Laporan PRAKTIKUM 1 Ikan Terbang dan Tal

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN,
REPRODUKSI, DAN KEBIASAAN MAKAN) IKAN TERBANG
(Hirundichthys oxycephalus) DAN TALANG – TALANG
(Chorinemus tala)
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
mata kuliah Biologi Perikanan semester genap
Disusun oleh :
VIDYA YUSTINDRIARINI

230110140022

RIZKY ADIKUSUMA

230110140058

TANTI YUNITA LEMANSARI

230110140059

Perikanan A / 10


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

1

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, kepada kita semua, salawat serta salam semoga terlimpah curah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat Rahmat-Nya, laporan
praktikum ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Praktikum ini
adalah tugas dari mata kuliah Biologi Perikanan yang disusun untuk memenuhi
tugas praktikum mata kuliah Biologi Perikanan prodi Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, yang berjudul “Analisis Aspek Biologi
(Pertumbuhan,


Reproduksi,

dan

Kebiasaan

Makan)

Ikan

Terbang

(Hirundichthys oxycephalus) dan Talang – Talang (Chorinemus tala)”
Dalam pembuatan laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih diantaranya, kepada
Dosen Biologi Perikanan, asisten dosen serta semua rekan dan keluarga yang telah
mendukung baik secara moril maupu materil sehingga laporan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya kami berharap semoga apa yang ada dalam laporan ini dapat
bermanfaat, untuk kami khususnya, dan untuk pembaca pada umumnya. Amin.


Jatinangor, Maret 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI
BAB

Halaman

Daftar Tabel………………………………………………………………. i
Daftar Gambar…………………………………………………………… ii
Daftar Lampiran…………………………………………………………. iii
I

II

III


IV

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan

1
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Terbang
2.1.1 Morfologi Ikan Terbang
2.1.2 Klasifikasi Ikan Terbang
2.2 Hubungan Panjang Berat
2.3 Perbandingan Jenis Kelamin (Sex ratio)
2.4 Tingkat Kematangan Gonad
2.5 Indeks Kematangan Gonad
2.6 Hepatosomatik Indeks
2.7 Fekunditas

2.8 Posisi Inti Telur
2.9 Kebiasaan Makan

3
3
4
4
6
8
9
10
11
12
12

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengukuran Panjang dan Berat
3.3.2 Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad
3.3.3 Pengamatan IKG
3.3.4 Pengamatan Food and Feeding Habits
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data

14
14
14
14
14
15
15
15
15

Hasil

Pengukuran
16
4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ratio Kelamin Kelompok 16
4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok
16
4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habit Kelompok
17
4.1.4 Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Angkatan
17
4.1.5 Hasil Regresi Pertumbuhan Angkatan
27
4.1.6 Hasil Pengamatan Reproduksi Angkatan
33
4.1.7 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habit
38

ii

4.1.8 Tingkat Trofik


42

V

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Pertumbuhan dan Ratio
4.2.2 Pembahasan Reproduksi
4.2.3 Pembahasan Food and Feeding Habit

43
43
44
46

KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

49
50


iv

DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman

Judul

1. Data Pertumbuhan dan Ratio Kelamin………………………………16
2. Data Reproduksi Ikan Terbang Jantan……………………………....16
3. Data Pengamatan food and feeding habit Ikan Terbang
Jantan………………………………………………………………. 17
4. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin
Ikan Terbang Jantan Angkatan
17
5. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin
Ikan Talang – Talang Angkatan
21
6. Distribusi Frekuesi Ikan Terbang Jantan

23
7. Distribusi Frekuesi Ikan Terbang Betina
24
8. Distribusi Frekuesi Ikan Talang - Talang Jantan
25
9. Distribusi Frekuesi Ikan Talang - Talang Betina
26
10. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Terbang Jantan
27
Angkatan
11. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Terbang Betina
Angkatan
29
12. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Talang - Talang Jantan
Angkatan
30
13. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Talang – Talang Betina
Angkatan
31
14. Data Reproduksi Ikan Terbang Jantan Angkatan

32
15. Data Reproduksi Ikan Terbang Betina Angkatan
33
16. Data Reproduksi Ikan Talang – Talang Jantan Angkatan
33
17. Data Reproduksi Ikan Talang – Talang Betina Angkatan
33
18. Data Reproduksi Ikan Terbang Betina
35
19. Data Reproduksi Ikan Talang Betina
36
20. Hasil Pengamatan Angkatan food feeding habit Ikan Terbang
38
21. Hasil Pengamatan Angkatan food feeding habit Ikan Talang
39
22. Indeks Propenderan Ikan Terbang
40
23. Indeks Propenderan Ikan Talang
41

v

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman

Judul

1. Ikan Terbang……………………………………………………….. 4
2. Grafik Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan………………….. 5
3. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Terbang Jantan………………… 23
4. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Terbang Betina…………………. 25
5. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Talang-Talang Jantan
26
6. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Talang-Talang Betina
27
7. Grafik TKG Ikan Terbang Jantan dan Betina
34
8. Grafik TKG Ikan Talang Jantan dan Betina
34
9. Grafik Ikan Terbang Jantan dan Betina
37
10. Grafik Ikan Talang Jantan dan Betina
37
11. Grafik Food and Feeding Ikan Terbang
41
12. Grafik Food and Feeding Ikan Talang
42

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Judul
Halaman

1. Alat dan Bahan Praktikum
2. Kegiatan Praktikum
3. Prosedur

50
51
52

vii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu,

baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai
maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan
perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Tempat diambilnya ikan yaitu dari laut
Cilautereun yang lokasinya berada di Garut Selatan. Dinamakan Cilautereun
karena air laut di muara Cilautereun bergerak bukan menuju laut menuju ke
daerah muara.
Ikan terbang sangat digemari di Jepang karena telurnya yang dapat
dimakan sebagai hidangan sushi. Nama latin ikan terbang adalah Hirundichthys
oxycephalus. Di Jepang, ikan terbang dikenal dengan nama Tobiuo. Di Majene
(Sulawesi Barat), mereka dikenal dengan panggilan ikan tuing-tuing. Ada
sekitar 52 spesies ikan terbang di dunia, beberapa di antaranya memiliki dua
pasang sirip (satu pasang di sekitar dada dan satu pasang di sekitar perut) yang
jika dikembangkan terlihat ikan terbang seperti memiliki empat sayap. Ikan
terbang dengan dua pasang sayap ini disebut dengan istilah biplanes, sedangkan
ikan terbang yang hanya memiliki satu pasang sayap disebut monoplanes.
Analisis biologi berdasarkan aspek pertumbuhan, reproduksi dan
kebiasaan makan ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus) dan ikan talang –
talang (Chorinemus tala) dilakukan agar dapat menentukan pertumbuhan
maksimal ikan, kapan ikan akan matang gonad dan dapat juga menentukan jumlah
populasi spesies tersebut di alam. Aspek aspek biologi seperti ini dapat dijadikan
acuan untuk melakukan penelitian terhadap satu spesies yang hampir punah atau
untuk mencegah populasi spesies tersebut agar berkelanjutan kehidupannya.
Penentuan pertumbuhan dan perkembangan pada ikan sangat penting
karena sekaligus juga dapat menentukan umur ikan juga tingkat kematangan
gonad ikan. Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang

1

secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan
pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai
untuk membedakan jantan dan betina. Apabila suatu spesies ikan mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina maka spesies
ikan mempunyai seksual dimorphisme (memperhatikan benda-benda yang
terdapat pada tubuh ikan, atau morfologi). Apabila yang menjadi tanda itu warna
maka ikan itu mempunyai seksual dichromatisme (memperhatikan warna yang
terdapat pada tubuh dan bagian-bagian tubuh ikan) pada ikan jantan biasanya
warnanya agak lebih cerah dan menarik daripada ikan betina.
1.2

Maksud dan Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Biologi Perikanan ini adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan ikan baik panjang dan berat
2. Mengetahui hubungan panjang dan berat
3. Mengenali perbedaan jenis kelamin jantan dan betina pada ikan terbang
(Hirundichthys oxycephalus) secara morfologi dan anatomi.
4. Mengetahui tingkat kematangan gonad
5. Mengetahui ciri – ciri khusus ikan yang akan memijah dan setelah
memijah
6. Mengetahui kebiasaan makan dan kesukaan makan ikan tersebut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Ikan Terbang

2.1.1

Morfologi Ikan Terbang
Ikan terbang merupakan ikan pelagis kecil yang hidup pada kedalaman

hingga 20 meter. Ikan ini tersebar di Samudera Hindia, Samudera Atlantik, dan
Samudera Pasifik. Ikan terbang banyak tersebar di wilayah khatulistiwa dan
berjumlah sedikit di bumi bagian utara dan selatan (Hutomo et al., 1985).
Ikan terbang memiliki bentuk tubuh yang bulat memanjang seperti cerutu.
Tubuhnya agak mampat pada bagian samping. Ikan terbang memiliki warna yang
gelap di bagian atasnya dan warna yang cerah di bagian bawahnya. Warna gelap
berfungsi sebagai kamuflase untuk menghindari pemangsa dari udara seperti
burung. Sedangkan warna cerah di bagian bawah berfungsi sebagai kamuflase dari
ikan-ikan pemangsa. Ikan terbang memiliki rahang yang sama panjang. Ikan
terbang memiliki 10-12 duri-duri lemah pada sirip dorsalnya, pada sirip anal
berjumlah 11-12, dan pada sirip pectoral sebanyak 14-15 dengan sirip pertama
tidak bercabang (Parin, 1999).
Ciri khas dari ikan terbang adalah sirip pectoral yang lebar dibandingkan
ikan-ikan pada umumnya. Sirip pectoral yang lebar diadaptasikan untuk melayang
diatas permukaan air. Ikan terbang memiliki garis lateral pada bagian bawah
tubuhnya (Hutomo et al., 1985) . Ikan terbang biasanya melayang di atas
permukaan air untuk menghindari mangsa. Ikan terbang dapat mencapai jarak 400
meter.

3

2.1.2

Klasifikasi Ikan Terbang

Klasifikasi dari ikan terbang menurut Parin (1999) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Beloniformes
Famili : Exocoetidae
Genus : Hirudichthys
Spesies : Hirudichthys oxycephalus
(Bleeker 1852)
2.2

Gambar 1. Ikan Terbang
(Sumber : dokumentasi pribadi)

Hubungan Panjang Berat
Berat dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Hubungan panjang

dengan berat hampir mengikuti daripada hukum kubik, dimana berat merupakan
hasil pangkat tiga dari panjang. Namun, hubungan panjang dan berat pada ikan
tidaklah demikian karena bentuk dan ukuran dari tiap ikan berbeda-beda (Effendi
2002).
Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang dan beratnya. Ikan yang
berumur lebih tua biasanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding
dengan ikan yang lebih muda. Ikan betina biasanya lebih berat dari ikan jantan
pada usia yang sama. Saat matang telur, ikan cenderung lebih gemuk dan berat.
Setelah bertelur, ukuran ikan menyusut kembali seperti semula. Panjang dan berat
ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan pada lingkungan hidupnya
(Poernomo 2002).
Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan
ikan di alam. Pengukuran panjang dan berat juga harus menggunakan sistem
metrik ataupun sistem yang lazim digunakan (Effendie 1979). Menurut Saputra
(2008) rumus hubungan yang antara panjang total ikan dengan beratnya adalah
persamaan eksponensial sebagai berikut (Effendie 2002) :

W = a Lb
Dengan keterangan :
W

: Berat total ikan (g)

L

: Panjang ikan (mm)

a

: Konstanta

b

: Eksponen atau sudut tangensial
Hasil dari plot data panjang dan berat ikan dalam suatu gambar, maka akan

didapatkan grafik hubungan sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan
(Sumber : Effendi 1997)

Persamaan diatas dapat digambarkan dalam bentuk linier dengan logaritma
menjadi log W = log a + b log L. Nilai a dan b harus ditentukan, sedangkan nilai
W dan L dapat diketahui dengan cara pengukuran dari ikan yang diteliti. Rumus
untuk mencari nilai a adalah sebagai berikut (Lagler 1961) :

log a=∑ logW × ∑ ( log L)2−∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
Sedangkan untuk mencari nilai b rumusnya adalah sebagai berikut :
b ¿ ∑ logW −¿ ¿ ¿
Dengan N merupakan jumlah ikan yang sedang dihitung

Hubungan antara panjang dan berat dapat dilihat dengan nilai konstanta b
(Effendi 1997). Dengan kemungkinan nilai b dapat sama dengan tiga, lebih dari
tiga, atau kurang dari tiga. Jika nilai b sama dengan tiga, maka hubungan yang
terbentuk adalah hubungan isometrik dimana pertumbuhan panjang dan berat
seimbang. Jika konstanta b bernilai lebih dari tiga, maka hubungan yang terbentuk
adalah alometrik positif dimana pertumbuhan berat lebih besar dari pertumbuhan
panjang. Jika konstanta b bernilai kurang dari tiga, maka hubungan yang
terbentuk adalah alometrik negatif dimana pertumbuhan berat lebih kecil dari
pertumbuhan panjang.
2.3

Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah

ikan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan seimbang yaitu 50%
jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies.
Tetapi, perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola
distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan
keseimbangan rantai makanan (Effendie 2002).
Penyimpangan dari kondisi ideal tersebut disebabkan oleh faktor tingkah
laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya.
Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Ketika
melakukan migrasi, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian
menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang
seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Ikan jantan dan betina dapat
dibedakan berdasarkan sifat seksual primer dan sekunder. Sifat seksual primer
ditandai dengan ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina dan testis dengan
pembuluhnya pada ikan jantan. Ciri seksual primer hanya dapat dilihat dengan
melakukan pembedahan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat
dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Sifat seksual sekunder dapat dibagi
menjadi dua yaitu bersifat sementara yaitu hanya muncul pada musim pemijahan
saja dan bersifat permanen, yaitu tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim
pemijahan (Effendie 2002).

Penentuan jenis kelamin ikan menjadi sangat penting dalam kegiatan
budidaya. Beberapa ikan mempunyai sifat hermaprodit, individu ikan akan
berubah jenis kelaminya pada saat ikan mencapai bobot tertentu. Kondisi ini yang
seringkali menyulitkan penetuan secara visual. Secara umum untuk membedakan
ikan jantan atau betina dapat dilakukan dengan melakukan pemijatan pada bagian
perut ikan (stripping) atau kanulasi (Permana 2007). Seksualitas ikan dapat
ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual sekunder dan seksual primer.
Pengamatan seksual primer harus dengan pembedahan perut ikan. Sedangkan
pengamatan seksual sekunder dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yaitu
bentuk tubuh. Organ pelengkap dan warna (Andea 2005 dalam Putra 2012).
Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya.
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan jantan dan betina. Apabila suatu spesies ikan mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina maka spesies
ikan mempunyai seksual dimorphisme (memperhatikan benda-benda yang
terdapat pada tubuh ikan, atau morfologi). Apabila yang menjadi tanda itu warna
maka ikan itu mempunyai seksual dichromatisme (memperhatikan warna yang
terdapat pada tubuh dan bagian-bagian tubuh ikan) pada ikan jantan biasanya
warnanya agak lebih cerah dan menarik daripada ikan betina (Effendi 1997). Sifat
seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua, yaitu sifat seksual sekunder yang
bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya
ovipositor, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya
semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya
jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda
menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus
atromaculatus jantan. Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap,
yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan.
Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium
pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang
lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang. Secara umum untuk

membedakan ikan jantan atau betina pada ikan nilem dapat dilakukan dengan
melakukan pemijatan pada bagian perut ikan (stripping atau kanulasi) (Permana
2007).
Sifat seksual primer pada ikan berkaitan dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Sedangkan sifat seksual
sekunder ialah tanda–tanda yang nampak dari luar dan dapat dipakai untuk
membedakan antara jantan dan betina. Apabila pada suatu spesies ikan
mempunyai morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan antara jantan dan
betina, maka spesies tersebut mempunyai seksual dimorfisme (Effendi 2002).
2.4

Tingkat Kematangan Gonad
Organ reproduksi ikan memiliki proses perkembangan sesuai umur yang

disebut dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Tingkat Kematangan Gonad
yaitu tahapan perkembangan gonad sebelum hingga setelah memijah (Effendie
1979). Pengetahuan kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui
perbandingan antara ikan yang sudah matang gonad dengan ikan yang belum
matang gonad dari stok yang ada di perairan, ukuran atau umur ikan saat pertama
kali matang gonad, mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan, dan frekuensi
pemijahan dalam kurun waktu satu tahun (Effendie 1997).
Salah satu cara untuk mengukur Tingkat Kematangan Gonad yaitu dengan
mengukur perbandingan panjang gonad dengan rongga tubuh. Selain itu dapat
pula dilakukan dengan mengamati warna gonad, pembuluh darah, dan jumlah
telur yang ada dalam gonad (Effendie 1979). Ada dua faktor yang mempengaruhi
waktu ikan mencapai kematangan gonad yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi yaitu jenis ikan, umur, ukuran, dan sifat
fisiologis masing-masing ikan. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi yaitu
ketersediaan makanan (Lagler et al., 1997). Proses perkembangan telur dan
sperma serta pengeluarannya memerlukan energi ekstra serta kondisi yang baik
(Royce 1972).
Menurut Kesteven dalam (Effendi 1997) membagi tingkat kematangan
gonad dalam beberapa tahap yaitu:

1.

Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung,
testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur
tidak terlihat dengan mata biasa.

2.

Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu
dapat terlihat dengan kaca pembesar.

3.

Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna
kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

4.

Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerahmerahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur.
Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah.

5.

Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih,
keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat,
beberapa dari telur ini jernih dan masak.

6.

Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal dalam ovarium.

7.

Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat
telur.

8.

Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9.

Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah

2.5

Indeks Kematangan Gonad
Dalam proses reproduksi terjadi pertambahan berat gonad yang sejalan

dengan bertambahnya diameter telur. Perkembangan berat gonad akan
mempengaruhi berat tubuh ikan. Indeks Kematangan Gonad dapat dihitung
dengan membagi berat gonad dengan berat tubuh ikan lalu dikalikan 100 persen.
Nilai Indeks Kematangan Gonad akan mencapai kisaran maksimum saat ikan

akan memijah, lalu berangsur-angsur menurun setelah memijah. Perbandingan
nilai IKG betina lebih besar daripada jantan (Effendie 1997).
Rumus untuk menghitung IKG adalah sebagai berikut :
IKG=

Bg
×100 %
Bw

Dengan keterangan :
IKG

= Indeks Kematangan Gonad (%)

Bg

= Berat Gonad (gram)

Bw

= Berat Tubuh (gram)

2.6

HSI (Hepatosomatik Indeks)
Hepatosomatik Indeks (HSI) merupakan indeks yang menunjukan

perbandingan berat tubuh dan berat hati dan dinyatakan dalam persen (Effendi
1997). Hepatosomatik indeks pada saat perkembangan kematangan gonad menjadi
salah satu aspek penting, karena menggambarkan cadangan energin yang ada pada
tubuh ikan sewaktu ikan mengalami perkembangan kematangan gonad. Dalam
proses maturasi hepatosomatik indeks akan menurun berbanding terbalik dengan
indeks gonadosomatik.
Hati merupakan organ penting yang mesekresikan bahan untuk proses
pencernaan. Bahan cadangan nutrient terdapat di dalam sel hati adalah butiran
lemak dan glikogen. Secara umum hati berfungsi sebagai tempat metabolism
karbohidrat, lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu. Selain
berperan dalam perkembangan gonad, menunjukan bahwa hepatosomatik indeks
memiliki peranan dalam pemuasaan, dalam penelitian indeks hepatosomatik
digunakan untuk menggambarkan distribusi energi pada ikan, yaitu penurunan
pada nilai indeks hepatosomatik. Hai ini menandakan bahwa ada cadangan energi
yang ada di hati dipakai untuk mempertahankan metabolisme tubuh.

2.7

Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang telah matang sebelum dikeluarkan

pada waktu ikan memijah (Effendie 1979). Spesies ikan yang memiliki fekunditas
tinggi biasanya melakukan pemijahan pada daerah permukaan. Sedangkan ikan
yang memiliki fekunditas rendah akan melindungi telurnya dengan tanaman atau
substrat lainnya. Lingkungan mempengaruhi fekunditas telur ikan (Nikolski
1963). Selain kondisi lingkungan, makanan juga mempengaruhi fekunditas
(Wotton 1979 dalam Susilawati 2000). Meningkatnya ukuran tubuh ikan seiring
dengan fekunditas, lalu akan menurun (Suwarni 1998).
Metode perhitungan fekunditas dapat dilakukan dengan cara berikut :
a.

Mengitung langsung satu persatu telur ikan

b.

Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur yang dirumuskan
sebagai berikut :
X : x= V : v
Atau
V
F= × x
v
Dengan keterangan :
X/F
x
V
v

c.

= Jumlah telur yang akan dicari
= Jumlah telur dari sebagian gonad
= Volume seluruh gonad
= Volume sebagian gonad contoh

Metode gravimetrik
Perhitungan fekunditas telur dengan metode gravimetrik dilakukan dengan

cara mengukur berat seluruh telur yang dipijahkan dengan teknik pemindahan air.
Selajutnya telur diambil sebagian kecil diukur beratnya dan jumlah telur dihitung.
Dengan bantuan rumus berikut ini :
F=

G
×n
g

Keterangan:
F
G

= fekunditas jumlah total telur dalam gonad
= bobot gonad setiap ekor ikan

g
n
2.8

= bobot sebagian gonad
= jumlah telur dari gonad

Posisi Inti Telur
Pergerakan inti telur terbagi kedalam tiga fase, yakni fase vitelogenik,

kemudian fase awal matang, dan fase matang. Fase vitelogenik dicirikan dengan
inti telur di tepi, fase awal matang dicirikan dengan inti telur berada di tengah, dan
fase matang dicirikan dengan inti telur yang telah melebur atau mengalami GVBD
(Germinal Visicle Break Down) yang dipengaruhi oleh proses steroidogenesis.
Pergerakan inti telur akan berdampak positif terhadap tingkat pembuahan dalam
proses pemijahan. Posisi inti yang melakukan peleburan dan berada di bawah
mikrofil menyebabkan sperma mudah melakukan proses pembuahan.
Diameter telur diukur di bawah mikroskop binokuler dengan bantuan
mikrometer okuler yang telah ditera sebelumnya. Pengukuran dilakukan pada
telur yang telah berada pada tingkat kematangan gonad III dan IV. Perkembangan
diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat kematangan
gonad (Effendie 1997).Selanjutnya diameter telur dianalisis dalam bentuk
histogram.
Diameter telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Rodriquez et al. 1995):
Ds= √ D × d
Dengan Keterangan:
Ds
D
d

= diameter telur sebenarnya (mm),
= diameter telur secara horizontal (mm),
= diameter telur secara vertikal (mm).

2.9

Kebiasaan Makan
Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas, dan kualitas makanan yang

dimakan oleh ikan. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makanan ikan antara
lain penyebaran suatu organisme makanan dan ketersediaan makanan di
lingkungan perairan tersebut (Effendie 2002). Penyebaran jenis makanan yang
paling banyak di suatu perairan akan menyebabkan pengambilan dari jenis

makanan tersebut bertambah (Effendie 1979). Kebiasaan makanan ikan-ikan dapat
berbeda sesuai perubahan waktu meskipun penangkapannya dilakukan pada
tempat yang sama (Lagler 1966).
Berdasarkan sumber makanannya ikan dapat diklasifikan sebagai berikut :
a.

Herbivora
Ikan ini tidak memiliki gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat

menyaring plankton dari air. Ikan ini tak mempunyai lambung sejati, tetapi
terdapat bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekskresi asam,
mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat pencerna makananya. Ususnya
panjang berliku-liku dindingnya tipis.
b.

Karnivora
Ikan ini memiliki gigi untuk menyergap, menahan, dan merobek mangsa

dan jari-jari tapis insangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut,
dan menggilas mangsa. Memiliki lambung sejati, palsu dan usus pendek, tebal dan
elastis.
c.

Omnivora
Ikan omnivora adalah ikan yang memakan sembarang materi dengan ukuran

tertentu yang bisa masuk kedalam mulutnya. Ikan ini memiliki penyesuaian yang
baik dengan berbagai makanan yang diberikan.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat
Praktikum biologi perikanan mengenai Analisis Aspek Biologi pada Ikan

Terbang dan Talang – Talang ini dilaksanakan pada Selasa, 22 Maret 2016 yang
bertempat di laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.
3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat

1.

Timbangan, untuk mengukur berat ikan, gonad, hati dan isi usus ikan

2.

Pinset, untuk membantu proses pembedahan dan pengambilan organ dari
perut

3.

Pisau, untuk melakukan pembedahan

4.

Gunting, untuk melakukan pembedahan

5.

Cawan petri, untuk menyimpan gonad, hati dan isi usus

6.

Mikroskop, untuk melihat telur ataupun melihat isi usus

7.

Penggaris, untuk mengukur panjang ikan

8.

Sonde, untuk mematikan ikan

9.

Cover Glass, untuk meletakkan suatu objek yang akan diamati dengan
mikroskop

3.2.2

Bahan

1.

Ikan uji

2.

Larutan serra

14

3.3

Prosedur Kerja
Ikan yang diteliti berjenis kelamin jantan, sehingga tidak dilakukan

fekunditas, diameter telur dan posisi telur. Pengamatan yang dilakukan yaitu
pengukuran panjang dan berat, pengukuran tingkat kematangan gonad,
pengukuran indeks kematangan gonad, dan food and feeding habits.
3.3.1

Pengukuran Panjang dan Berat

1. Ikan dimatikan dengan ditusuk bagian kepalanya
2. Ikan diukur dan ditimbang
3. Hasil pengukuran dicatat
3.3.2

Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad

1. Ikan dibedah menggunakan gunting
2. Gonad ikan diamati
3. Gonad diamati dengan metode Kesteven
3.3.3

Pengamatan Indeks Kematangan Gonad

1. Gonad ditimbang
2. Indeks Kematangan Gonad dihitung dengan rumus yang sudah dijelaskan
3.3.4

Pengamatan Food and Feeding Habits

1. Usus ikan diambil
2. Isi usus ikan dikeluarkan
3. Isi usus ikan dilarutkan dengan akuades
4. Isi usus ikan yang sudah dilarutkan diamati dengan mikroskop

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Data Hasil Pengukuran

4.1.1

Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Kelompok

Kelompok

: 10

Hari/ Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Spesies Ikan : Ikan Terbang

Asal Ikan

: Cilautereun

Berdasarkan hasil pengamatan aspek biologi analisa pertumbuhan ikan
terbang jantan diketahui :

Tabel 1. Data Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Ikan Terbang Jantan
Pertumbuhan
Panjang (mm)
Berat (gr)
SL
FL
TL
190
210
250
128

4.1.2

Kelamin
Jantan

Betina



Hasil Pengamatan Reproduksi Kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai analisa reproduksi ikan terbang

jantan, didapatkan hasil :
Tabel 2. Data Pengamatan Reproduksi Ikan Terbang Jantan

TKG

BG

PG

IKG

Perkembangan II

(gr)

(mm)

(%)

2

9

1.6

Perhitungan :

1.

Perhitungan IKG

IKG=

Bg
×100 %
Bt

IKG=

2
×100 %
128
IKG=1.6 %

4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan food and feeding habits ikan terbang jantan,
didapatkan hasil :
Tabel 3. Data Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Terbang Jantan
Fitoplankton



4.1.4

Zooplankton
-

Benthos

Bag.
Hewan

Bag.
Tumbuhan

Detritus

Ikan

-

-

-

-

-

Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Angkatan

Hari/ Tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Spesies Ikan : Ikan Terbang dan Talang - Talang

Asal Ikan

: Cilautereun

Jumlah Ikan

: 60

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pertumbuhan ratio dan kelamin
ikan terbang angkatan, diketahui :

Tabel 4. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Ikan Terbang

Angkatan

Pertumbuhan
Kelamin
Kel-

Nama Praktikan

Panjang (mm)
Berat
SL

FL

TL

Jantan

Betina

230

240

270

137.88

230

240

300

193.36



235

240

289

216.6



Hilya Andiani

3A

Freddy Aditya



Julian Alfath

Fadhilah Rayafi
6A

Mahesa Giyats

Reifolnanda
7A

Fadilah Amelia

Despriyanto Supriadi

Rasio
Kelamin

Deanta Faiz

Pertumbuhan
Nama Praktikan

Kelamin

Panjang (mm)

Kel-

Berat

Jantan



SL

FL

TL

189

213

255

114.89

195

210

250

117.38

190

210

250

128

215

221

267

147.28

Gitri Maudy

8A

Prasetya Adhi
Agid Faishal

Fitri Rizki Febrianty


9A

Farras Ghaly

Mukhamad Rifqi A.
Vidya Yustindriarini


10A

Rizky Adikusuma
Tanti Yunita

Maryam Nurlatifah


11A

Ahmad Fadhillah

Dita Azzohrah


13A

Syifa Hanifah

160

165

200

62.86

Betina

Ratio
Kelamin

M. Faisal A.
Anwar M. S.

Tri Nurhadi


15A

Hapsari

185

205

245

116.59

158

170

202

72.12

185

201

240

118.97

220

235

275

163.17

164

183

220

102.6

M. Rohimda
Alya Mirza Artiana


16A

Arief Hidayatullah
Helena Asut

Fikri Khairi


17A

Breagitta

Meiti Anita
Nadia Maudina

18A

Andreas Erik



Gilang Yandika

Rofiah Khairunisa
19A

Ahmad Reynaldi

Yohanes Bagas P.



Wulan Sutiandari
21A

Septy Audiyanti

235

248

312

191.12

185

200

245

108.38



M Agung Meidito
Teguh Firmansyah


22A

Nadimas
Sukma Widyawati

Pertumbuhan
Kel-

Nama Praktikan

Kelamin

Panjang (mm)
Berat
SL

FL

TL

185

200

253

Jantan

Betina

Idzhar Syifana R

1B

Agiandanu



115

Lina Aprilia


3B

Firdaus
Shinta Siti F

205

215

260

126

Ratio
Kelamin

Imas Siti Zaenab
Siti Laila Rufaidah


4B

Ade Khoerul Umam

190

208

247

113

230

250

280

197

210

223

270

136

210

225

260

128

Ulfah M

Pipit Widia Ningsih


5B

Ilvan Aji P

Lena Lutfina
Imas Siti Nurhalimah


6B

Egi Sahril
Yunia Qonitatin AM

Disa Nirmala


7B

Hardiono Tondang

Zukhrufa Dewi
Christ Permana



Syifa Mauladani
9B

250
Darajat Prasetya W

Didi Arpindi

257

308

204

Ruli Aisyah


12B

Adi Prasetyo

177

198

237

100.18

152

176

206

68.61

Eka Agustina
14B

Neng Rima N



Achmad Raffi U
Indra Adiwiguna

15B

Felisha Gitalasa

249

238

289

189.77


Januar Awalin H

Gusman Maulana
16B

Adinda Kinasih J

195

210

255

132.01


Deliani D Freskya
Rezky Hartanto

17B

Melinda Iriani

195

210

24

125.93


Arnesih

Mochmmad Elang

Kel-

Nama Praktikan

Pertumbuhan

Kelamin

Ratio
Kelamin

Panjang (mm)
Berat
SL

FL

TL

220

245

300

185.45

240

250

300

167.62

184

203

249

115.24

Jantan

Betina

Tuhpatur Rohmah


18B

Amalia Fajri R

Ahmad Abdul G
Nurhalimah


19B

Egi Rhamadan
Agung Setiawan

Hyunananda


20B

Wahyu Setiawan

Intan Nadifah
Ristiana Dewi



Rizki Ayu R
21B

220

239

289

192.05

220

245

290

209.38

Ivan Maulana P

Gilang Ramadan
22B

Ayang Denika

Agnesia Amalia S



Annisa Putri S
Sadra Muhammad


1C

Laily Latifah

220

235

275

153.82

Hazimah Fikriyah

Astri D.


2C

Dyara Ridwantara

195

205

250

118

Helinda Utami

Nita Ulfah


4C

Ricky Rahmat M

260

270

355

221

190

210

260

125

235

240

300

184

175

180

210

78.13

Salma Azka

Ghifar Hakim


6C

Shelvy Vestadia

Ranti Rahmadina

Alyannisa Ayu


7C

M.Indra Nata

Esha Resti

9C

Fakhrizal Dwi R
Yulita



Rabgga Maulana
Naufal Trofis

10C

Tiara Ghasisany

250

260

250



213.96

Citra Melinda

Pertumbuhan
Kel-

Nama Praktikan

Kelamin

Panjang (mm)
Berat
SL

FL

TL

255

260

306

220.92

190

205

250

102.21

195

214

271

117.06

Jantan

Betina

Arita

11C

Bhayu P



M Fauzan Azima

Dwi Ari


12C

Anissa Irawati

Dwi Oktarahdiana

Mauren Widiandoni


14C

M Ikhsan C U

Viga Ananda W

Ratio
Kelamin

Lutfi Rahman


15C

Arsa Dipanoto

220

235

285

151.94

Try Setiani



34

9

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pertumbuhan ratio dan kelamin
ikan talang - talang angkatan, diketahui :

Tabel 5. Data Pengamatan Pertumbuhan dan Ratio Kelamin Ikan Talang - Talang

Angkatan

Pertumbuhan
Kel-

Nama Praktikan

Kelamin
Ratio
Kelamin

Panjang (mm)
Berat

Jantan

Betina

SL

FL

TL

325

353

405

415



350

380

400

439.49



Melindda Fauziah

1A

M. Syarif Maulana
Ahmad Resman

2A

Delia Iga Utari
Cindy Senjaya

Satryo Bayuaji
Isnaeni Faizah

4A

Rahayu Ardinur
Iffa

395

430

475

659



270

295

330

198



Nendra Suhendra
M. Fauzan Al
Mubarok
5A

Iis Risnawati

Bagas Jodi
Santoso

Pertumbuhan

Kel-

Nama Praktikan

Kelamin
Rasio
Kelamin

Panjang (mm)
Berat

Jantan

Betina

SL

FL

TL

270

295

330

179



280

300

325

224.57



Virida Martugi H.
12A

Haniyah K

Zeind Ramadhan
14A

Rihat

Tirani

Alif
Nur Anisa Diva

20A

M. Triandi

310

315

345

220.85

290

315

355

262

380

405

445

590

265

294

328

185

260

285

325

185.75



M. Arief S.

Sunendi
2B

Usi Supinar



Isma Yuniar
Gilang Fajar

8B

Jian Setiawan



Asri Astuti

Novi Puspitawati
10B

Rizki Nugraha S



Mandala E
Ayunani A

11B



Indriani O A
Rifqi A

13B

Ridwan Ariyo

275

303

339

217.85



Anandita R
Dewanto B

3C

Sulastin

380

405

453

571.57



M. Fitri Rizky

Sukma Akbar
5C

Miko Kun Maliki

290

315

360

275



M. Ihsan Fadyla
Nurul Hidayati

8C

Andreas Sugiharta

361

389

436

517



Annisa Nurjannah

Yoshua Edward
13C

Dedeh Priyatna S

290

320

350

218.46


Galang Putra W.
Arif Rochman

16C

Salma Khairunnisa
Rahmi Rahmawati

Anggi R

285

295

325

197.23



Agung Prabowo


4

13

Pengelompokan Data Panjang Hasil Pecobaan

Pengelompokan

data

dilakukan

berdasarkan

metoda

statistika

menggunakan distribusi frekuensi (Sudrajat dan Tjutju 2010). Metode yang dapat
digunakan untuk mengelompokan data menggunakan tabel distribusi frekuensi
adalah berdasarkan kaidah Struges. Jumlah kelas interval dapat dihitung dengan
rumus berikut :
K = 1 + 3,3 Log n
Dimana :

K

= Jumlah Kelas Interval

n

= Jumlah Data observasi

log

= Logaritma

Perhitungan Data Panjang Ikan Terbang Jantan
Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas ikan terbang jantan
dari 34 data tersebut:

K = 1 + 3,3 Log n

K = 1 + 3,3 Log34

K= 6

Untuk menghitung panjang kelas dari 34 data tersebut adalah :

Panjang Kelas=

X maximum−¿ X
¿
Jumlah Kelas

Panjang Kelas=

355−200
6

minimum

Panjang Kelas=26

Sehingga panjang kelas yang didapatkan adalah 26

Tabel 6. Distribusi Frekuesi Ikan Terbang Jantan

Kelas Ke

Batas Bawah

Batas Atas

Nilai Tengah

Frekuensi

1

200

226

213

2

2

227

253

240

11

3

254

280

267

12

4

281

307

294

6

5

308

334

321

2

6

335

361

348

1

Grafk Pertumbuhan Ikan Terbang Jantan
14
12

12

11

10
8
6

6
4
2
0

2

2
1

213

240

267

294

321

348

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Terbang Jantan

Perhitungan Data Panjang Ikan Terbang Betina
Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas ikan terbang betina
dari 9 data tersebut:

K = 1 + 3,3 Log n

K = 1 + 3,3 Log 9

K= 4

Untuk menghitung panjang kelas dari 34 data tersebut adalah :

Panjang Kelas=

X maximum−¿ X
¿
Jumlah Kelas

Panjang Kelas=

306−206
4

minimum

Panjang Kelas=25

Sehingga panjang kelas yang didapatkan adalah 25

Tabel 7. Distribusi Frekuesi Ikan Terbang Betina

Kelas
Ke

Batas Bawah

Batas Atas

Nilai Tengah

Frekuens
i

1

206

231

219

3

2

232

257

245

2

3

258

283

271

0

4

284

309

297

4

Grafk Pertumbuhan Ikan
Terbang Betina
4.5

4

4
3.5
3

3

2.5

2

2
1.5
1
0.5
0

219

245

271
0

297

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Terbang Betina

Perhitungan Data Panjang Ikan Talang Jantan
Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas ikan talang jantan dari
4 data tersebut:

K = 1 + 3,3 Log n

K = 1 + 3,3 Log4

K= 3

Untuk menghitung panjang kelas dari 4 data tersebut adalah :

Panjang Kelas=

X maximum−¿ X
¿
Jumlah Kelas

Panjang Kelas=

355−325
3

minimum

Panjang Kelas=10

Sehingga panjang kelas yang didapatkan adalah 10

Tabel 8. Distribusi Frekuesi Ikan Talang - Talang Jantan

Kelas
Ke

Batas Bawah

Batas Atas

Nilai Tengah

Frekuens
i

1

325

335

330

2

2

336

345

341

1

3

346

356

351

1

Grafk Pertumbuhan Ikan Talang Jantan
2.5
2

2

1.5

1

1

1

341

351

0.5

0

330

Gambar 5. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Talang-Talang Jantan

Perhitungan Data Panjang Ikan Talang –Talang Betina
Dari data tersebut maka dapat dihitung jumlah kelas ikan talang betina dari
13 data tersebut:

K = 1 + 3,3 Log n

K = 1 + 3,3 Log 13

K = 4.6 atau 5

Untuk menghitung panjang kelas dari 13 data tersebut adalah :

Panjang Kelas=

X maximum−¿ X
¿
Jumlah Kelas

Panjang Kelas=

475−325
5

minimum

Panjang Kelas=30

Sehingga panjang kelas yang didapatkan adalah 30

Tabel 9. Distribusi Frekuesi Ikan Talang - Talang Betina

Kelas Ke

Batas Bawah

Batas Atas

Nilai
Tengah

Frekuens
i

1

325

355

340

6

2

356

386

371

1

3

387

417

402

2

4

418

448

433

2

5

449

479

464

2

Grafk Pertumbuhan Ikan Talang Betina
7
6

6
5
4
3
2

2

2

2

402

433

464

1

1
0

340

371

Gambar 6. Grafik Distribusi Frekuensi Ikan Talang – Talang Betina
4.1.5

Hasil Regresi Pertumbuhan Angkatan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai hasil regresi pertumbuhan

angkatan, diketahui :

Tabel 10. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Terbang Jantan Angkatan

Kel-

TL

Bobot

Log L (X)

Log W(Y)

(Log L)2

Log L.Log W

3A

270

137.88

2.43

2.14

5.91

5.20

8A

255

114.89

2.41

2.06

5.79

4.96

9A

250

117.38

2.40

2.07

5.75

4.96

10A

250

128

2.40

2.11

5.75

5.05

11A

267

147.28

2.43

2.17

5.89

5.26

13A

200

62.86

2.30

1.80

5.29

4.14

15A

245

116.59

2.39

2.07

5.71

4.94

16A

202

72.12

2.31

1.86

5.31

4.28

17A

240

118.97

2.38

2.08

5.67

4.94

18A

275

163.17

2.44

2.21

5.95

5.40

21A

312

191.16

2.49

2.28

6.22

5.69

22A

220

102.6

2.34

2.01

5.49

4.71

3B

260

126

2.41

2.10

5.83

5.07

4B

247

113

2.39

2.05

5.72

4.91

5B

280

197

2.45

2.29

5.99

5.61

6B

270

136

2.43

2.13

5.91

5.19

7B

260

128

2.41

2.11

5.83

5.09

9B

308

204

2.49

2.31

6.19

5.75

12B

237

100.18

2.37

2.00

5.64

4.75

15B

289

189.77

2.46

2.28

6.06

5.61

16B

255

132.01

2.41

2.12

5.79

5.10

17B

240

125.93

2.38

2.10

5.67

5.00

18B

300

185.45

2.48

2.27

6.14

5.62

19B

300

167.62

2.48

2.22

6.14

5.51

20B

249

115.24

2.40

2.06

5.74

4.94

21B

289

192.05

2.46

2.28

6.06

5.62

1C

275

153.82

2.44

2.19

5.95

5.33

2C

250

118

2.40

2.07

5.75

4.97

4C

355

221

2.55

2.34

6.50

5.98

6C

260

125

2.41

2.10

5.83

5.06

7C

300

184

2.48

2.26

6.14

5.61

12C

250

102.21

2.40

2.01

5.75

4.82

14C

271

117.06

2.43

2.07

5.92

5.03

15C

285

151.94

2.45

2.18

6.03

5.36

82.30

72.41

199.30

175.47



log a=∑ logW × ∑ ( log L)2−∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

log a=

( 72,41 ×199,30 ) −(82,30 ×175,47)
( 34 × 199,30 ) −199,30

2

log a=

−9,868
6576,9

log a=¿ ¿- 3.3295

b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿
b ¿ 72,41−¿ ¿ ¿

b ¿2.2553

Relasi Panjang Berat Ikan Terbang Jantan
2.50
f(x) = 2.26 x − 3.33
R² = 0.88

Bobot

2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2.25

2.30

2.35

2.40

2.45

2.50

2.55

2.60

Panjang
Linear ()

Tabel 11. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Terbang Betina Angkatan

Kel-

TL

Bobot

Log L (X)

Log W(Y)

(Log L)2

Log L.Log W

6A

300

193.36

2.48

2.29

6.14

5.66

7A

289

218.6

2.46

2.34

6.06

5.76

19A

220

102.6

2.34

2.01

5.49

4.71

1B

253

115

2.40

2.06

5.77

4.95

14B

206

68.61

2.31

1.84

5.35

4.25

22B

290

209.38

2.46

2.32

6.06

5.72

9C

210

78.13

2.32

1.89

5.39

4.40

10C

250

213.96

2.40

2.33

5.75

5.59

11C

306

220.92

2.49

2.34

6.18

5.83

21.67

19.42

52.19

46.86



log a=∑ logW × ∑ ( log L)2−∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

log a=

( 19,42 ×52,19 ) −(21,67 × 46,86)
( 9 ×52,19 ) −52,19

log a=−4.5182
b ¿ ∑ logW −¿ ¿ ¿

b¿

19,42−(9×−0,00362)
21,67

b ¿2.7734

2

2.50

2.00

f(x) = 2.77 x − 4.52
R² = 0.83

1.50

1.00

0.50

0.00
2.30

2.32

2.34

2.36

2.38

2.40

2.42

2.44

2.46

2.48

2.50

Linear ()

Tabel 12. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Talang Jantan Angkatan

Kel-

TL

Bobot

Log L (X)

Log W(Y)

(Log L)2

Log L.Log W

2B

355

262

2.55

2.42

6.50

6.17

10B

328

185

2.52

2.27

6.33

5.70

13B

339

217.85

2.53

2.34

6.40

5.92

16C

325

197.23

2.51

2.29

6.31

5.76

10.11

9.32

25.54

23.55



log a=∑ logW × ∑ ( log L)2−∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

log a=

( 9,32 ×25,54 ) −( 10,11× 23,55)
( 4 ×25,54 ) −25,54

log a=¿ ¿- 6.9309,

2

b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿

b¿

9,32−(4 ×−0,00032)
10,11

b ¿3.6646

2.45
2.40

f(x) = 3.66 x − 6.93
R² = 0.93

2.35
2.30
2.25
2.20
2.15
2.51 2.51 2.52 2.52 2.53 2.53 2.54 2.54 2.55 2.55 2.56
Linear ()

Tabel 13. Data Regresi Pertumbuhan Ikan Terbang Betina Angkatan

Kel-

TL

Bobot

Log L (X)

Log W(Y)

(Log L)2

Log L.Log W

1A

405

415

2.61

2.62

6.80

6.83

2A

400

439.49

2.60

2.64

6.77

6.88

4A

475

659

2.68

2.82

7.16

7.55

5A

330

198

2.52

2.30

6.34

5.78

12A

330

179

2.52

2.25

6.34

5.67

14A

325

224.57

2.51

2.35

6.31

5.91

20A

345

220.85

2.54

2.34

6.44

5.95

8B

445

590

2.65

2.77

7.01

7.34

11B

325

185.75

2.51

2.27

6.31

5.70

3C

453

571.57

2.66

2.76

7.05

7.32

5C

360

275

2.56

2.44

6.53

6.24

8C

436

517

2.64

2.71

6.97

7.16

13C

350

218.46

2.54

2.34

6.47

5.95

33.53

32.61

86.52

84.27



log a=∑ logW × ∑ ( log L)2−∑ log L× ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿

log a=

( 32,61 ×86,52 ) −(33,53 ×84,27)

log a=¿ ¿- 6.3897

b ¿ ∑ log W −¿ ¿ ¿

b¿

2

( 13 × 86,52 ) −86,52

32,61−( 13×−0,0036)
33,53

b ¿3.4501
3.00
2.50

f(x) = 3.45 x − 6.39
R² = 0.97

2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
2.50 2.52 2.54 2.56 2.58 2.60 2.62 2.64 2.66 2.68 2.70
Linear ()

4.1.6

Hasil Pengamatan Reproduksi Angkatan
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai reproduksi ikan terbang jantan

dan betina juga ikan talang – talang jantan dan betina angkatan dapat dijabarkan
sebagai berikut :

Tabel 14. Data Reproduksi Ikan Terbang Jantan Angkatan

No Interval
Dara

Dara
Perkembangan
Berkembang
I

Fase
Perkembanga
n II

Bunting Mijah Salin

1
62-72

1

1

2
100-110

1

113-125

4

2

3
2

1

3

126-132

2

1

1

133-152

2

3

4
5
6
153-185

1

1

1

3

2

1

7
189-221

1

Tabel 15. Data Reproduksi Ikan Terbang Betina Angkatan
N
o

Interv
al

1
2

68-102
115209
213220

3

Dar
a

Fase
Dara
Perkembang Perkembang Bunti
Berkemba
an I
an II
ng
ng
1
1
1
1
1

1

Tabel 16. Data Reproduksi Ikan Talang-talang Jantan Angkatan
N

Interv

Fase

Mija Sali
h
n
2
1

o
1
2

al

Dar
a

185197
217262

Dara
Berkemb
ang

Perkemban
gan I

Perkemban
gan II

1

Bunti
ng

Mija
h

1
1

1

Tabel 17. Data Reproduksi Ikan Talang-talang Betina Angkatan
N
o

Interv
al

1

179198
220415
439659

2
3

Fase
Dar
Dara
Perkembang Perkembang Bunti
a
Berkemba
an I
an II
ng
ng
1
1
1
1

1

1

1

1
1

Mija Sali
h
n

Sali
n

Ikan Terbang
12
10
8
6
4
2
0

JANTAN TERBANG
BETINA TERBANG

I
II
g
n
ng
n
a
a
a
tin
b
g
g
n
n
n
m
Bu
ba
ba
ke
r
m
m
e
Be
ke
rk
r
a
e
P
ar
Pe
D
a
ar
D

h
i ja
M

lin
a
S

Gambar 7. Grafik TKG Ikan Terbang Jantan dan Betina

Ikan Talang-Talang
4
3
JANTAN TALANG TALANG
BETINA TALANG
TALANG

2
1
0

I
g
II
n
ng
n
in
a
a
t
a
b
n
g
ng
Bu
an
em
ba
b
k
r
m
m
Be
ke
ke
r
r
a
e
P
ar
Pe
D
a
ar
D

h
i ja
M

Gambar 8. Grafik TKG Ikan Talang-Talang

Tabel 18. Data reproduksi Ikan Terbang Betina

Letak Inti
Ke
l-

6A

7A

TKG

Perkemban
gan II

Perkemban
gan II

19

Perkemban

A

gan I

1B

14
B

22
B

Perkemban
gan I

Mijah

Bunting

Bw

BG

PG

d

d

IKG

B

P

Ht

Ht

193.

26.9

12.

13.95

0.7

36

8

7

%

3

218.

39.6

13.

18.13

0.1

60

3

7

%

1

102.

13.8

8.6

13.51

60

6

5

%

115

0.35

10

7.61

8

209.

28.2

38

4

68.6
1

0.30

0.2

%

2

11.09

0.1

%

7

12.

13.49

0.4

5

%

4

3

0.5

4.5

1.9

5.5

HSI

0.38
%

0.05
%

Fekundit

Diamet

as

er

4123

20

2816

40

966

135

T

5

M
K

M

5

0.19
%

0.25
%

0.21

13.

%

402,67

135

1
0

1
0

9C

10
C

Mijah

Mijah

11

Perkemban

C

gan I

78.1

11.83

0.5

%

8

13.

11.66

0.3

0.15

5

5

%

2

%

1.67

11

0.76

0.8

%

8

9.24

10

213.

24.9

96

3

220.
92

2

4.4

0.74
%

0.40
%

2492

6

10713

6

Table 19. Data Reproduksi Ikan Talang-talang Betina

Kel

TKG

-

1A

2A

4A

5A

12A

14A

20A

8B

11B

Perkembanga
nI

Perkembanga
n II

Dara
berkembang

Perkembanga
n II

Bw

BGd

415

6

439.4

59.1

9

2

659

3.68

198

Dara

11.4
1

1.42

berkembang

179

Perkembanga

224.5

14.1

n II

7

4

Dara

220.8

berkembang

Bunting

Perkembanga
nI

PG
d

12

10

IKG

1.45%

13.45
%

BH
t

PHt

3

6

4.36

6.5

9

0.56%

3.95

5.5

9.25

5.76%

1.64

5

8

0.79%

11

6.30%

2.2

3

0.72
%

0.99
%

8

590

4.89

14.5

0.83%

8.28

7

197

1.42

11

0.72%

0.23

3

Diamete

s

r

Letak Inti

T

3361

1344

27

2415

10

7

0.60
%

0.83
%

0.98
%

10.87

24

5

HSI

Fekundita

%

1.40
%

0.12
%

27

9

MK

M

3C

5C

8C

13C

Perkembanga
nI

Bunting

Perkembanga
nI

Dara
Berkembang

571.5
7

275

517

218.4
6

6.95

12.5

34

11

10.3
1

3.39

1.22%

12.36
%

8.2

1.99%

8.5

1.55%

4.37

2.32

3.3

0.76
%

0.84
%

1.51
%

4

6

Ikan Terbang

23.68%

76.32%

Gambar 9. Grafik Ikan Terbang Jantan dan Betina

Ikan Talang-Talang

23.53%

76.47%

Gambar 10. Grafik Ikan Talang-talang Jantan dan Betina

4.1.7

Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Angkatan
Pengamatan food and feeding habits juga dilakukan oleh seluruh angkatan

dari Perikanan 2014 dari kelas A sampai kelas C. Hasil pengamatan food and
feeding habits dari ikan terbang yang diteliti oleh Perikanan 2014 adalah sebagai
berikut.

Kel3A
6A
7A
8A
9A
10A
11A
13A
14A
15A
16A
17A
19A
22A
1B
3B
4B
5B
6B
7B
9B
12B
14B
15B
16B
17B
18B
19B
20B

Tabel 20. Hasil Pengamatan angkatan dari Food and Feeding Habits ikan tebang
Jenis Pakan
Bag.
Bag.
Fitoplankto Zooplankto Bentho
Detritu
Hewa Tumbuha
Ikan
n
n
s
s
n
n
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Omnivora
Karnivora
Omnivora

1

Herbivora
Herbivora
Karnivora
Herbivora

1
1
1
1
1
1

Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Omnivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora

1

4
2
1
1
1

Kelompo
k

21B
Kel-

Jenis Pakan
Fitoplankto
n

22B
1C
2C
4C
6C
7C
9C
10C
11C
12C
14C
15C
17C
18C
19C
20C
21C

Total

Zooplankto
n

Bag.
Hewa
n
1

Bentho
s

1
1

Bag.
Tumbuha
n

Detritu
s

Kelompo
k

Ikan

Omnivora
Herbivora
Herbivora
Herbivora

1
1

1

Herbivora
Karnivora

1

8
8

14
14

1
1

13
13

0
0

0
0

2
2

38

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Perikanan 2014,
diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 21 .Hasil Pengamatan angkatan dari Food and Feeding Habits ikan talangtalang
Kel1A
2A
4A
5A
12A
18A
20A
21A

Fitoplankton Zooplankton
1
1
1
1

Jenis Pakan
Bentho
Bag.
Bag.
s
Hewan Tumbuhan

Detritu
s

Ikan

1

1
1
1
1

2B
8B
10B
11B
13B
3C
5C
8C
13C
16C

Total

4
1
4

1
1

6
6

1

1
1

1

1

11
11

1
6
6

1
1

0
0

0
0

2
2

Penghitungan Indeks Preponderan
Rumus penghitungan indeks preponderan menurut Effendie (1979) adalah
sebagai berikut :
Vi x Oi
IPi = Σ Vi x Oi X 100 %
Dengan keterangan :
IPi
: Indeks Preponderan
Vi
: Persentase volume satu macam makanan
Oi
: Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑ Vi x Oi : Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
Berdasarkan

perhitungan

yang

telah

dilakukan,

didapat

Indeks

preponderan dari ikan terbang dan ikan talang-talang adalah sebagai berikut :
Tabel 22. Indeks preponderan ikan terbang
IP
Ip fitoplankton
Ip zooplankton
Ip benthos
Ip Bag. Hewan
Ip Ikan

Persentase
21%
37%
3%
34%
5%

Hasil perhitungan Indeks preponderan dari ikan talang-talang adalah
sebagai berikut :

26

Tabel 23 . Indeks preponderan ikan talang-talang
IP
Ip fitoplankton
Ip zooplankton
Ip Benthos
Ip Bag. Hewan
Ip. Ikan

%
23%
42%
4%
23%
8%

Food Habit Ikan Terbang
40%

37%
34%

35%
30%
25%

21%

20%
15%
10%
5%

5%
0%

3%
1

2

3

4

Gambar 11. Grafik Food and Feeding Habit ikan terbang

5

Food Habit Ikan Talang-Talang
45%

42%

40%
35%
30%
23%

25%

23%

20%
15%
10%

8%
4%

5%
0%

1

2

3

4

5

Gambar 12. Grafik Food and Feeding Habit ikan talang-talang
Keterangan :
1 : Fitoplankton
2 : Zooplankton
3 : Benthos
4 : Bagian Hewan
5 : Ikan lain
Tidak terda