Dinamika Kontrak Dagang dan Investasi Bi

Miftahul Ghani Saputra_071411231009_Week 11

Dinamika Kontrak Dagang dan Investasi Bisnis Internasional
Bukan suatu hal yang jarang lagi seseorang melakukan sebuah bisnis dalam ranah
internasional untuk membuka peluang dan melihat potensi untuk masa depan yang lebih baik.
Berbicara mengenai bisnis internasional tentu juga berkaitan dengan perihal perdaganan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan atau produsen ke konsumen. Selain itu, bisnis internasional juga
mengarah pada bentuk investasi yang dilakukan oleh individu kepada perusahaan. Lantas dalam
hal ini adakah jaminan perihal yang dilakukan oleh perusahaan terkait perdagangan dan
investasi. Dalam suatu perdagangan atau investasi diperlukannya sebuah bentuk jaminan atau
kontrak untuk menjamin perilaku perdagangan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
terhadap individu atau customer. Karena perdagangan ataupun investasi merupakan aspek yang
penting dalam memperlancar perekonomian yang ada. Jika tidak adanya bentuk kontrak atau
jaminan yang dilakukan oleh perusahaan atau individu akan memunculkan benturan kepentingan
yang ada. Dalam hal ini kontrak dagang dan investasi ini akan membuat pilahan-pilahan
kepentingan yang ada di kedua belah pihak atau lebih, karena bisnis internasional ini juga
berkaitan dengan banyak pihak dalam menjalankannya.
Dapat dikatakan bahwasanya kontrak dagang dan investasi ini penting untuk menjaga
perputaran dan bahkan kepercayaan mitra bisnis terlebih dalam lingkup internasional. Hal ini
karena sebenarnya tujuan dibentuknya sebuah kontrak dagang ini untuk membuka peluang atau
kesempakatan antara dua pihak ataupun lebih yang telah dalam perputaran perekonomian.

Kemudian kesepakatan kerja yang dibuat ini berfungsi sebagai penjaga kepentingan yang ada
diantara kedua belah pihak (Export Development Canada, t.t). Kesepakatan kerja ini juga dijaga
oleh kontrak dagang atau investasi dalam menjaga kepentingan kedua belah pihak yang dapat
menguntungkan dan bahkan merugikan perusahaan. Dalam hal ini kontrak dagang ini dapat
melindungi kesepakatan yang dinilai menguntungkan kedua belah pihak. Tentu saja dalam hal
ini mengarah pada keuntungan yang didapat diantara kedua belah pihak. Kontrak dagang ini
tentunya berisi terkait ketentuan-ketentuan yang telah disepakati seperti halnya hak, kewajiban
dan konsekuensi yang disepakati. Dalam hal ini juga terdapat kekompleksitasan yang ada, tidak
sekedar tawar menawar atau transaksi yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Namun adanya kontrak dagang dan investasi juga tidak dapat menjadikan sebuah hal
yang pasti tidak terjadi konflik dalam melakukan kerjasama dagang dan investasi. Anderson dan
Young (2006) menambahkan bahwasanya dalam suatu kerjasama kontrak dagang dan investasi
ini dapat memunculkan kontrak yang tidak sempurna yang berkaitan dengan kerjasama, hal ini
juga tidak dapat diartikan bahwa kontrak dagang dan investasi yang dibentuk ini tidak sempurna
atau tidak lengkap, melainkan juga dapat terjadi karena beberapa hal. Seperti yang
disinggungkan bahwasanya kontrak dagang dan investasi ini dapat juga menjadi perasalahan
ketika melakukan kerjasama, dalam artian ketika berimprovisasi atau berbisnis juga dapat
menjadikan kontrak dagang menjadi tidak sempurna karena ada kepentingan-kepentingan
tersendiri. Dapat dianalogikan bahwasanya meskipun adanya kontrak dagang yang menjadi

anutan dalam berdagang dan berinvestasi ini juga terlihat adanya kepentingan-kepentingan kedua
belah pihak yang dinilai dapat menggangu kontrak dagang, seperti halnya perusahaan asing
bekerjasama dengan home country, kontrak dagang yang dibuat ini cenderung menyesuaikan
dengan home country, bahkan tidak jarang terjadi adanya putus kontrak dagang karena
persyaratan dagang yang dinilai memihak. Hal ini dikarenakan home country juga melihat pada
kebutuhan yang ada dinegaranya dengan mengukur demands barang atau jasa yang ada
(Anderson dan Young, 2006).
Selain itu, menyangkut masalah kontrak dagang, setiap negara memiliki hukum kontrak
yang berbeda-beda dalam pengimplementasiannya. Bahkan terdapat pandangan yang berbedabeda dalam melihat kontrak dagang dan investasi yang ada, sehingga harus adanya harmonisasi
hukum kontrak yang ada untuk menanggapi perihal tersebut (Hutabarat, 2015). Namun tidak
jarang pula masalah terkait kontrak dagang ini terjadi ketika investor atau negara memiliki
kepentingan tersendiri melebihi kepentingan bersama. Kemudian Andersin dan Young (2006)
menambahkan bahwas penyelesaian konflik kontrak dagang yang ada baik antar negara maupun
lintas negara ini diimplementasikan dengan penerapan hukum legal yang bersifat formal,
informal arbitasi, bahkan hingga penyelesaian konflik dengan sanksi sosial yang ada. Dapat
dicontohkan seperti Indonesia yang memiliki hukum kontrak dengan bersifat hukum adat istiadat
dengan aturan berkembang sesuai noma-norma yang berlaku dengan bersifat mengikat pihak
yang ada dikontrak tersebut (Hutabarat, 2015). Hal ini tentu saja berbeda dengan hukum yang
ada di Eropa dengan bersifat mengikat pada saat adanya suatu tanda penerimaan baik secara lisan


dan tertulis (Hartono et al, 2001). Dari adanya hal ini perlu adanya standarisasi pemahaman
mengenai hukum kontrak yang akan diterapkan sehingga tidak menimbulkan keambiguitasan.
Adapun konflik dagang yang dinilai signifikan terjadi hingga dibawa pada ranah hukum
internasional dengan menyeret dua atau lebih pihak yang ada. Pada sekitaran tahun 1999 antara
Uni Eropa dan Amerika Serikat yang membawa beberapa perusahaan didalamnya terkait
komoditas penjualan pisang yang terjadi. Uni Eropa dan Amerika Serikat ini terlihat adanya gab
yang terjadi karena komoditas penjualan pisang yang ada. Amerika Serikat dengan beberapa
perusahaannya mengimpor pisang dari negara lain untuk dalam negerinya dan juga diperjual
kembali pada dalam konteks ekspor (Yuniarti, 2013). Namun, Uni Eropa ini juga terlihat
membutuhkan pisang untuk asupan negaranya, meskipun pada negara-negara Uni Eropa mampu
mencukupi hal tersebut, namun dalam tingkatan rendah sekitar 20%. Dalam menindak lanjuti hal
demikian, Uni Eropa kemudian melakukan kontrak dagang dengan perusahaan-perusahaan
Amerika Serikat, namun kemudian Uni Eropa membentuk pasar tunggal terkait pisang tersebut.
USTR Press Release (1999) menambahkan bahwa adanya bentuk pasar tunggal dengan New
Banana Regime (NBR) ini membawa kebangkrutan perusahaan Amerika Serikat Chiquita
Brands International, dan Dole Food Co. yang kemudian dibawah pada forum GATT atau yang
sekarang menjadi WTO terkati NBR tersebut (dalam, Yuniarti, 2013).
Selain perusahaan Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan lainya juga banyak yang
bangkrut karena adanya kontrak dagang yang terjadi, dapat dilihat perusahaan rokok yang ada di
Indonesia ini banyak yang dulung tikar karena kontrak dagang yang lebih memihak pada home

country, selain permintaan yang memikat, pajak yang ditekankan terlalu tinggi, sehingga
menjadikan kebangkrutan yang ada. Dalam hal ini terlihat adanya benturan bentuk kepentingan
nasional yang menginginkan adanya pencapaian kebijakan luat negarai dalam bidang
perekonomian dan perdagangan terkait kontrak dagang dan investasi yang ada (Yuniarti, 2013).
Hal ini dapat dikatakan harus adanya penekanan yang ada terkait hukum yang standartisasi,
sehingga tidak ada terjadinya sebuah benturan kepentingan diatas kepentingan bersama yang ada.
Sehingga kedua pihak dapat diuntungkan dengan adanya kontrak dagang dan investasi ini, dan
perusahaan dapat memenuhi permintaan dengan profit yang sepadan.
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kontrak dagang dan
investasi ini dinilai sangat signifikan pada perkembangan perdagangan dan investasi. Meskipun

adanya adanya kontrak dagang dan investasi ini, tidak menutup kemungkinan terjadinya
permasalahan diantara kedua belah pihak atau lebih dengan adanya kepentingan diatas
kepentingan bersama dalam menjalin kerjasama dagang dan investasi. Dapat dicontohkan
permasalahan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang dinilai menguntungkan sepihak. Sementara
itu, perusahaan Amerika Serikat ini mengalami kebangrutan, yang kemudian kasus ini dibawa
pada GATT yang sekarang WTO untuk penyelesaian konflik NBR yang diusung Uni Eropa.
Dalam hal ini, perlu adanya hukum kontrak yang standart internasional untuk menjaga
kepentingan bersama yang ada, karena terkait perdagangan dan investasi ini tidak temukanya
definisi yang sama dalam setiap negara, sehingga memunculkan ambiguitas yang ada, sehingga

harus adanya harmonisasi hukum.
Referensi:
Anderson, James E. dan Leslie Young. 2006. Trade and Contract Enforcement. Boston College
dan NBER Chinese University of Hong Kong: eds. Juli 2006.
Export Development Canada, t.t. The ABCs of International Trade Contracts [PDF Online]
Tersedia dalam http://www.edc.ca/EN/Knowledge-Centre/Publications/Documents/abcscontracts.pdf [diakses pada 15 Desember 2016].
Hutabarat, Samuel. 2001. Harmonisasi Hukum Kontrak dan Dampaknya Pada Hukum Kontrak
Indonesia.
Hartono, Sunaryati et al. 2001. The Indonesia Law on Contracts, Japan: Institute of Developing
Economies (IDE JETRO).
USTR Press Release, 1999. "US Will Challenge European Banana Import Regime in the World
Trade Organizations" dalam Yuniarti, 2013. Penyelesaian Konflik Dagang Uni EropaAmerika Serikat Melalui Mekanisme WTO (Studi Kasus: New Banana Regime) [PDF]
Makassar: Universitas Fajar, Jurnal Ilmiah Kosmopolitan, Vol. 1, No. 1.
Yuniarti, 2013. Penyelesaian Konflik Dagang Uni Eropa-Amerika Serikat Melalui Mekanisme
WTO (Studi Kasus: New Banana Regime) [PDF] Makassar: Universitas Fajar, Jurnal
Ilmiah Kosmopolitan, Vol. 1, No. 1.