Pengertian Akhlak Moral dan Etika (2)

Pengertian Akhlak, Moral dan Etika
Pengertian akhlak, moral dan etika yang mencakup tingkah laku, tabiat, perangai,
karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt
atau dengan sesama makhluk. Maraknya kasus perjudian, minum
miras, penyalahgunaan narkoba, pencurian, seks bebas, merupakan kebiasaan
buruk yang melanda generasi muda di zaman modern. Kualitas dalam diri manusia
dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri atau jati diri manusia,
lingkungan sosial, dan kehidupan individu.
Perbedaan antara akhlak, moral dan etika memang tipis. Dalam kehidupan seharihari, terutama dalam pergaulan, manusia mampu menilai perilaku orang lain, apakah
itu bagus atau jelek. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah
laku. Seorang muslim dikatakan sempurna jika telah memahami dan
menerapkan ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Di era kemajuan teknologi
informasi seperti saat ini, sangat mempengaruhi karakter seseorang.
Pengertian Akhlak, Moral dan Etika
Gaya hidup glamour dan pergaulan bebas merupakan contoh dari moral yang buruk.
Segala hal yang berhubungan dengan norma-norma kebenaran menjadi esensial
bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosial. Berikut ini adalah
pengertian akhlak, moral dan etika
Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ
timbul perbuatan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih

dahulu (Spontanitas). Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan
perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran dan syari’ah, maka tingkah
laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila menimbulkan perbuatan-perbuatan yang
buruk, maka tingkah laku disebut ahklak yang buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak
akan terbentuk begitu saja, landasan dalam islam adalah Al-Quran dan al-hadits.
Dari kedua landasan inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan
kejahatan, keutamaan dan keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula
yang dapat dijadikan cermin dan ukuran akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan
takwa semakin tinggi keimanan dan ketakwaan semakin tinggi keimanan dan
ketakwaan seseorang, akan seakin baik pula ahlaknya, namun sebaliknya, semakin
rendah nilai keimanan dan ketakwaan seseorang maka akan semakin rendah pula
kualitasnya.

Definisi akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah studi yang sitematik
mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan
sebagainya.
Pengertian Moral

Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata
mos yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia
disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Pengertian akhlak, moral dan etika yang memiki objek sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah
baik atau buruk. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau
salah. Bisa dibayangkan jika hidup ini tidak ada ketiganya, maka orang akan dengan
semena-mena menyakiti orang lain tanpa ada rasa bersalah ataupun berdosa.
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos
yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia,
etika diartikan ilmu pengetahuan tentang akhlak (moral). Dari pengertian kebahsaan
ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia. Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya.
Pengertian Etika
Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi

yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus,
benar, salah, dan sebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu
yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu
politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola
tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia. Maka etika lebih merupakan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk.
Perbedaan Pengertian Akhlak, Moral, dan Etika
1. Akhlak: standar penentuan Al-Quran dan Hadits
2. Moral: besifat lokal/khusus
3. Etika: lebih bersifat teoritis/umum Perbedaaan antara etika, moral, dengan akhlak
adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan
pada moral dan akhlak berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah
Al-Quran dan Hadits.
Akhlak Mulia
Pengertian akhlak mulia bisa diartikan sebagai perbuatan yang terpuji dan Islami.
Kata mulia yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi

sebagai sifat. Merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Akhlak
dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun
etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan
agama (akhlak Islami).
Pengertian akhlak, moral dan etika dipahami demi terciptanya keadaan masyarakat
sejahtera, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriah. Hal demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara
sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi
ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak
Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.

A. Pengertian Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah
laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatandengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan
lagi. (Azyumadi.2002.203-204)Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah,
bahwa akhlak adalah sifat yang tertanamdalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.Dari definisidefinisi tersebut, kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatanakhlak,
yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam

jiwaseseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak
berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan denganciri yang
keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang
dilakukankarena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang
atau karena inginmendapatkan suatu pujian.
B. Pengertian Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan.
Moral iniselalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima
umum/masyarakat.Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas darisifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.Secara umum
bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadapaktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau

salah. Jika pengertian etika danmoral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya,
kita dapat mengetahui bahwa antara etika dan moralmemiliki objek yang sama, yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnyaditentukan posisinya
apakah baik atau buruk.
C. Pengertian Etika
Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi
yangsitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus,
benar, salah, dansebagainya. Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai
ilmu yang membahas perilaku manusiaseperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi,
ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.Dengan kata lain etika adalah aturan atau
pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.Maka etika lebih merupakan

ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk.
Etika Dibagi Atas Dua Macam1. Etika deskriptif
Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola perilaku
manusia terkait dengansituasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan
masyarakat.
2. Etika Normatif
Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang

bagaimana harus bertindaksesuai norma yang berlaku. Mengenai norma norma
yang menuntun tingkah laku manusia dalamkehidupan sehari hari.
D. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
1.Akhlak : standar perenentuan AlQur‟an dan Al
-Hadits2.Moral : besifat lokal/khusus3.Etika : lebih bersifat teoritis/umumPerbedaaan
antara etika, moral, dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik
buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan akhlak berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah alqur‟an dan al
-hadis.

PENGERTIAN ETIKA , MORAL DAN AKHLAK
 Etika
Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa Arab al-akhlak yang
merupakan bentukjamakdari al-khuluq yang berartibudipekerti, tabiat atau watak
yang tercantum dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg menjadi
dasar penetapan keputusan, peraturan)
“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung” ( Q.S
Al-Qalam: 4 )


Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang di lakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata
lain aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ethos , yang berarti adat
kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang
asas – asas akhlak. Ahmad Amin menegaskan etika ialah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika secara terminologis, menurut Ahmad Amin etika ialah ilmu yang menjelaskan
arti baik dan buruk yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Etika dalam Encyclopedia Britania dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi
tentang sifat dasar dari konsep baik dan buruk, harus, benar dan salah ( Zubair
1980)
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena
itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Etika bersifat
relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
 Moral
Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin Mores, bentuk plural dariMos yang

berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dari W.J.S Poerwodarminto dijelaskan
bahwa moral adalah ajaran tentang baik-buruk dari perbuatan.
Moral secara terminologis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar –salah, baik-buruk (Nata 2002)

 Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku,
perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi
Akhlak adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan
dalam tingkah laku atau perbuatan.
Ibn Maskawaih menyatakan akhlak ialah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan.
Abdullah Dirroz dalam Tatapangarsa (1984) menegaskan“ Akhlak adalah suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar ( dalam
hal akhlak baik ) atau pihak yang jahat ( dalam hal akhlak yang tidak baik ).
Imam Ghozali menyatakan akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang

darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
Akhlak yang baik disebut akhlakul karimah (akhlak mahmudah).Akhlak yang buruk
disebut akhlakul mazmumah.
http://nurhayati-catatanpenting.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-etika-moral-danakhlak.html

A. Sumber-Sumber Akhlak
Sumber akhlak adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak
wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Qur’an bukanlah hasil renungan
manusia, melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana.
Oleh sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat
dan ditandingi oleh bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits
meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW.
Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
‫ا َك ِثيْرً ا‬
َ ‫ا أُسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لّ َمنْ َك‬
ِ ‫ان َل ُك ْم فِيْ َرس ُْو ِل‬
َ ‫لَ َق ْد َك‬
َ ‫ا َو ْال َي ْو َم ْالخ َِر َو َذ َك َر‬
َ ‫ان َيرْ جُوا‬

Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu
sabda Nabi:
ُ ُ ‫ِا ّن َما ُبع ِْث‬
‫ار َم ْالَ ْخ َل َق‬
ِ ‫ت ِل َت ّم َم َم َك‬
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran
akhlak”.
Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber
akhlaqul karimah.
B. Konsep akhlak dalam Ajaran Islam
Konsep akhlak islami merupakan akhlak yang menggunakan konsep dasar
ketentuan Allah SWT. Rumusan akhlak islami yang demikian adalah rumusan yang
diberikan oleh mayoritas ulama’.
Konsep kesusilaan yang nyata secara islami dapat ditegaskan sebagai berikut :
Ø Konsep kebajikan yang mutlak. Islam telah mengarahkan akhlakul karimah, baik
perorangan atau masyarakat pada setiap keadaan, oleh karena itu wajib bagi
pemeluknya melaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan;
Ø Kebaikan yang menyeluruh. Akhlak islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat
manusia, bahkan seluruh alam ini (rahmatan lil ‘alamin);
Ø Kemampuan. Akhlak islami menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada
ilmu dan kemampuan yang dimiliki manusia itu;
Ø Kewajiban yang dipenuhi. Akhlak yang bersumber dari agama islam wajib ditaati
setiap muslim, karena mencapai seluruh aspek kehidupan.
http://santrisuwung.blogspot.co.id/2013/10/sumber-sumber-akhlak.html

A.

Karakteristik Akhlak Islami

Pada hakikatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Akhlak mempunyai beberapa karakteristik atau ciri khas
yaitu :
1.Bersifat umum dan terperinci.
Di dalam al-Qur’an ada materi akhlak yang dijelaskan secara umum dan ada pula
yang mendetail. Misalnya dalam Q. S. al-Nahl (16) : 90, diserukan perintah untuk
berakhlak secara umum; berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji,
munkar dan permusuhan. Sedangkan dalam surat al-Hujurat (49) : 12, secara
terperinci dinyatalan larangan untuk saling mencela dan memanggil dengan gelar
yang buruk.
2.Manusiawi
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran
akhlaq dalam Islam. Ajaran ini diperuntukkan bagi manusia yang merindukan
kebahagiaan dalam arti hakiki bukan kebahagiaan semu.
3.Universal
Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak itu luas sekali, yakni mencakup semua
tindakan manusia baik tentang dirinya maupun orang lain atau yang bersifat pribadi,
kemasyarakatan ataupun negara. Keuniversalan itu menunjukkan luasnya
cakupannya yaitu meliputi segenap aspek kehidupan secara pribadi maupun
kemasyarakatan, dan menyangkut semua interaksi manusia dengan semua aspek
kehidupan.[2]
4.Keseimbangan
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan
manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang
mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya
saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki 2 kekuatan dalam dirinya yaitu
kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa
nafsunya. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani
secara seimbang, serta memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat
secara berimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang
dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
5.Realistik
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia.
Meskipun manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibanding makhluk-makhluk lain tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan,

memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan
spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan
kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh sebab itu Islam memberikan
kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri
dengan bertaubat.[3]
6.Akhlak sebagai buah dari iman.
7.Akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan. Islam tidak mengizinkan
mancapai tujuan, walaupun baik dengan cara-cara kotor yang bertentangan dengan
syariat. Karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Akhlaq alKarimah.[4]

Karakteristik Akhlak Islam

Pengantar
Akhlak mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam agama Islam. Setiap
aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak.
Ibadah yang disyariatkan Islam bukanlah suatu jenis ritual yang kering dan hanya
mengaitkan manusia kepada satu wujud transendental serta membebaninya dengan
serangkaian ritus agama yang hampa makna. Tetapi, hal itu merupakan suatu
bentuk “exercise” (latihan) untuk mengkondisikan manusia agar hidup dalam
suasana penuh keluhuran budi (akhlak) dalam kondisi apapun.
Misi utama Rasulullah di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, tepat
sekali jawaban Aisyah r.a. atas pertanyaan mengenai akhlak Rasulullah, yaitu:
“Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah Alquran”. Jawaban yang ringkas dan sarat
makna ini menunjukkan Alquran telah menyatu dalam diri Nabi dan menjadi
paradigma dalam totalitas perilaku kesehariannya, sehingga Allah memposisikan
Nabi tidak hanya sebagai pembawa risalah langit, tetapi sekaligus sebagai “uswatun
hasanah”
Realitas sosial sebelum “bi’tsah” Nabi telah melahirkan nilai-nilai moral yang sudah
berakar dan tertancap kuat di tengah-tengah masyarakat Arab. Kehadiran misi Nabi
tidak serta merta mengeliminirnya, bahkan dalam batas-batas tertentu, Nabi
mengakomodasi dan menjadikannya sebagai bagian integral ajaran Islam.
Substansi misi suci Nabi terkait erat dengan semangat “rabbaniyah dan insaniyah”
yaitu pola hubungan antara dimensi vertikal (hablum min Allah) dan dimensi
horizontal (hablum min An-Naas). Jika pola hubungan ini cukup kuat dan sejati,
maka akan memancar pelbagai bentuk relasi pergaulan manusia yang berbudi luhur.
Dari semangat rabbaniyyah dan insaniyyah ini. Nabi membangun masyarakat
madani yang bercirikan kuat dan berorientasi kepada nilai-nilai luhur (akhlaq alkarimah). Oleh karena itu, suatu tatanan masyarakat yang sehat dan berkualitas
akan terwujud bila akhlak menjadi mainstream dan terefleksikan dalam perilaku
keseharian.
Karakteristik Akhlak
Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung
muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “common
platform”(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan
partikularistik menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda
dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:
1) Akhlak Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan
“reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung
kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh
wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan
menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.
2) Akhlak Insaniyah
Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi
manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran
akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal
tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan
ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan
yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup
kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap

semua makhluk Allah.
3) Akhlak Jami’iyah
Akhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat
manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan
baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal.
4) Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan
antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.
Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang
memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan
kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan
hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan
kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia
dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan
mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan
apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
5) Akhlak Waqi’iyah
Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak
memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan,
bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki
sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia
paling mendasar: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8)
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi
yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah
dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan.
Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas
menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. “Barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173)
Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk
mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka
bumi.
http://ruangbacasmancis.blogspot.co.id/2012/09/karakteristik-akhlak-islam.html

Prinsip Akhlak
1. Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas al-Qur’an dan as-Sunah bukan dari
tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak tersesat.
Aliran ahlus sunah memandang baik buruk didasarkan atas agama, dan akal tidak mungkin
mengetahui yang baik dan buruk tergantung pada kesesuaian dengan akal, karena akal
merupakan anugerah Allah yang mulia. Al-Ghazali memandang baik buruk atas akal yang
didasari dengan jiwa agama baik berdasarkan al-Qur’an maupun hadis. sedang Abu A'la alMaududi memandang baik buruk ditentukan oleh pengalaman, rasio, dan intuisi manusia
yang dibimbing tuhan melalui wahyu-Nya. Tampaknya pendapat yang terakhir inilah yang
dapat dijadikan prinsip baik akhlak alami, karena kenyataannya akhlak merupakan
kebiasaan yang reflektif yang semestinya ditopang oleh kebenaran rasio, dan intuisi
dibimbing oleh wahyu Allah.
2. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan
kepada makhluk Allah
Berakhlak kepada manusia adalah toleransi antaragama, memberikan hak sebagai
tetangga, warga negara atau warga agama, ikut terlibat dalam segala hal, tidak ingin
menang sendiri, bertanggungjawab atas masalah sosial, tolong menolong, saling
memaafkan, saling menghormati, dan sabar serta menahan diri. Sedangkan akhlak kepada
hewan dan tumbuhan adalah melestarikan, memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak
menyakiti, sehingga Nabi SAW, menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin
menyembelih hewan.
3. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena ketiga unsur
diatas merupakan bagian integral dari syariah Allah swt.
4. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak adalah kepada
makhluk. Sedangkan ahklak kepada Allah harus lebih diutamakan dari pada akhlak kepada
makhluk.
5. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus lebih hormat kepada
orang tuanya dari pada orang lain.

http://walliyudin.blogspot.co.id/2010/11/prinsip-akhlak.html

A.

Pengertian Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab ‫اخل‬
‫ ق‬bentuk jamak dari kata ‫خلق‬yang secara etimologis berarti budi pekerti, watak,
perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dapat menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak
adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatan baik dan buruk, untuk
kemudian memilih melakukan ataupun meninggalkannya. Menurut Ahmad Amin,
akhlak adalah membiasakan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu apabila
dibiasakan terhadap sesuatu akan dapat membentuk akhlak.
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak ialah perilaku jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
(sebelumnya).
Islam mempunyai dua sumber pokokyaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang
menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua
sumber inilah juga yang menjadi sumber akhlak Islamiyyah. Prinsip-prinsip dan
kaedah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat
mutlak dan tepat neraca timbangannya.
Apabila melihat pembahasan bidang akhlak Islamiyyah sebagai satu ilmu
berdasarkan kepada dua sumber yang mutlak ini, dapatlah dirumuskan
definisinya sebagai satu ilmu yang membahaskan tatanilai, hukum-hukum dan
prinsip-prinsip tertentu untuk mengenalpasti sifat-sifat keutamaan agar dihayati
dan diamalkan sertamengenalpasti sifat-sifat tercela untuk dijauhi guna mencapai
keridhaan Allah.
Akhlak juga dapat dirumuskan sebagai satu sifat atau sikap kepribadian
yang melahirkan tingkah laku perbuatan manusia dalam usaha membentuk
kehidupan yang sempurna berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
oleh Allah. Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai
perbuatan dzahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan dan
masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia
sesama manusia, manusia dengan hewan, malaikat, jin dan juga dengan alam
sekitar.