SKRIPSI PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI PADA BALITA GIZI BURUK
SKRIPSI PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI PADA BALITA GIZI BURUK
Oleh : DWI HASTUTI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006
SKRIPSI PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI PADA BALITA GIZI BURUK
Oleh : DWI HASTUTI NIM. 100210947 I FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 26 Juli 2006
Mengesahkan Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,
Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk NIP. 130517177
Tim Penguji :
1. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D
2. Merryana Adriani, S.KM, M.Kes
3. Ine Indrati Sigit, Ir., M.PS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Oleh :
DWI HASTUTI NIM. 100210947 I Surabaya,
26 Juli 2006 Mengetahui, Menyetujui, Ketua Bagian Pembimbing Annis Catur Adi, Ir., M.Si Merryana Adriani, S.KM, M.Kes NIP. 132105901 NIP. 132092769
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI PADA BALITA GIZI BURUK (Studi Kasus di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya)”, sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Dalam skripsi ini dijabarkan mengenai pengaruh zinc sulfat terhadap perubahan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk, sehingga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan untuk memberikan suplemen zinc sulfat pada balita terutama balita dengan statsus gizi buruk khususnya yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
Dengan tersusunnya skripsi ini, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Merryana Adriani, S.KM, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi, serta saran sehingga terwujudnya skripsi ini.
Terimakasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, Sp.OK selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
2. Bapak Anis Catur Adi, Ir., M.Si, selaku Ketua Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian serta memberikan kemudahan dalam memperoleh data.
4. Kepala Puskesmas Sidotopo beserta stafnya yang telah memberikan ijin untuk dapat melakukan penelitian dan memperoleh data di Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
5. Bu Nurul selaku bidan di Puskesmas Sidotopo yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam penelitian serta pengumpulan data.
6. Ibu-ibu kader Posyandu Kelurahan Sidotopo yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam pengumpulan data.
7. Ayah, Ibu, Mas Haris, dan Mbak Linda yang telah memberikan doa restu serta dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Sahabatku tercinta (Ririt, Ratna, dan Marita) dan semua teman-temanku (Tyas, Sulis, Iir dan Erika) yang telah membantu dan memberikan masukan serta saran untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Semua teman-temanku angkatan ext’02 yang telah berjuang bersama-sama baik suka maupun duka selama dibangku perkuliahan.
10. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri maupun fihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, Agustus 2006
ABSTRACT
Nowadays zinc role in growth and development has been found. Zinc deficiency can cause unhealthy baby and children and at the end can influence their growth and development. It’s presumed that zinc deficiency as a factor that cause Protein Energy Malnutrition (PEM) with infection. Economic crisis caused increasing of severe nutritional cases in Sidotopo 13,85 %. To overcome this problem is need an effort to increase children’s under five years nutritional status by giving zinc suplementation.
The aim of this research was to know the influence of zinc suplementation to weight, height and nutritional status changes at children under five years with severe nutritional status in Sidotopo sub district, Surabaya, 2006.
Thus research was a quasi experimental study with pre – post test control group design. 40 children under five years (6 – 60 month) was choosen as samples, 20 samples as control group and 20 samples as treatment group. Paired t test and independent t test was used to analyze statistical analysis.
The result showed there were 95 % samples in treatment group and 80 % samples in control group that increase there weight. Based on statistical test, there was weight difference before and after treatment and there was weight different between treatment and control group. 65 % samples in treatment group had height increasing, but 65 % samples in control group had height decline. Based on statistical test, there was height difference before and after treatment and there was height difference between treatment and control group.
It’s concluded suplementation of zinc sulfat in children under five years with severe nutritional status can increase weight and height. And it’s suggested to give suplementation of zinc sulfat with feeding suplementation to increase nutritional status of severe nutritional status patient.
Key words : zinc suplementation, weight, height, children under five years with severe nutritional status
ABSTRAK
Peranan zinc dalam proses tumbuh kembang baru akhir-akhir ini ditemukan, apabila kekurangan seng cenderung menyebabkan bayi dan anak kurang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi tumbuh kembangnya. Dapat diperkirakan bahwa kekurangan seng merupakan salah satu faktor hingga hampir semua penderita KEP- berat disertai infeksi. Terjadinya krisis ekonomi mengakibatkan kasus gizi buruk terjadi peningkatan yang sangat tinggi terutama di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo yaitu sebesar 13.85%. Untuk mengatasi hal ini maka perlu diupayakan peningkatan status gizi Balita dengan cara pemberian suplemen zinc sulfat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh zinc sulfat terhadap perubahan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006.
Penelitian ini menurut rancang bangunnya merupakan penelitian eksperimental semu dengan menggunakan pre post study design. Besar sampel penelitian sebanyak 40 Balita (6-60 bulan), yang terdiri dari 20 kelompok perlakuan dan 20 kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji t test sampel berpasangan dan uji t test sampel bebas.
Dari hasil penelitian ini didapatkan pada kelompok perlakuan berat badan Balita mengalami kenaikan 95%, sedangkan pada kelompok kontrol 80% juga mengalami kenaikan berat badan. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan bahwa ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan.
Berdasarkan uji statistik bahwa ada perbedaan antara berat badan balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok perlakuan tinggi badan Balita mengalami kenaikan 65%, dan pada kelompok kontrol 65% tinggi badannya tetap. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan bahwa ada perbedaan tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol juga ada perpedaan tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan uji statistik bahwa tidak ada perbedaan antara tinggi badan balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian suplemen zinc sulfat pada Balita gizi buruk dapat meningkatkan berat badan maupun tinggi badan Balita. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan pemberian zinc sulfat bersama dengan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk peningkatan status gizi pada penderita gizi buruk.
Kata kunci : Balita gizi buruk, zinc sulfat, berat badan, tinggi badan, dan status gizi.
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................... iv ABSTRACT ......................................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ............................. xv BAB I PENDAHULUAN ...........................................................
1 I.1. Latar Belakang .........................................................
1 I.2. Identifikasi Masalah .................................................
3 I.3. Perumusan Masalah .................................................
6 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...................
7 II.1. Tujuan Penelitian ....................................................
7 II.2. Manfaat Penelitian ..................................................
8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................
9 III.1. Anak Balita ............................................................
9 III.1.1. Pengertian Balita ......................................
9 III.1.2. Kondisi Fisiologis Balita ..........................
9 III.1.3. Pertumbuhan dan Perkembangan .............
10 III.2. Status Gizi .............................................................
13 III.2.1. Pengertian Status Gizi ...............................
13 III.2.2. Klasifikasi Status Gizi ...............................
14 III.2.3. Penentuan Status Gizi ................................
15 III.2.4. Indeks Yang Digunakan ............................
16 III.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................................................
20 III.3. Pola Konsumsi dan Tingkat Konsumsi, Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhi .............
22 III.3.1. Pola Konsumsi ...........................................
22 III.3.2. Tingkat Konsumsi .....................................
23 III.4. Seng (Zn) ...............................................................
29 III.4.1. Metabolisme Seng ...................................
30 III.4.2. Absorbsi Seng ..........................................
32
III.4.3. Kebutuhan Seng .......................................
60 VI.4. Karakteristi Balita .................................................
53 V.7. Teknik Analisis Data ..............................................
55 KERANGKA OPERASIONAL ......................................
52 BAB VI HASIL PENELITIAN .....................................................
56 VI.1. Gambaran Umum Puskesmas Sidotopo ................
56 VI.2. Gambaran Umum Kelurahan Sidotopo .................
56 VI.3. Karakteristik Orang Tua Balita .............................
65 VI.5. Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Balita ......
48 V.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran ....................................................
69 VI.6. KarakteristikTingkat Konsumsi Makanan Balita ..
84 VI.7. Perubahan Berat Badan Dan Tinggi Badan Balita ...............................................
97 BAB VII PEMBAHASAN ..............................................................
99 VII.1. Karakteristik Orang Tua Balita ............................
99 VII.2. Karakteristi Balita ................................................ 100
VII.3. Pola Konsumsi Makanan Balita ........................... 102
48 V.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .............
46 V.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................
33 III.4.4. Bahan Makanan Sumber Seng dan Penghambat Penyerapan Seng .................
41 III.4.11. Suplementasi Seng ...................................
34 III.4.5. Defisiensi dan Kelebihan Seng ................
35 III.4.6. Penentuan Status Seng .............................
37 III.4.7. Peranan Seng ...........................................
38 III.4.8. Interaksi Antara Seng Dan Gizi Buruk ....
39 III.4.9. Interaksi Anatar Seng Dan Tumbuh Kembang ...................................
40 III.4.10. Interaksi Antara Seng Dan Vitamin A .....
42 BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL .......................................
46 V.3. Sampel, Cara Pengambilan Sampel, dan Besar Sampel Penelitian ...................................................
43 IV.1. Model Hubungan Antar Variabel ..........................
43 IV.2. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................
44 IV.3. Hipotesis ................................................................
45 BAB V METODE PENELITIAN ................................................
46 V.1. Rancangan Bangun Penelitian ................................
46 V.2. Populasi Penelitian .................................................
VII.4. Tingkat Konsumsi Zat Gizi Balita ....................... 110
VII.5. Perubahan Berat Badan Dan Tinggi Badan Balita .............................................. 113
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... 120 VIII.1. Kesimpulan ......................................................... 119 VIII.2. Saran ................................................................... 121 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 122 DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ 125
DAFTAR TABEL
61 III.10. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
67 III.17. Distribusi Balita Berdasarkan Frekuensi Makan Dalam Sehari di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
66 III.16. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/TB di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............
66 III.15. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/U di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............
65 III.14. Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...........................
64 III.13. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...........................
63 III.12. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
62 III.11. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengeluaran Pangan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 .............................................................
60 III.9. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............
Nomor Judul Tabel Halaman
58 III.8. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
58 III.7. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 .....................................
57 III.6. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ...............
57 III.5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 .....................................
56 III.4. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ...............
37 III.3. Distribusi Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ...................
18 III.2. Nilai Rujukan Konsentrasi Seng .....................................................
III.1. Penentuan Status Gizi Bagi Anak Balita Laki-laki Dan Perempuan Berdasarkan Z-Score Baku NCHS .................................................
68 III.18. Distribusi Balita Berdasarkan Bentuk Makanan Sehari-hari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo
Kota Surabaya Tahun 2006 .............................................................
88 III.28. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Besi (Fe) di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
97 III.33. Distribusi Perubahan Tinggi Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................
95 III.32. Distribusi Perubahan Berat Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...........................
93 III.31. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin C di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
1
92 III.30. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin B
90 III.29. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin A di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
87 III.27. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Karbohidrat di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
69 III.19. Distribusi Balita Berdasarkan Susunan Makanan Sehari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 .............................................................
85 III.26. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
83 III.25. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
82 III.24. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ......................................................................................
79 III.23. Distribusi Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............
76 III.22. Distribusi Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............
73 III.21. Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 .............................................................
70 III.20. Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 .............................................................
98
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman IV.1. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................................
42 IV.2. Kerangka Operasional Penelitian ....................................................
52
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran
1. Formulir Kuesioner
2. Formulir Pola Konsumsi (Food Frekuensi)
3. Formulir Recall 2x24 jam (Food Recall)
4. Formulir Frekuensi Makan Zat Seng
5. Output BB dan TB
6. Output Konsumsi Zat Gizi
7. Status Gizi Awal dan Akhir Balita Kelompok Perlakuan & Kelompok Kontrol
8. Presentase Prevalensi Balita Gizi Buruk Di Kota Surabaya Yang Dilaksanakan Oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2005
9. Peta Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang % = persen n = jumlah µg/dl = mikrogram per desiliter μg/l = mikrogram per liter Daftar Singkatan BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan KKal = Kilo Kalori mg = mili gram SD = Standar Deviasi BB/U = Berat Badan menurut Umur BB/TB = Berat Badan menurut Tinggi Badan
4 Zn SO = Zinc Sulfat
RDA = Recommended Dietery Allowance WHO = World Health Organization WKNPG = Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi DKBM = Daftar Komposisi Bahan Makanan KEP = Kurang Energi Protein RBP = Retinol Binding Protein Gilut = Gigi dan mulut Z-Score = Standar deviasi unit WHO-NCHS = World Health Organization-National Centre for Health Statistics NCHS = National Centre for Health Statistics ADN = Dinukleosida Adenosin ARN = Ribonukleosida Adenosin
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian
yang cukup besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya lebih dari 70 macam enzim karena peranannya dalam sintesa ADN, ARN (keduanya unsur utama genetika), dan protein. Maka defisiensi seng dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan (Olson et.al., dalam Karyadi, 1996). Ada kemungkinan seng berinteraksi dengan defisiensi vitamin A dalam proses terjadinya buta senja (Karyadi, 1996).
Sampai saat ini di Indonesia masih harus menghadapi masalah gizi kurang yang pada umumnya terdapat di Negara-negara sedang berkembang, yaitu masalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Defisiensi Besi, serta masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Disamping masalah gizi kurang yang utama tersebut, juga harus menghadapi masalah gizi lebih, serta masalah defisiensi gizi mikro yang lainnya, seperti defisiensi seng (Zn) (Depkes RI, 2002).
Kekurangan zat gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang mengakibatkan seseorang sulit menerima pendidikan, menguasai informasi dan teknologi sehingga kualitas sumberdaya manusia jauh dari harapan. Status gizi golongan rawan terutama anak Balita dapat digunakan sebagai indikator kualitas hidup masyarakat (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998).
Pemenuhan zat gizi pada masa janin merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya. Peran gizi pada tumbuh kembang sangat jelas. Pertumbuhan dalam arti proses bertambahnya struktur dan ukuran tubuh adalah hasil langsung pemenuhan kebutuhan zat gizi, khususnya energi dan protein. Tidak jarang dari mereka mengalami gangguan tumbuh kembang karena kekurangan energi dan protein, juga menderita kekurangan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Salah satu zat gizi mikro yang berperan dalam tumbuh kembang adalah seng (Satoto, 1996).
Prevalensi status gizi Balita di provinsi Jawa Timur berdasarkan SUSENAS 1995, yaitu sebesar 3,8% berstatus gizi lebih, sebanyak 63,7% berstatus gizi baik, sebanyak 28,4% berstatus gizi kurang, dan sebanyak 4,2% berstatus gizi buruk. KEP nyata tercatat sebanyak 32,6% (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1998).
Mineral seng (Zn) merupakan mineral mikro yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Peran terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan pembentukan embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan (Samsudin, 1995).
Konsentrasi seng serum pada manusia menurun jika sedang menderita infeksi seperti disentri, demam tifoid, tuberculosis. Sebaiknya konsentrasi seng serum yang rendah berakibat menurunnya daya tahan tubuh, hingga keadaan kekurangan seng memudahkan timbulnya berbagai macam infeksi. Diperkirakan bahwa kekurangan seng merupakan salah satu faktor hingga hampir semua penderita KEP-berat disertai infeksi (Pudjiadi, 2001).
Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat, dan asam pikolinat dapat membantu meningkatkan absorbsi seng. Sedangkan fitat dan serat dapat menghambat absorbsi seng dalam tubuh. Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam masa pertumbuhan, masa produktif dan masa penyembuhan.
I.2 Identifikasi Masalah
Defisiensi seng banyak ditemukan pada anak di Negara berkembang, disebabkan kurangnya konsumsi bahan makanan sumber hewani terutama daging dan produknya (susu, hati, telur), bioavailabilitas seng dalam diet setempat, dan hilangnya seng akibat diare berulang. Tingginya insiden penyakit infeksi juga dapat merupakan indikasi defisiensi seng, karena seng dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh (Depkes RI Bogor, 2005).
Beberapa peneliti telah membuktikan dampak defisiensi seng, diantaranya adalah terhambatnya pertumbuhan, terhambatnya proses pendewasaan organ seksual laki-laki, gangguan kontrol selera, penurunan ketajaman rasa, lambatnya proses penyembuhan luka, impotensia, penurunan daya kekebalan tubuh, gangguan neuropsikologis, kelainan kulit, penurunan efisiensi makanan serta gangguan fungsi membrane. Defisiensi seng sering terjadi pada kelompok usia rawan, yaitu anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, serta orang tua.
Analisis data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) dalam rangka Proyek Community Health and Nutrition III di lima provinsi menunjukkan tingginya jumlah anak pendek (stunted) ini mencapai 42,8% - 51,3% dari total anak Balita. Penyebabnya tidak lain adalah rendahnya asupan pangan hewani yang kaya seng, serta tingginya konsumsi serealia atau kacang- kacangan yang mengandung fitat sehingga mengganggu penyerapan seng.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi Buruk pada anak Balita yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kotamadya Surabaya tahun 2005, didapatkan bahwa prevalensi gizi buruk Balita sebanyak 13,85% di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo, sebanyak 7,9% di Puskesmas Benowo, sebanyak 6,18% di Puskesmas Putat Jaya, sebanyak 5,12% di Puskesmas Dukuh Kupang, dan sebanyak 4,01% di Puskesmas Sidosermo.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi status gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya sangat tinggi jika dibandingkan dengan wilayah kerja Puskesmas lain yang berada dikota Surabaya yaitu sebesar 13.85%. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk memilih daerah tersebut menjadi lokasi penelitian.
Kebutuhan seng pada Balita menurut Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan masing-masing sebesar 10 mg/hari. Bila ini tidak terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi selama jangka waktu tertentu akan dapat menurunkan daya tahan tubuh Balita dan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit infeksi.
Peranan seng dalam proses tumbuh kembang baru tahun-tahun terakhir ini ditemukan, dimana apabila kekurangan seng cenderung menyebabkan bayi dan anak kurang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi tumbuh kembangnya. Menurut hasil penelitian Mundiastuti (2002) yang dilakukan pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo dan Kelurahan Bendul Merisi Kecamatan Wonocolo Kotamadya Surabaya, menunjukkan bahwa ada perbedaan kenaikan BB/U yang bermakna antara anak yang diberi suplemen seng dengan tidak, dan ada perbedaan TB/U yang bemakna antara yang diberi suplemen seng dengan yang tidak. Pada kelompok perlakuan juga menunjukkan adanya perbaikan selera makan pada anak.
Berbagai penelitian tentang gizi yang berhubungan dengan status gizi pada Balita telah banyak dilakukan. Sedangkan yang meneliti pengaruh zinc sulfat terhadap peningkatan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk masih jarang. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin meneliti apakah ada pengaruh zinc sulfat terhadap peningkatan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk, yang akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya.
I.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah yang ingin diteliti adalah sebagai berikut : Apakah ada pengaruh zinc sulfat terhadap peningkatan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk ?
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN II.1 Tujuan Penelitian II.1.1 Tujuan Umum Mempelajari pengaruh zinc sulfat terhadap perubahan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk. II.1.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik Balita yang meliputi umur, dan jenis kelamin.
2. Mempelajari karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan dan pengetahuan gizi ibu, serta pendapatan keluarga.
3. Mempelajari pola konsumsi makanan Balita.
4. Mempelajari tingkat konsumsi makanan Balita yang meliputi konsumsi
1
energi, karbohidrat, protein, lemak, besi, vitamin A, vitamin B , dan vitamin C.
5. Menganalisis status gizi pada Balita gizi buruk.
6. Menganalisis peningkatan berat badan, dan tinggi badan pada Balita gizi buruk selama pemberian zinc sulfat.
II.2 Manfaat Penelitian
II.2.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.
II.2.2 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya konsumsi makanan sumber seng untuk dapat meningkatkan status gizi terutama pada Balita gizi buruk.
II.2.3 Bagi Institusi
Sebagai informasi yang bisa digunakan untuk perencanaan atau pelaksanaan upaya perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 Anak Balita III.1.1 Pengertian Balita Balita didefinisikan sebagai individu atau sekelompok individu dari
suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Menurut Moore 1997 usia balita bisa terbagi menjadi tiga yaitu : golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan usia Balita (2-3 tahun), dan golongan usia pra sekolah (3-5 tahun). Sedangkan menurut WHO, kelompok usia Balita adalah 0-60 bulan (Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 1998).
III.1.2 Kondisi Fisiologis Balita
Pada usia balita sangat rentan terhadap penyakit gizi. Menurut Moore (1997), pada kelompok usia Balita dan prasekolah kebutuhan kalori (per kg/BB) tidak setinggi pada masa bayi dan nafsu makannya juga menurun.
Sumber lain menyebutkan bahwa kondisi anak pada masa Balita ini adalah selektif terhadap makanan, tidak tergantung dengan makanan, pertumbuhannya pelan dan tetap sehingga berat badannya cenderung turun, anak sudah mempunyai perhatian lain, dan perkembangan kondisi emosional serta sosialisasi.
III.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan
Setiap manusia yang hidup mengalami proses tumbuh kembang, tumbuh berarti berkaitan dengan perubahan ukuran, sedangkan kembang berhubungan dengan aspek deferensiasi bentuk atau fungsi termasuk perubahan emosi dan sosial. Tumbuh kembang merupakan proses continue sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan (Santoso, 1999).
Ada beberapa macam pengertian pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya : Tumbuh yang peristiwanya disebut pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambah banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersiil pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai- nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan sebagainya (Narendra, 2002).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih,1995).
Kembang yang peristiwanya disebut perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses tersebut dapat diamati dengan bertambahnya kepandaian ketrampilan dan perilaku (Narendra, 2002).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya.
Pengertian anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Santoso, 1999). Ciri-ciri Anak Sehat menurut Departemen Kesehatan RI dalam Santoso (1999) adalah : a.
Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.
c.
Tampak aktif atau gesit dan gembira.
d. Mata bersih dan bersinar.
e.
Nafsu makan baik.
f. Bibir dan lidah tampak segar.
g. Pernafasan tidak berbau.
h.
Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering. i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bila ciri-ciri ini telah dimiliki oleh anak, maka pertumbuhan dan perkembangan anak biasanya dapat dikatakan wajar atau normal.
Ciri anak sehat dapat dilihat dari tiga segi, yaitu :
1. Dari segi fisik, ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani yang normal.
2. Dari segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
III.2 Status Gizi
III.2.1 Pengertian Status Gizi
Berbagai konsep yang diungkapkan oleh pakar gizi tentang pengertian status gizi. Dari berbagai konsep tersebut pada prinsipnya hampir sama.
Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient out put) akan zat gizi tersebut. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor antara lain : tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan aktifitas fisik, dan faktor yang bersifat relative, yaitu gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorpsion), tingkat penggunaan (afilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion and destruktion) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasa, 2001).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Zat gizi sangat berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktifitas kerja serta daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier, 2001).
Status gizi sebagai refleksi kecukupan zat gizi, merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang anak dan kesehatan pada umumnya. Kecukupan dari zat gizi terutama energi dihitung menurut kebutuhan atas umur, jenis kelamin, aktifitas maupun kondisi dari individu (Pudjiadi, 2001).
III.2.2 Klasifikasi Status Gizi
Berdasarkan Baku Harvard keadaan gizi di klasifikasikan ke dalam empat keadaan, yaitu : a.
Gizi lebih untuk overweight, termasuk pada keadaan ini adalah kegemukan atau obesitas.
b.
Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight, yang meliputi mild and moderate protein malnutrition.
d.
Gizi buruk, seperti marasmus, marasmic kwashiorkor dan kwashiorkor.
Status gizi lebih adalah keadaan patologis yang disebabkan oleh kelebihan jumlah kalori dan zat-zat gizi lain dalam jangka waktu lama.
Kegemukan merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi lebih (Sukarjo, 1986).
Status gizi normal adalah suatu keadaan kesehatan akibat keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi untuk memelihara kehidupan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi. Secara singkat status gizi baik adalah suatu keadaan kesehatan akibat kesimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi dengan intake zat-zat gizi (Prayitno, 1987).
Status gizi kurang adalah suatu keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan dan dengan demikian konsumsi energi kurang selama jangka waktu tertentu. Biasanya juga kurang dalam satu atau lebih zat gizi esensial lainnya. Berat badan yang menurun adalah tanda umum dari kurang gizi (Sukarjo, 1986).
Status gizi buruk adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi dan protein secara umum, yang berdampak menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan berakibat rendahnya tingkat kecerdasan, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian dini (Almatsier, 2001).
III.2.3 Penentuan Status Gizi
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangkan status gizi anak.
Dengan demikian penilaian pencapaian pertumbuhan (growth achievement) atau ukuran fisik atau antropometri pada saat tertentu dapat memberikan indikasi tentang status gizi seorang anak pada saat pengukuan. Jadi dengan kata lain antropometri dapat digunakan sebagai indikator status gizi (Basuni, 2002).
Ada beberapa keuntungan menggunakan Antropometri untuk penentuan status gizi, yaitu :
1. Caranya mudah, sederhana, aman, dan teknisnya tidak terlalu banyak instruksi.
2. Dapat digunakan pada posisi tidur, duduk, dan berdiri.
3. Sesuai untuk sampel besar.
4. Peralatan yang digunakan relative tidak mahal.
5. Bersifat portable (bisa dibawa kemana-mana).
6. Bisa dibuat atau dibeli oleh masyarakat atau instansi setempat.
7. Tidak memerlukan skill tinggi dalam menggunakannya.
8. Metode dapat memberikan hasil yang akurat, asal mengikuti cara yang betul.
9. Hasil antropometri dapat mengggambarkan terjadinya sesuatu dalam jangka waktu sebelumnya.
10. Dapat digunakan untuk screening test. (Gibson, 1990).
III.2.4 Indeks yang Digunakan
Cara termudah untuk menilai status gizi dilapangan adalah dengan pengukuran antropometri, karena sederhana, murah, dapat dilakukan siapa saja dan cukup teliti. Data antropometri yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi badan, sedangkan indikator antropometri yang sering dipakai untuk menilai status gizi yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) (Apriadji, 1993).
Penilaian status gizi yang ideal untuk balita sebaiknya adalah menggunakan ketiga indeks antropometri (BB/U, TB/U, dan BB/TB), karena dengan ketiga indeks ini dapat diketahui dengan jelas karakteristik individu maupun masyarakat (Basuni, 2002).
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang penting digunakan untuk mengukur status gizi. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak dan sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja (Soetjiningsih, 1995).
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa, 2001).
Selama ini diketahui ada tiga cara penyajian penilaian status gizi, yaitu : a. Dalam bentuk persen terhadap nilai median rujukan.
b.
Dalam bentuk nilai Z-score atau Standart Deviasi (SD) dari nilai median rujukan.
c.
Dalam bentuk nilai persentil dari sebaran nilai rujukan.
Selama ini pula penentuan status gizi di lapangan masih menggunakan klasifikasi yang berbeda-beda sehingga sulit untuk dianalisis lebih lanjut, baik untuk perbandingan, kecenderungan maupun analisis hubungan (Basuni, 2002).
Beberapa klasifikasi penentuan status gizi bagi anak Balita baik laki- laki maupun perempuan berdasarkan Z-Score baku NCHS yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2004, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.1 : Penentuan Status Gizi Bagi Anak Balita Baik Laki-laki Dan Perempuan Berdasarkan Z-Score Baku NCHS
INDEK STATUS GIZI AMBANG BATAS Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Lebih Normal Rendah Sangat Rendah
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai
≥-3 SD <-3 SD
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Jangkung Normal Pendek Sangat Pendek
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai
≥-3 SD <-3 SD
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk Normal Kurus (Wasted) Sangat Kurus
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai
≥-3 SD <-3 SD
SD : Standar Deviasi
Baku rujukan antropometri dikenal ada dua jenis yaitu baku internasional dan baku lokal. Rujukan antropometri lokal merupakan rujukan yang paling sesuai dengan sifat genetik suatu populasi. Di Indonesia sekarang ini baku rujukan WHO-NCHS sudah didasarkan pada populasi yang sehat dan baik keadaan sosial ekonominya. Selain itu rujukan ini sudah mencakup berbagai golongan etnis atau suku bangsa yang memungkinkan digunakan secara internasional. Kelebihan indeks BB/U :
1. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek 2.
Dapat mendeteksi kegemukan Kelemahan indeks BB/U :
1. Dapat terjadi kekeliruan interpretasi status gizi bila terdapat edema 2.
Memerlukan data umur yang akurat
3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran Untuk menjaga ketepatan timbangan selalu dikontrol keseimbangannya pada titiknol setiap kali melakukan penibangan (Narendra , 2002).
Kelebihan indeks BB/TB : 1.
Tidak memerlukan data umur
2. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus) Kelemahan indeks BB/TB :
1. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan
2. Kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi badan pada balita 3.
Membutuhkan dua macam alat ukur
4. Pengukuran relatif lebih lama 5.
Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
6. Sering terjadi kesalahan pembacaan hasil pengukuran, terutama pada orang yang non-profesional (Supariasa, 2001).