Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

  

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut (Sutedi, 2003:5).

  Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi (Chaer, 2004:11).

  Sedangkan Keraf (1980:16) menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.

  Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu (Chaer,

  Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Salah satu bahasa yang ada di dunia adalah bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang. Dewasa ini bahasa Jepang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang mulai digemari pelajar dan mahasiswa Indonesia.

  Dalam mempelajari bahasa Jepang, baik pengajar maupun pembelajar perlu mengetahui atau memahami tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik sebagai dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa. Dengan memahami ilmu ini, akan diperoleh pengetahuan yang semakin memperkuat keyakinan diri dalam berbahasa.

  Linguistik sebagai ilmu yang spesifik ialah ilmu yang mempelajari bahasa secara lisan/tulisan dan termasuk dalam kebudayaan berdasarkan struktur dan bahasa yang dikaji secara metode ilmiah, istilah linguistik dalam bahasa Jepang disebut dengan 言語学 (gengogaku). Sedangkan linguistik bahasa jepang disebut dengan 日 本 語 学 (nihongo-gaku). Ada beberapa cabang ilmu linguistik yang bisa dipelajari sebagai ilmu salah satu nya adalah semantik.

  Semantik 意味論 (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang arti dan makna kata (Sutedi, 2003:111). Kridalaksana (2001:193) mengemukakan dua pengertian tentang semantik : (1) semantik merupakan bagian makna suatu wacana; (2) semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.

  Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang. “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 2007:284).

  Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 2001:132), pengertian makna dijabarkan menjadi : 1.

  Maksud pembicara 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia

  3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

  Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang dalam bahasa jepang disebut 文 (bun). Bentuk kalimat sangat bervariasi dan tidak ada aturan-aturan yang khusus. Predikat dalam kalimat merupakan bagian yang terpenting karena adanya predikat maka bentuk, fungsi dan makna kalimat akan

  Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan 動詞 (doushi). Verba adalah kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Selain itu di dalam bahasa Jepang juga banyak memiliki verba yang memiliki pengertian yang sama (mirip) tetapi beda cara penggunaannya dalam kalimat.

  Dalam mempelajari suatu bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa asing sering mengalami berbagai permasalahan. Salah satunya adalah dalam mempelajari bahasa Jepang, selain harus mempelajari hurufnya yang unik, kita juga harus memperhatikan aspek lain, yaitu mengenai makna kata.

  Kesalah-pahaman dalam komunikasi sering terjadi karena adanya penafsiran makna yang berbeda antara pembicara dan lawan bicara karena banyaknya persamaan makna kata (sinonim) dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang sinonim disebut 類義語 (ruigigo). Definisi sinonim adalah secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain.

  Dalam mempelajari bahasa Jepang, ada banyak terdapat kata yang mempunyai arti ataupun makna yang hampir sama. Oleh karena itu pembelajar bahasa Jepang sering kali merasa kesulitan dalam hal penggunaan kosakata yang bersinonim tersebut. Misalnya dalam verba 動詞 (doushi) 叱る (shikaru) dan 怒る (okoru) untuk mengungkapkan perasaan marah atau emosi.

  Lihat kalimat berikut ini :

  Kodomo no toki, yoku haha ni shikararemashita.

  ‘Saat anak-anak, saya sering dimarahi oleh ibu.’ 2. 彼はその言葉を聞いて非常に怒った。 Kare wa sono kotoba o kiite hijou ni okotta.

  ‘Dia sangat marah mendengar kata-kata itu.’ Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti

  “marah”, tetapi dalam pemakaian pada beberapa kalimat, antara kedua kata kerja ini masing-masing mempunyai nuansa perasaan marah atau emosi yang berbeda.

  Hal ini disebabkan oleh kemiripan arti namun fungsi dan makna sebenarnya memiliki perbedaan. Sehingga pada waktu menterjemahkan, penulis sering mengalami kebingungan untuk menempatkan makna yang tepat agar kalimat dapat dimengerti dengan mudah.

  Kata kerja shikaru dan okoru merupakan salah satu contoh kata kerja yang bersinonim dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menggunakannya agar dapat dipahami orang lain yang sama-sama menggunakan bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang apabila terjadi peletakan atau penggunaan kata yang salah dalam mengungkapkan kata ‘marah’ dalam kalimat maka akan terjadi kerancuan. Karena itu sangat penting untuk mempelajari tata bahasa (gramatika) bahasa jepang yang baik dan benar demi menghindari penggunaan kata-kata yang salah dari kata-kata yang memiliki hubungan kesinoniman dalam bahasa Jepang pada saat ingin mengungkapkan informasi atau menjalin suatu komunikasi yang baik dengan

  Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba shikaru dan okoru yang memiliki pengertian yang sama (mirip), yaitu ‘marah’ tetapi memiliki perbedaan dalam cara penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang.

  Oleh karena itu, penulis mencoba membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Shikaru dan Okoru dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Dengan demikian pendekatan yang digunakan didalam analisis ini adalah pendekatan linguistik terutama dalam bidang semantik.

1.2 Perumusan Masalah

  Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dan perbedaan verba shikaru dan okoru yang memiliki kemiripan makna (sinonim) yaitu ‘marah’ tetapi masing- masing verba tersebut berbeda penggunaannya dalam kalimat dan belum tentu dapat saling menggantikan. Oleh sebab itu munculah kesulitan pada pembelajar bahasa Jepang untuk memahaminya.

  Maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru secara umum ? 2.

  Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dalam kalimat bahasa Jepang ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

  Verba shikaru dan okoru dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena harus disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang tepat pada sebuah kalimat. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan pula pengertian serta jenis verba dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan pada analisa terhadap perbedaan fungsi dan makna dari kedua verba tersebut dalam suatu kalimat. Adapun sebagai bahan penelitian penulis untuk menganalisis verba shikaru dan okoru tersebut adalah dari berbagai sumber yang menggunakan verba shikaru dan okoru seperti kamus elektronik http://dictionary.goo.ne.jp, koran online http://tangorin.com dan buku-buku berbahasa jepang. Kemudian agar pembahasan lebih jelas dan akurat maka penulis sebelum menuju kepada Bab Pembahasan (Bab III) terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian verba, pengertian verba shikaru dan okoru, pengertian semantik dan sinonim.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

  Fokus dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Jepang yang mengandung fungsi dan makna marah yang berkaitan dengan verba shikaru dan okoru. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau definisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara Chaer (1994:1) mengatakan : linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

  Kosa kata (goi) merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Kosa kata dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba (doushi), adjektiva-I (keiyoushi), adjektiva-Na (keiyoudoushi), nomina (meishi), prenomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi (kandoushi), konjugasi (setsuzokushi), verba bantu (jodoushi), dan partikel (joushi), (Sudjianto, 2004:98).

  Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Sama halnya dengan bahasa jepang. Karena itu sangat penting mempelajari tata bahasa yang baik dan benar. Kitahara Yasuo dalam Sudjianto (1996:22) mengemukakan “Tata bahasa adalah suatu fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, dan fungsi kata dalam kalimat”. Demikian halnya dengan bahasa Jepang apabila kita harus menguasai bahasa tersebut.

  Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu.

  

Doushi dapat mengalami perubahan (katsuyou) dan dengan sendirinya dapat

  menjadi predikat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri

  Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba shikaru dan okoru yang memiliki arti “marah” dimana kedua kata tersebut memiliki makna yang sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.

  Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar sukukata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya sinonim. Dalam hal ini verba shikaru dan okoru adalah kata-kata yang bersinonim.

1.4.2 Kerangka Teori

  Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Sebelum menganalisis fungsi dan makna yang terdapat pada verba

  

shikaru dan okoru yang bermakna ‘marah’, maka penulis perlu memaparkan

pengertian fungsi dan makna terlebih dahulu.

  Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Fungsi adalah: (1) jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, (2) faal (kerja suatu bagian tubuh), (3) besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah, (4) kegunaan suatu hal; (5) peran sebuah unsur bahasa dulu satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek). Makna adalah: (1) arti, (2) maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

  Penelitian ini menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga menggunakan pendekatan semiotik dan semantik untuk menjelaskan keadaan situasi serta tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang.

  Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa (Chaer, 2007: 37). Tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah (Chaer, 2007: 37). Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran dalam wujud bunyi itu. Karena lambang- lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.

  Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2003:103). Menurut Tarigan (1985:18) bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos ‘penting: berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan: menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata

  

semaphore yang berarti ‘tiang signal yang digunakan sebagai tanda oleh kereta

  api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.

  Kridalaksana (2001:193) mengemukakan dua pengertian tentang semantik : (1) semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga makna suatu wacana; (2) semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.

  Dalam semantik (imiron) terdapat beberapa objek kajian, antara lain adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei) antar satu kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam satu ideom (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2003:103).

  Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna (go to go

  

no imi kankei ) yang terdiri dari, 1. Ruigi kankei (hubungan kesinoniman) 2. Han gi

kankei (antonim) dan 3. Jouge kankei (hubungan hipponimi dan hepernimi). Dari

  ketiga hubungan antar makna tersebut, penulis menggunakan metode ruigi kankei karena berhubungan dengan judul skripsi.

  Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata) dalam kontes kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (Chaer, 2007:81). Atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang memakai ujaran tersebut.

  Untuk makna verba shikaru dan okoru yang akan dianalisis, penulis akan melihat makna verba shikaru dan okoru dari definisi-definisi makna tersebut diatas, untuk lebih memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat yang sering digunakan dalam bahasa jepang.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru secara umum.

2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dalam kalimat berbahasa Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.

  Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba bahasa Jepang, khususnya verba shikaru dan okoru dalam konteks kalimat bahasa Jepang.

  2. Membantu menambah referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik khususnya kajian semantik untuk menunjang proses pembelajaran bahasa Jepang.

1.6 Metodologi Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang berupa penjelasan atau pemaparan. Dalam buku Pengantar Metodelogi Ilmiah (Surachmad, 1988:5) menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif.

  Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data ini.

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan (liberary research), yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.

  Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah :

  1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan.

  2. Membaca berbagai buku termasuk dari media elektronik yang berkonteks bahasa Jepang.

  3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklarifikasikan kata atau kalimat yang menggunakan verba shikaru dan okoru.

  4. Menerjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu yang terdapat verba shikaru dan okoru.

  5. Melakukan analisis fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dari cuplikan kalimat yang sudah diterjemahkan.

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

3 113 70

Analisis Fungsi Dan Makna Fukushi Kanari Dan Zuibun Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou ni Okeru Zuibun To Kanari To Iu Fukushi No Imi To Kiinou No Bunseki

14 146 97

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

10 65 68

Analisis Nuansa Makna Verba “Mawaru” Dan “Meguru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihonggo Bunshou De No ‘Mawaru’ To “Meguru” No Nyuansa No Bunseki

3 69 81

Analisis Makna Kalimat Pengandaian Bahasa Jepang Dalam Novel Noruwei No Mori (Ditinjau Dari Segi Semantik)

17 121 58

Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru (Hataraku, Tsutomeru, Shigoto Suru) No Tsukaikata No Bunseki

5 125 67

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA, STUDI SEMANTIK DAN KESINONIMAN 2.1 Verba 2.1.1 Pengertian Verba - Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

0 1 10

Analisis Fungsi Dan Makna Fukushi Kanari Dan Zuibun Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou ni Okeru Zuibun To Kanari To Iu Fukushi No Imi To Kiinou No Bunseki

0 1 37

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA SHIKARU DAN OKORU, SEMANTIK SERTA SINONIM - Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunsek

0 1 26