MAKALAH PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SIST

MAKALAH PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK
DAN IDEOLOGI NEGARA

Nama

: Muchamad Pandu Ismu Maldi

Tingkat

: TLM 01A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
BANTEN
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK DAN

IDEOLOGI NEGARA”.
Makalah ini berisikan tentang PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
POLITIK DAN IDEOLOGI NEGARA atau yang lebih khususnya membahas mutu /
kualitas pendidikan di indonesia ini yang memperhatinkan, Diharapkan Makalah ini
dapat

memberikan

informasi

kepada

kita

semua,

pada

khususnya


mahasiswa/mahasiswi tentang kualitas pendidikan di Indonesia.
Saya menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin
mengucapakan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang sudah banyak
membantu dan menuntun penulis selama pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga
kepada teman-teman yang selalu menemani, membantu dan mensuport selama
pembuatan makalah ini. Maka, makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
kerjasama dari semuanya. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Tangerang, 21 Agustus 2018
Penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Perumusan Pancasila Soekarno, Soepomo, dan M.Yamin .................. 5
B. Ketuhanan dan Hubungan Agama Negara ......................................... 6
C. Kemanusiaan atau Humanisme Barat dan Timur ............................... 8
D. Persatuan Indonesia dan Pluralisme ................................................... 10
E. Demokrasi dan Kerakyatan ............................................................... 14
F. Keadilan Sosial dan Konsep Negara Kesejahteraan ........................... 15
BAB III PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ................................................................................. 17
B. SARAN ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18

2

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam filsafat pancasila terkandung
di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komperhensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan
suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam
kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa
maupun negara maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu normanorma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman.
Sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu melainkan
merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma baik meliputi
norma moral maupun norma hukum, yang ada gilirannya harus dijabarkan lebih
lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan
kenegaraan maupun kebangsaan.


B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari pancasila sebagai konsep dasar negara dan keadilan sosial ?
2. Apa pengaruh pamcasila terhadap demokrasi dan kemanusiaan ?
3. Apakah yang dimaksud dengan kemanusiaan atau humanism barat dan timur
dalam pancasila.

3

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari Pancasila sebagai dasar negara.
2. Untuk

mengetahui

apa

pengaruh

pancasila


terhadap

demokrasi

dan

kemanusiaan.
3. Untuk mendeskripsikan makna pancasila sebagai kemanusiaan atau humanism
barat dan timur

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perumusan Pancasila Soekarno, Soepomo, dan M.Yamin
1. Rumusan dasar Negara yang diajukan oleh Ir. Soekarno, Tgl. 1 Juni 1945.
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau peri kemanusiaan

c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Keutuhan yang berkebudayaan

2. Rumusan dasar Negara yang diajukan oleh Mr. Soepomo tanggal 31 Mei 1945.
a. Persatuan Indonesia
b. Ketuhanan Yang Maha Esa
c. Kerakyatan yang berdasarkan permusyawaratan perwakilan
d. Pemerataan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
e. Kemakmuran Indonesia dalam ikata Asia Timur Raya

3. Rumusan dasar Negara yang diajukan oleh Muhammad Yamin secara lisan
tanggal 29 Mei 1945
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat

5


4. Rumusan dasar Negara yang diajukan oleh Muhammad Yamin secara tertulis
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kebangsaan persatuan Indonesia
c. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
d. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmah

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan

e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

B. Ketuhanan dan Hubungan Agama Negara
Beberapa aliran atau paham memiliki pengertian tersendiri tentang hubungan
agama dengan negara.

1. paham teokrasi,
Hubungan agama dengan negara digambarkan sebagai dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena pemerintahan menurut
paham ini dijalankan berdasarkan firman Tuhan, artinya segala tata kehidupan
dalam masyarakat, bangsa, dan negara dilakukan atas titah Tuhan. Dalam paham
ini kepala negara dianggap sebagai anak Tuhan, serta agama dijadikan sebagai
landasan hukum. Yang menganut paham ini, yaitu Arab, Iran, Vatikan.

2. paham sekuler
Tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama. Dalam paham
ini, negara adalah hubungan manusia dengan manusia yang lain, sedangkan
agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Sehingga dua hal ini tidak dapat
disatukan. Negara memberikan kebebasan bagi warga negaranya untuk beragama
tetapi negara tidak memfasilitasinya dan negara melarang dalam pengeksposan

6

simbol agama. Dan dalam paham sekuler ada dua macam paham yaitu sekuler
yang kaku dan sekuler moderat. Sekuler moderat adalah sekuler yang tidak
memberi sekat antara agama dengan negara, sebab negara membutuhkan agama
dan agama membutuhkan negara. Selanjutnya yang menganut paham sekuler,
yaitu beberapa negara di Eropa dan Turki.

3. paham komunis
Agama dianggap sebagai candu masyarakat. Paham ini pun menimbulkan
paham atheis yang berarti tidak bertuhan. Sedangkan menurut Karl Marx,
manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dan agama dianggap sebagai suatu
kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan dirinya sendiri. Tetapi
sebenarnya seathei-atheis manusia, manusia tetap percaya adanya Tuhan. Dan
yang menganut paham ini, yaitu Rusia.

Menurut Pancasila hubungan agama dengan negara adalah negara berdasar atas
ketuhanan dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, tidak ada tempat
bagi atheisme dan sekulerisme, tidak ada tempat bagi pertentangan dan pemaksaan
agama, adanya toleransi, segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

berdasarkan nilai ketuhanan. Dan dalam sila Pancasila ketuhanan berada pada
tingkatan yang paling atas, yang menjadi naungan atau landasan atau dasar dari silasila berikutnya. Dapat dikatakan negara Indonesia membutuhkan agama. Tetapi jika
dalam kaitan ini ditanyakan apakah negara Indonesia menganut paham teokrasi,
sekuler, hubungan integralistik atau simbiosis mutualistik? Sebenarnya Indonesia
80% menganut paham sekuler yang moderat, sebab negara Indonesia membutuhkan
agama.

7

C. Kemanusiaan atau Humanisme Barat dan Timur
1. Humanisme Barat
Menurut Ali Syariati humanisme adalah aliran filsafat yang menyatakan
bahwa tujuan pokok yang dimilikinya adalah untuk keselamatan dan
kesempurnaan. Ia memandang manusia sebagi mahluk mulia dan prinsip yang
disarankannya didasarkan atas pemenuhan kebutuhan pokok yang bisa
membentuk species manusia (Ali syariati;39;1992), Jadi jelaslah bahwasanya
humanisme adalah aliran filasafat yang berusaha mendudukan manusia sebagai
pusat perhatian dari segala studi dan bertujuan untuk mengangkat kemulian dan
harkat manusia.
Ketika buku-buku Ibn Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, lalu
disebut sebagai Latin Averoesm atau Averoesme Latin, rupanya pembagian
antara khawâs dan awam ini bagi orang-orang Eropa begitu impresif, sehingga
mereka langsung mengambil kesimpulan bahwa Ibn Rusyd sebetulnya membela
adanya dua kebenaran, yaitu kebenaran falsafi dan kebenaran agama, dan keduaduanya tidak perlu dipersatukan. Akibatnya mereka betul-betul membedakan
antara ilmu dan agama. Itulah permulaan dari sekularisme yang sampai sekarang
masih bertahan di Barat. Ia juga muncul di dalam humanisme (paham
kemanusiaan) di Barat, karena humanisme adalah suatu paham yang
mempercayai kemampuan manusia terutama kualitas manusia sebagai makhluk.
Kalau seorang Barat mengaku sebagai I am humanist, maka itu sebetulnya almost
I am a secularist, karena humanisme itu juga berasal dari falsafah Yunani yang
distimulir oleh Islam.
Berdasarkan argumentasi di atas, maka secara geneologis paham kemanusiaan
atau humanisme di Barat boleh dikatakan mewarisi atau masih merupakan
kelanjutan langsung dari pemikiran Islam yang diintrodusir oleh Ibn Rusyd.
Bergandengan erat dengan paham humanisme ialah paham liberalisme, yaitu
paham bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Itu sebetulnya tidak lain adalah
konsep fitrah dalam Islam. Baik paham humanisme maupun liberalisme,
8

2. Humanisme Timur
Sejarah kebudayaan bangsa India telah dikenal sejak jauh sebelum abad
masehi. India dengan kebudayaan sungai Hindusnya, merupakan salah satu dari
beberapa peradaban kuno di dunia selain peradaban sungai Nil dan Messopotamia. Di
India pula, tercatat sebagai tempat lahirnya salah satu agama besar dunia yaitu Hindu.
Agama yang merupakan percampuran antara budaya asli India dengan bangsa Aria
ini telah diakui oleh dunia eksistensinya, dan dianut tidak hanya oleh bangsa India. Di
era modern, India juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan humanisme
khususnya di dunia timur. Mahatma Gandhi adalah salah satu tokoh pemikirnya, dan
tak salah rasanya jika penulis membahas ajaran-ajaran humanisme beliau yang begitu
dikenal oleh dunia dalam tulisan ini.
Kata humanisme sendiri merupakan sebuah terminology yang terbentuk dari
dua kata: Human yang artinya manusia dan isme yang bermakna aliran. Menurut situs
ensiklopedia on-line Wikipedia.org, kata humanisme dapat didefinisikan menjadi
berbagai jalan pikiran yang berbeda untuk memfokuskan dirinya ke jalan keluar
umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia.
Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas
hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem
beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Paham ini pada awalnya berkembang di Eropa barat yang ditandai dengan bangkitnya
zaman Renaissance dan disusul dengan humanisme pada masa Aufklarung. Paham ini
mengangkat isu tentang hak asasi manusia yang pada masa pertengahan (dark ages)
dikekang oleh kaum gereja.
Di abad ke-20, paham ini masuk ke dunia timur seiring dengan kolonialisasi
yang dilakukan oleh bangsa barat. Ironis jika dilihat bahwa proses masuk paham yang
luhur ini bersamaan dengan penjajahan bangsa barat terhadap bangsa timur termasuk
India. Namun humanisme itu hakikatnya tidak dikotori oleh itikat buruk bangsa
penjajah, paham ini dibawa oleh orang-orang yang cinta damai dan menjunjung
harkat martabat manusia untuk merdeka. Selain itu, paham ini juga dibawa oleh anak
9

bangsa terjajah yang menuntut ilmu di dunia barat. Oleh karena itu, akan ada varian
khusus antara humanisme di eropa barat dengan yang nantinya ada di dunia timur.
Mohandas Karamchand Gandhi (Mahatma Gandhi) lahir di Porbandar , Gujarat ,
India , 2 Oktober 1869 dan wafat di New Delhi, India , 30 Januari 1948 pada umur 78
tahun. Beliau adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India yang sangat
berpengaruh. Ajarannya menekankan pada perjuangan kemerdekaan harkat hidup
manusia dan pemberontakan tanpa menggunakan kekerasan.
Ajaran Gandhi yang pertama adalah Ahimsa. Kata Ahimsa berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti tanpa kekerasan. Maksudnya adalah kegiatan melawan atas
ketidakadilan dengan tanpa kekerasan atau tindakan damai. Paham ini disarankan
Gandhi kepada rakyat India dalam melawan kolonial Kerajaan Inggris. Gandhi
percaya bahwa perjuangan dengan hanya kekerasan hanya akan menghasilkan korban
berjatuhan lebih banyak dari pihak rakyat India.

D. Persatuan Indonesia dan Pluralisme
1. Pluralisme
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang mengakui dan
menerima adanya Kemajemukan atau Keanekaragaman dalam suatu kelompok
masyarakat. Kemajemukan dimaksud misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras,
adat-istiadat, dll. Segi-segi inilah yang biasanya menjadi dasar pembentukan aneka
macam kelompok lebih kecil, terbatas dan khas, serta yang mencirikhaskan dan
membedakan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dalam suatu
kelompok masyarakat yang majemuk dan yang lebih besar atau lebih luas. Misalnya
masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari pelbagai kelompok umat
beragama, suku, dan ras, yang memiliki aneka macam budaya atau adat-istiadat.

10

Begitu pula masyarakat Maluku yang majemuk, ataupun masyarakat Aru yang
majemuk.
Menerima kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan. Menerima
perbedaan bukan berarti menyamaratakan, tetapi justeru mengakui bahwa ada hal
atau ada hal-hal yang tidak sama. Menerima kemajemukan (misalnya dalam bidang
agama) bukanlah berarti bahwa membuat “penggabungan gado-gado”, dimana
kekhasan masing-masing terlebur atau hilang. Kemajemukan juga bukan berarti
“tercampur baur” dalam satu “frame” atau “adonan”. Justeru di dalam pluralisme
atau kemajemukan, kekhasan yang membedakan hal (agama) yang satu dengan yang
lain tetap ada dan tetap dipertahankan.
Jadi pluralism berbeda dengan sinkritisme (penggabungan) dan assimilasi atau
akulturasi (penyingkiran). Juga pluralisme tidak persis sama dengan inkulturasi,
kendati di dalam pluralisme atau kemajemukan bisa terjadi inkulturasi dimana
keaslian tetap dipertahankan.

2. Persatuan Indonesia
Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) dari beberapa
bagian yang sudah bersatu, sedangkan Kesatuan ialah ke-Esaan, sifat tunggal atau
keseutuhan (WJS. Poerwadarminta, 1987).
Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia diwujudkan dalam

semboyan

pada lambang Negara Republik Indonesia yaitu ”BHINNEKA TUNGGAL IKA”
yang keberadaannya berdasarkan pada PP No. 66 Tahun 1951, mengandung arti
beraneka tetapi satu (Ensiklopedia Umum, 1977). Semboyan tersebut menurut
Supomo, menggambarkan gagasan dasar yaitu menghubungkan daerah-daerah dan
suku-suku bangsa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan Raya (ST Munadjat D,
1928). Lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tanhana
11

Dharmma Mangrva. Hal tersebut merupakan kondisi dan tujuan kehidupan yang
ideal dalam lingkungan masyarakat yang serba majemuk.
Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, berbangsa dan bernegara,
berbagai perbedaan yang ada seperti dalam suku, agama, ras atau antar golongan,
merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan bangsa
Indonesia, menuju cita-cita Nasional kita adalah masyarakat Adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling
menonjol ialah sebagai berikut:
a. Perasaan Senasib.
b. Kebangkitan Nasional
c.

Sumpah Pemuda

d. Proklamasi Kemerdekaan

Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.
Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka
disebut nasionalisme. Nasionalisme adalah perasaan satu sebagai suatu bangsa, satu
dengan seluruh warga yang ada dalam masyarakat. Oleh karena rasa satu yang begitu
kuatnya, maka dari padanya timbul rasa cinta bangsa dan tanah air. Akan tetapi perlu
diketahui bahwa rasa cinta bangsa dan tanah air yang kita miliki di Indonesia bukan
yang menjurus kepada chauvinisme, yaitu rasa yang mengagungkan bangsa sendiri,
dengan merendahkan bangsa lain. Jika hal ini terjadi, maka bertentangan dengan sila
kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Walaupun ditulis cinta bangsa dan
tanah air, tidak dimaksudkan untuk chauvimisme. Hal ini sejalan dengan pengertian

12

persatuan dan kesatuan. Secara keseluruhan arti dan makna Pancasila sila ketiga,
adalah:
a. Nasionalisme
b. Cinta bangsa dan tanah air
c. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan
perbedaan warna kulit
e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenangungan
f. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
g. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
h. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
i.

Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam
beribadah menurut agamanya masing-masing

j.

Menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia

k. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
l.

Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.

m. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika.
Sila Ketiga yang berlambangkan pohon beringin yang artinya pohon beringin
merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di bawah naungan
Negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar
ke mana- mana namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya
keragaman suku bangsa yang menyatu dibawah nama Indonesia.

13

E. Demokrasi dan Kerakyatan
1. Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung
atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang satu orang,

seperti monarki,

atau

sekelompok

kecil,

seperti oligarki. Apapun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani
ini[3] sekarang tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer
mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki,
Popper mendefinisikan

demokrasi

sebagai

sesuatu

dan

monarki. Karl
yang

berbeda

dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat
untuk mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu
melakukan revolusi.[4]
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang
pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan
negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat
namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini
disebut demokrasi perwakilan

14

2. Kerakyatan
Kerakyatan atau kedaulatan rakyat adalah paham demokrasi Indonesia yang
dibangun berdasarkan tiga prinsip sebagai berikut:
a. Rapat, yaitu tempat rakyat melakukan musyawarah dan mufakat tentang
segala urusan yang berkaitan dengan persekutuan hidup dan keperluan
bersama.
b. Massa-protes, yaitu hak rakyat untuk berserikat, berkumpul, dan menyatakan
pendapat mengenai segala peraturan perundang-undangan yang tidak adil.
c. Tolong menolong atau kolektivitas, yaitu penyusunan perekonomian nasional
sebagai usaha bersama yang terdesentralisasi.
Prinsip pertama dan kedua merupakan dasar bagi demokrasi politik.
Sedangkan prinsip ketiga merupakan dasar bagi demokrasi ekonomi (Mohammad
Hatta, Menuju Indonesia Merdeka, 1932).

F. Keadilan Sosial dan Konsep Negara Kesejahteraan
Negara kesejahteraan (welfare state) adalah negara yang menganut sistem
ketatanegaraan

yang

menitik

beratkan

pada

mementingkan

kesejahteraan

warganegaranya. Tujuan dari negara kesejahteraan bukan untuk menghilangkan
perbedaan dalam ekonomi masyarakat, tetapi memperkecil kesenjangan ekonomi dan
semaksimal mungkin menghilangkan kemiskinan dalam masyarakat. Adanya
kesenjangan yang lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dalam
suatu negara tidak hanya menunjukkan kegagalan negara tersebut didalam mengelola
keadilan sosial, tetapi kemiskinan yang akut dengan perbedaan penguasaan ekonomi
yang mencolok akan menimbulkan dampak buruk dalam segala segi kehidupan
masyarakat. Dampak tersebut akan dirasakan mulai dari rasa ketidak berdayaan
masyarakat miskin, hingga berdampak buruk pada demokrasi, yang berupa mudahnya
15

orang miskin menerima suap (menjual suaranya dalam pemilihan umum) akibat
keterjepitan ekonomi, sebagaimana yang banyak disinyalir terjadi di Indonesia dalam
beberapa kali pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Bahkan adanya rasa
frustrasi orang miskin akan mudah disulut untuk melakukan tindakan-tindakan
anarkhis, yang berakibat kontra produktif bagi perkembangan demokrasi.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka dikembangkan konsep
negara kesejahteraan (welfare state), yang merupakan sistem kenegaraan yang
mengupayakan untuk memperkecil jurang pemisah antara mereka yang kaya dengan
yang miskin melalui berbagai usaha pelayanan kesejahteraan warganegaranya.
Ada empat prinsip penting yang merupakan prinsip yang mendasari (dan
sekaligus menjadi ciri) suatu sistem negara kesejahteraan, yaitu :
a. Cabang produksi yang penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara. Tujuan penguasaan cabang-cabang produksi yang penting
bagi kehidupan rakyat banyak adalah agar kebutuhan rakyat atas produksi barang
yang bersangkutan dapat diperoleh oleh rakyat dengan harga yang terjangkau,
tidak memberatkan kehidupan rakyat.
b. Usaha-usaha swasta diluar cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup
orang banyak dibolehkan, tetapi negara melakukan pengaturan, sehingga tidak
terjadi monopoli atau oligopoli yang akan mendistorsi pasar, atau bentuk-bentuk
lain yang merugikan kesejahteraan rakyat.
c. Negara terlibat langsung dalam usaha-usaha kesejaheraan rakyatnya, seperti
secara langsung menyediakan berbagai bentuk pelayanan kesehatan dan
pelayanan pendidikan. Berbagai pelayanan tersebut, dengan berbagai sistem yang
diterapkan, harus dapat dijangkau oleh semua orang tanpa kecuali.
d. Mengembangkan sistem perpajakan progresif, yaitu sistem pajak yang
mengenakan pajak yang dalam prosentasenya juga semakin tinggi (membesar)
bagi orang yang semakin kaya dan bagi usaha yang semakin besar.
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehidupan politik rakyat indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai Pancasila.
Pancasila merupakan landasan dan tujuan kehidupan politik bangsa kita. Berkaitan
dengan hal tersebut , proses pembangunan politik yang sedang berlangsung dinegara
kita sekarang ini harus diarahkan pada proses implementasi sistem politik demokrasi
pancasila yang handal, yaitu sistem politik yang tidak hanya kuat tetapi juga memilki
kualitas kemandirian yang tinggi yang memungkinkannya untuk membangun atau
menggembangkan dirinya secara terus menerus sesuai dengan tuntutan aspirasi
masyarakatnya dan perubahan zaman. Dengan demikian, sistem politik demokrasi
pancasila akan terus berkembang bersamaan dengan perkembangan jati dirinya,
sehingga senantiasa mempertahankan, memelihara dan memperkuat relevansinya
dalam kehidupan politik. Nilai-nilainya bukan saja dihayati dan dibudayakan, tetapi
diamalkan dalam kehidupan politik bangsa dan negara kita yang terus berkembang.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:
 Penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan etika politik harus terus di
kembangkan dan di terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Kami berharap dengan mempelajari makna Panasila sebagai dasar negara dan
etika politik,kita menjadi mengerti dan paham baik teori maupun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://www.asikbelajar.com/2014/06/rumusan-pancasila.html
https://dindhut.wordpress.com/2014/03/07/hubungan-agamadengan-negara/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
https://febriya27.wordpress.com/pancasila/persatuan-indonesia/
http://mku-pkn-utm.blogspot.co.id/2013/05/humanisme-barat-timur-danislam.html
http://kampuspray.blogspot.co.id/2012/05/pancasila-sebagai-dasarnegara-dan.html
http://hadiwahono.blogspot.co.id/2013/06/negara-kesejahteraan.html
https://stpakambon.wordpress.com/p-l-u-r-a-l-i-s-m-e.html

18