Review Hak Asasi Manusia Tentang Isu Pen

Review Hak Asasi Manusia Tentang Isu Penyelesaian
Pelanggaran HAM Masa Orde Baru
Shella Fadhliana
fadhlianashella@students.unnes.ac.id.

DATA BUKU :
Nama/ Judul Buku

: POLITIK HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Penulis/ Pengarang

: Dr. Suparman Marzuki

Penerbit
Tahun Terbit
Kota Terbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN Buku


: Erlangga
: 2014
: Jakarta 13740
: Bahasa Indonesia
: 279 Halaman
: 978-602-241-862-7

PEMBAHASAN REVIEW :
Mempelajari tentang Hak Asasi Manusia (HAM), terutama soal
penyelesaian pelanggaran yang terjadi di masa orde baru pada negaranegara transisi dari rezim otoritarian ke demokrasi menjadi salah satu materi
kajian yang banyak dilakukan di berbagai negara yang mengalami transisi
politik demikian.
Buku ini adalah sebagian revisi kecil dari disertasi penulis yang
mengangkat riset tentang Politik Hukum HAM dan penyelesaian pelanggaran
berat HAM di Timor Timur dan Tanjung Priok. Telah diketahui, berakhirnya
kekuasaan otoritarian orde baru diikuti oleh desakan dari elemen-elemen
demokrasi dalam negeri maupun Internasional agar pemerintah yang

menggantikan Soeharto melakukan langkah-langkah politik dan hukum
untuk mengakhiri


anasir-anasir kekuasaan otoritarian itu sekaligus merintis jalan bagi tumbuh
kembangnya sistem politik yang demokratis, tegaknya negara hukum, dan
kuatnya perlindungan hak asasi manusia.
Pemerintahan Habibie yang menggantikan Soeharto mencabut
berbagai peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan prinsip
demokrasi, negara hukum, dan hak asasi manusia , terutama
pemberangusan hak-hak sipil dan politik warga negara.
Jalan baru yang coba didesakkan oleh kekuatan pro-demokrasi itu meman
membuahkan hasil. Banyak peraturan perundang-undangan peninggalan
orde lama dan orde baru yang dicabut, bersamaan dengan dibuatnya
peraturan perundang-undangan baru yang membuka jalan bagi proses
demokratisasi, pembangunan negara hukum, dan perlindungan hak asasi
manusia. Konfgurasi politik di DPR dan pemerintahan pasca orde baru yang
tampak mencemminkan dominasi kekuatan pro-demokrasi pada kenyataan
tidak lah demikian, kekuatan poliitik lama yang didukung militer memainkan
peran-peran strategis di berbagai level, terutama di parlemen dan
pemerintah. Melalui buku ini penulis mencoba menunjukkan bagaimana
pergulatan politik hukum HAM era reformasi.
Buku ini terdiri dari 6 bab yang diantaranya membahas pergulatan

politik Hukum HAM. Di bab ini kajian-kajian sosial mengenai hukum ataupun
demikian kritis mengenai hukum sama-sama berasumsi bahwa hukum tidak
terletak di dalam ruang hampa. Hukum tidak dapat eksis sehingga tidak
dapat dipelajari dalam ruang yang vakum. Hukum terletak dalam ruang
sosial yang dipengaruhi kekuatan-kekuatan diluar hukum. Bagi kalangan
instrumentalis, hukum bahkan dianggap melulu sebagai instrument yang
mengabdi kepada kepentingan kelompok berkuasa.
Dalam perspektif politik, perjumpaan kepetingan poltik dan hukum
positif yang makin kuat pada negara-negara modern, terutama negaranegara yang merdeka setelah Perang Dunia II telah melahirkan apa yang
disebut Roberto Mangabeira Unger dengan bureaucratic law, yaitu model
hukum yang menempatkan hukum tersubordinasi di bawah kepentingan
brokrasi untuk mewujudkan modernisasi secara cepat telah mendorong
kekuasaan menjadi super ordonansi di atas hukum. Dalam studinya, Mahfud
mengambil perspektif yang kedua.
Dalam hubungan tolak tarik antara politik dan hukum, hukumlah yang
terpengaruh oleh politik karena subsistem politik memiliki konsenttrasi

energy yang lebih besar daripada hukum. Dengan demikian, pembuatan dan
pelaksanaan undang-undang HAM di era apapun, baik era demokratis,
otoritarian , maupun reformasi atau transisi tetap relevan dan signifkan

menggunakan toeri konfgurasi potik karena pembuatan undang-undang
memang berlangsung di dalam dan dengan proses politik.

Lalu, buku ini membahas soal demokrasi hak asasi manusia pula.
Gerakan demokrasi yang disuarakan secara bersama-sama dengan gerakan
HAM menjadi gelombang gerakan besar pembebasan manusia dan warga
negara dari dominasi dan hegemoni rezim otoritarian, yang pada akhirnya
berhasil menumbangkan rezim otoritarian, yang pada akhirnya berhasil
menumbangkan reszim otoritarian atau otokrasi di belahan Amerika Latin,
Eropa Timur, Afrika, dan Asia tersebut diikuti pula oleh gelombang gerakan
masyarakat sipil yang meinta penguasa baru meletakkan HAM sebagai
paradigma kebijakan poltik dan hukum di negara yang bersangkutan.
Prinsip negara hukum dan demokrasi merupakan hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dengan konsep HAM. Konsep HAM, negara hukum dan demokrasi
merupakan interplay satu sama lain. HAM dan demokrasi tanpa hukum akan
menciptakan individualism dan egoism kelompok. Sementara negara hukum
tanpa adanya pengakuan HAM dan demokrasi menciptakan kekuasaan yang
otoriter. Kemunculan Magna Charta pada tahun 1215 telah mendorong nilainilai demokrasi semakin konkret dalam memformulasikan hubungan rakyat
dan kekuasaan sebagaiman tercermin dalam dua pesan utama Magna
Charta yang berjangkauan luas, yaitu kekuasaan pemerintahan terbatas dan

HAM lebih tinggi daripada kedaulatan raja.berbagai upaya demokratisasi
yang marak dewasa ini lebih dilandasi oleh alasan untuk memperbaiki
kebangkrutan dan kebobrokan negara, serta mengajar ketertinggalannya
dengan negara-negara lain yang sukses secara ekonomi politik melalui
penerapan sistem politik demokrasi.
Pertarungan kepentingan anatara pendukung rezim lama, yaitu militer
dan birokrasi sipil yang menyangga administrasi kekuasaan, berhadapan
dengan kekuatan pro demokrasi, cenderung menghasilkan kompromikompromi politik. Terlebih lagi jika rezim masa lalu itu menangggung dosa
hukum dan politik, seperti korupsi dan pelanggaran HAM yang serius, tentu
agen-agen rezim toritarian masa lalu tidak akan membiarkan gelombang
demokrasi menuju penataan sistem politik demokratis itu spenuhnya dalam
scenario merebut kembali kekuasaan denga cara kudeta. Baying-bayang
itulah yang mengantarkan kekuatan rezim lama dan rezim baru menuju meja
perundingan untuk menegoisasikan kemungkinan-kemungkinan politk dan
hukum terhadap dosa-dosa rezim sebelumnya itu.

Transisi demokrasi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negaranegara transisional lainnya, yaitu sama-sama keluar dari sistem otoritarian
dan diliputi oleh masa lalu pelanggaran HAM yang berat.
Akibatnya relative sama, yang menginginkan pelanggaran HAM masa lalu itu
diselesaikan sebagian dari transisi dan konsolidasi demokrasi. Di dalam buku

ini telah menceritakan transisi politik era orde lama ke orde baru.
Di bab selanjutnya ada negara hukum dan hak asasi manusia.
Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait
konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara hukum sesungguhnya yang
memerintah adalah hukum, bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai
kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang berpuncak pada konstitusi.
Supremasi konstitusi disamping merupakan pelaksanaan demokrasi karena
konstitusi adalah wujud sosial tertinggi.
Penerimaan Indonesia sebagai prinsip negara hukum ini sejak awal
telah terwujud dalam pembukaan, batang tubuh dan bunyi penjelasan UUD
1945. Telah kita ketahui di dalam UUD 1945 menyebutkan adanya prinsip
demokrasi dan pengakuan serta perlindungan HAM merupakan bukti bahwa
Indonesia menganut prinsip hukum dan demokrasi. Di dalam buku ini bab ini
menjelaskan bahwa negara hukum di era modern sekarang ini memang
tidak tepat lagi kalau menempatkan negara dan pemerintahannya sebagai
institusi pasif, yang kewenangannya dikerangka atau dibingkai dengan
hukum agar tidak melakukan penyelahgunaan wewenang atau kekuasaan
secara langsung dengan sengaja sebagaiman watak kekuasaan abad
pertengahan. Penyalahgunaan wewenang aatu kekuasaan negara atu
pemerintah pada abad modern bisa terjadi karena tindakan pembiaran ,

kelalaian melakukan tindakan pencegahan, kesalahan kebijakan yang
menimbulkan kesewenang-wenangan, atau secara sengaja membiarkan
negara dan pemerintah tidak terkontrol sehingga menyalahgunakan
wewenang dan kekuasaan dalam berbagai bentuk dan akibat.
Selanjutnya bab tentang konfgurasi politik pasca orde baru. Di dalam
bab ini tealh di uraikan soal konfgurasi politik setelah kejatuhan Soeharto
adalah konfgurasi poltik orde baru. Kebijakan kabinet reformasi
pembangunan di atas menjadi kerangka dan prosedur terbentuknya hukumhukum responsive atau hukum-hukum yang berorientasi pada keentingan
rakyat, menggantikan hukum-hukum represif yang berorientasi pada
penguatan negara atau kekuasaan. Parlemen yang maish dihuni oleh
mayoritas pendukung rezim orde baru, serta kabinet reformasi pembanguna
yang juga masih diisi oleh elit-elit pendukung rezim yang sama,
mengeluarkan kebijaka-kebijakan hukum, baik berupa Tap MPR, undangundang ataupun kepres yang akan menjadi landasan bangunan konfgurasi
politik demokratis. Di bab ini telah ditunjukkan pula tabel perolehan kursi
DPR RI pada pemilu 1999.

Di bab selanjutnya ada bab tentang politik Hukum HAM di era
reformasi. Di bab politik hukum HAM ini telah membahas soal produk hukum
dan produk hukum HAM penyelesaian penyelenggaraan HAM masa lalu.
Dalam bab ini Mengenai produk hukum di era reformasi, meneybutkan

bahwa ada yang bersifat hukum umum yang substansinya merupakan
kondisional bagi penghormatan dan perlindungan HAM. Hukum umum yang
dimaksud dalam materi ini misalnya peraturan perundang-undangan di
bidang politik, keamanan, penataan peran, kewenangan dan hubungan
TNI/Polri, serta bidang kehakiman. Pada bab ini telah disajikan terlebih
dahulu data-data produk hukum umum, hukum HAM , dan institusi-institusi
yang dibuat di empat pemerintahan reformasi secara urut sesuai bentuk dan
peraturan perundang-undangannya. Kemudian, dilakukan analisis guna
mengetahui baaimana konteks politik dan keadilan transisisonal, bagaimana
kewenagan institusi pelaksana hukum HAM, serta bagaimana keselruhuna
produk hukum HAM dan institusi tersebut dibuat di masa empat
pemerintahan pasca Soeharto.

Di bab yang terakhir ini menjelaskan tentang politik hukum HAM di era
Demokrasi. Di dalam bab ini mengingat peran Politik Hukum HAM untuk
menyelesaikan pelanggaran HAM yang telah dilalui di masa lalu yang gagal
itu harus dimaknai secara refektif dan objektif untuk merumuskan politik
hukum HAM di Indonesia ke depan di era demokratis agar peristiwa tidak
terulang. Era Reformasi juga telah melahirkan perubahan-perubahan penting
lainnya yang kontributif terhadap penghormatan dan perlindungan HAM di

masa depan terutama, perubahan UUD 1945.
Buku ini telah menjelaskan bagaimana perjalanan politik hukum HAM
dari zaman orde baru sampai Indonesia di era demokrasi. Buku ini sangat
mudah dipahami karena telah di lampiri data-data di era yang dibahas yang
membantu pembaca untuk menyampaikan isi buku tersebut.