Gugus Deret Distribusi dan Perubahan Fon (1)
GUGUS, DERET, DISTRIBUSI, DAN PERUBAHAN FONEM
BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen pengampu Ardi Mulyana H., S.Pd., M.Hum.
Disusun oleh :
Kelompok IV
Kelas 1 – B
Inggit Anggela
16213005
Nova Sukandar
16213015
Siti Maryam
16213014
Titin Siti Nurjanah
16213016
Trias Amalia Sugiharti
16213012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2017
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia lazim dikatakan sebagai bagian dari kajian
linguistik, yang sebelumnya dipelajari oleh mahasiswa pada semester satu, yang membahas,
mempelajari, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alatalat ucap manusia. Di mana pada dasarnya mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia ini terbagi
atas tiga materi yang membahas struktur bahasa secara sistematis, yaitu fonetik, fonemik, dan
grafemik. Dengan tujuan memberi bekal untuk dapat mengikuti dan memahami mata kuliah
kebahasaan berikutnya, oleh karena itu diharapkan dapat membantu mahasiswa yang
mempelajari ilmu kebahasaan sehingga tidak mendapatkan kesulitan di mata kuliah
kebahasaan lainnya.
Judul dari makalah yang akan kami presentasikan adalah “Gugus, Deret, Distribusi,
dan Perubahan Fonem Bahasa Indonesia”, di mana materi yang akan kami bahas merupakan
salah satu sub kajian fonologi, yaitu fonem sebagai objek kajian fonemik.
Seperti pepatah yang mengatakan “tidak ada gading yang tak retak”, begitu pula
dengan kajian yang kami jabarkan dalam makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan segala
keterbatasan yang kami miliki. Kami hanya dapat berusaha semaksimal yang kami bisa dan
hasilnya kami sandarkan kepada Allah Swt, yang Maha Mengetahui dan Maha Besar, yang
pada-Nya kami memohon segala petunjuk dan bimbingan. Semoga apa yang kita lakukan
Allah Swt jadikan sebagai pencerah pola pikir sehingga akan banyak mengubah paradigma
menuju arah kemajuan dan keadaan yang lebih baik.
Garut, 31 Mei 2017
Penulis
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 1
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan .............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
A. Fonem sebagai Objek Kajian Fonemik ........................................................................... 4
B. Gugus Fonem ................................................................................................................... 4
1.
Gugus Fonem Vokal (Diftong) .................................................................................... 4
2.
Gugus Fonem Konsonan (Klaster) .............................................................................. 4
C. Deret Fonem .................................................................................................................... 5
1.
Deret Fonem Vokal ...................................................................................................... 5
2.
Deret Fonem Konsonan ............................................................................................... 6
D. Distribusi Fonem ............................................................................................................. 7
1.
Distribusi Fonem Vokal ............................................................................................... 7
2.
Distribusi Fonem Konsonan ........................................................................................ 8
3.
Distribusi Fonem Diftong atau Gugus Vokal .............................................................. 9
4.
Distribusi Fonem Klaster atau Gugus Konsonan ....................................................... 10
E. Perubahan Fonem .......................................................................................................... 11
1.
Akibat Adanya Koartikulasi ...................................................................................... 11
2.
Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan ......................................................................... 12
3.
Akibat Distribusi ........................................................................................................ 13
4.
Akibat Proses Morfologi ............................................................................................ 14
5.
Akibat Perkembangan Sejarah ................................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 2
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan berkomunikasi kita pasti
sering mendengarkan berbagai bunyi bahasa. Apabila dalam kajian linguistik, peristiwa
seperti itu akan dikaji oleh salah satu kajiannya, yaitu fonemik dengan objek kajiannya
fonem, yakni satuan bunyi terkecil yang dapat memperlihatkan perbedaan makna kata. Di
mana jika bunyi dalam kata itu membedakan makna, maka bunyi tersebut dikatakan
fonem, dan sebaliknya, jika tidak membedakan makna, maka bunyi tersebut dikatakan
bukan fonem.
Sehingga sebagai objek kajian fonemik, fonem memiliki beberapa prosedur atau
kajian untuk dapat menentukan fonem dalam suatu bahasa. Beberapa di antaranya adalah
mengkaji mengenai gugus fonem, deret fonem, distribusi fonem, dan perubahan fonem.
Selain itu, untuk memperkuat pemahaman dasar, akan dibahas terlebih dahulu mengenai
fonem sebagai objek kajian fonemik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka kami ringkas dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana fonem menjadi objek kajian fonemik?
Apa itu gugus fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Apa itu deret fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Apa itu distribusi fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Bagaimana pengaruh perubahan fonem terhadap sebuah morfem?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
Dapat mengetahui dan memahami fonem sebagai objek kajian fonemik.
Dapat mengetahui dan memahami gugus fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami deret fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami distribusi fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami pengaruh perubahan fonem dan pengaruhnya pada
morfem.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 3
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonem sebagai Objek Kajian Fonemik
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya, fonologi merupakan bagian dari kajian
linguistik, sementara fonemik merupakan kajian dari fonologi dengan objek kajiannya
fonem. Berbeda dengan fon yang merupakan objek kajian dari fonetik, dalam kajian
fonemik bunyi bahasa diperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Sehingga, kajian
fonemik ini masih terlibat dalam kajian morfologi. Karena sama-sama berkaitan, di mana
fonem akan menentukan makna dari sebuah morfem.
B. Gugus Fonem
Gugus fonem adalah dua buah fonem yang berbeda tapi berada dalam sebuah silabel
atau suku kata. Gugus fonem dibagi dua, yaitu gugus vokal dan gugus konsonan. Berikut
penjelasan mengenai gugus fonem vokal dan gugus konsonan :
1. Gugus Fonem Vokal (Diftong)
Gugus fonem vokal atau gugus vokal dapat disebut juga dengan diftong. Sejauh ini
diftong atau gugus vokal bahasa Indonesia adalah :
Gugus vokal [ai] pada morfem san-tai, pan-tai, gu-lai, adu-hai, ba-gai.
Gugus vokal [au] pada morfem pu-lau, se-ngau, ba-gau, ba-kau, ang-pau.
Gugus vokal [oi] pada morfem se-koi, am-boi, in-de-hoi, ko-boi, kon-voi.
Gugus vokal [ei] pada morfem sur-vei, ar-bei, pe-rei, mur-bei, am-bei-en.
2. Gugus Fonem Konsonan (Klaster)
Gugus fonem konsonan atau gugus konsonan dapat disebut juga dengan klaster.
Sejauh ini klaster atau gugus konsonan bahasa Indonesia adalah :
Gugus konsonan [br] pada morfem brahma, Brail-le, bri-lian, am-brol.
Gugus konsonan [bl] pada morfem blang-ko, blas-ter, bla-zer, gem-bleng.
Gugus konsonan [by] pada morfem am-byar, gam-byong, gom-byok.
Gugus konsonan [dr] pada morfem dra-ma, dra-ku-la, an-dra-go-gi, ban-drek.
Gugus konsonan [dw] pada morfem dwi-dar-ma, dwi-ba-ha-sa, dwi-ar-ti.
Gugus konsonan [dy] pada morfem wa-no-dya.
Gugus konsonan [fl] pada morfem in-fla-si, flam-bo-yan, in-flu-en-za, kon-flik.
Gugus konsonan [fr] pada morfem fra-ter, frak-si, dia-frag-ma, in-fra-so-nik.
Gugus konsonan [gl] pada morfem glo-bal, gla-mor, epi-glo-tis, gli-ko-gen.
Gugus konsonan [gr] pada morfem gra-fis, gra-fem, alo-graf, apo-graf.
Gugus konsonan [kl] pada morfem kla-sik, kli-nik, an-ti-klor, cong-klak.
Gugus konsonan [kr] pada morfem kri-tik, kre-a-tif, bi-ro-kra-si, de-mo-kra-si.
Gugus konsonan [ks] pada morfem eks-hi-bi-si, eks-klu-sif, eks-po-nen.
Gugus konsonan [kw] pada morfem kwa-si-or-kor, kwe-ti-au, kwar-tir.
Gugus konsonan [pr] pada morfem pri-ba-di, pra-du-ga, pra-da-na, pra-bu.
Gugus konsonan [ps] pada morfem psi-ko-log, psi-ko-pat, bi-seps, ek-lips.
Gugus konsonan [sl] pada morfem slo-gan, sle-bor, kor-sle-ting, om-slah.
Gugus konsonan [sp] pada morfem spon-tan, spe-si-al, ek-so-spo-ra, ek-span-si.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 4
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
Gugus konsonan [sr] pada morfem sri-pah, sri-kan-di, swa-sra-ya.
Gugus konsonan [st] pada morfem stu-dio, sta-si-un, ab-stain, sta-bil, stag-nan.
Gugus konsonan [sw] pada morfem swa-da-ya, swas-ta, swa-kar-ya, swe-ter.
Gugus konsonan [sk] pada morfem ska-la, skan-dal, ae-ro-skop, mik-ro-skop.
Gugus konsonan [tr] pada morfem tra-ge-di, tra-di-si, trak-tor, can-trik.
Gugus konsonan [sy] pada morfem sya-ha-dat, sya-hid, isya-rat, khu-syuk.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda) yang terdapat dalam
bahasa Indonesia dengan jumlah gugus konsonan yang terdiri dari tiga buah
konsonan, di antaranya :
Gugus konsonan [skr] pada morfem skrip-si, skro-tum, skrin, skrip, tran-skrip.
Gugus konsonan [str] pada morfem stra-ta, stri-ker, de-mon-stran, ab-strak.
Gugus konsonan [spr] pada morfem sprin-ter, spring, sprint.
C. Deret Fonem
Deret fonem adalah dua buah fonem yang berbeda, berada dalam silabel yang
berbeda, meskipun letaknya berdampingan. Deret fonem dibagi dua, yaitu deret vokal
dan deret konsonan. Berikut penjelasan mengenai deret fonem vokal dan deret konsonan :
1. Deret Fonem Vokal
Berbeda dengan gugus fonem vokal, dalam deret fonem vokal ini, terdapat fonem
vokal yang sama dalam silabel yang berbeda, meskipun letaknya berdampingan
tetapi pelafalannya atau dibacanya tidak melebur. Adapun deret vokal bahasa
Indonesia adalah :
Deret vokal [aa] pada morfem sa-at, ta-at, je-ma-ah, ma-af, te-la-ah.
Deret vokal [au] pada morfem la-ut, da-un, ab-la-ut, ap-la-us, ba-ur, ba-ut.
Deret vokal [ai] pada morfem ka-in, ka-it, aja-ib, ba-ik, ba-it, ca-ir, ga-ib.
Deret vokal [ao] pada morfem ka-os, la-os, ta-o-ge, ca-os, mar-sa-o-leh.
Deret vokal [uu] pada morfem ku-ud, su-un, su-u-zan.
Deret vokal [ua] pada morfem lu-ar, ku-at, ak-tu-al, adi-ku-a-sa, aku-an.
Deret vokal [ue] pada morfem ku-e, cu-ek, du-et, du-el, fre-ku-en, si-lu-et.
Deret vokal [ui] pada morfem pu-ing, su-it, am-bi-gu-i-tas, bu-ih, du-it.
Deret vokal [ii] pada morfem fi-il, ri-il, ta-bi-in, idi-il.
Deret vokal [ia] pada morfem si-ar, ki-at, afi-at, ak-li-ah, ali-ah, ali-as.
Deret vokal [iu] pada morfem ti-up, li-ur, alu-mi-ni-um, at-ri-um, bi-us.
Deret vokal [io] pada morfem pi-ong, bi-o-la, ak-si-o-ma, idi-om, idi-ot.
Deret vokal [oo] pada morfem ce-mo-oh, ko-o-pe-ra-tif, ko-or-di-na-si.
Deret vokal [oa] pada morfem lo-ak, so-ak, do-ang, ko-a-la, ko-a-li-si.
Deret vokal [oi] pada morfem ko-in, po-in, bol-po-in, ego-is, he-ro-in.
Deret vokal [ee] pada morfem re-e-du-ka-si, re-ek-spor.
Deret vokal [eo] pada morfem be-o, le-o, be-ol, ke-ong, ar-ke-o-log.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 5
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Deret Fonem Konsonan
Sejauh ini deret konsonan bahasa Indonesia adalah :
Deret konsonan [bd] pada morfem sab-da, ab-da, ab-das, ab-do-men, ab-du.
Deret konsonan [bh] pada morfem syub-hat, sub-ha-na.
Deret konsonan [bl] pada morfem kib-lat, ab-la-ut, bab-las, bib-lio, cob-los.
Deret konsonan [hb] pada morfem tah-bis, mah-bub, akh-bar, ikh-bar.
Deret konsonan [hk] pada morfem mah-ka-mah, bah-kan, mah-ko-ta, ah-kam.
Deret konsonan [hl] pada morfem ah-li, akh-lak, boh-lam, dah-lia, ikh-las.
Deret konsonan [hm] pada morfem tah-mid, ah-mak, mah-mud, rah-mat.
Deret konsonan [ht] pada morfem takh-ta, bah-te-ra, ikh-ti-ar, ikh-ti-sar.
Deret konsonan [kb] pada morfem tak-bir, ak-bar, ci-luk-ba, kak-bah, mak-bul.
Deret konsonan [kl] pada morfem ik-lan, ak-la-ma-si, ak-li, bek-les, buk-let.
Deret konsonan [km] pada morfem suk-ma, ak-mal, bak-mi, hik-mah, nik-mat.
Deret konsonan [kr] pada morfem pok-rol, tak-rir, ak-rab, ak-ro-bat, cak-ram.
Deret konsonan [ks] pada morfem sik-sa, pak-sa, ab-strak-si, afek-si, ak-sa-ra.
Deret konsonan [kt] pada morfem bak-ti, buk-ti, adik-tif, ad-jek-ti-va, ak-ta.
Deret konsonan [lb] pada morfem kal-bu, tal-biah, al-bi-no, al-bum, jil-bab.
Deret konsonan [ld] pada morfem kal-du, kal-de-ra, bul-dan, fol-der, sal-do.
Deret konsonan [lk] pada morfem pal-ka, tal-kin, al-ko-hol, bal-kon, kul-kas.
Deret konsonan [lm] pada morfem hal-ma, gul-ma, del-man, il-mi-ah, il-mu.
Deret konsonan [lp] pada morfem pul-pen, bol-poin, al-pa, gol-put, knal-pot.
Deret konsonan [mb] pada morfem sam-but, tim-bul, am-bar, am-bi-si, am-bil.
Deret konsonan [mp] pada morfem sim-pan, sam-pul, cam-pak, im-por, jam-pi.
Deret konsonan [nc] pada morfem han-cur, lan-cip, an-col, ben-ca-na, ben-ci.
Deret konsonan [nd] pada morfem jan-da, tun-da, adin-da, ben-da, cen-di-ki-a.
Deret konsonan [nj] pada morfem jan-ji, tan-jung, gan-ja, gin-jal, kon-jung-si.
Deret konsonan [np] pada morfem tan-pa, pa-ran-pa-ra, non-pro-fit, stan-plat.
Deret konsonan [nt] pada morfem nan-ti, pan-tun, akun-tan, ban-tu, ben-tang.
Deret konsonan [pt] pada morfem bap-tis, adap-ta-si, he-li-kop-ter, op-ti-mis.
Deret konsonan [rb] pada morfem kar-bon, ter-bang, ger-bong, ker-bau, ver-ba.
Deret konsonan [rc] pada morfem kar-cis, mer-cu-su-ar, per-cu-ma, ar-ca.
Deret konsonan [rd] pada morfem ker-dil, kar-dus, cer-das, ar-di, la-zu-ar-di.
Deret konsonan [rg] pada morfem sur-ga, har-ga, aler-gi, ener-gi, ke-lu-ar-ga.
Deret konsonan [rh] pada morfem ber-ha-la, dir-ham, dur-ha-ka, ger-ha-na.
Deret konsonan [rj] pada morfem ter-jang, ter-jal, bor-ju-is, ker-ja, sar-ja-na.
Deret konsonan [rk] pada morfem ber-kas, har-kat, anar-ki, ber-kah, per-ka-sa.
Deret konsonan [rl] pada morfem per-lu, ar-lo-ji, ber-li-an, nir-la-ba, ter-la-lu.
Deret konsonan [rm] pada morfem nor-ma, nir-ma-la, ar-ma-da, cer-mat.
Deret konsonan [rn] pada morfem sir-na, por-no, pur-nama, cer-na, jur-na-lis.
Deret konsonan [rp] pada morfem kor-pus, cer-pen, har-pa, kar-pet, mer-pa-ti.
Deret konsonan [rs] pada morfem sir-sak, ar-sip, ber-sih, dis-tor-si, ir-syad.
Deret konsonan [rt] pada morfem ker-tas, kar-ton, an-tar-ti-ka, bar-ter, ar-ti.
Deret konsonan [sb] pada morfem tas-bih, as-bak, mas-buk, das-bor, mis-bah.
Deret konsonan [sk] pada morfem mis-kin, ris-kan, bas-ka-ra, dis-ket, las-kar.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 6
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
Deret konsonan [sl] pada morfem mus-lim, le-gis-la-tif, Is-lam, as-li, tas-lim.
Deret konsonan [sr] pada morfem mes-ra, pas-rah, has-rat, tas-rih, kis-ruh.
Deret konsonan [sp] pada morfem pus-pa, as-pal, dis-pen-sa-si, eks-por.
Deret konsonan [tm] pada morfem rit-me, ko-mit-men, lo-ga-rit-ma, at-ma.
Deret konsonan [tl] pada morfem mut-lak, at-las, at-let, it-lak, pot-lot, mat-lak.
Deret konsonan [rw] pada morfem nir-wa-na, ar-wah, dar-wis, pur-wa.
Deret konsonan [kd] pada morfem bak-da, pak-de, tak-dir, si-nek-do-ke.
Deret konsonan [kn] pada morfem mak-na, lak-nat, blok-not, tek-nik, ok-num.
Deret konsonan [ky] pada morfem rak-yat, ruk-yat, tak-yin, mak-yong, rak-yu.
Deret konsonan [sm] pada morfem as-ma, au-tis-me, bas-mi, los-men, kis-mat.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda, Arab) dan yang terdapat
dalam bahasa Indonesia dengan jumlah deret konsonan yang terdiri dari tiga dan
empat buah konsonan, di antaranya :
Deret konsonan [mpr] pada morfem kom-prang, am-prok, cem-preng, em-prak.
Deret konsonan [ncl] pada morfem in-kling, men-clok, kin-clong.
Deret konsonan [ncr] pada morfem ken-creng, men-cret, in-crit, mun-crat.
Deret konsonan [syd] pada morfem tasy-did.
Deret konsonan [syr] pada morfem tasy-rik, masy-rik, musy-rik, musy-ri-kin.
Deret konsonan [ngk] pada morfem lang-gar, mang-ga, ang-gak, bu-jang-ga.
Deret konsonan [ngg] pada morfem nang-ka, bong-kar, ang-ka, beng-kel.
Deret konsosnan [ngs] pada morfem ping-san, sang-si, bang-sa, kong-si.
Deret konsonan [ngkr] pada morfem bang-krut, dong-krak, jang-krik, kong-kret.
D. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah letak dan posisi atau beradanya sebuah fonem di dalam satu
satuan ujaran atau morfem. Pada umumnya fonem dapat berada pada posisi awal, tengah,
dan akhir morfem. Tetapi, secara khusus satu per satu, ada fonem yang dapat berada pada
ketiga posisi dan ada pula yang tidak dapat atau hanya sebagian posisi. Fonem yang
berada di awal morfem dapat dikatakan berdistribusi awal, fonem yang berada di tengah
morfem dapat dikatakan berdistribusi medial, dan fonem yang berada di akhir morfem
dapat dikatakan berdistribusi final. Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu
fonem, yaitu dapat dilihat dari tutur atau pelafalan, morfem, alofon, dan segmentasi, serta
gugus dan deret fonem atau hubungan urutan fonem vokal atau konsonan. Sementara,
untuk mengkaji distribusi fonem ini, akan dibagi menjadi empat pembahasan, yaitu :
1. Distribusi Fonem Vokal
Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir),
seperti pada contoh berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Vokal [a] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : ambil, taat, dan harga.
Vokal [i] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : indah, amin, dan tani.
Vokal [e] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : enak, karet, dan sate.
Vokal [ dapat menduduki semua posisi. Contohnya : mas, lmbut, kod
Vokal [u] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : udang, sambut, dan lagu.
Vokal [o] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : oleh, belok, dan bakso.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 7
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Distribusi Fonem Konsonan
Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali
fonem [w], [j], [c], dan [g] yang tidak dapat menduduki posisi akhir, seperti pada
contoh berikut :
a. Konsonan [b] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : bambu, timbul, dan
sebab.
Tapi, pada posisi akhir sebagai koda, posisinya menjadi dua, maksudnya dapat
sebagai fonem [b] dapat pula sebagai fonem [p]. Di mana, fonem [b] itu hilang
kontrasnya dengan fonem [p]. Sehingga disebut sebagai arkifonem, di mana
fonem [b] dan fonem [p] adalah anggota dari arkifonem [B].
b. Konsonan [p] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : pikat, lipat, dan
tutup.
c. Konsonan [m] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : makan, aman, dan
dalam.
d. Konsonan semivokal [w] dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya :
waris dan awam.
Di mana pada semivokal [w] merupakan bagian diftong [aw] yang secara
ortografi dilambangkan dengan huruf [u]. Jadi, maksud semivokal [w] di sini
adalah sebagai luncuran atau bunyi pelancar, sehingga fonem [w] sendiri tidak
diberi lambang apa-apa. Misalnya pada :
1. Morfem pulaw yang secara ortografi adalah pulau.
2. Morfem danaw yang secara ortografi adalah danau.
3. Morfem duwa yang secara ortografi adalah dua.
4. Morfem kuwe yang secara ortografi adalah kue.
e. Konsonan [f] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : fitnah, sifat, dan aktif.
Tetapi dalam bahasa Indonesia, konsonan labiodental tak bersuara [f] dan
konsonan labiodental bersuara [v] merupakan konsonan yang tidak memiliki
pasangan minimal. Sehingga ketika morfem yang timbul merupakan serapan
dari bahasa asing dan memuat fonem [f] maupun fonem [v], secara ortografi
hanya dapat dan akan dibedakan dengan lambang yang sama.
f. Konsonan [d] dapat menduduki semua posisi. Contohnya: dari, adat, dan abad.
Tetapi, pada posisi akhir sebagai koda, fonem [d] lazim dilafalkan sebagai
fonem [t]. Jadi fonem [d] adalah anggota dari arkifonem [D].
g. Konsonan [t] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : tari, hati, dan karet.
h. Konsonan [n] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : nasi, tanah, dan tuan.
i. Konsonan [l] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : lari, balai, bakal.
j. Konsonan [r] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : raja, urat, dan lebar.
k. Konsonan [z] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : zakat, lazim, dan
aziz.
Tetapi, pada posisi akhir sebagai koda, fonem [z] menjadi biasa dilafalkan
menjadi fonem [s]. Jadi, fonem [z] sebagai anggota dari arkifonem [Z].
l. Konsonan [j] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : jalan
dan ajal.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 8
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
m. Konsonan [c] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : copet
dan kecil.
n. Konsonan [s] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : salut, pasar, dan baris.
o. Konsonan [g] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : gadis
dan agar.
Tetapi, fonem [g] dapat menduduki posisi akhir ketika melafalkan fonem [k]
pada beberapa morfem tertentu, seperti :
1. Morfem gubuk biasa dilafalkan gubug.
2. Morfem grobak biasa dilafalkan grobag atau grobak.
3. Morfem gudek biasa dilafalkan gudeg atau gudek.
p. Konsonan [k] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : kata, akan, dan anak.
Tetapi dalam beberapa morfem yang dipengaruhi oleh bahasa asing, berubah
menjadi fonem [‘] seperti dalam morfem ni’mat, ta’at, bapa’, dan ra’yat.
q. Konsonan [x] dapat menduduki semua posisi. Contohnya :
1. Morfem xitan yang secara ortografi dilambangkan khitan.
2. Morfem axir yang secara ortografi dilambangkan akhir.
3. Morfem tarix yang secara ortografi dilambangkan tarikh.
r. Konsonan [h] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : hamil, mahir, dan
sudah.
Tetapi, fonem [h] yang pada beberapa morfem bukan unsur serapan atau
berdistribusi awal sering ditanggalkan, seperti :
1. Morfem hidup menjadi idup.
2. Morfem hisap menjadi isap.
3. Morfem hembus menjadi embus.
3. Distribusi Fonem Diftong atau Gugus Vokal
Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir,
kecuali diftong [aw] yang dapat menduduki posisi awal dan akhir, seperti pada
contoh berikut :
a. Diftong [aw] hanya dapat menduduki posisi awal dan akhir. Contohnya
berdistribusi pada :
1. Morfem aula menjadi awla apabila dilafalkan.
2. Morfem pulau menjadi pulaw apabila dilafalkan.
b. Diftong [ay] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada :
1. Morfem pantai menjadi pantay apabila dilafalkan.
2. Morfem landai menjadi landay apabila dilafalkan.
c. Diftong [oy] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada:
1. Morfem skoi menjadi skoy apabila dilafalkan.
2. Morfem amboi menjadi amboy apabila dilafalkan.
d. Diftong [y] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada
morfem survei menjadi survy apabila dilafalkan.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 9
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
4. Distribusi Fonem Klaster atau Gugus Konsonan
Semua fonem klaster atau gugus konsonan dapat menduduki posisi awal, kecuali
fonem klaster [by] dan [ks]. Di mana posisi tengah dapat diduduki oleh semua fonem
klaster kecuali, [dw], [pr], [ps], [sw], dan [spr]. Semetara yang bisa menduduki posisi
akhir adalah fonem klaster [ks], [ps], dan [ng], seperti pada contoh berikut :
a. Klaster [br] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya
berdistribusi pada morfem brah-ma-na, Brail-le, bri-lian, am-brol.
b. Klaster [bl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
blang-ko dan am-blas.
c. Klaster [by] hanya dapat menduduki posisi tengah, seperti pada morfem ambyar, gam-byong, dan gom-byok.
d. Klaster [dr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem dra-ma dan su-dra.
e. Klaster [dw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem dwi-darma.
f. Klaster [dy] hanya dapat menduduki posisi tengah, seperti pada morfem wa-nodya.
g. Klaster [fl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
fla-nel dan in-fla-si.
h. Klaster [fr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
fra-ter dan in-fra.
i. Klaster [gl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
glo-bal dan epi-glo-tis.
j. Klaster [gr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem gra-fis dan alo-graf.
k. Klaster [kl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
kla-sik dan cong-klak.
l. Klaster [kr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem kri-tik dan bi-ro-kra-si.
m. Klaster [ks] hanya dapat menduduki posisi tengah dan akhir, seperti pada
morfem eks-po-nen dan kon-teks.
n. Klaster [kw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem kwar-tir.
o. Klaster [pr] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem pri-ba-di,
pra-du-ga, pra-da-na, dan pra-bu.
p. Klaster [ps] hanya dapat menduduki posisi awal dan akhir, seperti pada morfem
psi-ko-lo-gi, bi-seps, ek-lips.
q. Klaster [sl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
slo-gan, kor-sle-ting, dan om-slah.
r. Klaster [sp] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem spon-tan, ek-so-spo-ra, dan ek-span-si.
s. Klaster [sr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
sri-kan-di dan swa-sra-ya.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 10
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
t. Klaster [st] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
stu-dio, sta-si-un, ab-stain.
u. Klaster [sw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem swas-ta.
v. Klaster [sk] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem ska-la, ae-ro-skop, dan mik-ro-skop.
w. Klaster [tr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
tra-ge-di dan can-trik.
x. Klaster [sy] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem sya-ha-dat dan isya-rat.
y. Klaster [ny] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem nya-li dan ba-nyak.
z. Klaster [ng] dapat menduduki semua posisi, seperti pada morfem nge-but, benang, dan alang-kah.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda) yang terdapat dalam
bahasa Indonesia dengan jumlah gugus konsonan yang terdiri dari tiga buah
konsonan, di antaranya :
a. Klaster [skr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem skrip-si, tran-skrip.
b. Klaster [str] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem stra-ta, de-mon-stran, dan ab-strak.
c. Klaster [spr] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem sprin-ter.
E. Perubahan Fonem
Dalam praktik bertutur, fonem atau bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan saling berkaitan di dalam suatu runtunan bunyi. Oleh karena itu, secara fonetis
maupun fonemis, akibat dari saling berkaitan dan dampak mempengaruhi bunyi-bunyi itu
bisa saja berubah. Dikatakan bersifat fonetis apabila perubahan itu tidak menyebabkan
identitas fonemnya berubah, sedangkan dikatakan bersifat fonemis apabila perubahan itu
menyebabkan identitas fonemnya berubah. Tetapi, dalam bahasa-bahasa tertentu, terdapat
perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain. Berikut
penyebab perubahan-perubahan itu :
1. Akibat Adanya Koartikulasi
Koartikulasi atau artikulasi sertaan atau artikulasi kedua adalah proses artikulasi lain
yang menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer atau artikulasi pertama.
Koartikulasi ini terjadi saat artikulasi primer untuk memproduksi bunyi pertama
berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau
memproduksi bunyi berikutnya. Akibatnya, bunyi pertama yang dihasilkan sedikit
berubah mengikuti ciri-ciri bunyi kedua yang akan dihasilkan. Berikut proses-proses
dari koartikulasi :
a. Labialisasi adalah proses pelabialan atau pembulatan bentuk bibir ketika artikulasi
pertama berlangsung. Selain bunyi labial, bunyi lain dapat dilabialisasikan.
Misalnya, pada bunyi [t] atau fonem [t] adalah bunyi apikoalveolar (ujung lidah dan
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 11
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
ceruk gigi atas), tetapi pada morfem tujuan, bunyi [t] itu akibat dari akan
diucapkannya bunyi [u] yang merupakan vokal bundar, sehingga bunyi [t] disertai
dengan proses pembulatan bibir, sehingga bunyi [t] terdengar sebagai bunyi [tw].
Jadi, morfem tujuan dilafalkan menjadi twujuwan.
b. Retrofleksi adalah proses penarikan ujung lidah melengkung ke arah palatum
(langit-langit keras) sewaktu artikulasi pertama berlangsung sehingga terdengar
bunyi [r]. Selain bunyi apikal (apikodental), bunyi lain dapat diretrofleksikan.
Misalnya, pada bunyi [k] adalah bunyi dorsopalatal, tetapi bunyi [k] pada morfem
kertas dilafalkan sebagai bunyi [kr] karena bunyi [k] itu direfrofleksikan dulu agar
dapat melafalkan bunyi [r]. Jadi, morfem kertas dilafalkan menjadi kretas.
c. Palatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras
(palatum) sewaktu artikulator pertama berlangsung. Selain bunyi palatal, bunyi
lainnya dapat dipalatalisasikan. Misalnya, bunyi [p] adalah bunyi apikoalveolar tak
bersuara, tetapi pada morfem piara, bunyi [p] dipalatalisasikan sehingga terdengar
sebagai bunyi [py]. Sehingga, morfem piara dilafalkan menjadi pyara.
d. Velarisasi adalah proses pengangkatan pangkal lidah (dorsum) ke arah langit-langit
lunak (velum) ketika artikulasi pertama berlangsung. Selain bunyi velar, bunyi lain
dapat divelarisasikan. Misalnya, bunyi [m] pada kata makhluk divelarisasikan
menjadi [mx]. Oleh karena itu, mo makhluk dilafalkan menjadi mxaxluk.
e. Faringalisasi adalah proses penyempitan rongga kerongkongan ketika artikulasi
sedang berlangsung dengan cara menaikkan laring, mengangkat uvular (ujung
langit-langit lunak) serta dengan menarik belakang lidah (dorsum) ke arah dinding
faring. Semua bunyi dapat difaringalisasikan.
f. Glotalisasi adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (glotis tertutup rapat)
sewaktu artikulasi pertama berlangsung. Misalnya, bunyi [a] dan bunyi [o] pada
morfem akan dan obat dilafalkan menjadi ‘akan dan o’bat. Begitu juga bunyi [a]
pertama pada kata taat dan saat dilafalkan menjadi ta’at dan sa’at.
2. Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan
Akibat pengaruh bunyi lingkungan maksudnya adanya bunyi yang berada sebelum
atau sesudah bunyi utama, akan terjadi dua peristiwa perubahan, yaitu :
a. Asimilasi adalah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh yang berada
sebelum atau sesudahnya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri
yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
1. Asimilasi Fonemis
Perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem. Misalnya
fonem [b] pada morfem sabtu yang biasa dilafalkan saptu, di mana fonem [b]
berubah menjadi fonem [p] sebagai akibat pengaruh fonem [t]. Karena fonem
[b] adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi hambat tak
bersuara, oleh karena itu fonem [b] yang bersuara berubah menjadi fonem [p]
karena pengaruh dari fonem [t] yang tak bersuara.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 12
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Asimilasi Fonetis atau Alomorfemis
Perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
Misalnya, fonem [kh] pada morfem makhluk yang biasa dilafalkan maxluk, di
mana fonem [kh] pada silabel makh yang tidak bersuara diubah menjadi fonem
[x] yang bersuara sebagai akibat dari pengaruh fonem [l] dalam silabel luk yang
bersuara. Karena fonem [x] hanyalah alofon dari fonem [kh], sehingga
perubahan dari fonem [kh] ke fonem [x] hanyalah bersifat alofonis.
3. Asimilasi Progresif
Perubahan ketika bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang
mempengaruhinya atau dapat dikatakan apabila arah pengaruh bunyi itu ke
depan. Misalnya, fonem [t] yang merupakan bunyi apikoalveolar atau
apikodental pada morfem stasiun, fonem [t] itu dilafalkan sebagai fonem [t]
laminoalveolar. Di mana perubahan fonem hambat apikoalveolar [t] menjadi
fonem hambat laminoalveolar, dipengaruhi secara progresif dari fonem geseran
laminopalatal [s].
4. Asimilasi Regrasif
Perubahan ketika bunyi yang diubah terletak di depan
mempengaruhinya atau dapat dikatakan apabila arah pengaruh
belakang. Misalnya, fonem [p] yang merupakan bunyi hambat
morfem topdal, fonem [p] itu dilafalkan sebagai fonem hambat
karena pengaruh dari fonem apikoalveolar [d].
bunyi yang
bunyi itu ke
bilabial pada
nasal bilabial
5. Asimilasi Resiprokal
Perubahan ketika bunyi yang diubah terjadi pada kedua bunyi yang saling
mempengaruhi sehingga menjadi bunyi yang lain.
b. Disimilasi adalah perubahan dua buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah
bunyi yang berbeda atau tidak sama. Misalnya, fonem [l] pada morfem belajar yang
merupakan pembentukan dari silabel ber + ajar, di mana seharusnya menjadi
berajar, tetapi karena fonem[r] didimilasikan dengan fonem [l], sehingga menjadi
belajar.
3. Akibat Distribusi
Perubahan yang disebabkan atau dipengaruhi oleh posisi atau letak suatu bunyi dalam
satu satuan ujaran. Sehingga akan terjadi perubahan bunyi yang disebut dengan :
a. Aspirasi adalah pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya
udara dengan keras, sehingga terdengar bunyi [h]. Bunyi yang beraspirasi disebut
bunyi aspirat. Misalnya dapat dilihat pada fonem [p] pada morfem peace, akan
terdengar fonem [ph] dan apabila dilafalkan menjadi pheis.
b. Pelepasan atau release adalah pengucapan bunyi hambat letup tanpa hambaran atau
letupan, lalu dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan, jadi hambatan atau
letupan itu dilepaskan atau dibebaskan. Misalnya, fonem [p] adalah bunyi hambat
letup bersuara, tetapi fonem [p] pada morfem tatap muka dilafalkan tanpa hambat
letup.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 13
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
c. Pemanduan atau pengafrikatan adalah penghilangan letupan pada bunyi hambat
letup. Di mana setelah hambat letup dilepaskan, lalu bunyi digeserkan secara
perlahan-lahan. Jadi artikulasinya bukan hambat letup, tapi menjadi hambat geser.
Misalnya, fonem [t] pada morfem hebat dan tempat dilafalkan menjadi hebats dan
tempats.
d. Harmonisasi vokal adalah proses penyamaan vokal pada silabel pertama terbuka
dengan vokal pada silabel kedua yang tertutup. Misalnya fonem [e] dan fonem [ɛ]
pada morfem bebek dan seret dilafalkan menjadi bɛbɛk dan sɛrɛt. Jadi, walaupun
pada silabel terbuka bunyi [e] itu dilafalkan sebagai [ɛ] juga. Hal ini terjadi karena
pengaruh atau dari distribusi [e] yang terdapat pada silabel kedua yang tertutup.
e. Netralisasi adalah hilangnya kontras antara dua buah fonem yang berbeda.
Misalnya, fonem [b] pada morfem jawab bisa dilafalkan sebagai fonem [p] dan
juga sebagai fonem [b], sehingga kata jawab itu bisa dilafalkan dengan jawab dan
jawap. Hal seperti ini di dalam kajian fonemik disebut arkifonem, yakni dua buah
fonem yang kehilangan kontrasnya. Sebagai arkifonem kedua fonem itu
dilambangkan sebagai arkifonem [B]. Dikatakan sebagai arkifonem [B] karena
apabila diberi proses afiksasi dengan sufiks (-an), fonem [b] itu akan muncul
kembali menjadi jawab + an sehingga apabila disegnemtasikan menjadi ja-wa-ban.
4. Akibat Proses Morfologi
Perubahan bunyi akibat adanya proses morfologi, yang sering disebut juga dengan
morfofonemik atau morfofonologi. Dalam proses ini terjadi beberapa peristiwa, yaitu :
a. Pemunculan fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada
akibat dari terjadinya proses morfologi. Contohnya dapat dilihat dengan :
1. Prefiksasi (me-) atau (pe-) akan muncul bunyi nasal yang homorgan dengan
fonem pertama dari dasar yang diberi prefiks itu. Contohnya, pada morfem (me-)
+ (bina) akan menjadi membina atau pada morfem (pe-) + (bina) akan menjadi
pembina.
2. Munculnya bunyi pelancar [y] apabila sebuah kata yang berakhir dengan bunyi
[i] diberi sufiks (-an) dan akan muncul bunyi pelancar [w] apabila sebuah kata
yang berakhir dengan bunyi [u] diberi sufiks (-an). Contohnya, pada morfem
(hari) + (-an) akan menjadi hariyan atau pada morfem (satu) + (-an) akan
menjadi satuwan.
b. Pelepasan fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologi.
Misalnya, hilangnya fonem [r] yang ada pada prefiks (ber-), fonem [h] pada proses
pengimbuhan dengan akhiran (-wan), fonem [k] pada proses pengimbuhan dengan
akhiran (-nda), dan pada beberapa fonem dalam proses komposisi, pada morfem :
1.
2.
3.
4.
5.
(ber-) + (renang) menjadi berenang.
(sejarah) + (-wan) menjadi sejarawan.
(anak) + (-nda) menjadi ananda.
(pasar) + (-raya) menjadi pasaraya.
(ko-) + (operasi) menjadi koperasi.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 14
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
c. Peluluhan fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menayatu pada fonem
berikutnya. Hal ini terjadi pada prefiksasi (me-) atau (pe-) pada morfem yang
dimulai dengan konsonan tak bersuara yaitu [s], [k], [p], dan [t]. Contohnya :
1. (me-) + (sikat) akan menjadi menyikat.
2. (pe-) + (sikat) akan menjadi penyikat.
3. (me-) + (kirim) akan menjadi mengirim.
4. (pe-) + (kirim) akan menjadi pengirim.
5. (me-) + (pilih) akan menjadi memilih.
6. (pe-) + (pilih) akan menjadi pemilih.
7. (me-) + (tulis) akan menjadi menulis.
8. (pe-) + (tulis) akan menjadi penulis.
d. Pergeseran fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke
dalam silabel berikutnya apabila diberi sufiks (-an). Cotohnya pada morfem
(makan) + (-an) akan menjadi ma-ka-nan.
e. Perubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain
karena menghindari adanya dua bunyi yang sama atau disebut juga dengan
disimilasi. Misalnya dalam proses prefikasi (ber-) dan (ter-) pada morfem :
1. (ber-) + (ajar) akan menjadi belajar.
2. (ter-) + (lanjur) akan menjadi terlanjur.
5. Akibat Perkembangan Sejarah
Perubahan bunyi di sini tidak berkaitan dengan kajian fonologi, melainkan dengan
pemakaian sejumlah unsur leksikal di dalam masyarakat dan budaya. Perubahan yang
berkenaan dengan perkembangan sejarah pemakaian bahasa ini, antara lain :
a. Kontraksi atau penyingkatan adalah proses menghilangkan sebuah bunyi atau lebih
pada sebuah unsur leksikal. Dilihat dari bagian mana dari unsur leksikal yang
dihilangkan, dapat dibedakan menjadi :
1. Aferesis adalah proses penghilangan satu fonem atau lebih pada awal kata.
Contohnya morfem tetapi menjadi tapi.
2. Apokop adalah proses penghilangan satu fonem atau lebih pada akhir kata.
Contohnya morfem presiden menjadi presiden.
3. Sinkop adalah proses penghilangan sebuah fonem atau lebih pada tengah kata.
Contohnya morfem baharu menjadi baru.
b. Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi
dua bentuk kata yang bersaing. Lazimnya, bentuk asli dan bentuk metatesisnya
sama-sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi. Contohnya morfem jalur
menjadi lajur.
c. Diftongisasi adalah proses perubahan vokal tunggal menjadi vokal rangkap secara
berurutan. Perubahan vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam
satu puncak kenyaringan, jadi masih dalam satu silabel. Contohnya pada :
1. Fonem [o] dalam morfem sentosa dilafalkan menjadi sentausa.
2. Fonem [e] dalam morfem teladan dilafalkan menjadi tauladan.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 15
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
d. Monoftongisasi adalah proses perubahan dua buah vokal atau gugus vokal menjadi
sebuah vokal. Proses ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia akibat dari ingin
memudahkan ucapan. Contohnya dalam morfem ramai diucapkan menjadi rame.
e. Anaftiksis adalah proses penambahan bunyi vokal di antara dua konsonan dalam
sebuah kata atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata tertentu. Terbagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Protesis adalah proses penambahan bunyi pada awal kata. Contohnya pada
morfem mas menjadi emas.
2. Epentesis adalah proses penambahan bunyi pada posisi tengah kata. Contohnya
pada morfem kapak menjadi kapak.
3. Paragog adalah proses penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Contohnya
pada morfem adi menjadi adik.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 16
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembelajaran yang sudah kami jabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
fonem adalah objek kajian dari fonemik yang merupakan salah satu bidang kajian fonologi
yang mempelajari, membahas membicarakan dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Di mana fonemik yang mengkaji mengenai bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi yang memberikan pengaruh pada makna sebuah bunyi
bahasa, yang meliputi gugus, deret, distribusi, dan perubahan fonem dalam sebuah morfem.
Dan hasil dari kajian ini salah satunya digunakan untuk membantu manusia agar dapat
berkomunikasi, membantu manusia yang mendapatkan kesulitan dalam berbicara maupun
mendengar serta membantu manusia agar dapat lebih memahami dan memperhatikan
bagaimana sebuah kata dan bahasa dapat terbentuk sehingga tidak ada lagi kekeliruan dan
kesalahpahaman.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 17
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 18
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen pengampu Ardi Mulyana H., S.Pd., M.Hum.
Disusun oleh :
Kelompok IV
Kelas 1 – B
Inggit Anggela
16213005
Nova Sukandar
16213015
Siti Maryam
16213014
Titin Siti Nurjanah
16213016
Trias Amalia Sugiharti
16213012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) GARUT
2017
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia lazim dikatakan sebagai bagian dari kajian
linguistik, yang sebelumnya dipelajari oleh mahasiswa pada semester satu, yang membahas,
mempelajari, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alatalat ucap manusia. Di mana pada dasarnya mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia ini terbagi
atas tiga materi yang membahas struktur bahasa secara sistematis, yaitu fonetik, fonemik, dan
grafemik. Dengan tujuan memberi bekal untuk dapat mengikuti dan memahami mata kuliah
kebahasaan berikutnya, oleh karena itu diharapkan dapat membantu mahasiswa yang
mempelajari ilmu kebahasaan sehingga tidak mendapatkan kesulitan di mata kuliah
kebahasaan lainnya.
Judul dari makalah yang akan kami presentasikan adalah “Gugus, Deret, Distribusi,
dan Perubahan Fonem Bahasa Indonesia”, di mana materi yang akan kami bahas merupakan
salah satu sub kajian fonologi, yaitu fonem sebagai objek kajian fonemik.
Seperti pepatah yang mengatakan “tidak ada gading yang tak retak”, begitu pula
dengan kajian yang kami jabarkan dalam makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan segala
keterbatasan yang kami miliki. Kami hanya dapat berusaha semaksimal yang kami bisa dan
hasilnya kami sandarkan kepada Allah Swt, yang Maha Mengetahui dan Maha Besar, yang
pada-Nya kami memohon segala petunjuk dan bimbingan. Semoga apa yang kita lakukan
Allah Swt jadikan sebagai pencerah pola pikir sehingga akan banyak mengubah paradigma
menuju arah kemajuan dan keadaan yang lebih baik.
Garut, 31 Mei 2017
Penulis
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 1
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan .............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
A. Fonem sebagai Objek Kajian Fonemik ........................................................................... 4
B. Gugus Fonem ................................................................................................................... 4
1.
Gugus Fonem Vokal (Diftong) .................................................................................... 4
2.
Gugus Fonem Konsonan (Klaster) .............................................................................. 4
C. Deret Fonem .................................................................................................................... 5
1.
Deret Fonem Vokal ...................................................................................................... 5
2.
Deret Fonem Konsonan ............................................................................................... 6
D. Distribusi Fonem ............................................................................................................. 7
1.
Distribusi Fonem Vokal ............................................................................................... 7
2.
Distribusi Fonem Konsonan ........................................................................................ 8
3.
Distribusi Fonem Diftong atau Gugus Vokal .............................................................. 9
4.
Distribusi Fonem Klaster atau Gugus Konsonan ....................................................... 10
E. Perubahan Fonem .......................................................................................................... 11
1.
Akibat Adanya Koartikulasi ...................................................................................... 11
2.
Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan ......................................................................... 12
3.
Akibat Distribusi ........................................................................................................ 13
4.
Akibat Proses Morfologi ............................................................................................ 14
5.
Akibat Perkembangan Sejarah ................................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 2
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan berkomunikasi kita pasti
sering mendengarkan berbagai bunyi bahasa. Apabila dalam kajian linguistik, peristiwa
seperti itu akan dikaji oleh salah satu kajiannya, yaitu fonemik dengan objek kajiannya
fonem, yakni satuan bunyi terkecil yang dapat memperlihatkan perbedaan makna kata. Di
mana jika bunyi dalam kata itu membedakan makna, maka bunyi tersebut dikatakan
fonem, dan sebaliknya, jika tidak membedakan makna, maka bunyi tersebut dikatakan
bukan fonem.
Sehingga sebagai objek kajian fonemik, fonem memiliki beberapa prosedur atau
kajian untuk dapat menentukan fonem dalam suatu bahasa. Beberapa di antaranya adalah
mengkaji mengenai gugus fonem, deret fonem, distribusi fonem, dan perubahan fonem.
Selain itu, untuk memperkuat pemahaman dasar, akan dibahas terlebih dahulu mengenai
fonem sebagai objek kajian fonemik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka kami ringkas dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana fonem menjadi objek kajian fonemik?
Apa itu gugus fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Apa itu deret fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Apa itu distribusi fonem dan bagaimana pengaruhnya pada sebuah morfem?
Bagaimana pengaruh perubahan fonem terhadap sebuah morfem?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
Dapat mengetahui dan memahami fonem sebagai objek kajian fonemik.
Dapat mengetahui dan memahami gugus fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami deret fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami distribusi fonem dan pengaruhnya pada morfem.
Dapat mengetahui dan memahami pengaruh perubahan fonem dan pengaruhnya pada
morfem.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 3
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fonem sebagai Objek Kajian Fonemik
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya, fonologi merupakan bagian dari kajian
linguistik, sementara fonemik merupakan kajian dari fonologi dengan objek kajiannya
fonem. Berbeda dengan fon yang merupakan objek kajian dari fonetik, dalam kajian
fonemik bunyi bahasa diperhatikan statusnya sebagai pembeda makna. Sehingga, kajian
fonemik ini masih terlibat dalam kajian morfologi. Karena sama-sama berkaitan, di mana
fonem akan menentukan makna dari sebuah morfem.
B. Gugus Fonem
Gugus fonem adalah dua buah fonem yang berbeda tapi berada dalam sebuah silabel
atau suku kata. Gugus fonem dibagi dua, yaitu gugus vokal dan gugus konsonan. Berikut
penjelasan mengenai gugus fonem vokal dan gugus konsonan :
1. Gugus Fonem Vokal (Diftong)
Gugus fonem vokal atau gugus vokal dapat disebut juga dengan diftong. Sejauh ini
diftong atau gugus vokal bahasa Indonesia adalah :
Gugus vokal [ai] pada morfem san-tai, pan-tai, gu-lai, adu-hai, ba-gai.
Gugus vokal [au] pada morfem pu-lau, se-ngau, ba-gau, ba-kau, ang-pau.
Gugus vokal [oi] pada morfem se-koi, am-boi, in-de-hoi, ko-boi, kon-voi.
Gugus vokal [ei] pada morfem sur-vei, ar-bei, pe-rei, mur-bei, am-bei-en.
2. Gugus Fonem Konsonan (Klaster)
Gugus fonem konsonan atau gugus konsonan dapat disebut juga dengan klaster.
Sejauh ini klaster atau gugus konsonan bahasa Indonesia adalah :
Gugus konsonan [br] pada morfem brahma, Brail-le, bri-lian, am-brol.
Gugus konsonan [bl] pada morfem blang-ko, blas-ter, bla-zer, gem-bleng.
Gugus konsonan [by] pada morfem am-byar, gam-byong, gom-byok.
Gugus konsonan [dr] pada morfem dra-ma, dra-ku-la, an-dra-go-gi, ban-drek.
Gugus konsonan [dw] pada morfem dwi-dar-ma, dwi-ba-ha-sa, dwi-ar-ti.
Gugus konsonan [dy] pada morfem wa-no-dya.
Gugus konsonan [fl] pada morfem in-fla-si, flam-bo-yan, in-flu-en-za, kon-flik.
Gugus konsonan [fr] pada morfem fra-ter, frak-si, dia-frag-ma, in-fra-so-nik.
Gugus konsonan [gl] pada morfem glo-bal, gla-mor, epi-glo-tis, gli-ko-gen.
Gugus konsonan [gr] pada morfem gra-fis, gra-fem, alo-graf, apo-graf.
Gugus konsonan [kl] pada morfem kla-sik, kli-nik, an-ti-klor, cong-klak.
Gugus konsonan [kr] pada morfem kri-tik, kre-a-tif, bi-ro-kra-si, de-mo-kra-si.
Gugus konsonan [ks] pada morfem eks-hi-bi-si, eks-klu-sif, eks-po-nen.
Gugus konsonan [kw] pada morfem kwa-si-or-kor, kwe-ti-au, kwar-tir.
Gugus konsonan [pr] pada morfem pri-ba-di, pra-du-ga, pra-da-na, pra-bu.
Gugus konsonan [ps] pada morfem psi-ko-log, psi-ko-pat, bi-seps, ek-lips.
Gugus konsonan [sl] pada morfem slo-gan, sle-bor, kor-sle-ting, om-slah.
Gugus konsonan [sp] pada morfem spon-tan, spe-si-al, ek-so-spo-ra, ek-span-si.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 4
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
Gugus konsonan [sr] pada morfem sri-pah, sri-kan-di, swa-sra-ya.
Gugus konsonan [st] pada morfem stu-dio, sta-si-un, ab-stain, sta-bil, stag-nan.
Gugus konsonan [sw] pada morfem swa-da-ya, swas-ta, swa-kar-ya, swe-ter.
Gugus konsonan [sk] pada morfem ska-la, skan-dal, ae-ro-skop, mik-ro-skop.
Gugus konsonan [tr] pada morfem tra-ge-di, tra-di-si, trak-tor, can-trik.
Gugus konsonan [sy] pada morfem sya-ha-dat, sya-hid, isya-rat, khu-syuk.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda) yang terdapat dalam
bahasa Indonesia dengan jumlah gugus konsonan yang terdiri dari tiga buah
konsonan, di antaranya :
Gugus konsonan [skr] pada morfem skrip-si, skro-tum, skrin, skrip, tran-skrip.
Gugus konsonan [str] pada morfem stra-ta, stri-ker, de-mon-stran, ab-strak.
Gugus konsonan [spr] pada morfem sprin-ter, spring, sprint.
C. Deret Fonem
Deret fonem adalah dua buah fonem yang berbeda, berada dalam silabel yang
berbeda, meskipun letaknya berdampingan. Deret fonem dibagi dua, yaitu deret vokal
dan deret konsonan. Berikut penjelasan mengenai deret fonem vokal dan deret konsonan :
1. Deret Fonem Vokal
Berbeda dengan gugus fonem vokal, dalam deret fonem vokal ini, terdapat fonem
vokal yang sama dalam silabel yang berbeda, meskipun letaknya berdampingan
tetapi pelafalannya atau dibacanya tidak melebur. Adapun deret vokal bahasa
Indonesia adalah :
Deret vokal [aa] pada morfem sa-at, ta-at, je-ma-ah, ma-af, te-la-ah.
Deret vokal [au] pada morfem la-ut, da-un, ab-la-ut, ap-la-us, ba-ur, ba-ut.
Deret vokal [ai] pada morfem ka-in, ka-it, aja-ib, ba-ik, ba-it, ca-ir, ga-ib.
Deret vokal [ao] pada morfem ka-os, la-os, ta-o-ge, ca-os, mar-sa-o-leh.
Deret vokal [uu] pada morfem ku-ud, su-un, su-u-zan.
Deret vokal [ua] pada morfem lu-ar, ku-at, ak-tu-al, adi-ku-a-sa, aku-an.
Deret vokal [ue] pada morfem ku-e, cu-ek, du-et, du-el, fre-ku-en, si-lu-et.
Deret vokal [ui] pada morfem pu-ing, su-it, am-bi-gu-i-tas, bu-ih, du-it.
Deret vokal [ii] pada morfem fi-il, ri-il, ta-bi-in, idi-il.
Deret vokal [ia] pada morfem si-ar, ki-at, afi-at, ak-li-ah, ali-ah, ali-as.
Deret vokal [iu] pada morfem ti-up, li-ur, alu-mi-ni-um, at-ri-um, bi-us.
Deret vokal [io] pada morfem pi-ong, bi-o-la, ak-si-o-ma, idi-om, idi-ot.
Deret vokal [oo] pada morfem ce-mo-oh, ko-o-pe-ra-tif, ko-or-di-na-si.
Deret vokal [oa] pada morfem lo-ak, so-ak, do-ang, ko-a-la, ko-a-li-si.
Deret vokal [oi] pada morfem ko-in, po-in, bol-po-in, ego-is, he-ro-in.
Deret vokal [ee] pada morfem re-e-du-ka-si, re-ek-spor.
Deret vokal [eo] pada morfem be-o, le-o, be-ol, ke-ong, ar-ke-o-log.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 5
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Deret Fonem Konsonan
Sejauh ini deret konsonan bahasa Indonesia adalah :
Deret konsonan [bd] pada morfem sab-da, ab-da, ab-das, ab-do-men, ab-du.
Deret konsonan [bh] pada morfem syub-hat, sub-ha-na.
Deret konsonan [bl] pada morfem kib-lat, ab-la-ut, bab-las, bib-lio, cob-los.
Deret konsonan [hb] pada morfem tah-bis, mah-bub, akh-bar, ikh-bar.
Deret konsonan [hk] pada morfem mah-ka-mah, bah-kan, mah-ko-ta, ah-kam.
Deret konsonan [hl] pada morfem ah-li, akh-lak, boh-lam, dah-lia, ikh-las.
Deret konsonan [hm] pada morfem tah-mid, ah-mak, mah-mud, rah-mat.
Deret konsonan [ht] pada morfem takh-ta, bah-te-ra, ikh-ti-ar, ikh-ti-sar.
Deret konsonan [kb] pada morfem tak-bir, ak-bar, ci-luk-ba, kak-bah, mak-bul.
Deret konsonan [kl] pada morfem ik-lan, ak-la-ma-si, ak-li, bek-les, buk-let.
Deret konsonan [km] pada morfem suk-ma, ak-mal, bak-mi, hik-mah, nik-mat.
Deret konsonan [kr] pada morfem pok-rol, tak-rir, ak-rab, ak-ro-bat, cak-ram.
Deret konsonan [ks] pada morfem sik-sa, pak-sa, ab-strak-si, afek-si, ak-sa-ra.
Deret konsonan [kt] pada morfem bak-ti, buk-ti, adik-tif, ad-jek-ti-va, ak-ta.
Deret konsonan [lb] pada morfem kal-bu, tal-biah, al-bi-no, al-bum, jil-bab.
Deret konsonan [ld] pada morfem kal-du, kal-de-ra, bul-dan, fol-der, sal-do.
Deret konsonan [lk] pada morfem pal-ka, tal-kin, al-ko-hol, bal-kon, kul-kas.
Deret konsonan [lm] pada morfem hal-ma, gul-ma, del-man, il-mi-ah, il-mu.
Deret konsonan [lp] pada morfem pul-pen, bol-poin, al-pa, gol-put, knal-pot.
Deret konsonan [mb] pada morfem sam-but, tim-bul, am-bar, am-bi-si, am-bil.
Deret konsonan [mp] pada morfem sim-pan, sam-pul, cam-pak, im-por, jam-pi.
Deret konsonan [nc] pada morfem han-cur, lan-cip, an-col, ben-ca-na, ben-ci.
Deret konsonan [nd] pada morfem jan-da, tun-da, adin-da, ben-da, cen-di-ki-a.
Deret konsonan [nj] pada morfem jan-ji, tan-jung, gan-ja, gin-jal, kon-jung-si.
Deret konsonan [np] pada morfem tan-pa, pa-ran-pa-ra, non-pro-fit, stan-plat.
Deret konsonan [nt] pada morfem nan-ti, pan-tun, akun-tan, ban-tu, ben-tang.
Deret konsonan [pt] pada morfem bap-tis, adap-ta-si, he-li-kop-ter, op-ti-mis.
Deret konsonan [rb] pada morfem kar-bon, ter-bang, ger-bong, ker-bau, ver-ba.
Deret konsonan [rc] pada morfem kar-cis, mer-cu-su-ar, per-cu-ma, ar-ca.
Deret konsonan [rd] pada morfem ker-dil, kar-dus, cer-das, ar-di, la-zu-ar-di.
Deret konsonan [rg] pada morfem sur-ga, har-ga, aler-gi, ener-gi, ke-lu-ar-ga.
Deret konsonan [rh] pada morfem ber-ha-la, dir-ham, dur-ha-ka, ger-ha-na.
Deret konsonan [rj] pada morfem ter-jang, ter-jal, bor-ju-is, ker-ja, sar-ja-na.
Deret konsonan [rk] pada morfem ber-kas, har-kat, anar-ki, ber-kah, per-ka-sa.
Deret konsonan [rl] pada morfem per-lu, ar-lo-ji, ber-li-an, nir-la-ba, ter-la-lu.
Deret konsonan [rm] pada morfem nor-ma, nir-ma-la, ar-ma-da, cer-mat.
Deret konsonan [rn] pada morfem sir-na, por-no, pur-nama, cer-na, jur-na-lis.
Deret konsonan [rp] pada morfem kor-pus, cer-pen, har-pa, kar-pet, mer-pa-ti.
Deret konsonan [rs] pada morfem sir-sak, ar-sip, ber-sih, dis-tor-si, ir-syad.
Deret konsonan [rt] pada morfem ker-tas, kar-ton, an-tar-ti-ka, bar-ter, ar-ti.
Deret konsonan [sb] pada morfem tas-bih, as-bak, mas-buk, das-bor, mis-bah.
Deret konsonan [sk] pada morfem mis-kin, ris-kan, bas-ka-ra, dis-ket, las-kar.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 6
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
Deret konsonan [sl] pada morfem mus-lim, le-gis-la-tif, Is-lam, as-li, tas-lim.
Deret konsonan [sr] pada morfem mes-ra, pas-rah, has-rat, tas-rih, kis-ruh.
Deret konsonan [sp] pada morfem pus-pa, as-pal, dis-pen-sa-si, eks-por.
Deret konsonan [tm] pada morfem rit-me, ko-mit-men, lo-ga-rit-ma, at-ma.
Deret konsonan [tl] pada morfem mut-lak, at-las, at-let, it-lak, pot-lot, mat-lak.
Deret konsonan [rw] pada morfem nir-wa-na, ar-wah, dar-wis, pur-wa.
Deret konsonan [kd] pada morfem bak-da, pak-de, tak-dir, si-nek-do-ke.
Deret konsonan [kn] pada morfem mak-na, lak-nat, blok-not, tek-nik, ok-num.
Deret konsonan [ky] pada morfem rak-yat, ruk-yat, tak-yin, mak-yong, rak-yu.
Deret konsonan [sm] pada morfem as-ma, au-tis-me, bas-mi, los-men, kis-mat.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda, Arab) dan yang terdapat
dalam bahasa Indonesia dengan jumlah deret konsonan yang terdiri dari tiga dan
empat buah konsonan, di antaranya :
Deret konsonan [mpr] pada morfem kom-prang, am-prok, cem-preng, em-prak.
Deret konsonan [ncl] pada morfem in-kling, men-clok, kin-clong.
Deret konsonan [ncr] pada morfem ken-creng, men-cret, in-crit, mun-crat.
Deret konsonan [syd] pada morfem tasy-did.
Deret konsonan [syr] pada morfem tasy-rik, masy-rik, musy-rik, musy-ri-kin.
Deret konsonan [ngk] pada morfem lang-gar, mang-ga, ang-gak, bu-jang-ga.
Deret konsonan [ngg] pada morfem nang-ka, bong-kar, ang-ka, beng-kel.
Deret konsosnan [ngs] pada morfem ping-san, sang-si, bang-sa, kong-si.
Deret konsonan [ngkr] pada morfem bang-krut, dong-krak, jang-krik, kong-kret.
D. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah letak dan posisi atau beradanya sebuah fonem di dalam satu
satuan ujaran atau morfem. Pada umumnya fonem dapat berada pada posisi awal, tengah,
dan akhir morfem. Tetapi, secara khusus satu per satu, ada fonem yang dapat berada pada
ketiga posisi dan ada pula yang tidak dapat atau hanya sebagian posisi. Fonem yang
berada di awal morfem dapat dikatakan berdistribusi awal, fonem yang berada di tengah
morfem dapat dikatakan berdistribusi medial, dan fonem yang berada di akhir morfem
dapat dikatakan berdistribusi final. Terdapat empat cara menentukan distribusi suatu
fonem, yaitu dapat dilihat dari tutur atau pelafalan, morfem, alofon, dan segmentasi, serta
gugus dan deret fonem atau hubungan urutan fonem vokal atau konsonan. Sementara,
untuk mengkaji distribusi fonem ini, akan dibagi menjadi empat pembahasan, yaitu :
1. Distribusi Fonem Vokal
Semua fonem vokal dapat berdistribusi pada semua posisi (awal, tengah, dan akhir),
seperti pada contoh berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Vokal [a] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : ambil, taat, dan harga.
Vokal [i] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : indah, amin, dan tani.
Vokal [e] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : enak, karet, dan sate.
Vokal [ dapat menduduki semua posisi. Contohnya : mas, lmbut, kod
Vokal [u] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : udang, sambut, dan lagu.
Vokal [o] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : oleh, belok, dan bakso.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 7
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Distribusi Fonem Konsonan
Semua fonem konsonan dapat menduduki posisi awal, tengah, dan akhir; kecuali
fonem [w], [j], [c], dan [g] yang tidak dapat menduduki posisi akhir, seperti pada
contoh berikut :
a. Konsonan [b] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : bambu, timbul, dan
sebab.
Tapi, pada posisi akhir sebagai koda, posisinya menjadi dua, maksudnya dapat
sebagai fonem [b] dapat pula sebagai fonem [p]. Di mana, fonem [b] itu hilang
kontrasnya dengan fonem [p]. Sehingga disebut sebagai arkifonem, di mana
fonem [b] dan fonem [p] adalah anggota dari arkifonem [B].
b. Konsonan [p] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : pikat, lipat, dan
tutup.
c. Konsonan [m] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : makan, aman, dan
dalam.
d. Konsonan semivokal [w] dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya :
waris dan awam.
Di mana pada semivokal [w] merupakan bagian diftong [aw] yang secara
ortografi dilambangkan dengan huruf [u]. Jadi, maksud semivokal [w] di sini
adalah sebagai luncuran atau bunyi pelancar, sehingga fonem [w] sendiri tidak
diberi lambang apa-apa. Misalnya pada :
1. Morfem pulaw yang secara ortografi adalah pulau.
2. Morfem danaw yang secara ortografi adalah danau.
3. Morfem duwa yang secara ortografi adalah dua.
4. Morfem kuwe yang secara ortografi adalah kue.
e. Konsonan [f] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : fitnah, sifat, dan aktif.
Tetapi dalam bahasa Indonesia, konsonan labiodental tak bersuara [f] dan
konsonan labiodental bersuara [v] merupakan konsonan yang tidak memiliki
pasangan minimal. Sehingga ketika morfem yang timbul merupakan serapan
dari bahasa asing dan memuat fonem [f] maupun fonem [v], secara ortografi
hanya dapat dan akan dibedakan dengan lambang yang sama.
f. Konsonan [d] dapat menduduki semua posisi. Contohnya: dari, adat, dan abad.
Tetapi, pada posisi akhir sebagai koda, fonem [d] lazim dilafalkan sebagai
fonem [t]. Jadi fonem [d] adalah anggota dari arkifonem [D].
g. Konsonan [t] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : tari, hati, dan karet.
h. Konsonan [n] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : nasi, tanah, dan tuan.
i. Konsonan [l] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : lari, balai, bakal.
j. Konsonan [r] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : raja, urat, dan lebar.
k. Konsonan [z] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : zakat, lazim, dan
aziz.
Tetapi, pada posisi akhir sebagai koda, fonem [z] menjadi biasa dilafalkan
menjadi fonem [s]. Jadi, fonem [z] sebagai anggota dari arkifonem [Z].
l. Konsonan [j] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : jalan
dan ajal.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 8
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
m. Konsonan [c] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : copet
dan kecil.
n. Konsonan [s] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : salut, pasar, dan baris.
o. Konsonan [g] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya : gadis
dan agar.
Tetapi, fonem [g] dapat menduduki posisi akhir ketika melafalkan fonem [k]
pada beberapa morfem tertentu, seperti :
1. Morfem gubuk biasa dilafalkan gubug.
2. Morfem grobak biasa dilafalkan grobag atau grobak.
3. Morfem gudek biasa dilafalkan gudeg atau gudek.
p. Konsonan [k] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : kata, akan, dan anak.
Tetapi dalam beberapa morfem yang dipengaruhi oleh bahasa asing, berubah
menjadi fonem [‘] seperti dalam morfem ni’mat, ta’at, bapa’, dan ra’yat.
q. Konsonan [x] dapat menduduki semua posisi. Contohnya :
1. Morfem xitan yang secara ortografi dilambangkan khitan.
2. Morfem axir yang secara ortografi dilambangkan akhir.
3. Morfem tarix yang secara ortografi dilambangkan tarikh.
r. Konsonan [h] dapat menduduki semua posisi. Contohnya : hamil, mahir, dan
sudah.
Tetapi, fonem [h] yang pada beberapa morfem bukan unsur serapan atau
berdistribusi awal sering ditanggalkan, seperti :
1. Morfem hidup menjadi idup.
2. Morfem hisap menjadi isap.
3. Morfem hembus menjadi embus.
3. Distribusi Fonem Diftong atau Gugus Vokal
Fonem diftong atau gugus vokal pada umumnya hanya menduduki posisi akhir,
kecuali diftong [aw] yang dapat menduduki posisi awal dan akhir, seperti pada
contoh berikut :
a. Diftong [aw] hanya dapat menduduki posisi awal dan akhir. Contohnya
berdistribusi pada :
1. Morfem aula menjadi awla apabila dilafalkan.
2. Morfem pulau menjadi pulaw apabila dilafalkan.
b. Diftong [ay] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada :
1. Morfem pantai menjadi pantay apabila dilafalkan.
2. Morfem landai menjadi landay apabila dilafalkan.
c. Diftong [oy] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada:
1. Morfem skoi menjadi skoy apabila dilafalkan.
2. Morfem amboi menjadi amboy apabila dilafalkan.
d. Diftong [y] hanya dapat menduduki posisi akhir. Contohnya berdistribusi pada
morfem survei menjadi survy apabila dilafalkan.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 9
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
4. Distribusi Fonem Klaster atau Gugus Konsonan
Semua fonem klaster atau gugus konsonan dapat menduduki posisi awal, kecuali
fonem klaster [by] dan [ks]. Di mana posisi tengah dapat diduduki oleh semua fonem
klaster kecuali, [dw], [pr], [ps], [sw], dan [spr]. Semetara yang bisa menduduki posisi
akhir adalah fonem klaster [ks], [ps], dan [ng], seperti pada contoh berikut :
a. Klaster [br] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah. Contohnya
berdistribusi pada morfem brah-ma-na, Brail-le, bri-lian, am-brol.
b. Klaster [bl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
blang-ko dan am-blas.
c. Klaster [by] hanya dapat menduduki posisi tengah, seperti pada morfem ambyar, gam-byong, dan gom-byok.
d. Klaster [dr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem dra-ma dan su-dra.
e. Klaster [dw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem dwi-darma.
f. Klaster [dy] hanya dapat menduduki posisi tengah, seperti pada morfem wa-nodya.
g. Klaster [fl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
fla-nel dan in-fla-si.
h. Klaster [fr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
fra-ter dan in-fra.
i. Klaster [gl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
glo-bal dan epi-glo-tis.
j. Klaster [gr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem gra-fis dan alo-graf.
k. Klaster [kl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
kla-sik dan cong-klak.
l. Klaster [kr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem kri-tik dan bi-ro-kra-si.
m. Klaster [ks] hanya dapat menduduki posisi tengah dan akhir, seperti pada
morfem eks-po-nen dan kon-teks.
n. Klaster [kw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem kwar-tir.
o. Klaster [pr] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem pri-ba-di,
pra-du-ga, pra-da-na, dan pra-bu.
p. Klaster [ps] hanya dapat menduduki posisi awal dan akhir, seperti pada morfem
psi-ko-lo-gi, bi-seps, ek-lips.
q. Klaster [sl] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
slo-gan, kor-sle-ting, dan om-slah.
r. Klaster [sp] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem spon-tan, ek-so-spo-ra, dan ek-span-si.
s. Klaster [sr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
sri-kan-di dan swa-sra-ya.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 10
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
t. Klaster [st] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
stu-dio, sta-si-un, ab-stain.
u. Klaster [sw] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem swas-ta.
v. Klaster [sk] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem ska-la, ae-ro-skop, dan mik-ro-skop.
w. Klaster [tr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada morfem
tra-ge-di dan can-trik.
x. Klaster [sy] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem sya-ha-dat dan isya-rat.
y. Klaster [ny] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem nya-li dan ba-nyak.
z. Klaster [ng] dapat menduduki semua posisi, seperti pada morfem nge-but, benang, dan alang-kah.
Tetapi akibat dari pengaruh bahasa asing (Inggris, Belanda) yang terdapat dalam
bahasa Indonesia dengan jumlah gugus konsonan yang terdiri dari tiga buah
konsonan, di antaranya :
a. Klaster [skr] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem skrip-si, tran-skrip.
b. Klaster [str] hanya dapat menduduki posisi awal dan tengah, seperti pada
morfem stra-ta, de-mon-stran, dan ab-strak.
c. Klaster [spr] hanya dapat menduduki posisi awal, seperti pada morfem sprin-ter.
E. Perubahan Fonem
Dalam praktik bertutur, fonem atau bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan saling berkaitan di dalam suatu runtunan bunyi. Oleh karena itu, secara fonetis
maupun fonemis, akibat dari saling berkaitan dan dampak mempengaruhi bunyi-bunyi itu
bisa saja berubah. Dikatakan bersifat fonetis apabila perubahan itu tidak menyebabkan
identitas fonemnya berubah, sedangkan dikatakan bersifat fonemis apabila perubahan itu
menyebabkan identitas fonemnya berubah. Tetapi, dalam bahasa-bahasa tertentu, terdapat
perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain. Berikut
penyebab perubahan-perubahan itu :
1. Akibat Adanya Koartikulasi
Koartikulasi atau artikulasi sertaan atau artikulasi kedua adalah proses artikulasi lain
yang menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer atau artikulasi pertama.
Koartikulasi ini terjadi saat artikulasi primer untuk memproduksi bunyi pertama
berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau
memproduksi bunyi berikutnya. Akibatnya, bunyi pertama yang dihasilkan sedikit
berubah mengikuti ciri-ciri bunyi kedua yang akan dihasilkan. Berikut proses-proses
dari koartikulasi :
a. Labialisasi adalah proses pelabialan atau pembulatan bentuk bibir ketika artikulasi
pertama berlangsung. Selain bunyi labial, bunyi lain dapat dilabialisasikan.
Misalnya, pada bunyi [t] atau fonem [t] adalah bunyi apikoalveolar (ujung lidah dan
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 11
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
ceruk gigi atas), tetapi pada morfem tujuan, bunyi [t] itu akibat dari akan
diucapkannya bunyi [u] yang merupakan vokal bundar, sehingga bunyi [t] disertai
dengan proses pembulatan bibir, sehingga bunyi [t] terdengar sebagai bunyi [tw].
Jadi, morfem tujuan dilafalkan menjadi twujuwan.
b. Retrofleksi adalah proses penarikan ujung lidah melengkung ke arah palatum
(langit-langit keras) sewaktu artikulasi pertama berlangsung sehingga terdengar
bunyi [r]. Selain bunyi apikal (apikodental), bunyi lain dapat diretrofleksikan.
Misalnya, pada bunyi [k] adalah bunyi dorsopalatal, tetapi bunyi [k] pada morfem
kertas dilafalkan sebagai bunyi [kr] karena bunyi [k] itu direfrofleksikan dulu agar
dapat melafalkan bunyi [r]. Jadi, morfem kertas dilafalkan menjadi kretas.
c. Palatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras
(palatum) sewaktu artikulator pertama berlangsung. Selain bunyi palatal, bunyi
lainnya dapat dipalatalisasikan. Misalnya, bunyi [p] adalah bunyi apikoalveolar tak
bersuara, tetapi pada morfem piara, bunyi [p] dipalatalisasikan sehingga terdengar
sebagai bunyi [py]. Sehingga, morfem piara dilafalkan menjadi pyara.
d. Velarisasi adalah proses pengangkatan pangkal lidah (dorsum) ke arah langit-langit
lunak (velum) ketika artikulasi pertama berlangsung. Selain bunyi velar, bunyi lain
dapat divelarisasikan. Misalnya, bunyi [m] pada kata makhluk divelarisasikan
menjadi [mx]. Oleh karena itu, mo makhluk dilafalkan menjadi mxaxluk.
e. Faringalisasi adalah proses penyempitan rongga kerongkongan ketika artikulasi
sedang berlangsung dengan cara menaikkan laring, mengangkat uvular (ujung
langit-langit lunak) serta dengan menarik belakang lidah (dorsum) ke arah dinding
faring. Semua bunyi dapat difaringalisasikan.
f. Glotalisasi adalah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (glotis tertutup rapat)
sewaktu artikulasi pertama berlangsung. Misalnya, bunyi [a] dan bunyi [o] pada
morfem akan dan obat dilafalkan menjadi ‘akan dan o’bat. Begitu juga bunyi [a]
pertama pada kata taat dan saat dilafalkan menjadi ta’at dan sa’at.
2. Akibat Pengaruh Bunyi Lingkungan
Akibat pengaruh bunyi lingkungan maksudnya adanya bunyi yang berada sebelum
atau sesudah bunyi utama, akan terjadi dua peristiwa perubahan, yaitu :
a. Asimilasi adalah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh yang berada
sebelum atau sesudahnya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri
yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
1. Asimilasi Fonemis
Perubahan yang menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem. Misalnya
fonem [b] pada morfem sabtu yang biasa dilafalkan saptu, di mana fonem [b]
berubah menjadi fonem [p] sebagai akibat pengaruh fonem [t]. Karena fonem
[b] adalah bunyi hambat bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi hambat tak
bersuara, oleh karena itu fonem [b] yang bersuara berubah menjadi fonem [p]
karena pengaruh dari fonem [t] yang tak bersuara.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 12
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
2. Asimilasi Fonetis atau Alomorfemis
Perubahan yang tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
Misalnya, fonem [kh] pada morfem makhluk yang biasa dilafalkan maxluk, di
mana fonem [kh] pada silabel makh yang tidak bersuara diubah menjadi fonem
[x] yang bersuara sebagai akibat dari pengaruh fonem [l] dalam silabel luk yang
bersuara. Karena fonem [x] hanyalah alofon dari fonem [kh], sehingga
perubahan dari fonem [kh] ke fonem [x] hanyalah bersifat alofonis.
3. Asimilasi Progresif
Perubahan ketika bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang
mempengaruhinya atau dapat dikatakan apabila arah pengaruh bunyi itu ke
depan. Misalnya, fonem [t] yang merupakan bunyi apikoalveolar atau
apikodental pada morfem stasiun, fonem [t] itu dilafalkan sebagai fonem [t]
laminoalveolar. Di mana perubahan fonem hambat apikoalveolar [t] menjadi
fonem hambat laminoalveolar, dipengaruhi secara progresif dari fonem geseran
laminopalatal [s].
4. Asimilasi Regrasif
Perubahan ketika bunyi yang diubah terletak di depan
mempengaruhinya atau dapat dikatakan apabila arah pengaruh
belakang. Misalnya, fonem [p] yang merupakan bunyi hambat
morfem topdal, fonem [p] itu dilafalkan sebagai fonem hambat
karena pengaruh dari fonem apikoalveolar [d].
bunyi yang
bunyi itu ke
bilabial pada
nasal bilabial
5. Asimilasi Resiprokal
Perubahan ketika bunyi yang diubah terjadi pada kedua bunyi yang saling
mempengaruhi sehingga menjadi bunyi yang lain.
b. Disimilasi adalah perubahan dua buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah
bunyi yang berbeda atau tidak sama. Misalnya, fonem [l] pada morfem belajar yang
merupakan pembentukan dari silabel ber + ajar, di mana seharusnya menjadi
berajar, tetapi karena fonem[r] didimilasikan dengan fonem [l], sehingga menjadi
belajar.
3. Akibat Distribusi
Perubahan yang disebabkan atau dipengaruhi oleh posisi atau letak suatu bunyi dalam
satu satuan ujaran. Sehingga akan terjadi perubahan bunyi yang disebut dengan :
a. Aspirasi adalah pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya
udara dengan keras, sehingga terdengar bunyi [h]. Bunyi yang beraspirasi disebut
bunyi aspirat. Misalnya dapat dilihat pada fonem [p] pada morfem peace, akan
terdengar fonem [ph] dan apabila dilafalkan menjadi pheis.
b. Pelepasan atau release adalah pengucapan bunyi hambat letup tanpa hambaran atau
letupan, lalu dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan, jadi hambatan atau
letupan itu dilepaskan atau dibebaskan. Misalnya, fonem [p] adalah bunyi hambat
letup bersuara, tetapi fonem [p] pada morfem tatap muka dilafalkan tanpa hambat
letup.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 13
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
c. Pemanduan atau pengafrikatan adalah penghilangan letupan pada bunyi hambat
letup. Di mana setelah hambat letup dilepaskan, lalu bunyi digeserkan secara
perlahan-lahan. Jadi artikulasinya bukan hambat letup, tapi menjadi hambat geser.
Misalnya, fonem [t] pada morfem hebat dan tempat dilafalkan menjadi hebats dan
tempats.
d. Harmonisasi vokal adalah proses penyamaan vokal pada silabel pertama terbuka
dengan vokal pada silabel kedua yang tertutup. Misalnya fonem [e] dan fonem [ɛ]
pada morfem bebek dan seret dilafalkan menjadi bɛbɛk dan sɛrɛt. Jadi, walaupun
pada silabel terbuka bunyi [e] itu dilafalkan sebagai [ɛ] juga. Hal ini terjadi karena
pengaruh atau dari distribusi [e] yang terdapat pada silabel kedua yang tertutup.
e. Netralisasi adalah hilangnya kontras antara dua buah fonem yang berbeda.
Misalnya, fonem [b] pada morfem jawab bisa dilafalkan sebagai fonem [p] dan
juga sebagai fonem [b], sehingga kata jawab itu bisa dilafalkan dengan jawab dan
jawap. Hal seperti ini di dalam kajian fonemik disebut arkifonem, yakni dua buah
fonem yang kehilangan kontrasnya. Sebagai arkifonem kedua fonem itu
dilambangkan sebagai arkifonem [B]. Dikatakan sebagai arkifonem [B] karena
apabila diberi proses afiksasi dengan sufiks (-an), fonem [b] itu akan muncul
kembali menjadi jawab + an sehingga apabila disegnemtasikan menjadi ja-wa-ban.
4. Akibat Proses Morfologi
Perubahan bunyi akibat adanya proses morfologi, yang sering disebut juga dengan
morfofonemik atau morfofonologi. Dalam proses ini terjadi beberapa peristiwa, yaitu :
a. Pemunculan fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada
akibat dari terjadinya proses morfologi. Contohnya dapat dilihat dengan :
1. Prefiksasi (me-) atau (pe-) akan muncul bunyi nasal yang homorgan dengan
fonem pertama dari dasar yang diberi prefiks itu. Contohnya, pada morfem (me-)
+ (bina) akan menjadi membina atau pada morfem (pe-) + (bina) akan menjadi
pembina.
2. Munculnya bunyi pelancar [y] apabila sebuah kata yang berakhir dengan bunyi
[i] diberi sufiks (-an) dan akan muncul bunyi pelancar [w] apabila sebuah kata
yang berakhir dengan bunyi [u] diberi sufiks (-an). Contohnya, pada morfem
(hari) + (-an) akan menjadi hariyan atau pada morfem (satu) + (-an) akan
menjadi satuwan.
b. Pelepasan fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologi.
Misalnya, hilangnya fonem [r] yang ada pada prefiks (ber-), fonem [h] pada proses
pengimbuhan dengan akhiran (-wan), fonem [k] pada proses pengimbuhan dengan
akhiran (-nda), dan pada beberapa fonem dalam proses komposisi, pada morfem :
1.
2.
3.
4.
5.
(ber-) + (renang) menjadi berenang.
(sejarah) + (-wan) menjadi sejarawan.
(anak) + (-nda) menjadi ananda.
(pasar) + (-raya) menjadi pasaraya.
(ko-) + (operasi) menjadi koperasi.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 14
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
c. Peluluhan fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menayatu pada fonem
berikutnya. Hal ini terjadi pada prefiksasi (me-) atau (pe-) pada morfem yang
dimulai dengan konsonan tak bersuara yaitu [s], [k], [p], dan [t]. Contohnya :
1. (me-) + (sikat) akan menjadi menyikat.
2. (pe-) + (sikat) akan menjadi penyikat.
3. (me-) + (kirim) akan menjadi mengirim.
4. (pe-) + (kirim) akan menjadi pengirim.
5. (me-) + (pilih) akan menjadi memilih.
6. (pe-) + (pilih) akan menjadi pemilih.
7. (me-) + (tulis) akan menjadi menulis.
8. (pe-) + (tulis) akan menjadi penulis.
d. Pergeseran fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke
dalam silabel berikutnya apabila diberi sufiks (-an). Cotohnya pada morfem
(makan) + (-an) akan menjadi ma-ka-nan.
e. Perubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain
karena menghindari adanya dua bunyi yang sama atau disebut juga dengan
disimilasi. Misalnya dalam proses prefikasi (ber-) dan (ter-) pada morfem :
1. (ber-) + (ajar) akan menjadi belajar.
2. (ter-) + (lanjur) akan menjadi terlanjur.
5. Akibat Perkembangan Sejarah
Perubahan bunyi di sini tidak berkaitan dengan kajian fonologi, melainkan dengan
pemakaian sejumlah unsur leksikal di dalam masyarakat dan budaya. Perubahan yang
berkenaan dengan perkembangan sejarah pemakaian bahasa ini, antara lain :
a. Kontraksi atau penyingkatan adalah proses menghilangkan sebuah bunyi atau lebih
pada sebuah unsur leksikal. Dilihat dari bagian mana dari unsur leksikal yang
dihilangkan, dapat dibedakan menjadi :
1. Aferesis adalah proses penghilangan satu fonem atau lebih pada awal kata.
Contohnya morfem tetapi menjadi tapi.
2. Apokop adalah proses penghilangan satu fonem atau lebih pada akhir kata.
Contohnya morfem presiden menjadi presiden.
3. Sinkop adalah proses penghilangan sebuah fonem atau lebih pada tengah kata.
Contohnya morfem baharu menjadi baru.
b. Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi
dua bentuk kata yang bersaing. Lazimnya, bentuk asli dan bentuk metatesisnya
sama-sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi. Contohnya morfem jalur
menjadi lajur.
c. Diftongisasi adalah proses perubahan vokal tunggal menjadi vokal rangkap secara
berurutan. Perubahan vokal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam
satu puncak kenyaringan, jadi masih dalam satu silabel. Contohnya pada :
1. Fonem [o] dalam morfem sentosa dilafalkan menjadi sentausa.
2. Fonem [e] dalam morfem teladan dilafalkan menjadi tauladan.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 15
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
d. Monoftongisasi adalah proses perubahan dua buah vokal atau gugus vokal menjadi
sebuah vokal. Proses ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia akibat dari ingin
memudahkan ucapan. Contohnya dalam morfem ramai diucapkan menjadi rame.
e. Anaftiksis adalah proses penambahan bunyi vokal di antara dua konsonan dalam
sebuah kata atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata tertentu. Terbagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Protesis adalah proses penambahan bunyi pada awal kata. Contohnya pada
morfem mas menjadi emas.
2. Epentesis adalah proses penambahan bunyi pada posisi tengah kata. Contohnya
pada morfem kapak menjadi kapak.
3. Paragog adalah proses penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Contohnya
pada morfem adi menjadi adik.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 16
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembelajaran yang sudah kami jabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
fonem adalah objek kajian dari fonemik yang merupakan salah satu bidang kajian fonologi
yang mempelajari, membahas membicarakan dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Di mana fonemik yang mengkaji mengenai bunyi
bahasa dengan memperhatikan fungsi yang memberikan pengaruh pada makna sebuah bunyi
bahasa, yang meliputi gugus, deret, distribusi, dan perubahan fonem dalam sebuah morfem.
Dan hasil dari kajian ini salah satunya digunakan untuk membantu manusia agar dapat
berkomunikasi, membantu manusia yang mendapatkan kesulitan dalam berbicara maupun
mendengar serta membantu manusia agar dapat lebih memahami dan memperhatikan
bagaimana sebuah kata dan bahasa dapat terbentuk sehingga tidak ada lagi kekeliruan dan
kesalahpahaman.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 17
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.
Fonologi Bahasa Indonesia - Gugus, Deret, Distribusi dan Perubahan Fonem 18
Bahasa Indonesia : Inggit – Nova – Maryam – Titin - Trias
copyright : 1-B PBSI’STKIP Garut © 2017