Perbedaan Negara Federal dan Kesatuan
Nama
: WINDA PRATAMI
NIM
: 125030500111003
Mata Kuliah : Perbandingan Pemerintahan
Kelas
:C
PERBANDINGAN NEGARA FEDERAL DAN KESATUAN
A. Negara Federal
Federasi berasal dari kata Latin foedus yang berarti perjanjian atau persetujuan. Dalam
federasi atau negara serikat (bondstaat, Bundesstaat) memiliki pengertian dua atau lebih kesatuan
politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan politik,
ikatan dimana akan mewakili mereka sebagai keseluruhan. Miriam Budiardjo (2008:270)
menyatakan bahwa Negara federal merupakan pertengahan antara negara kesatuan dan konfederasi.
Sedangkan prinsip negara federal menurut K.C Wheare (dalam Budiardjo, 2008:270) bahwa
kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara federal dan
pemerintah Negara bagian dalam bidang-bidang tertentu adalah bebas satu sama lain.
Bisa dikatakan bahwa negara federal yaitu negara yang didalamnya terdapat pembagian
kekuasaan antara pemerintah pusat dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian atau provinsi)
yang mana negara bagian tersebut memiliki wewenang-wewenang yang dapat di urus sendiri
namun negara tersebut tidak berdaulat. Di sini negara-negara bagian mempunyai kekuasaan untuk
membuat dan memiliki undang-undang dasar sendiri tapi tidak bleh bertentangan dengan konstitusi
pemerintahan pusat, kepala negara sendiri, dewan perwakilan sendiri, dan dewan menteri (kabinet)
sendiri. Sementara itu untuk urusan Angkatan Perang dan keuangan, mereka tidak memiliki
kekuasaan sendiri, urusan ini lazimnya ada di tangan negara federal. Jadi di sini tidaklah semua
urusan itu diserahkan kepada pemerintahan gabungannya, atau pemerintah federal, tetapi masih ada
beberapa urusan tertentu yang tetap di urus sendiri oleh pemerintah daerahnya. Namun meskipun
demikian, menurut Budiardjo (2008:270) terdapat satu prinsip yang dipegang teguh oleh suatu
negara federal yaitu hal-hal yang menyangkut negara dalam keseluruhan diserahkan pada negara
federal dan untuk hal-hal yang menyangkut negara bagian yang tidak termasuk kepentingan
nasional kekuasaan berada di pemerintahan negara bagian. Setiap negara bagian bebas melakukan
tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan
dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal. Dalam praktik kenegaraan,
jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian (lazimnya disebut gubernur negara bagian).
Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara
bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary
power).
C.F Strong (dalam Budiardjo, 2008:271) bahwasannya ada dua syarat untuk membentuk
suatu negara federal yaitu :
1. Adanya perasaan sebangsa diantara kesatuan-kesatuan politik antara pihak yang ingin
membentuk negara federal
2. Keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak mengadakn federasi untuk
mengadakan ikatan terbatas. Apabila kesatuan politik tersebut menghendaki persatuan maka
bentuk negara yang terbentuk adalah negara kesatuan.
Untuk masalah mpenyelenggaraan pemerintahan lokal di negara federal memiliki ciri-ciri
diantaranya:
1. Pembagian kekuasaan ditetapkan oleh UU dan negara bagian memiliki kekuatan menjalankan
hukum sesuai dengan pembagian, mematuhi dan mengelolanya, bahkan pemerintahan federal
memiliki kekuasaan atau kekuatan yang sama dalam pemerintahan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam undang- undang. Ada dua metode pendistribusian kekuasaan diantara
nasional dan negara bagian. Ada kekuasaan pemerintahan dialokasikan kepada nasional
dengan jumlah yg pasti, sedangkan selebihnya diberikan kepada negara bagian atau
sebaliknya.
2. Di negara federal kedaulatan dibagi atas dua baik pusat dan daerah. Di sana tidak ada satu
kedaulatan, namun banyak kedaulatan yang akan berlaku.
3. Hukum-hukum dibuat untuk autoritas didalam negara dan mungkin menerangkan Ultra Vires
jika terjadi konflik dengan undang- undang.
4. Didirikan beberapa kekuasaan seperti mahkamah tertinggi dimana bertugas untuk
menterjemahkan undang- undang dan memutuskan konflik yurisdiksi diantara pusat dan
daerah.
Adapun negara-negara yang termask kedalam klasifikasi negara federal diantaranya
Amerika Serikat, India, Brazil, Malaysia, Australia, Canada, Russia dan Switzerland.
B. Negara Kesatuan
Menurut C.F. Strong, (Budiardjo, 2008:269) yang dimaksud dengan negara kesatuan
adalah bentuk negara dimana wewenang legslatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif
nasional atau pusat. Kekuasaan terletak pada tangan pemerintah pusat dan tidak ada pada
pemerintah daerah (local goverment). Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan
sebagian kekuasaan kepada daerah berdasarkan hak otonomi namu pada tahap akhir kekuasaan
tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Jadi kedaulatannya, baik kedaulatan kedalam ataupun
kedaulatan keluar sepenuhnya terletak pada pamerintahan pusat. Hakikat negara kesatuan iasalah
bahwa kedaulatannya tidak terbagi atau dengan kata lain kekuasaan pemerinyah pusat tidak
dibatasi. Adanya kewenangan untuk membuat peraturan bagi daerahnya sendiri itu tidaklah berarti
bahwa pemerintah daerah itu berdaulat, sebab pengawasan kekuasaan tertinggi masih ada di tangan
pemerintah pusat.
Miriam Budiardjo (2008:270) mengutip dari pendapat C.F Strong terdapat dua ciri mutlak
yang melekat pada negara kesatuan yaitu adanya supremasi dari dewan perwakilan pusat dan tidak
adanya badan-badan lain yang berdaulat. Itulah mengapa bentuk negara ini memiliki integrasi
paling kokoh Karena warganya merasa hanya ada satu pemerintahan saja. Dalam negara kesatuan
hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen.
Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek pemerintahan.
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu sentralisasi, dan
desentralisasi. Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan
dari pemerintah pusat. Semua kebijakan diproses dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
Dengan demikian pemerintah daerah hanya melaksanakan peraturan-peraturan dari pemerintah
pusat saja. Daerah tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Daerah
tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya
sendiri.
Sedangkan dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Daerah diberikan kekuasaan untuk
mengatur rumah tangga daerahnya, termasuk mengelola secara penuh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), berdasarkan inisiatif sendiri. Daerah
seperti demikian lazim disebut dengan otonomi daerah (Otda) atau kekuasaan swantantra untuk
menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah
pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Dalam suatu negara kesatuan, terdapat asas bahwa segenap urusan-urusan negara tidak
dibagi antara pemerintah pusat (central government) dengan pemerintah daerah (local government)
sedemikian rupa, sehingga urusan-negara dalam negara kesatuan itu tetap merupakan suatu
kebulatan dan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di negara itu ialah pemerintah pusat. Dengan
demikian, pemerintah nasional bisa, dan biasanya memang, melimpahkan banyak tugas kepada
kota-kota, kabupaten-kabupaten, atau satuan-satuan pemerintahan lokal atau regional (local
government). Namun otoritas ini dilimpahkan oleh undang-undang biasa yang disusun oleh dewan
perwakilan rakyat nasional – tidak boleh konstitusi – dan tidak bisa ditarik kembali segera setelah
diterima.
Adapun negara-negara yang termasuk kedalam klasifikasi negara kesatuan yaitu Indonesia,
Brunei, Papua Nugini, Timor Timur, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Jepang dan Filipina
Sumber Penulisan:
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
http://www.terpelajar.com/pengertian-dan-ciri-ciri-bentuk-negara-kesatuan-federasi-dankonfederasi/ diakses pada 14 Maret 2015 pada pukul 20.15 WIB
http://berkat-nias.blogspot.com/2014/01/sistem-pemerintahan-negara-federal-dan.html diakses pada
14 Maret 2015 pada pukul 20.25 WIB
: WINDA PRATAMI
NIM
: 125030500111003
Mata Kuliah : Perbandingan Pemerintahan
Kelas
:C
PERBANDINGAN NEGARA FEDERAL DAN KESATUAN
A. Negara Federal
Federasi berasal dari kata Latin foedus yang berarti perjanjian atau persetujuan. Dalam
federasi atau negara serikat (bondstaat, Bundesstaat) memiliki pengertian dua atau lebih kesatuan
politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan politik,
ikatan dimana akan mewakili mereka sebagai keseluruhan. Miriam Budiardjo (2008:270)
menyatakan bahwa Negara federal merupakan pertengahan antara negara kesatuan dan konfederasi.
Sedangkan prinsip negara federal menurut K.C Wheare (dalam Budiardjo, 2008:270) bahwa
kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara federal dan
pemerintah Negara bagian dalam bidang-bidang tertentu adalah bebas satu sama lain.
Bisa dikatakan bahwa negara federal yaitu negara yang didalamnya terdapat pembagian
kekuasaan antara pemerintah pusat dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian atau provinsi)
yang mana negara bagian tersebut memiliki wewenang-wewenang yang dapat di urus sendiri
namun negara tersebut tidak berdaulat. Di sini negara-negara bagian mempunyai kekuasaan untuk
membuat dan memiliki undang-undang dasar sendiri tapi tidak bleh bertentangan dengan konstitusi
pemerintahan pusat, kepala negara sendiri, dewan perwakilan sendiri, dan dewan menteri (kabinet)
sendiri. Sementara itu untuk urusan Angkatan Perang dan keuangan, mereka tidak memiliki
kekuasaan sendiri, urusan ini lazimnya ada di tangan negara federal. Jadi di sini tidaklah semua
urusan itu diserahkan kepada pemerintahan gabungannya, atau pemerintah federal, tetapi masih ada
beberapa urusan tertentu yang tetap di urus sendiri oleh pemerintah daerahnya. Namun meskipun
demikian, menurut Budiardjo (2008:270) terdapat satu prinsip yang dipegang teguh oleh suatu
negara federal yaitu hal-hal yang menyangkut negara dalam keseluruhan diserahkan pada negara
federal dan untuk hal-hal yang menyangkut negara bagian yang tidak termasuk kepentingan
nasional kekuasaan berada di pemerintahan negara bagian. Setiap negara bagian bebas melakukan
tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan
dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal. Dalam praktik kenegaraan,
jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian (lazimnya disebut gubernur negara bagian).
Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan negara bagian ditentukan oleh negara
bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary
power).
C.F Strong (dalam Budiardjo, 2008:271) bahwasannya ada dua syarat untuk membentuk
suatu negara federal yaitu :
1. Adanya perasaan sebangsa diantara kesatuan-kesatuan politik antara pihak yang ingin
membentuk negara federal
2. Keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak mengadakn federasi untuk
mengadakan ikatan terbatas. Apabila kesatuan politik tersebut menghendaki persatuan maka
bentuk negara yang terbentuk adalah negara kesatuan.
Untuk masalah mpenyelenggaraan pemerintahan lokal di negara federal memiliki ciri-ciri
diantaranya:
1. Pembagian kekuasaan ditetapkan oleh UU dan negara bagian memiliki kekuatan menjalankan
hukum sesuai dengan pembagian, mematuhi dan mengelolanya, bahkan pemerintahan federal
memiliki kekuasaan atau kekuatan yang sama dalam pemerintahan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam undang- undang. Ada dua metode pendistribusian kekuasaan diantara
nasional dan negara bagian. Ada kekuasaan pemerintahan dialokasikan kepada nasional
dengan jumlah yg pasti, sedangkan selebihnya diberikan kepada negara bagian atau
sebaliknya.
2. Di negara federal kedaulatan dibagi atas dua baik pusat dan daerah. Di sana tidak ada satu
kedaulatan, namun banyak kedaulatan yang akan berlaku.
3. Hukum-hukum dibuat untuk autoritas didalam negara dan mungkin menerangkan Ultra Vires
jika terjadi konflik dengan undang- undang.
4. Didirikan beberapa kekuasaan seperti mahkamah tertinggi dimana bertugas untuk
menterjemahkan undang- undang dan memutuskan konflik yurisdiksi diantara pusat dan
daerah.
Adapun negara-negara yang termask kedalam klasifikasi negara federal diantaranya
Amerika Serikat, India, Brazil, Malaysia, Australia, Canada, Russia dan Switzerland.
B. Negara Kesatuan
Menurut C.F. Strong, (Budiardjo, 2008:269) yang dimaksud dengan negara kesatuan
adalah bentuk negara dimana wewenang legslatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif
nasional atau pusat. Kekuasaan terletak pada tangan pemerintah pusat dan tidak ada pada
pemerintah daerah (local goverment). Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan
sebagian kekuasaan kepada daerah berdasarkan hak otonomi namu pada tahap akhir kekuasaan
tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Jadi kedaulatannya, baik kedaulatan kedalam ataupun
kedaulatan keluar sepenuhnya terletak pada pamerintahan pusat. Hakikat negara kesatuan iasalah
bahwa kedaulatannya tidak terbagi atau dengan kata lain kekuasaan pemerinyah pusat tidak
dibatasi. Adanya kewenangan untuk membuat peraturan bagi daerahnya sendiri itu tidaklah berarti
bahwa pemerintah daerah itu berdaulat, sebab pengawasan kekuasaan tertinggi masih ada di tangan
pemerintah pusat.
Miriam Budiardjo (2008:270) mengutip dari pendapat C.F Strong terdapat dua ciri mutlak
yang melekat pada negara kesatuan yaitu adanya supremasi dari dewan perwakilan pusat dan tidak
adanya badan-badan lain yang berdaulat. Itulah mengapa bentuk negara ini memiliki integrasi
paling kokoh Karena warganya merasa hanya ada satu pemerintahan saja. Dalam negara kesatuan
hanya ada satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen.
Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek pemerintahan.
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu sentralisasi, dan
desentralisasi. Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan
dari pemerintah pusat. Semua kebijakan diproses dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
Dengan demikian pemerintah daerah hanya melaksanakan peraturan-peraturan dari pemerintah
pusat saja. Daerah tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Daerah
tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya
sendiri.
Sedangkan dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Daerah diberikan kekuasaan untuk
mengatur rumah tangga daerahnya, termasuk mengelola secara penuh Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), berdasarkan inisiatif sendiri. Daerah
seperti demikian lazim disebut dengan otonomi daerah (Otda) atau kekuasaan swantantra untuk
menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah
pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.
Dalam suatu negara kesatuan, terdapat asas bahwa segenap urusan-urusan negara tidak
dibagi antara pemerintah pusat (central government) dengan pemerintah daerah (local government)
sedemikian rupa, sehingga urusan-negara dalam negara kesatuan itu tetap merupakan suatu
kebulatan dan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di negara itu ialah pemerintah pusat. Dengan
demikian, pemerintah nasional bisa, dan biasanya memang, melimpahkan banyak tugas kepada
kota-kota, kabupaten-kabupaten, atau satuan-satuan pemerintahan lokal atau regional (local
government). Namun otoritas ini dilimpahkan oleh undang-undang biasa yang disusun oleh dewan
perwakilan rakyat nasional – tidak boleh konstitusi – dan tidak bisa ditarik kembali segera setelah
diterima.
Adapun negara-negara yang termasuk kedalam klasifikasi negara kesatuan yaitu Indonesia,
Brunei, Papua Nugini, Timor Timur, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Jepang dan Filipina
Sumber Penulisan:
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
http://www.terpelajar.com/pengertian-dan-ciri-ciri-bentuk-negara-kesatuan-federasi-dankonfederasi/ diakses pada 14 Maret 2015 pada pukul 20.15 WIB
http://berkat-nias.blogspot.com/2014/01/sistem-pemerintahan-negara-federal-dan.html diakses pada
14 Maret 2015 pada pukul 20.25 WIB