LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul

: Ekstraksi Pigmen dan Analisia TLC-nya

Tujuan

: - Mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel padatan
- Mempeljari teknik pemisahan thin layer chromatography (TLC)

Pendahuluan
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan
keluarga Solanaceae, berasal dari Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru.
Tanaman tomat menyebar ke seluruh Amerika,terutama ke wilayah yang beriklim tropik, sebagai
gulma. Penyebaran tanaman tomat ini dilakukan oleh burung yang makan buah tomat dan
kotorannya tersebar kemana-mana.Penyebaran tomat ke Eropa dan Asia dilakukan oleh orang
Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah kedatangan orang Belanda. Tanaman tomat sudah
tersebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik. (Pracaya, 2012).
Tomat banyak mengandung senyawa-senyawa yang baik bagi kesehatan tubuh, namun
demikian belum ada penelitian yang mengungkapkan tentang aktivitas ekstrak buah tomat
sebagai penstabil oksigen singlet. Berdasarkan data tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan

untuk menentukan aktivitas ekstrak buah tomat apel dan tomat biasa sebagai penstabil oksigen
singlet menggunakan pelarut air dan etanol 40% dalam reaksi fotooksidasi asam linoleat dengan
eritrosin sebagai sensitizer. Likopen atau yang sering disebut sebagai α-karoten adalah suatu
karotenoid pigmen merah terang, suatu fitokimia yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan
buah-buahan lain yang berwarna merah. Pada penelitian makanan dan phytonutrien yang terbaru,
likopen merupakan senyawa yang paling banyak diteliti. Karotenoid ini telah dipelajari secara
ekstensif dan ternyata merupakan antioksidan yang sangat kuat dan memiliki kemampuan antikanker (Arab dan Steck, 2000).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Pelarut
polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non
polar atau disebut dengan “like dissolve like”. Teknik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan
air untuk mengambil pigmen alami dari tumbuhan, seperti: daun, dan lain-lain. Ekstraksi pigmen

adalah proses pemisahan pigmen dari suatu bahan campurannya dalam jaringan tumbuhan
menggunakan suatu pelarut (Hendayana, 2006).
Ekstraksi pigmen dapat dilakukan dengan beberapa teknik, salah satunya adalah dengan
menggunakan teknik kromatografi lapis tipis. Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran
senyawa atas komponen-komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen pada
dua fase, yakni fase diam dan fase gerak. Perbedaan kemampuan masing-masing komponen

diadsorpsi dan perbedaan distribusi dua fase yang tidak saling bercampur (partisi). Sampel dalam
teknik kromatografi yang merupakan campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan
dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan
pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua
fase tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fase diam akan bergerak
lebih cepat daripada komponen yang satu dengan lainnya disebabakan oleh perbedaan dalam
adsorbsi, partisi, kelarputan atau penguapan diantara kedua fase (Hendayana, 2006).
Kromatografi kertas secara umum dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi
sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas. Kertas tersebut bagian bawahnya
dicelupkan dalam larutan pengambang (developing solution) setelah penetesan larutan pada
kertas. Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang telah
dijenuhkan dengan air. Sistem ini akan terserap oleh kertas dan sebagai akibat dari gaya kapiler
akan merambat sepanjang kertas tersebut. Rambatan ini dapat diusahakan dalam modus naik atau
menurun. Proses pemisahan yang sedang dilakukan, sistem secara keseluruhannya akan
disimpan dalam tempat tertutup, ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut ini
(Day & Underwood, 2006). Aplikasi TLC sangat luas. Senyawa–senyawa yang tidak menguap
serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan TLC. TLC juga dpat
memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia forensik menggunakan TLC untuk
bermacam–macam pemisahan. Pemisahan berguna dari plastiaser, antioksidan dan tinta. TCL ini
penggunaannya juga meluas dalam pemisahan organik (Khopkar, 1990).

Material Safety Data Sheet (MSDS)
Aseton (C3H6O)
Aseton berwujud cair dalam keadaan dasar, berbau harum mint, berasa manis, dan tidak
berwarna. Berat molekul aseton adalah 58,08 g/mol. Titik didih aseton adalah 56,2 °C,

sedangkan titik lelehnya adalah -95,35 °C. Temperatur kritis aseton adalah 235 °C. massa jenis
aseton adalah 0,79 (air=1). Tekanan uap aseton pada suhu 20 °C adalah 24 kPa, sedangkan
densitas uapnya adalah 2. Aseton mudah larut dalam air dingin dan air panas. Pertolongan
pertama jika aseton terkena mata adalah segera cuci mata dengan air mengalir selama 15 menit
(Anonim, 2017).
Heksana (C6H14)
Sifat fisik dan kimia heksana adalah berwujud cair, berbau seperti petroleum, tidak
berasa dan tidak berwarna. Titik didi heksana adalah 68°C, sedangkan titik lelehnya adalah 95°C. massa jenis heksana adalah 0,66 (air=1). Tekanan uap heksana adalah 17,3 kPa pada suhu
20°C. Densitas uap heksana adalah 2,97 (air=1). Heksana mudah larut dalam dietil eter dan
aseton. Heksana tidak mudah larut dalam air panas atau air dingin. Pertolongan pertama jika
terhirup heksana segera pindah ke ruang terbuka dan beri oksigen jika sulit bernafas
(Anonim,2017).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari percobaan adalah memisahkan zat warna dari ekstrak tumbuhan
menggunakan


kromatografi

kertas

berdasarkan

gaya

kapilaritas

sehingga

diperoleh

kromatogram.
Alat
Mortar, pestle, spatula, tabung reaksi, chamber TLC, gelas ukur, pipet tetes, pinset,
penggaris, lampu UV.
Bahan

Aseton, kertas saring, pelarut aseton:heksana (3:7), lempeng silika
Prosedur Kerja
Preparasi sampel. Dipotong-potong kecil 5 gram sampel (daun, buah atau umbi) yang
sudah bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Digerus sampel menggunakan mortar
dan pestle dengan menambahkan aseton 5 mL. Didekantasi larutan ekstrak sambil peras padatan
yang tersisa menggunakan spatula (pada dinding mortar) hingga ekstrak aseton maksimum yang
diperoleh atau gunakan bantuan kertas saring untuk memeras pasta tersebut. Dimasukkan ekstrak

dalam tabung reaksi atau vial 5 mL (sampel 1). Siapkan kolom kromatografi dengan melarutkan
atau membentuk bubur silika terlebih dahulu. Kemudian bubur silika dimasukkan kedalam
kolom (pipet Pasteur yang telah disumbat dengan kapas pada bagian ujung bawahnya). dialirkan
eluen atau pelarut aseton:heksana (3:7) kedalam kolom silika sehingga penampakan packing
kolom baik dan rapat. Dimasukkan sampel 1 sebanyak 1 mL kedalam kolom, lalu lewatkan eluen
jika sampel sudah tersisa sedikit diatas kolom. Ditampung isolat pigmen (sampel 2) dalam gelas
ukur sesuai dengan warna pita ekstrak yang lewat dalam kolom. Siapkan chamber TLC dan
ditempatkan pada pelarut aseton:heksana (3:7) kira-kira setinggi 0.5 cm. Diletakkan lempeng
silika ukuran tertentu, yang sebelumnya telah ditotolkan sedikit sampel ekstrak: sampel 1 dan
sampel 2 (±1 cm dari batas bawah kertas), pada TLC chamber. Lalu tutup chamber dan tunggu
pergerakan pelarut hingga sampai batas atas (± 0.5 cm dari batas atas kertas). Ambil lempeng
dengan menggunakan pinset dan keringanginkan, jika sudah kering, amati pemisahan pigmen

yang terjadi pada lempeng menggunakan sinar UV. Diukur jarak yang ditempuh senyawa dan
pelarut tersebut. Dihitung factor retensi (Rf) untuk masing-masing komponen.

Waktu yang dibutuhkan
No
1
2

Kegiatan
Waktu
Preparasi alat dan bahan
15 menit
Memasukkan sampel pada kolom dan menampung 65 menit

3
4

isolate pigmen
Pengamatan ekstrak pada chamber TLC
Pengamatan spot menggunakan sinar UV

Waktu total

Data dan Perhitungan
Perhitungan Nilai Rf (faktor retensi) untuk Setiap Komponen
jarak yang ditempu h ole h senyawa dari titik awal
Rf = jarak yang ditempu h ole h fasa gerak darititik asal
0,4 cm
Rf = 5 cm
Rf = 0,08 cm

20 menit
20 menit

Tabel Hasil
No
.

Perlakuan

Hasil


1

Proses penghalusan
bayam

Bayam lembut

2

+5 mL aseton

Ekstrak bayam berwarna hijau
tua

Proses kromatografi
lapis tipis

Sampel ekstrak bayam
bergerak keatas setelah

ditambahkan larutan aseton :
heksan

3

Gambar

4

Penotolan sampel hasil
KLT pada plat silika

5.

Hasil dari KLT dibawah
pengamatan sinar UV

Jarak noda sebesar = 0.4 cm
Jarak asal pelarut = 5 cm


Jarak noda terlihat

Pembahasan
Praktikum kali ini adalah tentang ekstrasksi pigmen dan analisis TLC-nya. Tujuan dari
percobaan ini adalah mempelajari teknik pemisahan senyawa pigmen (karotenoid) dari sampel
padatan dan mempelajari teknik analisa thin layer chromatography (TLC). Praktikum kali ini
menggunakan pigmen dari bahan buah tomat dan sayur bayam. Kedua jenis bahan ini memiliki
kandungan pigmen yang berbeda. Buah tomat memiliki pigmen karotenoid, sedangkan sayur
bayam memiliki 2 jenis pigmen, yaitu klorofil a dan klorofil b. struktur dari klorofil a dan b
adalah :

Gambar 1. Struktur klorofil a dan b
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah memisahkan zat warna dari ekstrak tumbuhan
menggunakan

kromatografi

kertas

berdasarkan


gaya

kapilaritas

sehingga

diperoleh

kromatogram. Kapilaritas merupakan peristiwa naik turunnya permukaan zat cair dalam suatu
pipa kapiler, namun dalam praktikum ini digunakan pelat silika sebagai media pergerakan zat
cair. Pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen juga berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi komponen pada dua fase, yakni fase diam dan fase gerak. Perbedaan
kemampuan masing-masing komponen diadsorpsi dan perbedaan distribusi dua fase yang tidak
saling bercampur (partisi) antara fase gerak dan fase diam.
Perlakuan pertama dilakukan pembuatan atau ekstraksi pigmen dari sampel. Sampel
terlebih dahulu dihaluskan. Sampel dihaluskan untuk memudahkan proses ekstraksi. Sampel
setelah dihaluskan dilakukan penimbangan seberat 10 g. proses setelah penimbangan adalah
ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Pelarut
polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non.
Ekstraksi pigmen pada sayur bayam pada bagian daunnya digunakan pelarut aseton sebanyak 10
mL. Tahapan setelah ekstraksi adalah pemisahan padatan dengan pigmen yang telah terlarut
dalam aseton melauli metode filtrasi menggunakan kertas saring. Filtrat yang didapat ditampung
dalam tabung reaksi. Filtrat inilah yang merupakan pigmen dari daun sayur bayam.
Proses setelah ekstraksi dan filtrasi dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi
sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1 cm dari tepi kertas pelat silika. Kertas tersebut

bagian bawahnya dicelupkan dalam larutan pengambang (developing solution) setelah penetesan
larutan pada kertas. Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut organik yang
telah dijenuhkan dengan air. Larutan pengembang dalam percobaan ini adalah aseton : heksan
7:3. Larutan pengembang akan terserap oleh kertas pelat silika dan sebagai akibat dari gaya
kapiler larutan pengembang akan merambat sepanjang kertas pelat silika tersebut. Rambatan ini
dapat diusahakan dalam modus naik dengan cara meletakkan pelat silika sedikit miring dala
chamber. Proses pemisahan yang sedang dilakukan, diusahakan sistem secara keseluruhannya
disimpan dalam tempat tertutup menggunakan wrapping plastic, ruang didalamnya dibuat jenuh
dengan uap sistem pelarut ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan larutan
pengembang serta adanya gangguan dari kondisi di luar chamber
Proses setelah larutan pengembang merambat sampai tanda batas, kertas pelat silika
diangkat dari chamber dan dikeringkan dalam suhu ruang. Uji kualitatif noda-noda (spot-spot)
fase diam dalam kertas pelat silika dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kimia dan
fisika. Cara kimia dilakukan dengan mereaksikan noda kromatogram (spot dalam kertas pelat
silika) dengan pereaksi tertentu yang memberikan warna spesifik. Uji kualitatif noda
kromatogram cara fisika adalah dengan menggunakan sinar UV, dimana terjadi proses adsorpsi
radiasi oleh noda kromatogram atau fluoresensi. Percobaan kali ini uji kualitatif dilakukan
dengan cara fisika. Kertas pelat silika yang terdapat noda kromatogram diuji menggunakan sinar
UV. Pigmen yang terkandung dalam daun sayur bayam jika dilihat dari warna spot yang didapat
adalah klorofil b. hal ini dikarenakan warna spot pada klorofil adalah hija kekuningan. Hasil
jarak yang didapat dari pergerakan fase diam dari tik awal adalah sepanjang 0,4 cm. Nilai Rf
sampel yang didapat dari hasil perhitungan adalah sebesar 0,08 cm . nilai Rf yang didapat dari
hasil percobaan ini tidak sesuai dengan nilai Rf berdasarkan standar yang nilainya berkisar antara
0,48-0,56. Hal ini dapat terjadi karena proses ekstraksi yang kurang sempurna. Ekstraksi yang
kurang sempurna dikarenakan pigmen yang terkestrak tidak keseluruhan akibat kurangnya
pengadukan saat proses ekstraksi.
Kesimpulan
Pemisahan senyawa pigmen dari sayur bayam, yaitu pigmen klorofil b adalah dengan
menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi menggunakan pelarut

didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Pelarut polar
akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar.
Ekstraksi pigmen dapat dilakukan dengan beberapa teknik, salah satunya adalah dengan
menggunakan teknik kromatografi lapis tipis. Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran
senyawa atas komponen-komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen pada
dua fase, yakni fase diam dan fase gerak dalam suatu pelat silika. Kromatografi lapis tipis dapat
ditentukan nilai Rf nya. Berdasarkan percobaan nilai Rf yang diperoleh adalah sebesar 0,08 cm.
Referensi
Arab L dan Steck S. 2000. Lycopene and cardiovascular disease.

Am J Clin Nutr:

71(suppl):1691S–5S. American Society for Clinical Nutrition.
Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektrolisis Modern,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Khopkar. SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pracaya, Ir. 2012. Bertanam Tomat. Yogyakarta: Kanisius
Saran
Saran dari praktikum ekstraksi pigmen dan analisa TLC nya yaitu pada saat proses
ekstraksi pengadukan dilakukan lebih teiti lagi, sehingga lebih banyak pigmen yang terlarut.
Praktikan harus memahami langkah kerja dari percobaan ini dan mempelajari literatur lain yang
berhubungan dengan percobaan ini.
Nama Praktikan
Rosita Dwi Rahmawati
151810301028