Analisa Penghematan Energi Dari Pemakaian AC Studi Kasus Gedung RS Inalum Kuala Tanjung Kab.Batubara, Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Mesin Pendingin

  Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan [7]. Adapun siklus mesin pendingin yang paling banyak digunakan adalah siklus kompresi uap. Secara garis besar komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:

  2.1.1 Kompresor Tugas kompresor adalah “mengangkat” refrigeran dari evaporator, mengkompres, dan “mendorong” ke kondensor. Kompresor ini harus dijaga tekanan evaporator tetap rendah agar refigeran bisa menguap dan tekanan kondensor tetap [3].Untuk melakukan tugas ini kepada kompresor kita berikan energi listrik yang diubahnya menjadi mekanik untuk melakukan kompresi. Bisa dikatakan kompresor adalah bagian utama dari suatu SKU. Jika dibandingkan harga kompresor mencakup 30-40% dari harga total satu unit SKU.

  Fungsi kompresor adalah menetapkan perbedaan tekanan dalam suatu sistem pendinginan [7]. Oleh karenanya menyebabkan zat pendingin dalam suatu sistem mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya. Kompresor dikategorikan suatu pompa yang bertugas untuk mensirkulasikan zat pendingin, tetapi tugasnya adalah mengadakan tekanan untuk hal tersebut. Tekanan yang disebabkan oleh kompresor tersebut dapat membuat uap cukup panas untuk pendingin dalam ruang udara yang hangat.Pada saat yang sama, kondensor menaikkan tekanan zat pendingin diatas titik kondensasi pada suhu ruangan udara, sehingga ia akan berkondensasi. Itulah perbedaan antara tekanan tinggi dan tekanan rendah yang memaksa cairan pendingin mengalir melalui tabung kapiler masuk ke evaporator.

  Dipasaran tersedia banyak jenis kompresor yang umum digunakan pada SKU. Masing-masing tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.Bagaimana memilih kompresor yang sesuai tergantung kepada spesifikasi yang diinginkan. Berdasarkan prinsip kerjanya secara umum kompresor dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu : tipe perpindahan positif (positif displacement) dan Roto-dynamic. Prinsip kerja kompresor jenis positive displacement, secara ringkas adalah sebagai berikut : uap refigeran dari evaporator dihisap dan dijebak pada suatu ruang tertentu, kemudian ditekan hingga tekanannya melebihi tekanan kondensor dan kemudian dilepas ke kondensor. Setelah langkah ini selesai, maka proses akan diulang lagi. Sebenarnya jika melihat proses aliran ini, aliran fluida pada kompresor ini tidaklah kontinu tetapi terputus-putus. Tetapi karena frekuensinya terputusnya sangat tinggi, aliran akan kelihatan tidak terputus atau kontinu. Sementara pada kompresor tipe roto-dynamic tekanan refigeran dihasilkan dengan mengubah energi kinetik dengan menggunakan elemen yang berotasi.Oleh karena itu , aliran fluida pada kompresor tipe ini kontinu.

  2.1.2 Kondensor Karena zat pendingin meninggalkan kompresor dalam bentuk uap bertekanan tinggi, maka diperlukan suatu proses untuk mengubah uap menjadi cairan kembali. Inilah fungsi kondensor mengembunkan uap menjadi cairan sehingga dapat dipakai kembali dalam siklus pendinginan [7].

  Kondensor adalah suatu alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah fasa pada refigeran dari keadaan superheat menjadi cair, bahkan terkadang sampai pada kondisi subcooled [3]. Untuk kembali mereview tugas dari kondensor, ingat kembali diagram p-h dimana tugas kondensor adalah membawa refigeran dari titik 2 (setelah melalui kompresor) sampai ke titik 3 (sebelum masuk ke katup ekspansi). Proses ini adalah proses membuang panas pada temperatur kondensasi, T c yang diasumsikan konstan.

  Disfaat uap dari pendingin dipompa ke dalam kondensor akan mengakibatkan suhu dan tekanan menjadi meningkat. Suhu yang tinggi itu memudahkan perambatan panas yang efektif dari permukaan kondensor ke ruang sekitarnya. Sebagian dari panas yang ditransfer ke dalam ruangan adalah panas laten yang diambil zat pendingin dalam evaporator.

  Sarana medium pendingin yang biasa digunakan untuk melakukan tugas ini adalah udara lingkungan dan air atau gabungan dari keduanya.Masing-masing sarana medium ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Dalam hal ini kondensor dibagi berdasarkan medium yang digunakan dapat dibagi 3 bagian, yaitu : (1)Kondensor berpendingin udara, (2) Kondensor berpendingin air,dan (3) Kondensor berpendingin gabungan (Evaporative Condenser). Jika sarana medium yang digunakan adalah udara maka kelebihan yang didapat adalah tidak diperlukannya pipa untuk mengalirkannya dan tidak perlu repot untuk membuangnya karena setelah panas diserap bisa langsung dilepas ke udara lingkungan

  Namun kelemahan dari udara adalah tidak memiliki sifat membawa dan menghantar panas yang baik. Jadi diperlukan usaha yang lebih besar untuk mengalirkan lebih banyak udara.Biasanya kondensor dengan pendingin udara umumnya digunakan pada siklus refrigasi dengan kapasitas pendingin yang kecil. Sementara jika sarana medium pendingin yang digunakan adalah air mempunyai kelebihan yaitu memiliki sifat membawa dan memindahkan panas yang jauh lebih baik daripada udara. Oleh karena itu tidak dibutuhkan peralatan yang besar untuk proses perpindahan panas. Tetapi air tidak boleh dibuang begitu saja ke lingkungan. Misalnya setelah digunakan sebagai pendingin kondensor air akan menjadi panas dan tidak bisa dibuang begitu saja ke sungai atau ke danau, karena bisa membuat ikan-ikan yang ada didalamnya akan menjadi mati. Untuk menghindari efek lingkungan ini, biasanya kondensor berpendingin air dilengkapi dengan cooling tower yang fungsinya mendinginkan air panas yang berasal dari kondensor dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian agar bisa didinginkan oleh udara. Oleh karena itu biaya awal kondensor dengan berpendingin air lebih besar tapi biaya operasionalnya lebih kecil, oleh karena itu sistem ini biasanya digunakan pada SKU dengan kapasitas yang besar. Pada evaporative kondensor air dan udara digunakan untuk mendinginkan kondensor. Air disiram ke pipa- pipa kondensor dan udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penguapan di kondensor. Karena panas penguapan air sangat tinggi, dan ini diambil dari refigeran melalui dinding pipa maka jenis ini akan mempunyai koefisien panas yang sangat baik. Hal-hal yang disebutkan diatas adalah salah satu perbedaan utama kondensor berpendingin air dan bependingin udara.

  2.1.3 Evaporator Pada diagram P-h dari siklus kompresi uap sederhana, evaporator mempunyai tugas merealisasikan garis 4-1. Setelah refigeran turun dari kondesor melalui katup ekspansi masuk ke evaporator dan diuapkan, dan dikirim ke kompresor. Pada prinsipnya evaporator hampir sama dengan kondensor, yaitu sama-sama APK yang fungsinya mengubah fasa refigeran. Bedanya jika pada kondensor refigeran berubah dari uap menjadi cair, maka pada evaporator berubah dari cair menjadi uap. Perbedaan berikutnya adalah, sebagai siklus refrigerasi, pada evaporatorlah sebenarnya tujuan itu ingin dicapai. Artinya jika kondensor fungsi hanya membuang panas ke lingkungan, maka pada evaporator panas harus diserap untuk menyesuaikan dengan bahan beban pendingin di ruangan [3]. Berdasarkan model perpindahan panasnya evaporator dapat dibagi atas natural convection dan forced convection. Pada evaporator

  , fluida pendingin dibiarkan mengalir sendiri karena

  natural convection

  adanya perbedaan massa jenis. Pada jenis umumnya evaporator ditempatkan ditempat yang lebih tinggi. Fluida yang bersentuhan dengan evaporator akan turun suhunya dan masa jenisnya akan naik, sebagai akibatnya, fluida ini akan turun dan mendesak fluida dibawahnya untuk bersikulasi. Sistem ini hanya pada refrigerasi dengan kapasitas-kapasitas kecil, seperti kulkas. Kebalikannya, evaporator forced convection menggunakan blower untuk memaksa terjadinya aliran udara sehingga terjadi konveksi dengan laju perpindahan panas yang lebih baik. Pada evaporator dengan konveksi paksa dapat juga dibedakan atas dua bagian yaitu refigeran mengalir di dalam pipa dan refigeran mengalir di luar pipa.

  2.1.4 Katup Expansi Fungsi dari katup expansi ada dua, yaitu (1) menurunkan refigeran dari tekanan kondensor sampai tekanan evaporator dan (2) mengatur jumlah aliran refigeran yang masuk ke evaporator.Pada kondisi pengaturan yang ideal, sangat dipantangkan jika cairan refigeran dari evaporator masuk ke kompresor [3]. Hal ini bisa terjadi, misalnya karena beban pendingin berkurang refigeran yang menguap dari evaporator akan berkurang. Jika pasokan refigeran cair dari kondensor tetap mengalir maka hal ini akan memaksa cairan refigeran masuk ke kompresor. Untuk menghindari hal inilah katup expansi difungsikan. Jika beban berkurang, maka pasokan refigeran akan berkurang, sehingga menjamin hanya uap refigeran yang masuk ke kompresor. Jenis katup expansi dapat dibagi 7, yaitu;

  1. Tabung expansi manual

  2. Tabung kapiler 3.

   Orifice

  4. Katup expansi automatic

  5. Katup expansi thermostatic

  6. Katup expansi mengapung

  7. Katup expansi elektronik

2.2 Sisitem Refrigerasi

  Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalau dari suatu benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungan. Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak bisa dimusnahkan tapi bisa dipindahkan. Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses aliran panas dan perpindahan panas.

  Siklus refrigerasi memperlihatkan apa yang terjadi pada panas setelah dikeluarkan dari udara oleh refigeran di dalam koil (evaporator). Siklus ini didasari oleh dua prinsip, yaitu :

1. Saat refigeran cair berubah menjadi uap, maka refigeran cair itu mengambil atau menyerap sejumlah panas.

  2. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan jalan mengubah tekanan yang bekerja padanya. Hal ini sama artinya bahwa temperatur suatu cairan dapat ditingkatkan dengan jalan menaikkan tekanannya, begitu juga sebaliknya. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sistem refrigerasi mekanik

  Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau alat-alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refigerasi mekanik adalah :

  a. Siklus kompresi uap (SKU)

  b. Refrigerasi siklus udara

  c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah

  d. Siklus sterling

2. Sistem refrigerasi non mekanik

  Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik adalah :

  a. Refrigerasi termoelektrik

  b. Refrigerasi siklus absorbs

  c. Refrigerasi steam jet

  d. Refrigerasi magnetic e.

   Heat pipe

2.2.1 Siklus Kompresi Uap

  Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refrigerasi, namun yang paling umum digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap.Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup expansi. Berikut adalah sistem konvensional siklus kompresi uap (gambar 2.1) dan skema diagram p-h siklus kompresi uap (gambar 2.2)

  Qc

  3

  2 Wc Kondensor Kompresor Katupp ekspansi Evaporator

  4 1 r

4 Qe

  Gambar.2.1 Siklus kompresi uap Pada siklus kompresi uap, di evaporator refigeran akan menghisap panas dari dalam ruangan sehingga panas tersebut akan menguapkan refigeran. Kemudian uap refigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap refigeran dikondensasikan dengan cara membuang panas dari uap refigeran ke lingkungan. Kemudian refigeran akan diteruskan ke evaporator. Dalam diagram P-h siklus kompresi uap ideal dapat dilihat dalam gambar berikut ini

  P(kPa) 2s Pk a

  Tk

3 Te

  4

  1 Pe h3 =h4 h1 h2 s h(kj/kg)

Gambar 2.2 Diagram p-h

  Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap seperti pada

gambar 2.2 diatas adalah sebagai berikut :

a. Proses kompresi (1-2) Prose ini dilakukan oleh kompresor dan berlangsung secara isentropic.

  Kondisi awal refigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refigeran akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropic, maka temperatur keluar kompresor pun akan meningkat. Besarnya kerja kompresi per satuan massa refigeran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) : W =h -h

  ……….(2.1)

  k

  1

  2 Dimana : W = besarnya kerja kompresor (kJ/kg) k

  h = entalpi refigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

  1

  h = entalpi refigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

  2

  b. Proses kondensasi (2-3) Proses ini berlangsung didalam kondensor. Refigeran yang bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa didalam kondensor terjadi pertukaran kalor antara refigeran dengan lingkungannya (udara), sehingga panas berpindah dari refigeran ke udara pendingin yang menyebabkan uap refigeran mengembun menjadi cair.

  Besar per satuan massa refigeran yang dilepas di kondensor dinyatakan sebagai (Himsar Ambarita 2012 hal 4): Q =h -h

  ……….(2.2)

  c

  2

  3 Dimana : Q = besarnya panas yang dilepas oleh kondensor (kJ/kg) c

  h = entalpi refigeran saat masuk kondensor (kJ/kg)

  2

  h = entalpi refigeran saat keluar kondensor (kJ/kg)

  3

  c. Proses expansi (3-4) Proses expansi ini berlangsung secara isoentalpi. Hal ini berarti tidak terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi drop tekanan dan penurunan temperatur, atau dapat dituliskan dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4): h = h

  ……….(2.3)

  3

  4 Proses penurunan tekanan terjadi pada katup expansi yang berbentuk pipa kapiler atau orifice yang berfungsi untuk mengatur laju alirann refigeran dan menurunkan tekanan.

d. Proses evaporasi (4-1)

  Proses ini berlangsung secara isobar isothermal (tekanan konstan, temperatur konstan) di dalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan diserap oleh cairan refigeran yang bertekanan rendah sehingga refigeran akan berubah fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refigeran saat masuk evaporator sebenarnya adalah campuran cair dan uap, seperti pada titik 4 dari gambar 2.2 diatas. Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 4) ; Q = h – h

  ……….(2.4)

  e

  1

  4 Dimana : Q = besarnya panas yangnb diserap oleh evaporator (kJ/kg) e

  h = entalpi refigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

  1

  h = entalpi refigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

4 Selanjutnya, refigeran kembali masuk kedalam kompresor dan bersirkulasi

  lagi.Begitu seterusnya sampai kondisi yang diinginkan tercapai.Untuk menentukan harga entalpi pada masing-masing titik dpat dililhat dari tabel sifat-sifat refigeran.

2.3 Beban Pendingin

  Beban pendingin adalah laju pengambilan kalor oleh refigeran di koil pendingin pada sistem ekspansi langsung. Jenis beban pendingin terbagi dua yaitu panas sensibel dan panas laten. Panas sensibel adalah panas yang berhubungan dengan perubahan temperatur dari udara. Penambahan kalor sensibel adalah kalor sensibel yang secara langsung masuk dan ditambahkan ke dalam ruangan yang dikondisikan melalui konduksi, konveksi atau radiasi. Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi karena perubahan fasanya. Penambahan kalor laten terjadi apabila ada penambahan uap air pada ruangan yang dikondisikan. Sebagai contoh untuk membedakan dua panas diatas adalah sebagai contoh kita mendinginkan air dari 100 ͦC sampai menjadi es 0ͦC maka panas yang diserap dari air mulai dari 100

  ͦC sampai menjadi es 0ͦC disebut panas sensibel. Namun jika air yang suhunya sudah 0 ͦC didinginkan lagi hingga menjadi es disebut panas laten karena disini tidak terjadi perubahan temperatur tapi melainkan yang terjadi adalah perubahan fasa.

  2.3.1 Sumber-Sumber Beban Pendingin

  Secara umum beban pendingin terbagi dua yaitu beban pendingin dari luar dan beban pendingin dari dalam. Beban pendingin dari luar diantaranya adalah penambahan kalor radiasi matahari melalui benda transparan, penambahan kalor konduksi matahari melalui dinding luar dan atap, penambahan kalor konduksi matahari melalui benda transparan seperti kaca, infiltrasi udara luar yang masuk ke dalam ruangan yang dikondisikan, ventilasi udara luar yang masuk kedalam ruangan yang dikondisikan.

  Sedangkan beban pendingin dari dalam diantaranya adalah penambahan kalor karena ada orang yang berada di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena ada cahaya tambahan di dalam ruangan yang dikondisikan, penambahan kalor karena adanya motor-motor listrik di dalam ruangan yang dikondisikan dan penambahan kalor karena adanya peralatan-peralatan listrik atau pemanas yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan.

  2.3.2 Analisa Beban Pendingin

  Dalam menghitung beban pendingin ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah Metode Fungsi Transfer (TFM= Transfer Function Method), Metoda Perbedaaan Temperatur Beban Pendingin (CLTD = Cooling Load Temperatur Difference) dan Metoda Perbedaan Temperatur Ekuivalen Total (TETD = Total Equivalent Temperatur

  Difference ) Waktu Rata-rata (TA = Time Average). Dari ketiga metoda

  diatas hanya metoda CLTD yang sederhana dan bisa di hitung secara manual.

  Sebelum melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan yang dikondisikan, ada beberapa data yang harus dimiliki. Data- data yang harus dimiliki sebelum melakukan perhitungan beban pendingin adalah sebagai berikut :

  1. Lokasi bangunan dan arahnya.

  2. Konstruksi bangunan, hal ini dibutuhkan untuk mengetahui koefisien perpindahan panas menyeluruh dari kontruksi bangunan.

  3. Kondisi di luar gedung, misalnya apakah ada pelindung pohon atau bangunan tinggi yang menghindari gedung dari paparan sinar matahari.

  4. Kondisi design di dalam gedung, misalnya pada temperatur dan RH berapa gedung akan dikondisikan.

  5. Jadwal penghuni di dalam gedung.

  6. Jumlah lampu dan peralatan listrik yang dipasang di dalam gedung.

  7. Jadwal beroperasinya peralatan-peralatan di dalam gedung.

  8. Kebocoran udara (infiltrasi) dan penambahan udara (ventilasi).

  Informasi-informasi diatas akan digunakan sebagai parameter disaat melakukan perhitungan beban pendingin pada suatu ruangan. Berikut adalah prosedur dalam melakukan perhitungan beban pendingin suatu ruangan dengan menggunakan metoda CLTD :

A. Beban Pendingin dari Luar

  1. Panas konduksi dari dingin, atap dan konduksi dari dinding yang berbahan dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69):

  = ……….(2.5)

  ( ) Dimana Q adalah beban pendingin (Watt) dan merupakan

  s

  beban sensibel. Sebagai catatan panas konduksi tidak mempunyai beban laten. U koefisien perpindahan panas untuk bahan dinding, atap dan kaca (Lihat Pada Lampiran).

  CLTD adalah cooling load temperatur difference ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 (Bahan ini akan disertakan sebagai bahan kedua di dalam skripsi ini). Data pada tabel ini adalah kondisi di USA pada 40

  ͦ LU di bulan july, dan untuk yang bukan lintang akan dikoreksi dengan persamaan berikut : = (

  ) + (

  • ) + (25,5 − − 29,4) Nilai LM akan disertakan di dalam Lampiran dan k adalah koreksi karena pengaruh warna = 1(gelap),= 0,83(medium),=0,65(cerah). T adalah temperatur ruangan yang

  

r

  direncanakan. T adalah temperatur udara luar maksimum –

  m (beda temperatu harian/2).

  2. Panas Transmisi dari dinding kaca dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69) =

  ……….(2.6) Dimana A adalah luas penampang, dan SC adalah koefisienn baying (shading coefficient). SCL adalah solar cooling load factor ditampilkan pada Lampiran 5. Panas ini adalaah panas sensibel.

  3. Panas dari atap, partisi dan lantai dapat ditulis dengan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 69) ………(2.7)

  = ) ( −

  Dimana U dihitung berdasarkan bahan atap dan lantai.T

  o temperatur diluar ruangan yang dijaga pada temperatur T . r

B. Beban Pendingin dari Dalam

1. Panas dari tubuh manusia di dalam ruangan

  Tubuh manusia beraktivitas dan selalu mengeluarkan panas ke udara sekelilingnya. Terdapat dua jenis panas yang dikeluarkan oleh tubuh manusia yaitu panas laten dan panas sensibel. Masing-masing panas ini dapat dihitung dengan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 69) :

  = ……….(2.8)

  ( ℎ )

  = ( ℎ )

  Kantor, hotel, apartemen 140 130

  35 Berjalan 4.8 km/h; kerja mesin ringan Pabrik 295 295 110 185

  49

  80 Kerja cahaya bangku Pabrik 235 220 80 140 Sedang menari Aula tari 265 250 90 160

  80

  70 Pekerjaan yang menetap Restauran 145 160

  75

  38 Berjalan, berdiri Toko obat, bank 160 145

  58

  55

  75

  Toko serba ada; toko retail 160 130

  55 Berdiri, pekerjaan ringan; berjalan

  75

  45 Pekerjaan kantor yang cukup aktif

  ……….(2.9)

  70

  27 Duduk, pekerjaan ringan Kantor, hotel, apartemen 130 115

  60

  35

  70

  30 Duduk di teater, malam Teater pertunjukkan malam 115 105

  65

  95

  Teater pertunjukkan siang 115

  W W Rendah V Tinggi V Duduk di teater

  Total Panas, W % Panas Sensibel Panas Panas Pancaran Panas/Sinar Dewasa Disesuaikan Sensibel Laten Tingkat Aktivitas Male M/F a

Tabel 2.1 Tingkat Panas yang Didapatkan dari Penghuni yang dikondisikan

  dan laten heat gain adalah perkiraan panas sensibel dan panas laten yang akan dikeluarkan manusia. Datanya ditampilkan pada gambar tabel berikut. Dan N adalah jumlah manusia yang ada di ruangan. CLF adalah cooling load factor yang datanya ditampilkan pada tabel 2.1.

  Sensibel heat gain

  Bowling Arena Bowling 440 425 170 255 Kerja berat Pabrik 440 425 170 255

  54

  19 Kerja mesin berat; penerangan Pabrik 470 470 185 285

  Gymnasiu Atletik m 585 525 210 315 Sumber : ASHRAE bab 28

  2. Panas dari lampu/penerangan Lampu atau alat penerangan mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan sebagian energi ini akan berubah menjadi panas.

  Sebagai catatan bola lampu akan terasa panas setelah dihidupkan beberapa lama. Besar panas yang dilepaskan bola lampu ke lingkungan adalah panas sensibel dan dapat dihitung menggunakan persamaan (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

  = ………(2.10)

  Dimana W adalah daya total lampu, F , F

  ul lighting use sa special allowance factor dan CLF adalah cooling load factor.

  3. Panas dari motor listrik Di dalam ruangan yang dikondisikan biasanya terdapat motor listrik. Contohnya motor penggerak pompa air. Untuk menghitung besar panasnya dapat menggunkan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70):

  = ……….(2.11)

  P adalah total daya motor, E factor efisiensi dan CLF adalah f

  cooling load factor.(Lampiran 6)

  4. Panas dari peralatan dapur dan memasak Biasanya terdapat kegiatan masak memasak di dapur yang akan memberikan beban pendingin ke dalam ruangan yang akan didinginkan. Beban pendingin dari hal tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70):

  = ……….(2.12)

  CLF cooling load factor yang ditampilkan pada Lampiran 6

5. Panas dari udara ventilasi dan udara infiltrasi

  Persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung panas sensibel dan panas laten dari tambahan udara ventilasi ini adalah sebagai berikut (Himsar Ambarita 2012 hal 70) :

  = 1,23 ) ………(2.13) ( −

  = 3010 ……….(2.14) )

  ( − Dan beban total adalah :

  ……….(2.15) = 1,2 )

  (ℎ − ℎ Dimana Q adalah laju aliran udara ventilasi.

2.4 Alasan Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Penting

  Pada saat ini issu global yang sedang berkembang adalah tentang Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan pengurangan penggunaan konsumsi energi. Sesuai dengan hasil konvensi PBB mengenai perubahan iklim ada 6 jenis golongan Gas Rumah Kaca yaitu Karbondioksida (CO ), Dinitrooksida (N O), Metana (CH ),

  

2

  2

  4 sulfurhexaflorida (SF ), Ferflorokarbon (PFC ) dan Hidroflorokarbon (HFC ).

6 S S

  Sesuai dengan hal diatas maka dapat disimpulkan kalau semua kegiatan manusia yang melepas gas-gas tersebut ke atmosfer adalah kegiatan emisi Gas Rumah Kaca.

  Beberapa kepala Negara di dunia telah mengatakan komitmen dan berani menyebutkan angka pengurangan emisi. Misalnya pemerintah Jepang berkomitmen mengurangi emisi GRK sampai 25% dari tingkat keadaan tahun 1990. Indonesia juga mengatakan target penurunan emisi GRK ini. Pada pertemuan G-20 di Pittsburgh Amerika Serikat, 25 September 2009, Presiden SBY menyampaikan pidato bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26% dari tingkat Business As Usual (BAU) pada tahun 2020 dengan usaha sendiri dan sampai 41% dengan dukungan Internasional [12].

  Dalam hal ini tindak lanjut dari Pemerintahan Republik Indonesia adalah dengan menyusun Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan Peraturan Presiden no.6/2011. Dan dalam menyokong kebijakan pemerintah pusat ini maka pemerintah daerah juga diinstruksikan unutk menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dalam pencapaian target penurunan emisi GRK di seluruh wilayah Indonesia.

  Berdasarkan fakta-fakta diatas menunjukkan kalau semua tindakan pengkonsumsian energi harus dilakukan penghematan.Tujuannya adalah untuk melakukan penyelamatan pelestarian lingkungan. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Medan konsumsi energi di hotel, supermarket, gedung industry lebih banyak dihabiskan karena pemakaian AC. Pemborosan energi oleh pemakaian AC ditambah banyak lagi karena instalasi pemasangan AC yang tidak sesuai dengan standarisasinya. Sehingga hal itu mengakibatkan pemborosan energi listrik.

  Karena besarnya konsumsi energi untuk AC yang digerakkan oleh energi listrik dan berasal dari energi fosil, maka AC adalah salah satu kegiatan emisi GRK yang sangat significant. Maka salah satu target yang harus dilakukan adalah bagaimana mengurangi emisi GRK dari sektor sistim refrigerasi dan pengkondisian udara.

2.5 Sumber Daya Energi

2.5.1 Sumber Energi

  Sumber-sumber energi dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori umum – energi celestial atau sumber perolehan (income energy), yakni energi yang mencapai bumi dari angkasa luar, dan energi modal (capital energy), yakni energi yang telah ada di dalam bumi [6].Energi perolehan termasuk diantaranya adalah energi surya dan energi bulan, sedangkan sumber-sumber modal diantaranya adalah sumber energi atom dan panas bumi (geothermal).

  Sumber-sumber energi celestial sebenarnya termasuk semua sumber yang mungkin menyediakan energi untuk bumi dari angkasa luar.Di antaranya adalah elektromagnetik, energi partikel dan gravitasional dari bintang-bintang, planet-planet dan bulan begitu juga energi potensial meteor yang sedang memasuki atmosfer bumi.Sumber energicelestial yang berguna hanyalah energi elektromagnetik dari mataharinya bumi, yang disebut sebagai energi surya langsung, serta energi potensial dari bulannya bumi yang mengalirkan pasang.

  Energi surya langsung juga membangkitkan beberapa sumber energi tak langsung yang tidak terhabiskan. Pemasangan energi surya dengan rotasi bumi, menghasilkan beberapa arus konveksi besar dalam bentuk angina di atmosfer dan arus laut di samudera. Penyerapan energi surya juga membangkitkan gradien panas yang besar bahan, penguapan permukaan air menimbulkan awan yang bila terkondensasi menjadi hujan pada ketinggian yang cukup, akan menjadi sumber hidroelektrik atau tenaga air. Angin juga menimbulkan gelombang-gelombang lautan yang besar dan mempunyai potensi untuk membangkitkan energi.

  Sumber utama energi modal yang digunakan sekarang ini adalah energi atom. Istilah energi atom yang dipakai disini, mempunyai arti sebagai energi yang dilepaskan sebagai hasil dari suatu reaksi tertentu yang melibatkan atom-atom termasuk energi nuklir dan kimia.

  Sumber-sumber energi utama terakhir dari energi bahan bakar yang tersedia adalah energi geothermal (panas bumi). Sumber ini sebenarnya adalah energi thermal yang terperangkap dibawah dan di dalam lapisan- lapisan (crust) padat bumi. Energi ini mengejewantah sebagai uap, air panas, dan karang panas (hot rock) dan dilepaskan secara alamiah dalam bentuk fumarole, geyser, sumber air panas dan letusan gunung api. Meskipun dibawah kulit bumi tersebut terdapat cadangan energi termal yang sangat besar, belumlah memungkinkan untuk membornya melalui kulit bumi tersebut, walaupun beberapa percobaan telah dilakukan. Konsekensinya, cadangan energi geothermal yang terpakai hanyalah yang terdapat pada kantong-kantong yang terperangkat diantara kulit bumi, dan beberapa kantong yang terdapat di dekat active fault lines.

  Pemanfaatan energi geothermal bukanlah suatu teknologi baru karena sumur uap geothermal pertama telah digali di Laderello, Italia pada tahun 1904 dan kapasitas pusat pembangkit itu sekarang adalah 370 MW .

  e Perusahaan The Pacific Gas and Electric Company mengoperasikan sebuah komplek tenaga geothermal berdaya 400 MW di Geyserville,

  e California.

  Beberapa sumber energi yang masih ada sampai sekarang adalah sebagai berikut :

a. Batubara

  Sesuai dengan data dari Badan Geologi Kementerian ESDM pada tahun 2010, sumber daya batubara yang ada Indonesia adalah 104,8 milyar ton yang tersebar di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan (51.9 milyar ton) dan Sumatera (52,5 milyar ton). Dari semua sumber daya batu bara yang ada dilaporkan bahwa cadangan batubara yang tersisa hanya 21,1 milyar ton (Kalimantan 9,9 milyar ton, Sumatera 11,2 milyar ton). Dari data yang di dapatkan sekitar 22% dari batubara yang ada di Indonesia berkualitas rendah (low rank) dengan kandungan panas yang dimiliki kurang dari 5100 kkal/kg dan sebagian besar sekitar (66%) berkualitas medium (antara 5100 dan 6100 kkal/kg) serta hanya sekitar (12%) yang berkualitas tinggi (6100–7100 kkal/kg). Walaupun cadangan batubara Indonesia tidak terlalu besar, namun tingkatan produksi batubara di Indonesia tergolong sangat tinggi, yaitu mencapai 370 juta ton pada tahun 2011.Sebagian besar dari produksi batubara tersebut diekspor ke China, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan negara lainnya. Diperkirakan produksi pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan domestik dan semakin tingginya harga jual batubara internasional. Namun jika produksi tahunan dari batubara sekitar 400 juta ton maka dapat diperkirakan cadangan batubara Indonesia yang tinggal hanya sekitar 21,1 milyar dapat habis dalam waktu 50 tahun kedepan kalau tidak dilakukan eksplorasi yang baru. Untuk menjaga pasokan kebutuhan batubara domestic yang semakin meningkat Pemerintah telah menerapkan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) yang mewajibkan produsen batubara untuk menjual sebagian produksinya ke pemakai dalam negeri. PLN pada saat ini telah dapat mengelola pasokan batubara dengan lebih baik dari aspek kecukupan dan kualitas. Harga batubara di pasar internasional yang cenderung turun sepanjang tahun 2012 akibat melemahnya demand batubara global telah membuat ketersediaan batubara untuk pasar domestic meningkat. Untuk sumber energi dari batubara sendiri saat ini terdapat rencana pengembangan beberapa PLTU mulut tambang di Sumatera. Yang dimaksud PLTU mulut tambang disini adalah PLTU batubara yang berlokasi di dekat tambang batubara yang mempunyai low rank tapi tidak mempunyai infrastruktur transportasi yang memadai mengangkut batubara secara besar-besaran, sehingga batubara low rank pada tambang tersebut pada dasarnya menjadi tidak tradable. Sesuai dengan hal itu harga batubara untuk PLTU diharapkan disesuaikan dengan formula cost plus. PLTU batubara ditujukan unutk mengatasi haraga batubara yang termasuk rendah dibandingkan harga bahan bakar fosil lainnya.Tetapi akibat dari pembakaran batubara dapat mengahasilkan emisi gas karbon yang bisa menimbulkan efek pemanasan global dan juga selain itu dapat menyebabkan dampak negatif pada lingkungan. Maka pengembangan dari PLTU batubara harus memperhitungkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan terhadap lingkungan. Di dalam pengembangan PLTU batubara terdapat penggunaan teknologi ultra supercritical yang menjadi perhatian khusus PLN dalam merencanakan PLTU skala besar di pulau Jawa,Bali dan Sumatera. Beberapa teknologi bersih batubara seperti IGCC dan CCs yang belum bisa disosialisasikan karena belum mencukupi tahapan yang matang secara teknik dan komersial.

b. Gas Alam

  Dari data yang di dapat cadangan gas alam yang terdapat di Indonesia diperkirakan sekitar 164,99 Tscf yang tersebar di beberapa tempat seperti Natuna(53,06 Tscf), Tangguh Irian (53,06 Tscf), Sumsel (26,68 Tscf), kaltim (21,49 Tscf). Namun walaupun mempunyai pasokan gas yang cukup banyak, pihak PLN masih mengakami kesulitan dalam persoalan memasok pasokan gas ke pembangkit dan juga PLN mempunyai masalah dalam mengakses ke sumber-sumber gas alam yang besar karena sudah terikat kontrak jangka panjang dengan pembeli luar negri. Dan inilah sebenarnya tugas wajib dari pemerintah supaya Negara kita bisa memiliki sumber daya alam yang kita miliki sendiri. Namun demikian PLN terus berupaya untuk memperoleh pasokan gas dari sumber sumber tersebut dan mulai menunjukkan hasil. Sebagai contoh, PLN telah memperoleh pasokan LNG dari Bontang untuk FSRU Jakarta yang memasok Muara Karang dan Priok, dan PLN telah memperoleh indikasi pasokan LNG dari Tangguh untuk dikirim ke Arun. Dalam mengatasai hal ini PLN juga memberlakukan cara dengan mengurangi pemakaian BBM pada pembangkit dan mencoba mencari alternatif baru beralih ke CNG dan LNG. LNG (liquifi ed Natural Gas) dan Mini-LNG Dikarenakan harga gas alam dan LNG yang tergolong mahal maka membutuhkan biaya yang sangat besar untuk digunakan dalam skala besar. Dalam hal itu PLN merencanakan menggunakan LNG unutk pembangkit beban puncak di daerah Sumatera, Jawa-Bali. Karena didaerah ini listrik harus tetap berjalan. Sementara didaerah Indonesia bagian Timur PLN mencanagkan menggunakan mini LNG sebagai pembangkit beban puncak. Berikut beberapa proyek di Indonesia yang menggunakan LNG.

1. Arun

  Berhubung rencana pemerintah untuk merevitalisasi Arun, maka akan tersedia persedian LNG di Arun. Dalam hal ini PLN berencana memanfaatkan gas yang tersedia di Arun menjadi pembangkit sebesar 200 MW di Arun dan Pangkalan Brandan sebesar 200 MW. Persediaan gas di Arun juga akan disalurkan ke Belawan dan PLTG di Paya Pasir. Untuk semua kebutuhan gas tersebut adalah sekitar 12,5 bbtud di Arun, 12,5 bbtud di Pangkalan Brandan, 75 bbtud di Belawan dan 10 bbtud di Paya Pasir.

2. Gas Jabung (Jambi)

  Dari data yang di dapat ada sekitar 20-30 bbtud persedian gas di lapangan Jabung Jambi yang bisa tahan sampai 7 tahun kedepan. PLN menginginkan gas tersebut bisa dikonversi menjadi mini LNG untuk bisa dimanfaatkan memenuhi kebutuhan beban puncak di Sumatera Bagian Selatan tersebut sebesar 500 MW pada tahun 2015. Adapun rencana pemanfaatan LNG/mini-LNG di Indonesia Timur adalah sebagai berikut. Simenggaris: PLN akan mengambil gas dari Simenggaris yang dijadikan LNG untuk memasok pembangkit peaker di Kalimantan Timur, yaitu Tanjung Batu, Sambera dan Batakan. Untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit peaker di Indonesia Timur lainnya, PLN memerlukan gas dalam bentuk mini LNG dari lapangan Sengkang (Wasambo) atau Pagerungan atau KEI (Kangean) untuk dikirim ke pembangkit peaking di Makasar 150 MW, Manado 50 MW dan Pesanggaran Bali 250 MW.

  CNG (Compressed Natural Gas) CNG pada mulanya dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi sumur- sumur gas dengan kapasitas relatif kecil maupun sumur gas marginal, namun kemudian PLN juga memutuskan untuk menggunakan CNG skala besar untuk pembangkit di Jawa. PLN telah memetakan potensi pemanfaatan CNG untuk pembangkit peaking di Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Jawa.

  Saat ini sedang dibangun CNG storage oleh pemasok gas di Sumatera Selatan yang gasnya akan dimanfaatkan untuk PLTG peaker Jaka

  Baring (50 MW), yang diharapkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2012. Rencana pemanfaatan CNG lainnya di Indonesia Barat adalah: a. CNG Sungai Gelam dengan kapasitas sebesar 4,5 bbtud akan digunakan untuk pembangkit peaker 104 MW. b. CNG dari gas Jambi Merang sebesar 15 bbtud akan dialokasikan untuk pembangkit peaker di Duri dengan kapasitas sekitar 312 MW. c. CNG untuk pembangkit peaker di Jambi dengan kapasitas sebesar 100 MW. d. CNG untuk pembangkit peaker di Lampung dengan kapasitas sebesar 200 MW. Rencana pemanfaatan CNG di Indonesia Timur adalah pembangkit

  Bangkanai di Kalimantan Tengah (CNG stationary) dan

  peaker

  Lombok (CNG marine).Untuk Pulau Jawa, kebutuhan gas dalam bentuk CNG adalah sebagai berikut:a. Grati sebanyak 30 bbtud untuk PLTG peaking Grati, b. Tambak Lorok sebanyak 16 bbtud untuk mengoperasikan sebagian dari PLTGU sebagai pembangkit peaking, c. Gresik sebanyak 20 bbtud untuk mengoperasikan pembangkit peaking dan sebagian CNG untuk dikirim ke Lombok, d. Muara Tawar sebanyak 30 bbtud untuk memenuhi kebutuhan operasi peaking. Coal Bed Methane (CBM) gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas

  Reserve

  konvensional, terutama di Selatan Sumatera Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin.PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional ini apabila telah tersedia dalam jumlah yang cukup.Studi yang telah dilakukan oleh PLN bersama Exxon-Mobil mengenai pengembangan CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.Reserve gas CBM diperkirakan lebih besar daripada reserve gas konvensional, terutama di Selatan Sumatera Basin (183 Tcf) dan Kutai Basin.PLN berkeinginan untuk memanfaatkan gas non-konvensional ini apabila telah tersedia dalam jumlah yang cukup.Studi yang telah dilakukan oleh PLN bersama Exxon-Mobil mengenai pengembangan

  CBM di Kalimantan Selatan untuk kelistrikan di Indonesia telah memberikan pemahaman mengenai keekonomian gas CBM ini.

  c. Panas Bumi Beberapa data tentang laporan studi mengenai resource dan reserve tenaga panas bumi di Indonesia. Salah satu dari laporan studi oleh BaratJEC pada tahun 2007 Master Plan Study for Geothermal Power

  Dari laporan tersebut, Development in the Republic of Indonesia . potensi panas bumi Indonesia yang dapat dieksploitasi adalah 9.000 MW, tersebar di 50 lapangan, dengan potensi minimal 12.000 MW.

  Di dalam skripsi ini juga menjelaskan terdapat rencana untuk mengembangkan banyak proyek PLTP, terutama di Sumatera, Jawa dan beberapa di Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara dan Maluku. Dalam hal ini Pemerintah menugaskan kepada PLN untuk mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan energi terbarukan sesuai Peraturan Presiden No. 4/2010 dan Peraturan Menteri ESDM No. 02/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 15/2010, Peraturan Menteri ESDM No. 01/201242 terdapat hampir 4000 MW proyek PLTP. Namun kenyataannya proyek PLTP tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkankarena PLN berharap masalah- masalah yang menghambat pengembangan panas bumi dapat segera diatasi.

  d. Tenaga Air Potensi tenaga air yang terdapat di Indonesia menurut Hydro Power

  

Potential Study (HPPS) pada tahun 1983 adalah 75.000 MW, dan

  penelitian ini kembali diulang oleh Hydro Power Inventory Study pada tahun 1993. Namun pada laporan Master Plan Study for Hydro Power

  

Development in Indonesia oleh Nippon Koei pada tahun 2011, potensi

  tenaga air yang dimiliki oleh Indonesia adalah 26.321 MW, yang terdiri dari proyek yang sudah beroperasi (4.338 MW), proyek yang sudah direncanakan dan sedang konstruksi (5.956 MW) dan potensi baru (16.027 MW). Seiring dengan menipisnya sumber – sumber energi yang maka harus dilakukan langkah taksis dalam mengatasi permasalahan tersebut.Dalam hal ini ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu mencari sumber-sumber energi terbarukan atau melakukan efisiensi dalam pemakaian energi tersebut.

e. Energi Baru dan Terbarukan Lainnya

  Selain dari sumber energi yang sudah ada terdapat juga sumber energi dalam bentuk yang berbeda seperti energi matahari dan energi kelautan. Besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dam 2.3.

Tabel 2.2 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

  Jenis Satuan Potensi Developed % PLTP MW 27,140 827 3.047 PLTA MW 75,000 4,125 5.500 PLT Surya GW 1,200 0.001 PLT Angin MW 9,290 1 0.006 Biomassa MW 49,810 445

  0.9 Biogas MW 680 Gambut 10^6 BOE 16,880 Tidal MW 240,00

  Sumber : Rencana Penyedian Tenaga Listrik 2009-2018

Tabel 2.3 Potensi dan pemanfaatan energi terbarukan

  NO Terbarukan Sumber Daya Kapasitas Terpasang %

  1 Mini/Mikrohidro 500 MW 86,1 MW 17,22

  e e

  2 Biomasssa 49.810 MW 445,0 MW 0,89

  e e

  3 Tenaga Surya 4,80 12,1 MW -

  e

  2

  kWh/m /hari

  4 Tenaga Angin 9.290 MW 1,1 MW 0,1

  e e

  5 Kelautan 240 GW 1,1 MW 0,1

  e e Sumber : Rencana Penyediaan Tenaga Listrik 2012-2021

2.5.2 Elastisitas Energi

  Elastisitas energi adalah hasil dari perbandingan antara laju pertumbuhan konsumsi energi dengan laju pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, maka semakin efisien penggunaan energi di suatu negara.

  Dari data Statistik Ekonomi Energi Departemen Energi Sumberdaya Dan Mineral (DESDM) menggambarkan kalau tingkat elastisitas pertumbuhan konsumsi energi di Indonesia dalam rentang tahun 1991-2005 sekitar 2,02. Hal ini menunjukkan kalau tingkat efisiensi elastisitas energi di Indonesia masih kecil dibandingkan Negara-negara lainnya.Efisiensi elastisitas energi diharapkan mencapai angka kurang dari 1, yang menunjukkan tingkat efisiensi tinggi. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan dengan elastisitas energi negara-negara maju. Bahkan Jerman dapat mencapai elastisitas (-0.12) dalam kurun waktu 1998–2003 (DESDM 2006). Energi di Indonesia masih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak menghasilkan, tercermin dari tingginya elastisitas energi Indonesia. Perbandingan elastisitas dan intensitas pemakaian energi sejumlah negara periode tahun 1998-2003 diperlihatkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Sumber : DESDM, 2006

  Gambar 2.3: Perbandingan elastisitas pemakaian energi sejumlah Negara tahun 1998-2003 Dari grafik diatas dapat dilihat nilai intensitas Indonesia 1,84 yang sangat jauh diatas dari beberapa negara lainnya. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan konsumsi energi yang jauh diatas laju pertumbuhan eknomi. Maka harus diadakan tindakan untuk mensiasati permasalahan ini untuk menekan angka elastisitas menjadi lebih kecil. Sumber: kementrian ESDM, 2009

  Gambar 2.4: Perbandingan penggunaan intensitas pemakaian energi primer beberapa Negara Selanjutnya pada Gambar 2.5 dapat disimpulkan kalau intensitas konsumsi energi akhir per kapita di Indonesia terkesan mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, intensitas konsumsi energi akhir per kapita sebesar 2.26 SBM per kapita kemudian meningkat menjadi 2.82 pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 8 tahun, terjadi peningkatan pemborosan penggunaan energi sebesar 24.78 persen. Sumber: kementrian ESDM, 2009

Gambar 2.5. Intensitas konsumsi energi akhir Per Kapita di Indonesia, tahun 2000-2008

  Dari aspek harga energi memperlihatkan kalau harga energi di Indonesia belum menyentuh harga yang seharusnya.Hal ini dikerenakan harga energi di Indonesia masih di subsidi oleh Negara. Beberapa dampak negatif masih di subsidi oleh pemerintah adalah : (1) tingginya ketergantungan pada sumber energi minyak bumi yang ditunjukkan oleh dominasi minyak bumi dalam kombinasi pasokan sumber energi domestik (energi mix). Sinyal harga yang rendah tersebut menjadi disinsentif bagi usaha diversifikasi maupun konservasi (penghematan) energi, (2) Subsidi BBM di APBN mengancam keberlangsungan fiskal (fiscal sustainability) pemerintah, (3) tidak optimalnya pemanfaatan sumber energi lain, baik fosil energi seperti gas alam dan batu bara yang cadangannya jauh lebih besar dari minyak bumi maupun energi baru dan terbarukan, (4) maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri sehingga tingkat permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nyata di sektor transportasi, industri, dan rumahtangga, (5) maraknya kegiatan pengoplosan BBM yang merugikan negara dan konsumen umum, dan (6) sinyal harga mendistorsi kelayakan investasi di sektor hilir migas [20].

  Beberapa kendala dalam penyediaan energi di Indonesia adalah karena teknologi yang digunakan belum terlalu memadai atau mendukung serta investasi dalam bidang energi di Indonesia yang masih kurang [20]. Karena teknologi yang belum mendukung banyak aktivitas eksplorasi minyak di Indonesia terpaksa diberikan kepada kontraktor perusahaan minyak asing dengan sistem kontrak produksi sharing (KPS) dengan skema pembagian 85 persen untuk pemerintah pusat dan 15 persen untuk kontraktor. Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai Negara Indonesia belum bisa menikmati sepenuhnya sumber daya alam yang kita miliki.