Proses dan Fungsi Bahasa (1)
A. Proses dan Fungsi Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana
komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Tarigan (1990:2-3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar hakikat bahasa, yaitu bahasa
adalah suatu sistem, bahasa adalah vokal, bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari,
setiap bahasa bersifat unik, (bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan, bahasa ialah alat
komunikasi, bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan bahasa itu berubah-ubah.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
Bill Adams : Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah
konteks inter-subjektif
Bloch & Trager : Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem
itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
Carrol : Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa
yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar
individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada bendabenda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
Ferdinand De Saussure : Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok
yang lain
Mc. Carthy : Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan
berpikir
Plato : Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang
dalam arus udara lewat mulut
Sudaryono : Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga
ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya
kesalahpahaman.
William A. Haviland : Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan
tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa
itu
Wittgenstein : Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan
realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur – unsur :
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya
berdasarkan
kesepakatan
3. Lambang – lambang tersebut bersifat arbiter (Kesepakatan) digunaka secara berulang dan
tetap
4.
Sistem
lambang
tersebut
bersifat
terbatas,
tetapi
produktif
5. Sistem lambang bersifat unix, khas, dan tidak sama dengan bahasa lain
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal
Fungsi Bahasa
Sebenarnya ada banyak pendapat linguis tentang fungsi bahasa dalam tradisi linguistik. Karena
banyak arti dalam bahasa itu sendiri pada penggunaannya dalam manusia sehari-hari. Bahasa
merupakan media untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep maupun perasaan.
Pada abad pertangahan (500-1500 M) studi bahasa kebanyakn dilakukan oleh para ahli logika
ataupun ahli filsafat. Mereka menitik-beratkan penyelidikan bahasa-bahasa pada satuan-satuan
kalimat yang dapat dianalisis sebagai alat untuk menyatakan preposisi benar atau salah.
Namun terdapat beberapa hal yang perlu dipertanyakan kembali tentang pendekatan tersebut,
apakah bentuk ekspresi, kesenangan, pertanyaan juga merupakan dikotomi salah benar?
Dalam logika, kalimat yang memiliki nilai benar atau salah hanyalah kalimat deklaratif saja, atau
menggunakan bahasa hanya untuk membuat pernyataan salah atau benar saja sesuai dengan
pikiran kita. Dalam berintraksi dan berkomunikasi, pikiran hanyalah satu bagian dari sekian
banyak informasi yang akan disampaikan.
Berbicara lebih lanjut tentang fungsi bahasa, H. A. K. Halliday dalam bukunyaExploration Of
The Function Of Language menyebutkan terdapat tujuh fungsi bahasa sebagai berikut:
1.
Bahasa memerankan fungsi instrumental, yang berarti bahwa bahasa itu merupakan
penyebab terjadinya suatu peristiwa. Fungsi ini dapat terlihat jelas pada pemakaian bahasa
ketika seseorang memerintah, baik secara langsung maupun tidak.
2.
Bahasa memerankan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi
ini disebut dengan the regulatory function yang merupakan fungsi untuk mengatur dan
mengendalikan orang lain atau untuk menyetir orang lain. Bahasa hukum yang memuat pasalpasal beserta kandungannya merupakan contoh fungsi bahasa yang berkaitan dengan the
regulatory system.
3.
Bahasa juga berfungsi untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta-fakta,
pengetahuan, menjelaskan atau menggambarkan realitas yang sebenarnya. Tugas ini disebut the
representational function.
4.
Bahasa berfungsi sebagai the interactional function. Artinya, bahwa bahasa bermanfaat
untuk melanggengkan komunikasi atau hubungan antar sesama. Agar komunikasi berjalan
dengan lancar, maka diperlukan pengetahuan mengenai logat, bahasa, jargon, lelucon, cerita
rakyat, adat istiadat dan lain-lain.
5.
Bahasa melakukan fungsi the personal function. Artinya, bahasa merupakan alat untuk
mengekspresikan dirinya, mengungkapkan sesuatu tentang dirinya dan sekaligus tentang hal lain.
Juga dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan emosinya dan reaksi-reaksi lainnya.
6.
Bahasa merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya bahwa bahasa
memerankan fungsi the heuristic function. Fungsi ini sering terwujud dalam bentuk pertanyaan
yang memang membutuhkan jawaban seperti: mengapa, bagaimana, dimana dan lain-lain.
7.
Dan yang terakhir, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berimajinasi yang juga disebut
dengan the imaginative function. Artinya bahwa bahasa mampu menciptakan ide-ide yang nonfaktawi seperti ketika mengisahkan cerita-cerita, karya sastra dan lain sebagainya.
Selain Halliday, terdapat pula linguis lain yang berpendapat tentang fungsi bahasa yaitu Jacobson
(1960) yang merupakan pionir aliran linguistik praha. Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa
yaitu: (1) fungsi eksresif atau emotif, (2) fungsi referensial, (3) fungsi estetik atau puistik, (4)
fungsi fatik, (5) fungsi metalingual dan (6) fungsi direktif atau konatif.
Kemudian searah dengan Jacobson, Karl Buhler menjelaskan pula beberapa fungsi bahasa
menurut pendapatnya terbagi menjadi enam bagian sebagai berikut:
1.
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi
Yaitu manusia dapat mengungkapkan dirinya lepas dari tujuannya. Fungsi ini dapat dilihat pada
bahasa-bahasa yang dipakai pengarang dalam sastra, baik novel, cerpen, drama dan lain-lain.
Yang terpenting pada fungsi ini adalah ide dan gagasan dari pengarang atau penulis. Selain itu
fungsi ekspresif bahasa dapat dilihat pada pernyataan otoritatif seperti pidato-pidato politik,
dokumen-dokumen tokoh, karya ilmiah dan lain-lain.
2.
Bahasa berfungsi untuk memberikan informasi
Fungsi ini disebut juga dengan the informative function yang sering kita temukan dalam bukubuku pelajaran, surat kabar, majalah dan lain sebaginya. Fungsi ini bercirikan bahasa yang
bersifat non-regional, non-idiolek, formal, teknis dan netral.
3.
Bahasa menjalankan fungsi vokatif
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi konatif, fungsi instrumental, fungsi operatif dan fungsi
paragmatik. Fungsi vokatif dapat terlihat pada pengumuman-pengumuman, petunjuk, publiksi,
propaganda, tulisan-tulisan persuasif dan lain sebagainya.
Yang terbersit dalam fungsi vokatif adalah bahasa merupakan hubungan antara penulis dan
pembacanya yang terwujud dalam hubungan gramatika yang telah ditentukan secara sosial
ataupun personal. Adapun cirinya adalah bahasanya bersifat langsung dan dapat dipahami
dengan mudah oleh pembaca atau pendengarnya.
4.
Bahasa menjalankan fungsi estetika
Fungsi ini berkaitan erat dengan rasa keindahan “sense of beauty”yang mungkin terpancar lewat
untaian bunyi pada puisi, lagu dan sebagainya. Fungsi ini terwujud, selain dari yang disebutkan
sebelumnya, juga melalui ritme, keselarasan, kontras kalimat, klausa dan kata atau diksi.
Dalam hal bunyi, misalnya aliterasi, anomatope, asonansi, rima, intonasi dan tekanan nada,
berperan sekali dalam melahirkan fungsi estetik.
5.
Bahasa memiliki fungsi fatik
Fungsi fatik lebih diarahkan untuk memelihara hubungan yang akrab dengan lawan bicara.
Fungsi fatik biasanya hadir dalam frasa-frasa baku dalam bahasa lisan seperti: apa kabar, selamat
pagi, selamat berjuang dan sebagainya. Adapun dalam bahasa tulis, sering kita temukan fungsi
fatik dalam ungkapan seperti: sudah barang tentu, tidak diragukan lagi dan lain sebagainya.
6.
Bahasa menjalankan fungsi metalingual
Fungsi ini lebih mengacu pada kemampuan bahasa dalam menjelaskan atau menamakan dan juga
mengomentari sifat-sifatnya sendiri. Dengan kata lain bahwa bahasa bebicara tentang dirinya
sendiri. Fungsi ini sering diwakili dengan istilah gramatika seperti:menangis itu verba, kapur itu
nomina, bagus itu adjektiva dan lain-lain. Selain itu terdapat ungkapan-ungkapan seperti: dalam
pengertian luas, terkadang hal itu dinamakan, sejujurnya, secara literal dan sebagainya.
B. Sistem Dan Struktur Bahasa
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan seharihari dengan makna „cara‟ atau
„aturan‟, seperti dalam kalimat “Kalau tahu sistemnnya, tentu mudah mengerjakannya”. Dalam
kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau
komponen yang satu dengan lainnya dan berhubungan secara fungsional. Sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara
teratur. Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak atau tak beraturan. Untuk
mendapat pengertian yang lebih baik, kita ambil contoh yang konkret, yaitu sebuah sepeda.
Sebuah sepeda dapat berfungsi kalau unsur atau komponennya (roda, rantai, kemudi, dan
sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau tempatnya. Kalau komponennya tidak terletak pada
tempat yang seharusnya, meskipun secara keseluran tampaknya utuh, maka sepeda itu tak dapat
berfungsi karena susunannya tidak membentuk sebuah sistem.
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut
pola tertentu yang berulang, dan memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah satu unsur
saja tidak muncul, keseluruhan unsur itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai
contoh bila kita menemukan kalimat berikut 1) 2) melompatlah kucing itu ke meja. Kemudian
kucing itu melompatlah ke meja. Kita secara intuisi, sebagai penutur bahasa Indonesia, akan tahu
bahwa deretan (1) adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar
menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, deretan (2) bukan kalimat bahasa
Indonesia yang baik karena tidak tersusun menurut pola aturan atau sistem bahasa Indonesia.
Pola-pola sistem dapat kita pelajari. Karena itu kita akan tahu kalau sudah kita pelajari, apakah
suatu kalimat adalah bahasa Indonesia yang benar atau tidak. Kita juga bisa mengenali suatu
kalimat bahasa Indonesia yang benar atau tidak meskipun ada unsur yang ditaanggalkan.
Misalnya: Ibu a mem... b seekor ...... c d Pada konstruksi (3) diatas unsur „b ‟ dan „d ‟
dihilangkan sebagian namun, sebagai penutur bahasa Indonesia kita dapat memahami dari
polanya, bahwa konstruksi (3) itu adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia yang baik. Kita juga
dapat meramalkan bagian „b‟ yang dihilangkan, pasti sebuah kata yang dimulai dengan
konsosnan /b/, mungkin beli, bakar, atau bunuh. Bagian „d‟ yang dihilangkan juga dapat
diramalkan berupa nama binatang, mungkin ikan, kucing, atau tikus.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis,
artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-subsistem; atau sistem dibawahnya. Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi,
subsistem morfologi subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Subsistem bahasa, terutama
subsistem fonologi, subsistem morfologi, dan subsistem sintaksis tersususn secara hierarkis
(mempunyai susunan atau struktur). Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
terkait dengan subsistem semantik sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem
semantik berada diluar ketiga subsistem struktural itu.
Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran
bahasa. Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi; tataran morfem dan kata masuk
dalam bidang kajian morfologi; tataran frase, klausa, kalimat, dan wacana masuk dalam bidang
kajian sintaksis. Tetapi perlu dicatat, bahwa kata selain dikaji dalam morfologi juga dikaji dalam
sintaksis. Dalam morfologi, kata menjadi satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis kata
menjadi satuan terkecil. Dalam kajian morfologi kata itu dikaji secara struktur dan proses
pembentukannya, sedangkan dalam sintaksis dikaji sebagai unsur pembentukan satuan sintaksis
yang lebih besar.
Perlu dicatat pula, kajian linguistik itu sendiri dibagi dalam beberapa tataran, yaitu tataran
fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Tataran
morfoloi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi, yang disebut, tataran gramatikal atau
tata bahasa. Secara hierarki, tataran bahasa itu dapat dibagankan menjadi seperti berikut: Wacana
Kalimat Klausa Sintaksis Frase Gramatikal Kata Morfem Morfologi Fonem Fon Fonologi
Penguasaan terhadap bahasa adalah hal yang sangat penting melebihi atribut apapun. Tetapi
apakah bahasa itu? Maka, jawaban dari pertanyaan diatas haruslah berkenaan dengan “sosok”
bahasa itu, bukan tentang fungsi atau lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana dan
juga Djoko Kentjono “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri”. Dapat dilihat diatas bahwa definisi bahasa menurut dua pakar lebih ditekankan pada ciri
bahasa itu sendiri. Kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri yang hakiki dari bahasa, salah
satunya adalah bahasa sebagai sebuah sistem. Kata sistem sudah biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dengan makna „cara‟ atau „aturan‟, dalam kaitan dengan keilmuan,
sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau
berfungsi. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri dari unsurunsur atau komponenkomponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu yang
berulang, dan memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah satu unsur saja tidak muncul,
keseluruhan unsur itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai sebuah sistem, bahasa
itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis,
artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau
sistem dibawahnya. Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem
morfologi subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Jenjang subsistem ini dalam linguistik
dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa.
C.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana
komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Tarigan (1990:2-3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar hakikat bahasa, yaitu bahasa
adalah suatu sistem, bahasa adalah vokal, bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari,
setiap bahasa bersifat unik, (bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan, bahasa ialah alat
komunikasi, bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan bahasa itu berubah-ubah.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
Bill Adams : Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah
konteks inter-subjektif
Bloch & Trager : Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem
itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
Carrol : Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa
yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar
individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada bendabenda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia
Ferdinand De Saussure : Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok
yang lain
Mc. Carthy : Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan
berpikir
Plato : Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang
dalam arus udara lewat mulut
Sudaryono : Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga
ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya
kesalahpahaman.
William A. Haviland : Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan
tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa
itu
Wittgenstein : Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan
realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur – unsur :
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya
berdasarkan
kesepakatan
3. Lambang – lambang tersebut bersifat arbiter (Kesepakatan) digunaka secara berulang dan
tetap
4.
Sistem
lambang
tersebut
bersifat
terbatas,
tetapi
produktif
5. Sistem lambang bersifat unix, khas, dan tidak sama dengan bahasa lain
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal
Fungsi Bahasa
Sebenarnya ada banyak pendapat linguis tentang fungsi bahasa dalam tradisi linguistik. Karena
banyak arti dalam bahasa itu sendiri pada penggunaannya dalam manusia sehari-hari. Bahasa
merupakan media untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep maupun perasaan.
Pada abad pertangahan (500-1500 M) studi bahasa kebanyakn dilakukan oleh para ahli logika
ataupun ahli filsafat. Mereka menitik-beratkan penyelidikan bahasa-bahasa pada satuan-satuan
kalimat yang dapat dianalisis sebagai alat untuk menyatakan preposisi benar atau salah.
Namun terdapat beberapa hal yang perlu dipertanyakan kembali tentang pendekatan tersebut,
apakah bentuk ekspresi, kesenangan, pertanyaan juga merupakan dikotomi salah benar?
Dalam logika, kalimat yang memiliki nilai benar atau salah hanyalah kalimat deklaratif saja, atau
menggunakan bahasa hanya untuk membuat pernyataan salah atau benar saja sesuai dengan
pikiran kita. Dalam berintraksi dan berkomunikasi, pikiran hanyalah satu bagian dari sekian
banyak informasi yang akan disampaikan.
Berbicara lebih lanjut tentang fungsi bahasa, H. A. K. Halliday dalam bukunyaExploration Of
The Function Of Language menyebutkan terdapat tujuh fungsi bahasa sebagai berikut:
1.
Bahasa memerankan fungsi instrumental, yang berarti bahwa bahasa itu merupakan
penyebab terjadinya suatu peristiwa. Fungsi ini dapat terlihat jelas pada pemakaian bahasa
ketika seseorang memerintah, baik secara langsung maupun tidak.
2.
Bahasa memerankan fungsi untuk mengatur dan mengendalikan berbagai peristiwa. Fungsi
ini disebut dengan the regulatory function yang merupakan fungsi untuk mengatur dan
mengendalikan orang lain atau untuk menyetir orang lain. Bahasa hukum yang memuat pasalpasal beserta kandungannya merupakan contoh fungsi bahasa yang berkaitan dengan the
regulatory system.
3.
Bahasa juga berfungsi untuk membuat pernyataan, menyampaikan fakta-fakta,
pengetahuan, menjelaskan atau menggambarkan realitas yang sebenarnya. Tugas ini disebut the
representational function.
4.
Bahasa berfungsi sebagai the interactional function. Artinya, bahwa bahasa bermanfaat
untuk melanggengkan komunikasi atau hubungan antar sesama. Agar komunikasi berjalan
dengan lancar, maka diperlukan pengetahuan mengenai logat, bahasa, jargon, lelucon, cerita
rakyat, adat istiadat dan lain-lain.
5.
Bahasa melakukan fungsi the personal function. Artinya, bahasa merupakan alat untuk
mengekspresikan dirinya, mengungkapkan sesuatu tentang dirinya dan sekaligus tentang hal lain.
Juga dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan emosinya dan reaksi-reaksi lainnya.
6.
Bahasa merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Artinya bahwa bahasa
memerankan fungsi the heuristic function. Fungsi ini sering terwujud dalam bentuk pertanyaan
yang memang membutuhkan jawaban seperti: mengapa, bagaimana, dimana dan lain-lain.
7.
Dan yang terakhir, bahasa berfungsi sebagai alat untuk berimajinasi yang juga disebut
dengan the imaginative function. Artinya bahwa bahasa mampu menciptakan ide-ide yang nonfaktawi seperti ketika mengisahkan cerita-cerita, karya sastra dan lain sebagainya.
Selain Halliday, terdapat pula linguis lain yang berpendapat tentang fungsi bahasa yaitu Jacobson
(1960) yang merupakan pionir aliran linguistik praha. Menurutnya, terdapat enam fungsi bahasa
yaitu: (1) fungsi eksresif atau emotif, (2) fungsi referensial, (3) fungsi estetik atau puistik, (4)
fungsi fatik, (5) fungsi metalingual dan (6) fungsi direktif atau konatif.
Kemudian searah dengan Jacobson, Karl Buhler menjelaskan pula beberapa fungsi bahasa
menurut pendapatnya terbagi menjadi enam bagian sebagai berikut:
1.
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berekspresi
Yaitu manusia dapat mengungkapkan dirinya lepas dari tujuannya. Fungsi ini dapat dilihat pada
bahasa-bahasa yang dipakai pengarang dalam sastra, baik novel, cerpen, drama dan lain-lain.
Yang terpenting pada fungsi ini adalah ide dan gagasan dari pengarang atau penulis. Selain itu
fungsi ekspresif bahasa dapat dilihat pada pernyataan otoritatif seperti pidato-pidato politik,
dokumen-dokumen tokoh, karya ilmiah dan lain-lain.
2.
Bahasa berfungsi untuk memberikan informasi
Fungsi ini disebut juga dengan the informative function yang sering kita temukan dalam bukubuku pelajaran, surat kabar, majalah dan lain sebaginya. Fungsi ini bercirikan bahasa yang
bersifat non-regional, non-idiolek, formal, teknis dan netral.
3.
Bahasa menjalankan fungsi vokatif
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi konatif, fungsi instrumental, fungsi operatif dan fungsi
paragmatik. Fungsi vokatif dapat terlihat pada pengumuman-pengumuman, petunjuk, publiksi,
propaganda, tulisan-tulisan persuasif dan lain sebagainya.
Yang terbersit dalam fungsi vokatif adalah bahasa merupakan hubungan antara penulis dan
pembacanya yang terwujud dalam hubungan gramatika yang telah ditentukan secara sosial
ataupun personal. Adapun cirinya adalah bahasanya bersifat langsung dan dapat dipahami
dengan mudah oleh pembaca atau pendengarnya.
4.
Bahasa menjalankan fungsi estetika
Fungsi ini berkaitan erat dengan rasa keindahan “sense of beauty”yang mungkin terpancar lewat
untaian bunyi pada puisi, lagu dan sebagainya. Fungsi ini terwujud, selain dari yang disebutkan
sebelumnya, juga melalui ritme, keselarasan, kontras kalimat, klausa dan kata atau diksi.
Dalam hal bunyi, misalnya aliterasi, anomatope, asonansi, rima, intonasi dan tekanan nada,
berperan sekali dalam melahirkan fungsi estetik.
5.
Bahasa memiliki fungsi fatik
Fungsi fatik lebih diarahkan untuk memelihara hubungan yang akrab dengan lawan bicara.
Fungsi fatik biasanya hadir dalam frasa-frasa baku dalam bahasa lisan seperti: apa kabar, selamat
pagi, selamat berjuang dan sebagainya. Adapun dalam bahasa tulis, sering kita temukan fungsi
fatik dalam ungkapan seperti: sudah barang tentu, tidak diragukan lagi dan lain sebagainya.
6.
Bahasa menjalankan fungsi metalingual
Fungsi ini lebih mengacu pada kemampuan bahasa dalam menjelaskan atau menamakan dan juga
mengomentari sifat-sifatnya sendiri. Dengan kata lain bahwa bahasa bebicara tentang dirinya
sendiri. Fungsi ini sering diwakili dengan istilah gramatika seperti:menangis itu verba, kapur itu
nomina, bagus itu adjektiva dan lain-lain. Selain itu terdapat ungkapan-ungkapan seperti: dalam
pengertian luas, terkadang hal itu dinamakan, sejujurnya, secara literal dan sebagainya.
B. Sistem Dan Struktur Bahasa
Kata sistem sudah biasa digunakan dalam kehidupan seharihari dengan makna „cara‟ atau
„aturan‟, seperti dalam kalimat “Kalau tahu sistemnnya, tentu mudah mengerjakannya”. Dalam
kaitan dengan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau
komponen yang satu dengan lainnya dan berhubungan secara fungsional. Sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara
teratur. Bahasa bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara acak atau tak beraturan. Untuk
mendapat pengertian yang lebih baik, kita ambil contoh yang konkret, yaitu sebuah sepeda.
Sebuah sepeda dapat berfungsi kalau unsur atau komponennya (roda, rantai, kemudi, dan
sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau tempatnya. Kalau komponennya tidak terletak pada
tempat yang seharusnya, meskipun secara keseluran tampaknya utuh, maka sepeda itu tak dapat
berfungsi karena susunannya tidak membentuk sebuah sistem.
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut
pola tertentu yang berulang, dan memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah satu unsur
saja tidak muncul, keseluruhan unsur itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai
contoh bila kita menemukan kalimat berikut 1) 2) melompatlah kucing itu ke meja. Kemudian
kucing itu melompatlah ke meja. Kita secara intuisi, sebagai penutur bahasa Indonesia, akan tahu
bahwa deretan (1) adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar
menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, deretan (2) bukan kalimat bahasa
Indonesia yang baik karena tidak tersusun menurut pola aturan atau sistem bahasa Indonesia.
Pola-pola sistem dapat kita pelajari. Karena itu kita akan tahu kalau sudah kita pelajari, apakah
suatu kalimat adalah bahasa Indonesia yang benar atau tidak. Kita juga bisa mengenali suatu
kalimat bahasa Indonesia yang benar atau tidak meskipun ada unsur yang ditaanggalkan.
Misalnya: Ibu a mem... b seekor ...... c d Pada konstruksi (3) diatas unsur „b ‟ dan „d ‟
dihilangkan sebagian namun, sebagai penutur bahasa Indonesia kita dapat memahami dari
polanya, bahwa konstruksi (3) itu adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia yang baik. Kita juga
dapat meramalkan bagian „b‟ yang dihilangkan, pasti sebuah kata yang dimulai dengan
konsosnan /b/, mungkin beli, bakar, atau bunuh. Bagian „d‟ yang dihilangkan juga dapat
diramalkan berupa nama binatang, mungkin ikan, kucing, atau tikus.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis,
artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-subsistem; atau sistem dibawahnya. Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi,
subsistem morfologi subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Subsistem bahasa, terutama
subsistem fonologi, subsistem morfologi, dan subsistem sintaksis tersususn secara hierarkis
(mempunyai susunan atau struktur). Ketiga subsistem itu (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
terkait dengan subsistem semantik sedangkan subsistem leksikon yang juga diliputi subsistem
semantik berada diluar ketiga subsistem struktural itu.
Jenjang subsistem ini dalam linguistik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran
bahasa. Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi; tataran morfem dan kata masuk
dalam bidang kajian morfologi; tataran frase, klausa, kalimat, dan wacana masuk dalam bidang
kajian sintaksis. Tetapi perlu dicatat, bahwa kata selain dikaji dalam morfologi juga dikaji dalam
sintaksis. Dalam morfologi, kata menjadi satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksis kata
menjadi satuan terkecil. Dalam kajian morfologi kata itu dikaji secara struktur dan proses
pembentukannya, sedangkan dalam sintaksis dikaji sebagai unsur pembentukan satuan sintaksis
yang lebih besar.
Perlu dicatat pula, kajian linguistik itu sendiri dibagi dalam beberapa tataran, yaitu tataran
fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Tataran
morfoloi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi, yang disebut, tataran gramatikal atau
tata bahasa. Secara hierarki, tataran bahasa itu dapat dibagankan menjadi seperti berikut: Wacana
Kalimat Klausa Sintaksis Frase Gramatikal Kata Morfem Morfologi Fonem Fon Fonologi
Penguasaan terhadap bahasa adalah hal yang sangat penting melebihi atribut apapun. Tetapi
apakah bahasa itu? Maka, jawaban dari pertanyaan diatas haruslah berkenaan dengan “sosok”
bahasa itu, bukan tentang fungsi atau lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana dan
juga Djoko Kentjono “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri”. Dapat dilihat diatas bahwa definisi bahasa menurut dua pakar lebih ditekankan pada ciri
bahasa itu sendiri. Kalau dibutiri akan didapatkan beberapa ciri yang hakiki dari bahasa, salah
satunya adalah bahasa sebagai sebuah sistem. Kata sistem sudah biasa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dengan makna „cara‟ atau „aturan‟, dalam kaitan dengan keilmuan,
sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau
berfungsi. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas tentang sistem, bahasa terdiri dari unsurunsur atau komponenkomponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu yang
berulang, dan memebentuk suatu kesatuan, sehingga kalau salah satu unsur saja tidak muncul,
keseluruhan unsur itu dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai sebuah sistem, bahasa
itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis,
artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau
sistem dibawahnya. Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem
morfologi subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Jenjang subsistem ini dalam linguistik
dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa.
C.