidak sampai menimbulkan ketegangan dan peperangan sesama anggota PBB.
Fungsi kooperatif, yaitu PBB sebagai lembaga internasional diharapkan mampu
membina/mendorong kerjasama di segala bidang antar bangsa di dunia.
Fungsi negoisasi, yaitu PBB diharapkan dapat memfasilitasi perundinganperundingan antarnegara untuk membentuk hukum, baik yang bersifat umum
maupun khusus.

Fungsi arbitrase, yaitu PBB hendaknya dapat menyelesaikan masalah–masalah
secara hukum yang timbul dari sesama anggota sehingga tidak menjadi masalah
yang berkepanjangan yang dapat mengganggu perdamaian dunia.
Peran PBB dalam Bidang Keamanan, Perdamaian, dan Kemerdekaan
Telah berhasil menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda (masalah
Irian Barat).
Menyelesaikan masalah penjajahan di beberapa daerah Afrika sehingga muncul
negara–negara di Afrika menjadi negara merdeka.
Penyelesaian konfrontasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang
penempatan peluru kendali/nuklir di Kuba.
Penyelesaian konflik di Timur Tengah mengenai Terusan Suez.
Membantu meredakan krisis di Libanon.
Misi peninjauan PBB untuk membantu memisahkan pasukan setelah timbul
peperangan antara India dan Pakistan.
Telah berhasil mencegah timbulnya perang nuklir antara negara adi kuasa
(Amerika Serikat dan Uni Soviet).
Membantu proses kemerdekaan Timor–Timur.
Ikut menyelesaikan konflik politik antara negara–negara yang tergabung dalam
Uni Soviet.
Peran PBB dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Memberikan bantuan–bantuan kesejahteraan dan pembangunan di negara–negara
yang sedang berkembang melalui badan–badan khusus PBB, seperti ILO, WHO,
FAO, UNESCO, UNICEF, dan IMF.
Penghapusan dalam segala bentuk dominasi rasial.
Penghapusan diskriminasi terhadap wanita yang mencakupi hak, politik, ekonomi,
sosial–budaya dan kewarganegaraan.
Memberikan bantuan bahan makanan untuk kesejahteraan anak–anak melalui
UNICEF.
Penanggulangan berjangkitnya penyakit cacar melalui program WHO.
Memajukan kerja sama internasional tentang ilmu pengetahuan seperti
penggunaan tenaga atom/nuklir untuk maksud–maksud damai, menyelamatkan
bangunan–bangunan kuno Mesir yang terancam genangan air oleh bendungan
Aswan dan pemugaran Candi Borobudur di Yogyakarta.

Untuk mencapai tujuannya, PBB melaksanakan segala tindakan dan kegiatannya
atas dasar asas-asas sebagai berikut:

a.
b.

Berdasarkan persamaan kedaulatan dari sekalian anggota-anggotanya
Susunan anggota harus memenuhi dengan kepercayaan penuh kewajiban-

kewajiban mereka, sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
c.
Mereka harus menyelesaikan persengketaan internasional mereka dengan
jalan damai dan tanpa membahayakan perdamaian, keamanan dan keadilan.
d.
Mereka harus menjauhi, dalam hubungan internasional mereka,
penggunaan ancaman dan kekerasan terhadap negara lain.
e.
Mereka harus memberikan kepada PBB setiap bantuan, dalam tindakan
apa saja yang diambil selaras dengan Piagam PBB dan mereka tidak akan
membantu negara terhadap siapa diadakan tindakan preventif atau paksaan.
f.
PBB harus memastikan bahwa negara yang tidak merupakan anggota
bertingkat selaras dengan asas tersebut, sejauh itu perlu memelihara perdamaian
dan keamanan internasional.
g.
Tak satupun dalam Piagam PBB, boleh memberikan wewenang pada PBB
untuk turut campur dalam persoalan yang merupakan semata-mata persoalan
dalam negeri negara mana saja.
h.
Bahasa resmi PBB ialah bahasa-bahasa Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan
Spanyol. Bahasa-bahasa yang dipergunakan ialah bahasa Inggris dan Perancis,
bahasa Spanyol juga digunakan dalam Majelis Umum dan Dewan Ekonomi dan
Sosial.
i.
Keanggotaan PBB terbuka untuk semua negara yang cinta damai serta
menerima syarat Piagam PBB dan dalam pertimbangan, sanggup serta bersedia
untuk memenuhi syarat-syarat tersebut.
j.
Anggota-anggota teras PBB ialah negara-negara yang menandatangani
pernyataan PBB pada tanggal 1 Januari 1942 atau yang turut ambil bagian
dalam konferensi San Fransisco dan yang menandatangani serta meratifikasi
Piagam PBB.
k.
Negara-negara lain dapat diperkenankan menjadi anggota oleh Majelis
Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan.
l.
Anggota-anggota dapat diskor atau dikeluarkan oleh Majelis Umum atas
rekomendasi Dewan Keamanan. Mereka dapat diskor apabila Dewan Keamanan
mengadakan tindakan paksaan terhadap mereka atau mereka dikeluarkan apabila
mereka secara berulang kali melanggar asas-asas Piagam PBB. Dewan
Keamanan dapat mengembalikan hak-hak kepada suatu negara anggota yang
diskor.

Mengenai tujuan dan asas-asas PBB ini telah tersimpul dalam Mukadimah Piagam
PBB yang menyatakan cita-cita serta tujuan bersama daripada bangsa-bangsa
yang pemerintahanya turut serta dalam bentuk perserikatan bangsa-bangsa.
Mukadimah Piagam PBB tersebut berbunyi:
Kami rakyat Perserikatan Bangsa-Bangsa bertekad:
a.

Menyelamatkan generasi-generasi yang akan datang dari cemeti perang,

yang dua kali dalam hidup kita telah membawa kesedihan yang tak terhingga
kepada umat manusia.
b.
Memperkuat kepercayaan kepada hak-hak manusia, martabat, dan harga
pribadi manusia, pada kesamaan hak-hak manusia laki-laki maupun wanita dan
bangsa-bangsa yang besar maupun yang kecil.
c.
Menetapkan syarat-syarat di bawah mana keadilan dan kehormatan untuk
kewajiban-kewajiban yang timbul akibat perjanjian-perjanjian dan sumbersumber hukum internasional yang lain dapat dipelihara.
d.
Memajukan perkembangan sosial dan tingkat hidup yang lebih baik dalam
kebebasan yang lebih besar.
Agar maksud dan tujuan ini dapat tercapai serta terlaksana, maka upaya yang
akan dilaksanakan oleh PBB adalah:
a.

Berusaha untuk bersikap sabar dalam hidup, bersama secara damai sebagai

tetangga yang baik.
b.
Mempersatukan kekuatan anggota untuk memelihara perdamaian dan
keamanan internasional.
c.
Memastikan, dengan menerima asas-asas serta penerapan cara-cara bahwa
kekuatan bersenjata tidak akan dipergunakan, kecuali untuk kepentingan
bersama.
Inilah yang merupakan inti organisasi PBB, akan tetapi organ-organ lain dapat
dibentuk atau didirikan sesuai dengan keperluan seperti WHO yang menangani
bidang kesehatan, UNICEF yang menangani bidang pendidikan dan kebudayaan,
UNHCR yang menangani bidang pengungsi, UNCI yang dibentuk untuk
menyelesaikan masalah Indonesia dengan Belanda pada masa Agresi Belanda
yang kedua.

Dalam pembukaannya, Piagam PBB mengumandangkan kepercayaannya dalam
hak-hak asasi manusia, kemuliaan dan nilai orang perorangan dalam kesamaan
hak antara wanita dan pria. Dalam berbagai ketentuan yang terdapat dalam
Piagam, berkali-kali diulang penegasan bahwa PBB akan mendorong,
mengembangkan, dan mendukung penghormatan secara universal dan efektif hakhak asasi dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa membedakan suku,
kelamin, bahasa dan agama.
Wewenang Majelis Umum dibidang penanganan hak-hak asasi didasarkan pada
Pasal 55C yang berisikan penegasan atas penghormatan secara universal dan
efektif hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa
membedakan suku, kelamin, bahasa dan agama. Pasal 55C ini diperkuat oleh
Pasal 13 Ayat 1B mengenai upaya Majelis Umum untuk mempermudah
pelaksanaan hak-hak asasi dan kebebasan pokok-pokok tersebut.
Majelis Umum juga dibantu oleh salah satu Organ Utama PBB yaitu Dewan
Ekonomi dan Sosial yang dapat membuat rekomendasi-rekomendasi agar
terlaksanannya penghormatan yang efektif terhadap hjak-hak asasi dan
kebebasan-kebebasan pokok. Disamping itu, Dewan Ekonomi dan Sosial dapat
juga membentuk komisi untuk memajukan hak-hak asasi dan juga komis-komisi
lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas-tugasnya.
Komisi Hak Asasi Manusia yang didirikan tahun 1946 ini dan yang
beranggotakan 53 negara mempunyai tugas untuk menyiapkan rekomendasirekomendasi dan laporan mengenai perjanjian-perjanjian internasional tentang
hak-hak asasi,konvensi-konvensi dan deklarasi-deklarasi internasional mengenai
kebebasan-kebebasan sipil, informasi, pelindungan minoritas. Pencegahan
diskriminasi atas dasar suku, kelamin, bahasa dan agama dan masalah-masalah
lain yang berkaitan dengan hak-hak asasi. Khusus mengenai wanita, juga dibentu
tahun 1946 Komisi mengenai Status Wanita dengan tugas menyiapkan laopranlaporan mengenai promosi hak-hak wanita dibidang politik, ekonomi, sosial dan
pendidikan dan membuat rekomendasi yang membutuhkan perhatian segera
dibidang hak-hak asasi manusia.

Ada dua lembaga-lembaga PBB yang khusus mengenai masalah hak-hak asasi.
Yang pertama adalah Organisasi Buruh Sedunia (ILO).
Organisasi ini termasuk tertua yang didirikan pada tahun 1919. Organisasi
tersebut bagian dari Perjanjian Versailles. Di tahun 1946, badan tersebut menjadi
salah satu badan khusus PBB. Organisasi internasional ini bertugas memperbaiki
syarat-syarat bekerja dan hidup para buruh dan membuat penerimaan konvensikonvensi internasional mengenai buruh dan mebuat standar minimum dibidang
gaji, jam kerja, syarat-syarat pekerjaan dan jaminan sosial.
Badan khusus kedua adalah UNESCO yang didirikan pada tahun 1945 untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Pasal 1 Ayat 3 Piagam antara lain
meningkatkan kerjasama antar bangsa melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan
dan kebudayaan untuk meningkatkan secara universal penghormatan terhadap
peraturan hukum, hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan pokok.