Keimanan dan Ketaqwaan dan Filsafat Ketu

Materi Pembelajaran

KEIMANAN DAN KETAQWAAN SERTA FILSAFAT KETUHANAN (TEOLOGI)

PERTEMUAN KE I
A. Pengertian Keimanan dan Ketaqwaan
Iman secara bahasa berarti Kepercayaan, sedangkan secara istilah Iman adalah suatu
keadaan yang didasarkan pada keyakinan dan mencakup segi-segi perkataan dan perbuatan,
adapun yaitu perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati dan anggota badan. Perkataan hati
adalah ilmu yang diyakini, perbuatan hati seperti niat ikhlas, kecintaan kepada Allah SWT dan
kepada Rasul rasulNya, dsb. Perkataan lisan seperti dua kalimat syahadat, tasbih dan istIghfar.
Perbuatan angota badan seperti sholat, haji dan lainnya.
Iman secara syar’i adalah membenarkan dan mengakui secara sempurna akan wujud
kebesaran Allah SWT dan KeesaanNya baik itu mengakui/mengimani nama-nama dan sifat Allah
SWT. Apabila kata Iman disebutkan secara mutlak atau terpisah maka akan berarti sempurna
secara menyeluruh mencakup perkataan dan perbuatan (hati, anggota badan dan lisan).
Taqwa secara secara etimologis berasal dari bahasa arab. Kata Taqwa memiliki kata
dasar Waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memperhatikan dan menjauhi.
Secara terminologis, kata ini memiliki arti menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT dan
menjauhi segala apa yang dilarangNya. Para Mufassirin Al Qur’an lebih mengartikan kata Taqwa
sebagai kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan kejahatan dan takut

kepada Tuhan.
Jadi definisi Keimanan dan Ketaqwaan dalam pandangan Islam adalah sikap
membenarkan dan mengakui secara sempurna akan wujud kebesaran Allah SWT dan
RububiyahNya, UluhiyahNya serta mengakui/mengimani nama nama dan Sifat-sifat Allah SWT
mencakup segi segi perkataan dan perbuatan.
B.

Ayat-ayat yang berkaitan dengan Keimanan dan Ketaqwaan
Alqur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
 Jika disebut nama Alah SWT, maka hatinya bergetar ... (Qs.Al Anfal : 2)
 Senantiasa bertawakkal dan bekerja keras untuk mendapat Ridho Allah SWT... (Qs.Ali
Imran : 120), (Qs.Al Maidah : 12) , (Qs.Al Anfal : 2), (At Taubah : 52), (Qs.Ibrahim :
11), (Qs.Al Mujadalah : 10), (Qs.At Taghobun : 13)

 Tertib dalam melaksanakan Ibadah... (Qs.Al Anfal : 3) , (Qs.Al Mu’minun : 2 dan 7)
 Menafkahan Rezeki yang diterimanya... (Qs.Al Anfal : 3)
 Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan... (Qs Al Mu’minun
3 dan 5)
 Memelihara amanah dan menepati janji.. (Qs Al Mu’minun : 6)
 Berjihad di jalan Allah SWT dan suka menolong.. (Qs.Al Anfal : 74)

 Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin...(Qs. An Nur : 62)
Diatas adalah beberapa contoh ayat ayat yang berhubungan dengan keimanan dan
ketaqwaan dan di dalam Al Qur’an masih banyak lagi.
C. Implementasi Keimanan dan Ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat.
Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi
konflik dengan sesama orang Islam maupun dengan non-Islam.
Pada zaman modern ini, dimungkinkan sebagian masyarakat antara yang satu dengan
yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ada ancaman kehancuran. Adaptasi modernisme,
kendatipun tidak secara total yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan
bangsa Indonesia menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Oleh karena itu,
kehidupannya selalu terombang-ambing.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena di
adaptasinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang
politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan
nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis. Di bidang sosial banyak munculnya masalah.
Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan
oleh anggota masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah penyalagunaan NARKOBA oleh
anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat.
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang

menggerakan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan
menimbulkan tekanan. Sebagian besar permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada
dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap
detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang agamanya
akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang
mendukung.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang kental
dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas

iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai
pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan
(dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa sekarang,
baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan
khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
Muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga
membuatnya enggan untuk memulai :


Ketidaktahuannya tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap
taqwa




Kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya dalam membangun sikap
taqwa.
Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham pos – pos alternatif yang harus

dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar (memalingkan
pandangan), karena pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan,
penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak
lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai tempat bersemayam
taqwa.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari persoalan tersebut, perlu diadakan revolusi
pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa berperan menyelesaikan problema dan tantangan
kehidupan modern tersebut.
F. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
 Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
 Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
 Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
 Iman memberikan ketenangan jiwa

 Iman memberikan kehidupan yang baik
 Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
 Iman memberikan keberuntungan
 Iman mencegah penyakit

PERTEMUAN KE 2
A. Pengertian Filsafat Ketuhanan (Teologi) dalam kajian Islam
Kata Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Theos” dan “Logos”. Kata “Theos” jika
di artikan secara etimologi akan mengarah pada makna Tuhan atau kekuatan yang besar.
Sedangkan kata “Logos” akan memiliki makna Ilmu. Jadi menurut pengertian secara etimologis,
Teologi akan memiliki makna Ilmu tentang mempelajari Tuhan.
Dalam pandangan Islam, makna kata Teologi akan memiliki arti Ilmu tentang
mempelajari kekuasaan Allah SWT dan memahami akan keesaan Allah SWT. Teologi dalam
pandangan Islam lebih menitikberatkan pada mempelajari bagaimana posisi Manusia di hadapan
Allah SWT. Adapun perbedaanya adalah Ilmu Tasawuf adalah sebagai Jalan untuk mempelajari
segala perintah dan laranganNya melalui Kalam Allah SWT (Al Qur’an) dan Hadist termasuk
Sunnah Nabi SAW guna lebih mendekatkan diri kepada
Dalam makna selanjutnya, Ilmu ini berhubungan erat dengan ilmu Tasawuf dan Ilmu
Kalam. Kaitan erat diantara keduanya adalah bahwa ketiga ilmu ini sama sama mempelajari
tentang Allah SWT dan kebesaranNya melalui firman firmanNya yang terdapat dalam Kitab

Allah SWT Al Qur’an serta mempelajari karunia Allah SWT melalui tanda tanda KekuasaanNya
lewat Ayat-ayat Qouliyah dan KauniyahNya.
B.

Ayat-ayat Filsafat Ketuhanan (Teologi)
Berikut beberapa firman Allah SWT yang berkaitan dengan Teologi :

‫قهلل ههو ٱلل ل ح‬
‫وا‬
‫هللۥ ك ه ه‬
‫هأ ح‬
‫ وحل حللمل ي حك هللن ل ل ه‬٣ ‫ ل حمل ي حل ل لد وحل ح لم هيول حللدل‬٢ ‫مد ه‬
‫ص ح‬
‫ ٱلل ل ه‬١ ‫حد د‬
‫ه‬
‫ه ٱل ل‬
‫فلل و‬
‫ح‬
‫ح‬
٤ ‫ح د دد‬

‫أ ح‬
[٤-١,‫]سورة الخإلصا‬
Artinya :
“ Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3). Dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia" (4) “[Qs.Al Ikhlas,1-4]

Firman Allah SWT

‫ح‬
‫ه‬
‫ه‬
٩٢ ‫ن‬
‫ة ووح ل‬
‫م ة‬
‫حد حة ة وحأن حاا حرب بك ه لم فحٱعلب ه ه‬
‫إل ل‬
‫مت هك همل أ ل‬
‫ن هوحذ لهلۦۦ أ ل‬
‫دو ل‬

Artinya :
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. [Qs.Al Anbiya, 92]

Firman Allah SWT
‫ه حرببي وححرب ل ه‬
‫ي إ لسلرحورلءي ح‬
‫مرلي ح ممم وححقا ح‬
‫كللملم‬
‫قدل ك ح ح‬
‫لح ح‬
‫م ل‬
‫م ل‬
‫فحر ٱل ل ل‬
‫ل ٱعلب ه ه‬
‫سي ه‬
‫سي ه‬
‫ن حقال هورا ا إ ل ل‬
‫دوا ا ٱلل ل ح‬
‫ل ٱلل ح‬

‫ن ح‬
‫ه ههوح ٱلل ح‬
‫ن ٱلل ل ح‬
‫ح ي وحب حن ل ر‬
‫ح ٱبل ه‬
‫ذي ح‬
‫ح‬
٧٢ ‫صارر‬
‫من ي هشلرلكل ب لٱلل لهل فح ح‬
‫جن ل ح‬
‫ن ل‬
‫ما لللظ ولل ل ل‬
‫ه ع حل حيلهل ٱلل ح‬
‫قدل ح‬
‫حلر ح‬
‫ه ٱللنا درم وح ح‬
‫مألوحى و ه‬
‫ة وح ح‬
‫م ٱلل ل ه‬
‫هۥ ح‬

‫إ لن ل ه‬
‫منل أن ح‬
‫مي ح‬
Artinya :
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih
putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orangorang zalim itu seorang penolongpun”.[Al Maidah, 72]
C. Peranan Filsafat Islam (teologi) dalam kehidupan sehari-hari
Filsafat Islam yang mana definisi maknya adalah ilmu tentang mempelajari bagaimana
posisi manusia dalam kedudukan agama Islam serta mempelajari tentang kekuasaan dan
kebesaran Allah SWT melalui firman fimanNya, dapat diterapkan dalam pendidikan karakter
siswa.
Karakter yang dapat dibentuk dari dasar filsafat Islam adalah, pembentukan karakter
siswa yang beradab, saling menghargai, hormat dan sopan santun dalam bertindak, selalu berfikir
mengutamakan asas manfaat untuk kemaslahatan umat dsb. Berbagai karakter tersebut dapat
ditanamkan dan diajarkan kepada anak sedari mungkin melalui sistem pendidikan yang
terintegrasi menyeluruh dengan sistem kurikulum pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan
amanat UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu yang
dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha disini
berarti kegiatan atau perbuatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai
suatu maksud. Sadar adalah insyaf, yakin, tahu, dan mengerti.
Penerapan nilai nilai karakter filsafat Islami sejak dini yang terintegrasi dengan
pendidikan umum akan mampu menciptakan manusia yang tak hanya memiliki kecerdasan IQ
saja namun akan memiliki juga kecerdasan SQ dan ESQ. Penerapan dan pendidikan nilai nilai
tersebut tak bisa hanya dalam waktu singkat namun juga membutuuhkan peran serta kerjasama
semua pihak secara berkesinambungan.