Laporan Praktikum Pengolahan Tanah dan

PENGOLAHAN TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM:

Oleh:
Kelompok 3
1. Bethari Brilianti

(141510601096)

2. Nimas Harum Halidasari

(141510601023)

3. Adek Arifianto

(141510601006)

4. Muklas Adi Putra

(141510601036)


5. Samsul Arifin

(141510601062)

6. Nabillah Ammaril Ulfa

(141510601094)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim dengan kepulauan terbanyak dan luas.
Luas lahan yang ada di Indonesia adalah 188,20. Indonesia terletak di daerah
beriklim tropis yang berada dibawah garis khatulistiwa, yaitu 60 LU- 110 LS dan

950 BT – 1410 BT. Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu benua Australia dan
benua Asia, serta dua samudera, yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik.
Letak Indonesia inilah yang menjadi letak strategis tumbuhnya beranekaragam
hayati, baik flora maupun fauna. Keanekaragaman dan luas daratan yang dimiliki
menjadi faktor utama Indonesia adalah negara agraris dan dapat bersaing dalam
sektor pertanian. Sektor pertanian yang paling menonjol adalah padi, karena
masyarakat Indonesia bergantung pada bahan pangan beras yang dihasilkan
tanaman padi. Luas daratan Indonesia dari 188,20 juta hektar digunakan 100,7
juta hektar untuk lahan pertanian seperti tegalan, sawah, atau lahan tanaman
tahunan.
Besarnya sektor padi di pertanian Indonesia diperlukan budidaya padi
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan produksi
usahatani terutama pada tanaman padi. Peningkatan produksi usahatani, perlu
dilakukannya inovasi teknologi agar dapat mempertahankan kelestarian
lingkungan serta meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Inovasi teknologi
bergantung kepada dua faktor, yaitu bagi pemberi penyuluhan dan petani.
Pertanian berkelanjutan di Indonesia tidak lepas dari faktor sosial budaya,
ekonomi, dan pendidikan. Faktor-faktor tersebut mempengaruh dapat diterima
atau tidaknya suatu inovasi teknologi untuk usahatani tanaman padi. Inovasi
teknologi dapat mempermudah pekerjaan petani dalam budidaya, contohnya

adalah penggunaan traktor mesin atau traktor tangan (hand tractor). Penggunaan
traktor tangan memudahkan petani dalam pengolahan lahan sawah. Pengolahan
lahan sawah lebih cepat dan efektif.

Pengolahan lahan sawah atau pengolahan tanah harus dilakukan agar tanah
mendapatkan unsur hara yang berkecukupan. Tanah merupakan medium alami
pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan sumber organik sebagai nutrisi
tanaman. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor
pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, dan organisme tanah. Kesuburan tanah
juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan tanah. sistem pengelolaan tanah
merupakan suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan meningkatkan
kesuburan tanah. Pada budidaya padi faktor utama dalam pengolahan tanah adalah
ketersediannya kebutuhan air yang berlimpah, karena dalam pengolahan
membutuhkan air untuk penggenangan. Pengolahan tanah tidak hanya untuk
menyuburkan atau meningkatkan unsur hara, tetapi juga mengubah tekstur tanah.
Pengolahan tanah pada sawah tidak hanya dilakukan melalui satu tahap saja
tetapi ada tahapan demi tahapan. Proses pengolahan tanah dilakukan untuk
memperbaiki unsur tanah baik secara morfologis atau fisiologis. Proses
pengolahan


tanah

diawali

dengan

pembersihan,

perbaikan

saluran

air,pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Peningkatan hasil produksi selain
dari proses pengolahan tanah diperlukannya faktor pendukung yaitu pemupukan.
Pemupukan perlu diperhatikan agar tidak selalu diberikan pupuk kimia, tetapi
diimbangi dengan pemberian pupuk organik.

1.2.
Tujuan
1. Mengetahui cara mengolah tanah sawah menggunakan traktor

2. Mengetahui tahapan pengolahan tanah sawah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman tanah merupakan sumberdaya
alam yang utama bagi menunjang usaha pertanian yang menjadi andalan dalam
mempertahankan kelanjutan kehidupan manusia di biosfer ini. Tanah juga sebagai
benda alam yang rumit, tanah yang mempunyai berbagai macam ragam tentunya
memerlukan pola pengolahan yang beragam juga (Lumbanraja, 2013). Kerusakan
tanah dapat terjadi karena salah dalam pengelolaan. Banyak usaha yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan produktivitas tanah, salah satu diantaranya
adalah melalui modifikasi cara dan intensitas pengolahan tanah.
Intensifikasi merupakan pengolahan lahan pertanian yang ada dengan
sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan
berbagai sarana. Sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan
sebagai berikut : pengolahan tanah yang tepat, pengairan yang teratur, pemilihan
bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pengolahan
pasca panen dan pemasaran. Keadaan fisik yang baik akan dapat diperoleh dengan
melakukan pengolahan tanah yang efektif, guna mempertahankan kondisi tanah
yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan pada barisan tanaman yang

dikenal sebagai zone tillage atau precision tillage merupakan sistem pembagan
lebar pengolahan tanah yang efektif untuk melonggarkan tanah bagian bawah dari
kedalaman normal pengolahan tanah. Aplikasi pengolahan tanah minimum dapat
dikombinasikan dengan mulsa menunjukan kinerja yang baik dengan pembajakan
secara keseluruhan pada pertanian tradisional (Intara, 2011).
Pengolahan tanah merupakan usaha manipulasi tanah dengan menggunakan
tenaga mekanis untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan
tanaman. Salah satu usaha dalam pengolahan tanah tersebut adalah pembajakan
tanah. Setiap daerah mempunyai ciri-ciri dan bentuk bajak yang berbeda-beda.
Bajak singkal sebagai salah satu alat pengolahan tanah dipandang sebagai
peralatan mekanis yang dirancang terutama untuk menciptakan sistem mekanis
yang dapat mengontrol pemakaian gaya, sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan dalam tanah seperti penggemburan, pembalikan dan pemotongan serta

pergerakan tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan bentuk
bajak

dan

kecepatan


maju

terhadap

beberapa

sifat

fisik

tanah

dan

mengetahuikualitas tipe bajak yang baik untuk tanah. Perbedaan bentuk bajak
cenderung menunjukkan adanya pengaruh jenis tanah (Latiefuddin, 2013).
Kemajuan

teknologi dan perkembangan industri membuat kemudahan


dalam pengolahan tanah. Jarang ditemui lagi penggunaak alat pertanian secara
tradisional, seperti penggunaan tenaga hewan. Penggunaan hewan (sapi/kerbau)
untuk kegiatan pengolaha tanah sebagai alternatif juga dihadapkan pada kendala
semakin berkurangnya ladang penggembalaan dan meningkatnya permintaan
hewan

potong

sehingga

populasi

semakin

berkurang.

Sejalan

dengan


permasalahan di atas, maka perlu diketahui kebutuhan traktor tangan untuk
pengolahan tanah padi sawah yang ideal dengan menggunakan model simulasi
sehingga dapat diketahui langkah strategis dalam upaya mencapai tujuan dasar
mekanisasi pertanian selektif. Penggunaan traktor tangan untuk pengolahan tanah
pada padi sawah diarahkan untuk menunjang konsep mekanisasi pertanian selektif
tersebut. Hal ini akan merupakan daya tarik bagi tenaga kerja yang sebelumnya
bekerja di sektor pertanian. Di sisi lain pembangunan industri dapat menggeser
lahan pertanian produktif menjadi lahan industri yang mempengaruhi kebutuhan
tenaga pengolahan tanah, khusunya traktor tangan (Prabawa, 2011).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar teknologi pertanian tentang “Pengolahan
Tanah” yang dilaksanakan UPT Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada
hari Sabtu, 29 Maret 2015 pukul 07.00 – selesai
3.2

Alat dan Bahan


3.2.1 Alat:
1.

Sabit

2.

Traktor

3.

Cangkul

4.

Alat tulis

5.

Alat pendukung praktikum lainnya


3.2.2
1.

Bahan:

Sawah lahan basah

3.2 Cara Kerja
1.

Membersihkan areal persawahan dari sisa jerami atau rumput

2.

Memperbaiki dan memeriksa kembali saluran aliran air serta galengan

3.

Melakukan pembajakan sawah dengan hand tractor

4.

Mencangkul bagian sawah yang tidak dapat terjangkau oleh hand tractor

5.

Menjalankan traktor sesuai dengan pola atau jalur yang ditentukan

6.

Selesai pembajakan, tanah sawah diberokan/dibiarkan dalam keadaan jenih
air selama beberapa hari. Kemudian melakukan penggaruan

BAB 4. PEMBAHASAN

6.1 Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH
1
1.

Pembersihan Petak Sawah
1.

Tahap pekerjaan :
1. Tahap awal dibersihkan dari sisa tanaman padi,
2. Sisa tanamab diletakan disuatu tempat

2.

Hasil Pekerjaan :
1. Pemembersihan petak sawah dari batang padi dapat dilakukan
lebih cepat
2. Tanah siap untuk dibajak
3. Tanah bersih dari tanaman pengganggu

3.

2.

Keterangan :
Penggunaan alat sabit dan cangkul dapat mempermudah
pekerjaan
Perbaikan Saluran Dan Galengan

1.

Tahap Pekerjaan :
Perbaikan saluran dan galengan dilakukukan dengan
menggunakan cangkul. Yang pertama harus dilakukan adalah
1. Saluran dibersihkan dari rumput atau sumbatan yang lain
2. Galengan dibuat agak tinggi

2.

Hasil Pekerjaan :
Saluran air sudah bersih dari rumput, juga tersumbat oleh
sampah
Galengan masih berdiri dengan tegak

3.

Keterangan :
Penggunaan alatnya adalah cangkul, cara kerjanya seperti dalam
proses pencangkulan

3.

Pencangkulan
1.

Tahapan Pekerjaan :
1. Dilakukan pada lahan sawah yang tidak terjangkau hand

tractor, sehingga lahan menjadi rata dan terolah
2.

Hasil Pekerjaan :
Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul membutuhkan
waktu yang cukup lama karena pekerjaan keseleruhan
mengandalkan tenaga manusia. Perataan tanah dengan
menggunakan cangkul hasilnya akan lebih baik karena tanah
yang terbalik lebih tercampur dan galiannya lebih rata. Semua
lahan telah rata terolah

3.

Keterangan :
Cangkul terbuat dari bahan yang efisien untuk digunakan.
Gagang cangkul terbuat dai kayu mata cangkul terbuat dari besi .
mata cangkul berfungsi untuk membalikkan tanah.

4.

Pembajakan
1.

Tahap Pekerjaan
a. Pembajakan menggunakan hand tractor
b. Mengikuti jalur dari tepi ke tengah
Cara:
1. Nyalakan mesin traktor dengan cara memutar diesel dengak
engkol
2. Memasukan koplik pada hand tractor, agar traktor berjalan
3. Mengatur gas kemudi agar tidak terlalu cepat
4. Jika ingin memutar kearah kanan maka tarik rem sebelah kanan
dan begitu pula sebaliknya jika ingin berputar kekiri
5. Tahap pekerjaan dilakukan dari pinggir dan selesai di bagian
tengah

2.
-

3.

5.

Pengamatan Hasil
Tanah menjadi rata dioah dan waktu lebih efisien. Tanah lebih
gembur dan mudah untuk ditanami padi.
Keterangan
Bagian dari traktor adalah rem, tuas, mesin, setir untuk
menjalankan mesin, serta bajak yang adadibagian bawah untuk
mebalikkan tanah

Penggaruan
1.

Tahap Pekerjaan

2.
3.

6.2

Mengurangi sedikit genangan air
Menutup saluran air agar tidak keluar
Mengganti bajak dengan alat garu yang ada dibagian bawahya
Penggaruan dilakukan berulang kali, secara melintang dan
memanjang
Setelah itu digenangi air 7-10 hari sebelum tanam
Pengamatan Hasil
Tidak melakukan penggaruan, hanya perbaikan saluran dan
galengan, lalu pembajakan dan pencangkulan.
Keterangan
Alat
garu
dan
bajak
pengerjaan/pengolahannya sama

berbeda

tapi

proses

Pembahasan

6.2.1 Perlu dilakukannya Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya tanaman perlu dilakukan, karena
dapat meningkatkan unsur hara pada tanah. Peningkatan unsur hara terjadi karena
adanya pemberian nutrisi atau pupuk secara organik maupun anorganik.
Pemberian nutrisi secara organik dapat dilakukan saat tanah dibalik menggunakan
cangkul, sisa-sisa tanaman yang terdapat di tanah tersebut akan terpendam dan
membusuk lalu menjadi pupuk organik, sehingga pupuk dan tanah juga tercampur
rata. Pengolahan tanah tersebut juga dapat membasmi gulma dan tanaman yang
tidak diinginkan tumbuh disekitar tanah yang akan ditanami. Pembasmian gulma
berfungsi untuk menghindari penghambatan pada tanaman yang akan ditanam.
Terdapat fungsi lain yaitu meratakan dan /atau membuat guludan tanah. Guludan
tanah dapat memudahkan pekerjaan saat penanaman tanaman di tanah tersebut.
Pengolahan tanah juga dapat mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase,
tujuannnya agar pengairan berjalan lancar, serta tidak ada saluran air yang
tersumbat sehingga tanaman tergenang oleh air yang dapat berakibat mematikan
tanaman tersebut. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga maupun
hama yang lain, karena terjadinya perubahan tempat tinggal dan terkena sinar
matahari yang terlalu terik. Pengolahan tanah berfungsi sebagai penurun laju
erosi, sehingga tanah tidak tergerus oleh air yang akan membawa unsur hara untuk

tanaman. Pada pengolahan lahan sawah untuk tanaan padi, pengolahan sawah
digunakan untuk membuat tekstur tanah menjadi berlumpur. Pengolahan tanah
dilakukan untuk daerah dan jenis-jenis tanaman tertentu, karena pada daerah yang
memiliki kelerengan yang agak curam dan varietas tertentu tidak mendapatkan
pengolahan tanah yang optimum, bahkan tidak diolah sama sekali.
6.2.2 Teknik Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah harus dilakukan sesuai dengan teknik atau prosedur.
Sebelum dilakukannya pengolahan tanah, pertama lahan sawah harus dibersihkan
dari sisa-sisa rumput atau jerami. Pembersihan bisa dilakukan menggunakan
cangkul dan sabit. Sisa tanaman padi yang dibersihkan dikumpulkan, agar
disebarkan dipetakan sawah. Sebaiknya sisa tanaman tersebut tidak dibakar,
karena pembakaran akan menghilangkan beberapa unsur hara pada kandungan
jerami tersebut. Jerami yang masak selain digunakan sebagai pupuk organik,
dapat dimanfaatkan untuk menjadi naungan alami pada saat penaburan benih padi.
Setelah pembersihan sisa-sisa tanaman padi atau jerami, dilakukan
perbaikan pada saluran atau galengan. Perbaikan ini bermaksud agar tidak terjadi
kehilangan air, karena dalam proses pengolahan tanah, air tidak boleh mengalir
keluar. Saluran dibersihkan dari rumput-rumputan dan diperbaiki agar biji gulma
tidak terbawa kedalam petakan-petakan sawah yang berakibat tumbuhnya gulma,
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Galengan disawah juga dibuat lebih
tinggi agar dapat menahan air dengan baik.
Pencangkulan dilakukan setelah tanah digenangi oleh air terlebih dahulu.
Penggenangan dilakukan agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumput yang tidak
terangkat saat pembersihan dapat membusuk. Pencangkulan dapat dilakukan saat
perbaikan saluran air dan galengan. Pencangkulan juga dilakukan setelah
pembajakan, agar mencangkul tanah yang tidak terbajak, terutama bagian tepi
petakan sawah.
Pembajakan dilakukan agar membalikan tanah, membenamkan rumput dan
membenamkan bahan organik seperti pupuk kompos agar bercampur dengan
tanah. Pembajakan dapat dilakukan dengan tenaga mesin ataupun tenaga hewan.

Penggunaan tenaga mesin atau traktor lebih memudahkan pembajakan serta
efisien dalam pengolahan tanah, tetapi memiliki dampak pada polusi udara yang
mencemari lingkungan. Pembajakan dengan tenaga hewan sudah jarang kita
jumpai, pembajakan ini menghabiskan waktu dan tenaga kerja. Pembajakan
hewan

memiliki

kelebihan

menjaga

lingkungan

sekitar,

dan

biaya

pengoperasiannya lebih murah.
Penggaruan dilakukan setelah pembajakan pada lahan. Tujuan dari
penggaruan adalah mengurangi peresapan air kebawah, meratakan tanah serta
meratakan pupuk yang dibenamkan pada tanah, selain itu membuat pelumpuran
pada sawah lebih sempurna. Penggaruan dilakukan dengan cara melintang dan
memanjang. Penggaruan dilakukan menggunakan mesin traktor ataupun tenaga
hewan dengan cara mengganti mata bajak dengan garu.
5.2.3. Hal yang Perlu diperhatikan dalam Proses Pengolahan Tanah
Proses pengolahan tanah tidak hanya memperhatikan hasil dari proses
tersebut, namun selama jalannya proses terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan.
Hal-hal yang harus diperhatikan tersebut adalah (Paristiyanti, 2008) :
1. Topografi (kenampakan permukaan lahan)
2. Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan)
3. Bebatuan
4. Kadar air tanah
Hal-hal tersebut dapat membedakan pengolahan tanah di daerah yang satu
dengan yang lain. Pada daerah dengan kemiringan yang agak curam,
diterapkannya pengolahan tanah minimum atau bila tidak memungkinkan diolah
maka diterapkan tanpa olah tanah. Pada daerah kemiringan yang curam, maka
akan sulit dilakukannya pengolahan tanah. Vegetasi tanaman adalah tanaman
semusim, yang tidak perlu dilakukannya pengolahan tanah intensif, dan faktorfaktor yang lainnya.
5.2.4. Persiapan Sebelum dilakukannya Pembajakan/Pengolahan Tanah

Sebelum pembajakan ada persiapan-persiapan yang harus dilakukan.
Pertama tanah harus dibersihkan dari sisa-sisa jerami atau rumput. Memperbaiki
saluran air dan galengan, karena dalam proses pembajakan air tidak boleh keluar
dari petakan. Adanya proses pencangkulan yang dapat dikerjakan bersamaan
dengan perbaikan galengan dan saluran air. Saat ingin dilakukan pembajakan,
tanah terlebih dahulu digenangi dengan air hingga kondisi jenuh, tetapi tidak
sampai menggenang. Penggenangan tanah dengan air ini agar tanah menjadi lunak
dan tanah tidak melekat pada mata baja. Setelah itu membuat alur ditepi dan
ditengan sawah, yang berfungsi menjadi saluran air agar air cepat membasahi
tanah di petakan sawah.
5.2.5. Macam-Macam Pola Alur Pembajakan
Pola atau tipe yang digunakan dalam pengolahan tanah pertanian sangatlah
bermacam – macam. Adapun macam – macam pola pengolahan tanah pertanian
adalah sebagai berikut:
a) Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua
pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak
rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara
berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang
memanjang dan sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua
ujung lahan. Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3
pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah
dengan cara manual (dengan cangkul).

Gambar 1. Pola Tengah

Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow), yitu alur
bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi
penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi
lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan.

Gambar 2. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tengah

b) Pola Tepi
Pembajakan dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan hasil
pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan
pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah
sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah
lahan. Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak
terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak
terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

Gambar 3. Pola Tepi

Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Yaitu alur
bajakan yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang
tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada
tepi lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.

Gambar 4. Tanah Setelah Dibajak Dengan Pola Tepi

c) Pola Keliling Tengah
Pengolahan tanah dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan sejajar sisi
lahan, sampai ke tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada
awal pengolahan, operator akan kesulitan dalam membelokan traktor.

Gambar 5. Pola Keliling Tengah

Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak
terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan
yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa
lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).
d) Pola Keliling Tepi
Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke
kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar
lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam mebelokan traktor.
Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu
luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang
tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang
tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

e) Pola Lompat Kijang
Pengolahan dilakukan dari tepi salah satu sisi lahan dengan arah membujur.
Arah lemparan hasil pembajakan ke luar. Setelah sampai ujung lahan, pembajakan
kedua dilakukan berimpit. Arah lemparan hasil pembajakan kedua dibalik,

sehingga akan mengisi alur hasil pembajakan pertama. Pembajakan dilakukan
secara bolak balik sampai sisi seberang.
Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak
terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak
terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul). Pola ini
hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan pembajakan.
Untuk mesin rotari cara ini juga dapat dilakukan, karena hasil dari pengolahannya
tidak terlempar ke samping.

Gambar 6. Pola Lompat Kijang

f) Pola Alfa
Mesin mengolah tanah diawali dari tepi seperti bentuk alfa dan berakhir di
tengah lahan. Pola ini hanya cocok dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah
lemparan pembajakan. sedangkan kekuranganya adalah efisiensinya rendah,
makin banyak pengangkatan alat pada waktu belok, hasil pembajakan terlempar
keluar, sehingga tidak menumpuk di dalam lahan. Pola ini dapat menghasilkan
alur mati (dead furrow). Pola ini sangat cocok untuk lahan yang sempit karena
berawal dari tengah.

Keterangan :

Gambar 7. Pola

Alfa

5.2.6. Pengolahan Tanah, Lahan Perlu didiamkan Selama 1 Minggu
Menurut Suastika (1997), Pengolahan tanah dilakukan dua tahap, setelah
pengolahan tahap pertama, tanah digenangi, agar zat beracun terpisah dari tanah.
Tinggi air genangan berkisar antara 5-10 cm. Untuk mengatur tinggi air genangan
dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran air.
Penggenangan tanah dengan air juga bertujuan agar memudahkan pada saat
pengolahan tanah. Khususnya pada lahan sawah yang membutuhkan tanah yang
basah (berlumpur) untuk pertumbuhan padi.
5.2.7. Proses Pembajakan Harus Jenuh Air dan Penggaruan Memerlukan Air
Sebelum dilakukannya proses pembajakan, pada umumnya tanah digenangi
dulu oleh air hingga jenuh. Proses penggenangan ini memilik maksud dan tujuan.
Penggenangan air dilakukan agar tanah menjadi lunak. Tanah yang lunak
menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak. Melekatnya tanah pada mata
bajak menghambat proses pembajakan. Alat bajak tidak dapat membalikan tanah
dengan baik sehingga pupuk tidak tercampur rata dengan tanah. Pengairan
dilakukan juga dengan maksud membusukan sisa-sisa tanaman atau rerumputan
dilahan sawah yang tidak terangkat saat pembersihan, sehingga tidak ada gulma
yang dapat menghambat tanaman saat ditanam di sawah. Pengairan sendiri tidak
boleh sampai kondisi menggenang (nyemek : bahasa Jawa).

Proses penggaruan juga memerlukan air, tetapi lebih sedikit daripada proses
pembajakan. Air menggenangi tanah selama 5-7 hari sebelum dilakukannya
penggaruan. Pada saat penggaruan kapasitas air dikurangi sedikit. Kondisi air
yang diperlukan hanya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah. Saluran
air harus tertutup agar sisa air tidak keluar dari petakan sawah. Tujuan dari
penggenangan air untuk penggaruan ini adalah membusukan sisa tanaman dan
melunakan bongkahan tanah agar mendapatkan pelumpuran yang sempurna.
Tanah yang lunak memudahkan alat penggaru melakukan pekerjaan sehingga
dapat meratakan pupuk dasar yang dibenamkan dan mengurangi peresapan air
kebawah.
5.2.8. Pembiaran Sisa Tanaman Padi saat Pembajakan
Sisa tanaman dari penanaman sebelumnya dibiarkan saat pembajakan.
Maksud dari pembiaran sisa tanaman padi tersebut adalah sisa tanaman dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Sisa-sisa tanaman akan ikut terbalik dan
tercampur dengan tanah. Sisa tanaman tersebut akan membusuk dengan bantuan
dekomposer atau organisme didalam tanah. Pupuk organik berfungsi sebagai
peningkat unsur hara secara alami dalam tanah, dan berfungsi memperbaharui
unsur tanah yang tidak merusak lingkungan. Pupuk organik bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga
terjadi

perbaikan

sifat fisika, kimia,

dan biologi tanah,

yang

selanjutnya

berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah
terhadap erosi.
5.2.9. Kedalaman Tanah Sawah yang Ideal
Kedalaman pengolahan tanah untuk pembajakan yang ideal adalah sekitar
20-25 cm. Kedalaman ideal itu agar tanah tidak terlalu dalam saat mata bajak
mulai membalikan tanah. Jika terlalu dalam dapat menyebabkan terangkatnya
lapisan pint (lapisan beracun). Pint ini dapat meracuni tanaman dan berakibat
tanaman mati (Suastika, 1997). Kedalaman tanah sawah juga akan mempengaruhi
pada pertumbuhan benih, apabila terlalu dalam maka calon batang tidak bisa
tumbuh secara leluasa.

5.2.10. Pengaruh Sisa Batang Padi terhadap Kesuburan Tanah
Jerami padi merupakan hasil sisa- sisa daun dan batang padi yang telah
dipanen. . Jerami padi memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar.
Pemanfaatan jerami ini oleh petani dapat menghemat pengeluaran negara untuk
subsisi pupuk dan mengurangi konsumsi pupuk kimia nasional (Ninja, 2012).
Menurut Sembiring dalam Dalimunte (2010), penggunaan jerami adalah
suatu pilihan tepat karena sudah tersedia di lahan. Penggunaan jerami lebih
memudahkan dan terjangkau oleh para petani. Para petani tidak harus membeli
pupuk kimia. Penggunaan pupuk hijau dinilai lebih bermanfaat selain
mengembalikan unsur hara tanah, tidak merusak sifat-sifat pada tanah. Pemberian
jerami pada tanah masam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini
karena bahan organik memiliki kemampuan dalam memperbaiki sifat tanah, baik
fisik, kimia maupun biologi.
Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan pembabatan, dan
pencabutan. Semua bahan organik yang terkumpul diupayakan untuk diproses
menjadi kompos dengan menggunakan dekomposer (bio-fertilizer) dan antagonis
patogen tular tanah, sehingga diperoleh kompos siap pakai yang mengandung
mikroflora tanah yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
berdampak positif untuk tanaman yang dibudidayakan. Pada tanah basah seperti
tanah sawah, pembersihan lahan dilakukan dengan membabat atau membenamkan
sisa tanaman ke dalam tanah yang terendam air. Untuk mempercepat proses
pengomposan pada tanah sawah dapat ditambahkan bio-fertilizer dan dekomposer
yang bersifat anaerob (Nurwardani, 2008).
Pengelolaan jerami dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi
pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, selanjutnya bahan organik dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan ketersediaan
beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan hara sehingga
penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas padi. Pengembalian
jerami yang dikombinasikan dengan pupuk kandang 5 t/ha meningkatkan hasil
padi sekitar 1,0 t/ha. Pemberian jerami ke tanah sawah dalam jangka panjang
tidak hanya bermanfaat untuk mempertahankan kandungan unsur hara makro dan

mikro dalam tanah, tetapi juga meningkatkan kesuburan dan memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah, serta efisiensi pemupukan (BPTP Jawa Barat,
2011).
5.2.11. Perbedaan Lahan Olah Tanah dengan Lahan Tanpa Olah Tanah
Pengolahan tanah (tillage) adalah kegiatan yang lazim dilakukan untuk
pembangunan tegakan.

Olah tanah juga menjadi salah satu bagian teknik

persiapan lahan (site preparation) dengan tujuan untuk memberikan kondisi
tempat tumbuh yang optimal bagi bibit yang akan ditanam. persiapan lahan
pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan tanah sebelum tanam (Maximum
Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau olah tanah minimum (Minimum
Tillage).Perbedaan cara pengolahan tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah
sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
(Ohorella, 2011).
Pengolahan tanah konservasi adalah setiap bentuk pengolahan tanah dan
sistem penanaman yang menutupi 30% atau lebih permukaan tanah dengan sisa
tanaman, setelah proses penanaman untuk mengurangi erosi tanah oleh air
(adrinal, 2012). Sistem olah tanah konvensional membuat struktur tanah menjadi
gembur, aerasi baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan
laju mineralisasi N sehingga N menjadi tersedia (Fuady, 2010). Pengolahan tanah
secara konservasi atau konvensional adalah pengolahan secara terus menerus.
Pengolahan tanah seperti itu memiliki sisi baik dan buruk. Menurut Utomo dalam
Listyowati (2013), bahwa pengolahan tanah secara terus – menerus juga dapat
menimbulkan dampak negatif yaitu menyebabkan terjadinya degradasi tanah yang
diikuti dengan kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan
penurunan kadar bahan organik tanah yang berpengaruh juga terhadap keberadaan
biota tanah.
. Pengolahan tanpa olah tanah (TOT) adalah cara pengolahan tanah yang
bertujuan untuk mengurangi besarnya erosi, aliran permukaan dan kalau mung-kin
dapat mempertahankan atau meningkatkan produksi. Perlunya meminimumkan
pengolahan tanah pada tanah ini terutama karena pada tanah ini terdapat horizon
argillik, yang apa bila dalam proses persiapan tanam karena suatu hal terjadi

pembalikan yang mengakibatkan horizon argillik terangkat maka yang timbul
adalah masalah(Lumbanraja, 2013). Pengolahan TOT pada umumnya dilakukan
didaerah yang kekurangan air.
Kedua pengolahan antara olah tanah dan tanpa olah tanah sangat berbeda,
pengolahan olah tanah atau maksimum tillage memiliki kapasitas air yang besar,
sedangkan tanpa olah tanah pada umumnya daerah kering yang airnya tidak
berkecukupan. Kedua pengolahan tersebut sangat penting, karena memiliki nilai
positif sebagai pengembang pertanian dan memiliki nilai negatif yang berdampak
pada sifat tanah. Tanah yang intensif diolah secara otomatis akan berubah sifat
tanahnya menjadi lebih masam, karena tidak adanya pembaharuan tanah dengan
pupuk organik.

BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum pengantar teknologi pertanian
dalam kegiatan pembibitan padi sawah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengolahan tanah perlu dilakukan dalam usaha budidaya tanaman karena
dapat meningkatkan unsur hara, membersihkan gulma dan hama,
memperbaiki kondisi fikis, kimia dan biologis tanah, mencampur atau
meratakan tanah, mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase,
memudahkan pekerjaan dilapangan, dan menurunkan laju erosi
2. Teknik pengolahan tanah yang baik dan benar adalah dengan cara
pembersihan, perbaikan saluran dan galengan, pencangkulan, pembajakan
dan penggaruan
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan tanah, yaitu topografi,
vegetasi, kadar air tanah, dan bebatuan
4. Persiapan yang dilakukan sebelum pembajakan adalah pembersihan,
perbaikan saluran dan galengan, pencangkulan, lalu tanah digenangi oleh
air dan dibuat alur untuk pengairan, serta jalur untuk pembajakan.
5. Pola pembajakan memiliki 6 pola, yaitu pola tengah, pola tepi, pola
keliling tengah, pola keliling tepi, pola kijang, dan pola alfa.
6. Penggenangan air selama 1 minggu pada pengolahan tanah bertujuan
untuk melunakan tanah dan membuang zat racun.
7. Proses pembajakan harus jenuh air agar tanah lebih lunak sehingga tanah
tidak melekat pada mata bajak . penggaruan juga membutuhkan air, agar
membusukan tanaman yang ada di petakan sawah, meratakan bongkahanbongkahan tanah, dan membuat lahan sawah menjadi pelumpuran yang
sempurna.
8. Sisa tanaman padi dibiarkan dilahan ketika dilakukan pembajakan, karena
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk hijau yang dapat mengembalikan sifat
tanah dan meningkatkan hasil produksi.

9. Kedalaman pengolahan tanah untuk pembajakan yang ideal adalah sekitar
20-25 cm.
10. Pengaruh sisa batang padi yang tertinggal dilahan terhadap kesuburan
tanah adalah peningkatan pada hasil produksi padi, karena peningkatan
unsur hara dalam tanah.
11. Perbedaan lahan yang dilakukan olah tanah adalah perlakuan kepada tanah
lebih intensif, sedangkan lahan tanpa olah tanah adalah perlakuan kepada
tanah lebih minimum atau bahkan tidah ada perlakuan. Kedua cara
tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri.
5.2. Saran
Sebaiknya alat penunjang dalam praktikum acara pengolahan tanah, yaitu
traktor memiliki jumlah yang banyak, sehingga praktikan tidak perlu membuang
waktu dengan mengantri pada pembajakan tanah. Diharapkan munculnya
kesadaran mahasiswa agar pada saat terlaksananya praktikum tidak bergurau agar
tidak mengganggu kegiatan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

B., Eriawan. 2011. Jerami Padi Sebagai Bahan Organik di Lahan Sawah.
Lembang: BPTP Jawa Barat.
Dalimunte, Mahyudin, Tengku Sabrina, Luthfi A. M. S. 2010. Aplikasi Jerami dan
Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Pola
Penanaman Intensif. KULTIVAR. : 4(2): 80-86.
Fuady, Zahrul. 2010. “ Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu Tanaman
terhadap Laju Mineralisasi Nitrogen Tanah”. LENTERA. 10(1): 94-101.
Intara, Yazid, dkk. 2011. “ Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara
Pemberian Air terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annuum
L.)”. EMBRYO. 8(1): 32-39.
Latiefuddin, Hayyu, dan Musthofa Lutfi. 2013. “Uji Kinerja Berbagai Tipe Bajak
Singkal dan Kecepatan Gerak Maju Traktor Tangan Terhadap hasil Olah pada
Tanah Mediteran”. Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(3): 274281.
Lumbanranja, Parlindungan. 2013. “Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan Pupuk
Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Pertumbuhan
Vegetatif Kacang Tanah (Arachis hupogen L.)”. Prosding Seminar Nasional
BKS-PTN.
Lumbanranja, Parlindungan. 2013. “Pengaruh Pola Pengolahan Tanah dan
Aplikasi Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisika Tanah dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine Max L) Pada Tanah Ultisol Simalingkar”. VISI.
2(1): 1292-1305
Ninja, Wasi’an, dan Eddy Santoso. 2012. “Respon Tanaman Kailan Terhadap
Pupuk Bokashi Jerami Padi Pada Tanah Aluvial”. Lentera. 1(1): 1-5.
Nurwandani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Prabawa, Sigit. 2011. “Model Simulasi Kebutuhan Traktor Tangan untuk
Pengolahan Tanah Padi Sawah”. AGRITECH. 31(2): 124-130.
Suastika, I Wayan, Basarudin N., Tumarlan T. 1997. Budi Daya Padi Sawah di
Lahan Pasang Surut. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Lampiran

Gambar 1. Praktikan menyalakan hand tractor pada lahan sawah

Gambar 2. Penggunaan cangkul dalam praktikum pengolahan tanah

Gambar 3. Praktikan menjalankan hand tractor sesuai dengan jalur (dari tepi ke
tengah).