SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (1)

SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Oleh:
Sholihul Hadi
Abstrak
Terjadinya berbagai kekacauan menunjukkan bahwa bangsa ini sedang menghadapi suatu
masalah yang berakar pada lunturnya budaya dan karakter bangsa. Menyadari hal itu, pemerintah mulai
mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa kepada peserta didik agar terjadi proses
internalisasi dan pengamalan nilai-nilai religius, toleransi, jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab
dalam kehidupannya. Sebagai bagian dari pendidikan, Bahasa Indonesia mempunyai sumbangan dalam
megembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui pembelajarannya.
The occurrence of various chaos shows that this nation is facing a problem that is rooted in the
erosion of cultural and national character. Recognizing this, the government began developing the
nation's culture and character education. Culture and national character education is an effort to instill
cultural values and national character to students in order to place the process of internalization and
practice of religious values, tolerance, honesty, hard work, discipline, creative, independent, democratic,
curiosity, passion nationality, unpatriotic, recognize excellence, friendship / communicative, peaceloving, avid reader, care about the environment, social care, the responsibility in his life. As part of an
education, Indonesian language has contributed in developing certain cultural values and national

character through learning.
Pendahuluan
Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa ini dapat dikatakan sudah menunjukkan kemajuan
yang menggembirakan. Hampir semua aspek kehidupan; sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan, dan pembangunann fisik lainnya mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Namun demikian, di sisi lain, ternyata masih banyak masalah dan
tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk masalah karakter bangsa yang akhir-akhir ini
ramai dibicarakan orang.
Hampir setiap hari kita mendengar dari media massa berita-berita yang menunjukkan
kemunduran bangsa Indonesia sekarang ini. Tindak kejahatan semakin meningkat kuantitas maupun
kualitasnya. Kasus korupsi semakin banyak yang terungkap, namun tidak banyak yang ditangani sampai
tuntas. Tawuran antarwarga bahkan antarpelajar berulang-ulang terjadi. Hal ini sangat ironis karena
pelajar adalah generasi terdidik yang mestinya bisa menyelesaikan semua permasalahannya secara cerdas.
Budaya malu berbuat anormatif semakin menipis. Gejala disintegrasi bangsa yang berakar dari fanatisme
sempit semakin menguat. Terorisme dan kerusuhan sara sampai sekarang belum dapat diatasi oleh
pemerintah secara tuntas. Budaya adiluhur bangsa semakin hilang. Karakter bangsa kita semakin terkikis
oleh pengaruh budaya bangsa lain dalam dunia yang semakin mengglobal. Masyarakat Indonesia yang
terkenal ramah dan santun dalam berperilaku, toleran terhadap keberagaman, mengutamakan musyawarah
untuk menyelesaikan masalah, sekarang cenderung menjadi kelompok-kelompok yang saling
menyalahkan, kasar, berperilaku tidak jujur, anarkis, dan egois. Hal itu itu menunjukkan bahwa ada

ketidakpastian jati diri bangsa dan karakter bangsa yang berinti pada (1) disorientasi dalam inplementasi
nilai-nilai Pancasila, (2) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (3)
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya banga, (4) ancaman disintegrasi bangsa, dan (5)
melemahnya kemandirian bangsa. Secara keseluruhan hal itu menandai adanya kemunduran budaya
bangsa Indonesia.
Memperhatikan kondisi tersebut, pemerintah kemudian mengambil kebijakan bahwa
pembangunan yang dilakukan oleh bangsa ini, harus bermuara pada penguatan karakter bangsa. Hal itu
tercermin pada visi pembangunan nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005 – 2025 (UU RI No. 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak
dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
dan berorientasi iptek.
Pembangunan karakter bangsa menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa
dan bermasyarakat. Secara filosofis, hanya bangsa yang mempunyai karakter dan jati dirilah yang bisa
berperan di pergaulan global. Pembangunan karakter adalah perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Negara
punya kewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mencerdasakan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan karakter bangsa sebenarnya merupakan aktivitas

tiada henti dalam pencarian dan peneguhan sikap dan nilai yang diyakini benar sesuai dengan falsafah
dan ideologi bangsa Indonesia. Karena bangsa ini terdiri atas keberanekaragaman, perlu adanya kesamaan
pandangan tentang budaya dan karakter bangsa yang akan diperjuangkan dalam pembangunan karakter
bangsa ini.
Pembangunan karakter bangsa ini menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa dengan
segala tugas dan kewajibannya, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan diharapkan bisa menjadi
alternatif preventif maupun kuratif terhadap kemunduran budaya dan karakter bangsa ini. Sebagai upaya
preventif, pendidikan harus dapat mengembangkan kualitas bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Dan
sebagai upaya kuratif, pendidikan diharapkan dapat mengurai permasalahan kemunduran budaya dan
karakter bangsa ini serta dapat mengurangi bahkan menghilangkan penyebab kemunduran itu. Hasil
instan memang tidak segera tampak, tetapi dalam jangka panjang pendidikan akan dapat memberikan
hasil yang lebih kuat dan tahan lama.
Upaya pendidikan untuk membentuk bangsa yang berkarakter dan berbudaya ini sesuai dengan
amanah UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undangundang itu dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai bagian dari dunia pendidikan di Indonesia, juga mempunyai
peranan dalam pembangunan budaya dan karakter bangsa ini. Melalui standar kompetensi lulusan yang

harus dicapai, budaya adiluhur bangsa dan karakter atau jati diri bangsa ini diharapkan bisa ditanamkan
pada peserta didik.
Pembahasan masalah budaya dan karakter bangsa ini sangatlah luas. Oleh karena itu, dalam
makalah ini hanya dibicarakan pengertian karakater dan pendidikan karakter bangsa dan sumbangsih
pembelajaran Bahasa Indoensia terhadap upaya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pembelajaran
yang dimaksud hanya pada tingkat pendidikan dasar, terutama SMP.
Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut.
1. Apa pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa ?
2. Nilai-nilai apa saja yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ini ?
3. Apa sumbangan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP terhadap pendidikan budaya dan karakter
bangsa ini?
Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU RI No. 20 tentang Sisdiknas adalah rumusan tentang
kualitas manusia Indonesia yang diharapkan. Rumusan tersebut menjadi acuan bagi setiap institusi
pendidikan dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pendidikannya. Rumusan ini pulalah yang menjadi
landasan bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Untuk memahami pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa secara utuh, perlu dipahami
terlebih dahulu pengertian pendidikan, budaya, dan karakter bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbunya budi pekerti (kekuatan batin, katakter ),
pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan

kesempurnaan hidup anak-anak kita. Dalam Tap MP Nomor II/MPR/1988 disebutkan bahwa pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningklatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung

seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Said
Hamid Hasan dan kawan-kawan, pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan sitematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat dan
bangsa di masa yang akan datang. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan dan pengembangan
budaya dan karakter yang telah dimiliki kepada generasi penerus bangsa.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang dapat dijumpai pada setiap tempat dan saat.
Mendidik mempunyai tujuan untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan dan potensi-potensi positif
anak sehingga dapat menemukan jati dirinya sendiri dan menjadi manusia dewasa yang sempurna dan
berguna bagi kehidupan sendiri dan masyarakatnya. Dalam pendidikan proses pemanusiaan,
pembudayaan dan pelaksanaan nilai tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendidikan sebagai proses
memanusiakan manusia dapat dijadikan dasar dalam proses menemukan dan menjadikan jati diri manusia
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan adalah
upaya sadar memanusiakan manusia muda untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya
yang berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.
Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu
adalah hasil dari interaksi manasuia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai,

moral, norma, dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial,
sistem ekonomi, dan sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya. Pendidikan
merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik sehingga mereka memiliki
sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan
warisan tersebut ke arah yangs sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang (Said
Hamid Hasan : 2010).
Prof. Suyanto, P.Hd. menjelaskann bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Sedangkan Akhmad Sudrajat memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan
karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, limgkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
pekataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak(Said Hasan Hamid: 2010). Kebajikan terdiri atas sejumlah
nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat
diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik
sehingga menjadi karakter pribadinya, menerapkan dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat
dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Melalui pendidikan, dilakukan

penanaman nilai-nilai karakter kepada semua warga sekolah khususnya peserta didik dalam bebagai
aspek; komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut pada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan.
Menurut undang-undang Sisdiknas, proses pendidikan dapat dilakukan secara formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan yang pertama diperoleh oleh manusia adalah pendidikan informal. Pendidikan
informal adalah pendidikan yang diperoleh oleh anak di lingkungan keluarga dan sekitarnya. Sebenarnya
pendidikan informal memegang peranan penting bahkan dominan dalam penanaman nilai-nilai sebagai
karakter individu anak. Kesalahan dalam mendidik anak di dalam keluarga akan berakibat fatal dan butuh
waktu yang relatif lama untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter di
lingkungan keluarga harus mendapatkan perhatian khusus oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya
agar terbentuk karakter anak yang kuat sejak dini.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat di luar
pendidikan formal. Pendidikan budaya dan karakter juga diharapkan bisa dilakukan melalui jalur ini.
Pada hakikatnya, untuk mengembangkan budaya dan karakter ini bisa dilakukan melalui berbagai jalur
pendidikan.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
secara sistematis dan terstruktur melalui pembakuan kurikulum yang diberlakukan secara nasional.
Melalui pendidikan formal ini, pendidikan dapat menanamkan nilai-nlai budaya dan karakter kepada
peserta didik dengan lebih sitematis.


Pendidikan budaya dan karakter tidak bisa dilakukan oleh masing-masing jalur secara terpisahpisah. Apalgi disadari bahwa orang tua sekarang semakin kekurangan waktu untuk mendidik anak-anak
mereka dan kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak; pengaruh pergaulan di lingkungan
sekitar; pengaruh media elektronik yang diduga membawa pengaruh negatif terhadap anak, maka
keberadaan sekolah sebagai tempat untuk penguaatan karakter anak sangat penting. Hal itu bisa
dilaksanakan dengan menggunakan pola pendidikan budaya dan karakter secara terpadu, yaitu dengan
memaksimalkan kegiatan pendidikan informal di lingkungan keluarga dan pendidikan formal di sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah tidak dilaksanakan dalam bentuk mata pelajaran baru, tetapi
pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran setiap mata pelajaran. Materi pelajaran
perlu dikaitkan dengan nilai-nilai moral, keagamaan, susila, dan norma-norma lain yang dibutuhkan
dalam pengembangan budaya dan karakkter bangsa. Pembelajaran tidak hanya menyentuh hal-hal yang
bersifat kognitif atau psikomotor saja, akan tetapi lebih jauh lagi agar ada internaslisasi nilai-nilai ke
dalam pribadi peserta didik. Tahapan berikutnya setelah nilai-nilai tersebut sudah mempribadi,
diharapkan anak-anak dapat mengamalkannya dalam kehidupannya di lingkungan masing-masing.
Disamping kegiatan pembelajaran intrakurikuler, penanaman nilai-nilai juga dapat dilaksanakan
melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam
pelajaran untuk membantu mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana yang strategis
untuk mengembangkan karakter peserta didik. Penyelenggara pendidikan perlu menyediakan bermacammacam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi peserat didik
secara komprehensif sehingga semua aspek kehidupannya; kecakapan hidupnya, kemampuan berkreasi
dan mengapresiasi seni, kompetenesi oleh raganya dapat berkembang secara optimal.

Agar pendidikan karakter di sekolah dapat mencapai sasarannya dengan tepat, pelaksanaannya
perlu dikelola dengan baik. Pendidikan karakter tersebut hartus direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian,
pendidikan karakter di sekolah secara kognitif diharapkan dapat mengenalkan nilai-nilai budaya dan
karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik, secara afektif dapat dihayati, dan pada akhirnya dapat
diamalkan oleh peserta didik secara nyata dalam kehidupannya.
Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dengan merujuk pada grand
design pendidikan karakter pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang dikembangkan oleh
Kemdiknas. Konfigurasi karakter dalam konteks proses psikologis dan sosiokultural dapat
dikelompokkan menjadi (1) Olah Hati /Spiritual and Emotional Development, (2) Olah Pikir / Intelectual
Development, (3) Olah Raga atau Kinestetik / Physical and Kinestetic Development), (4) Olah Rasa dan
Karsa / Affective and Creativity Development).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber pada
nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia, yaitu :
1. Agama
Setiap warga negara Indonesia pasti memeluk salah satu agama yang ada di negara Indonesia.
Oleh karena itu, semua aspek kehidupan manusia, kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara tidak
luput dari nilai-nilai agama. Dengan demikian, nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan nkarakter ini juga
harus dilandasi oleh nilai-nilai agama.

2. Pancasila
Pancasila adalah ideologi bangsa yang mengatur dan memberikan arah pada bangsa Indonesia
dalam menjalani khidupannya. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus merujuk pada pada niainilai Pancasila agar dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.
3. Budaya
Nilai-nilai budaya dijadikan sebagai dasar pemberian makna atas suatu konsep komunikasi
antarwarga. Untuk itu, budaya menjadi penting sebagai sumber nilai bagi pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan konkret dari arah pendidikan yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional menjadi sumber yang operasional
bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, pendidikan budaya dan karakter yang
dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia akan memberikan penekanan pada penanaman
nilai-nilai sebagai berikut:
No
1


Nilai
Religius

2

Jujur

3

Toleransi

4

Disiplin

5

Kerja Keras

6

Kreatif

7

Mandiri

8

Demokratis

9

Rasa Ingin Tahu

10

Semangat Kebangsaan

11

Cinta Tanah Air

12

Mengargai Prestasi

13
14

Bersahabat/
Komunikatif
Cinta Damai

15

Gemar Membaca

16

Peduli Lingkungan

17

Peduli Sosial

18

Tanggung Jawab

Deskripsi
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki
Sikap dan perilkau yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
Tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkugan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan
Yang Maha Esa.

Nilai-nilai budaya dan karakter di atas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan lingkungan pengembang. Apabila sebagian nilai-nilai di atas sudah menjadi karakter yang kuat
bagi peserta didik, maka nilai-nilai tersebut tidak perlu lagi menjadi fokus dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa di institusi pendidikan yang bersangkutan. Pada intinya dapat dikatakan bahwa nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang dikembangkan dapat dikurangi dan ditambahi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
Sumbangan Pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan mempunyai muara tujuan
yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat
bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan
pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan undangundang tersebut.
Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jendang pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan
dasar, menengah, dan kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Tujuan
pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih dititikberatkan pada
upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak dasar nilai-nilai yang diharapkan. Di SMA tujuan
tersebut diorientasikan untuk melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat dasar.
Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau jenis-jenis keterampilan yang
diharapkan. Hal itu tampak pada tujuan pendidikan yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan,
kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni,
yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di perguruan tinggi sudah komprehensif karena sudah
mencakup ranah afeksi, psikomotor, dan kognitif serta dilengkapi dengan kemampuan mandiri menjadi
ilmuwan.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga ranah perkembangan manusia,
yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secara
seimbang, optimal, dan integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan
intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya dikembangkan secara
maksimal sesuai dengan potensinya. Integratif artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan
secara terpadu.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang sekarang ramai dibicarakan berbagai kalangan,
tujuannya adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pandidikan nasional tersebut.
Bahasa Indonesia sebagai salah muatan kurikulum tentu mempunyai peran, tugas, dan kewajiban
yang sama dengan mata pelajaran yang lain untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dalam setiap proses pembelajarannya. Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa
diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan Bahasa Indonesia; dicantumkan dalam silabus dan RPP.
Upaya pemerintah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebenarnya sudah dilakukakn sejak lama. Kesadaran untuk lebih memberikan tekanan pada penanaman
nilai-nilai tersebut paling tidak tampak pada upaya pemerintah dalam mengintegrasikan aspek budi
pekerti pada setiap mata pelajaran dalam kurikulum 1994 pada tahun 2003.
Nilai-nilai budya dan karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran Bahasa
Indonesia di jenjang pendidikan dasar khususnya kelas 7 – 9 adalah religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli sosial, peduli lingkungan, kritis, terbuka, kemanusiaan,
optimis, dan lain-lain.

Secara eksplisit, penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui pelajaran
Bahasa Indonesian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No
I
1
2
3
4

Standar Kompetensi
Kelas VII Semester I
Memahami wacana lisan
melalui kegiatan
mendengarkan berita
Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui
kegiatan
bercerita
dan
menyampaikan
pengumumam
Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai
cara membaca
Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam
buku harian dan surat pribadi

5

Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan

6

Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan
membaca
Mengekspresikan
pikiran,
perasaan,
dan
pengalaman melalui pantun dan dongeng
Kelas VII Semester II
Memahami wacana lisan dalam
kegiatan
wawancara

7
8
II
1
2
3
4
5
6
7
8
III
1

Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan
pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan
telepon
Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca
intensid dan membaca memindai
Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk
narasi dan pesan singkat
Memahami pembacaan puisi
Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan
cerpen
Memahami wacana sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan buku cerita anak
Megungkapkan keindahan alam dan pengalaman
melalui kegiatan menulis kreatif puisi
Kelas VIII Semester I
Memahami wacana lisan berbentuk laporan

2

Megungkap berbagai informasi melalui wawancara
dan presentasi laporan

3

Memahami ragam wacana tulis dengan membaca
memindai, membaca cepat
Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan,
surat dinas, dan petunjuk
Mengapresiasi pementasan drama

4
5

Nilai PBKB
Mandiri, disiplin, kerja keras, rasa ingin
tahu, cinta tanah air, cinta damai
Jujur, kreatif, bersahabat/komunikatif,
peduli sosial, tanggung jawab
Disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin
tahu, gemar membaca, peduli lingkungan
Religius, jujur, kreatif, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli
sosial
Jujur, kreatif, mandiri, menghargai
prestasi, tanggung jawab
Toleransi,
mandiri,
demokratis,
bersahabat./komunikatif
Kreatif, mandiri, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, peduli sosial
Religius, jujur, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu
Jujur, kerja keras, rasa ingin tahu,
bersahabat/komunikatif
Jujur,
toleransi,
kreatif,
mandiri,
demokratis, bersahabat/komunikatif
Disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin
tahu, tanggung jawab, gemar membaca
Kerja keras, mandiri, menghargai prestasi,
peduli lingkungan
Religius, jujur, kreatif, menghargai
prestasi, cinta damai
Jujur,
toleransi,
kreatif,
bersahabat/komunikatif
Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
gemar membaca
Religius, jujur, mandiri, kerja keras,
peduli lingkungan, cinta tanah air
Jujur, mandiri, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi
Jujur, toleransi, kreatif, demokratis, rasa
ingin
tahu,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif
Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
gemar membaca
Jujur, toleransi, kreatif, mandiri, peduli
sosial, tanggung jawab
Religius, jujur, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu, menghargai
prestasi, peduli sosial

6

Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
bermain peran

7

Memahami teks drama dan novel remaja

8

Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan menulis kreatif naskah drama
Kelas VIII Semester II
Memahami isi berita radio/televisi

IV
1
2
3
4
5
6
7
8
V
1
2
3
4
5
6
7
8
VI
1
2
3
4
5

Kerja
sama,
kreatif,
semangat
kebangsaan,
bersahabat/komunikatif,
toleransi
Jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,
gemar membaca
Kerja keras, kreatif, mandiri, cinta damai,
peduli lingkungan, tanggung jawab

Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
peduli lingkungan, peduli sosial
Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi Toleransi, demokratis, rasa ingin tahu,
melalui kegiatan diskusi dan protokoler
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, peduli sosial
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca Disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin
ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring
tahu, gemar membaca
Mengungkapkan
informasi
dalam
bentuk Jujur, kerja keras, kreatif, menghargai
rangkuman, teks berita, slogan/poster
prestasi
Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau Jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa
terjemahan) yang dibacakan
ingin tahu, menghargai prestasi
Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau Toleransi, demokratis, rasa ingin tahu,
terjemahan) melalui kegiatan diskusi
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, peduli sosial
Memahami buku novel remaja (asli atau Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
terjemahan) dan antologi puisi
menghargai prestasi, gemar membaca
Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi Jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, cinta
bebas
tanah air, peduli lingkungan
Kelas IX Semester I
Memahami wacana lisan
melalui kegiatan Jujur, kerja keras, mandiri, rasa ingin
mendengarkan berita
tahu, cinta tanah air, semangat
kebangsaan
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi Jujur, toleransi, demokratis, menghargai
dalam bentuk komentar dan laporan
prestasi, bersahabat/komunikatif
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca Disiplin, kerja keras , mandiri, rasa ingin
intensif dan membaca memindai
tahu, gemar membaca
Mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan Jujur, kerja keras, kreatif, mandiri,
baris, resensi, dan karangan
menghargai prestasi
Memahami wacana sastra jenis syair melalui Rasa ingin tahu, menghargai prestasi,
kegiatan mendengarkan syair
peduli sosial
Mengungkapkan kembali cerpen dan puisi dalam Jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, cinta
bentuk lain
tanah air, tanggung jawab
Memahami wacana sastra melalui kegiatan Kerja keras, rasa ingin tahu, menghargai
membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)
prestasi, gemar membaca
Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan Kerja keras, kreatif, mandiri, cinta damai,
pengalaman dalam cerita pendek
tanggung jawab
Kelas IX Semester II
Memahami isi pidato/khotbah/ceramah
Religius, jujur, toleransi, rasa ingin tahu,
peduli sosial
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi Jujur, toleransi, demokratis, rasa ingin
dalam pidato dan diskusi
tahu,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat
gemar membaca
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi Jujur, disipilin, kerja keras, mandiri, rasa
dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, ingin tahu, gemar membaca
surat pembaca
Memahami wacana sastra melalui kegiatan Religius, kerja keras, mandiri, rasa ingin

mendengarkan pembacaan kutipan/sinopsis novel
6

Mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan
naskah drama

7

Memahami novel dari berbagai angkatan

8

Menulis naskah drama

tahu, menghargai prestasi, tanggung
jawab
Jujur, kerja keras, mandiri, toleransi,
bersahabat/komunikatif,
menghargai
prestasi
Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
menghargai
prestasi,
semangat
kebangsaan
Kreatif, kerja keras, mandiri, toleransi,
cinta tanah air, peduli sosial, peduli
lingkungan, tanggung jawab.

Simpulan
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah upaya sadar pendidik untuk menanamkan nilai-nilai
luhur budaya dan karakter bangsa agar dapat dihayati dan menjadi kepribadian yang kuat bagi peserta
didik lalu mau mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang baik.
2. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah nilai religius,
jujur, toleransi, kerja keras, mandiri, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai
prestasi, cinta tanah air, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial, gemar membaca,
bersahabat/komunikatif, tanggung jawab, cinta damai. Dalam pengembangan nilai-nilai tersebut
dapat dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan pengembang.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana untuk menananmkan semua nilai
budaya dan karakter bangsa. Masing-masing standar kompetensi mempunyai penekanan yang
berebda-beda sesuai dengan karakteristik standar kompetensi dalam Bahasa Indonesia.
Saran
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dilaksanakan secara terpadu oleh pendidikan formal,
informal, dan nonformal.
2. Pendidik dalam hal ini guru Bahasa Indonesia harus pandai memilah dan memilih nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa sesuai dengan standar kompetensi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia
Depdiknas. 2006.Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah
Depdiknas.2006.Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia
Dinas Pendidikan Kota Semarang.2011.Materi Workshop Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Hasan,

Prof. Dr. Said Hamid. 2010.
Bangsa.Jakarta:Kemendiknas

Pengembangan

Pendidikan

Budaya

dan

Karakter

Herdani, Yoggi.2010.Pendidikan Karakter sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban Bangsa.Internet
Sudrajat, Akhmad.2010.Tentang Pendidkan Karakter. Internet
Suyanto, Prof. Ph.D. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. Internet